Anda di halaman 1dari 10

lnduksi Persalinan

INDUKSI PERSALINAN ....522 direkome ndasikan' dalam G uideline s f or P erinnral Care, se riap
PEMATANGAN SEHVIKS PRAINDUKSI.................... 523 bagian kebidanan seharusnya memiliki protokol tertulis
masing-masing yang menjelaskan pemberian okitosin dan
INDUKSI DAN AUGMENTASI PERSALINAN
DENGAN OKS|TOS|N. uterotonika lainnya (American Academy of Pediauics dan
......528
PENATALAKSANAAN AKTI F PERSALI NAN.............. 530 American College of Obsterricians and Gynecologists, 2007).

I Kontraindikasi
Kontraindikasi induksi serupa dengan kontraindikasi untuk
menghindarkan persalinan dan pelahiran sontan. Faktor
janin meliputi makrosomia yang besar, gestasi janin lebih
Jndulcsi dimalaudkan sebagai srimulasi kontraksi sebelum dari satu, hidrosefalus berat, malpresenrasi, atau sratus ianin
awitan persalinan spontan, dengan atau tanpa ruprur yang meresahkan. Beberapa kontraindikasi ibu berkaitan
membran. Augmenasi merujuk pada stimulasi terhadap dengan tipe insisi uterus sebelumnla; anaromi panggul yang
konraksi sponran yang dianggap tidak adekuar karena terdistorsi atau sempit, plasentasi abnormal, dan kondisi
kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin. Berdasarkan
seperti infeksi herpes genital aktif atau kanker serviks.
National Center for Health Statistics, insiden induksi
persalinan di Amerika Serikat melebihi 2 kali lipat dari 9,5
persen pada tahun 1991 menjadi 22,5 persen pada ahun I Risiko
2006 (Martin dkk., 2009). lnsidennya bervariasi diantara
praktisi. Contohnya, di Parkland Hospital sekitar 35 persen Peningkatan angka komplikasi ibu yang berhubungan
persalinan diinduksi arau diaugmentasi. Sebagai perban. dengan induksi persalinan melipuri pelahiran caesar, korio-
amnionitis, dan atonia uterus.
dingan, di Birmingham Hospital di University of Alabama,
persalinan diinduksi pada sekitar 20 persen perempuan, dan
35 persen lainnya diberikan oksitosin unruk augmentasi- Angka Pelahiran Gaesar
totalnya 55 persen. Bab in mencakup rangkuman indikasi
Angka ini terutama meningkat pada nulipara yang menjalani
induksi dan augmentasi persalinan, serta penjelasan berbagai
induksi (Luthy dkk., 2004; Yeast dkk., 1999). Sejumlah ahli
teknik untuk menghasilkan pematangan servikal prainduksi.
telah melaporkan peningkatan risiko dua sampai tiga kali
lipat (Hoffman dan Sciscione, 2003; Maslow dan Sweeny,
2000; Smith dkk., 2003 ). Lebih lanjut, angka ini berkebalikan
dengan tingkat kesiapan serviks untuk diinduksi, yaitu skor
Bishop (Vahratian dkk., 2005; Vrouenraers dkk., 2005).
I lndikasi Namun demikian, pematangan serviks prainduksi mung.
Induksi diindikasikan jika manfaat bagi ibu arau janin me-
kin ddak mengurangi angka pelahiran caesar pada nulipara
dengan serviks yang tidak siap (Mercer, 2OO5). Pada pene,
lebihi manfaar jika kehamilan dilar-rjutkan. Induksi meliputi
litian kohort retrospekri( Hamar dkk., (2001) menemukan
kondisi segbra, seperri ruprur membran disertai korioamnio.
bahwa angka pelahiran caesar setelah indulai elekrif secara
nitis atau preeklampsia berat. Indikasi yang lebih sering me-
nyata meningkat pada perempuan tanpa komplikasi ante-
liputi ruptur membran tanpa persalinan, hipertensi gesra-
partum dan dengan skor Bishop 7 arau lebih dibandingkan
sional, status janin yang meresahkan, kehamilan lebih bulan,
dengan perempuan yang mengalami persalinan spontan,
dan berbagai kondisi medis ibu seperti hiperrensi kronis dan
Pada nulipara lebih dari 41 minggu dengan verteks janin
diabetes (American College of Obstetricians and Gyneco-
yang belum masuk, risiko pelahiran caesar meningkar 12 kali
logists, 1999a).
lipar dibandingkan dengan yang verreksnya telah masuk
Terdapat sejumlah teknik yang tersedia untuk meng-
(Shin dkk., 2004). Tidak ada peningkamn risiko jika kepala
induksi atau mengaugmenrasi persalinan, dan hal ini didis.
janin yang telah masuk adalah posterior oksiput pada saat
kusikan secara terpisah. Hal yang penring, dan seperri yang
induksi (Peregrine dkk., 2007).

522
BAB 22: INDUKSI PERSALTNAN 523
Korioamnionitis induksi sangat dipengirruhi olel-r durasi usirl-ra incluksi, ter-
Perempuan yang persalinanr-rya diindtrksi rner.rgalami pcning- utama pada kcadaan serviks ytrng ridak siap. Rouse dkk.
katan insiden korioamnionitis jika clibanclingkan d.r.,g,,r., (2000) mclaporkan karakteristik kegagalan induksi persalin-
perempuan yang bersalin sponrarl (American College of an pada protokol penatalaksaniran prospektif untuk 509
Obstetricians and Gyr.recologists, 1999a). perempuan, yang 360 diirnrrrranya adalah nulipara. Angka
pelahiran caesar adalah 9 persen pacla perempuan para tetapi
25 persen pada nulipara. Penulis rnenyirnpulkan bahwa
Atoni Uterus der-rgan melakukan stimulasi uterus, minimurn 12 jarn dengan
Atoni dan perdarahan pascaparrLrm lebih sering re{adi pada oksitosin serelah mptur membran, banyak nulipara yang
perempuan yang diinduksi atau augmencasi. Atoni ytrng sulit sebelumnya berada dalam fase laten persalinan selarna 6 dan
diatasi merupakan indikasi pada sepertiga kasus histerektorni 9 jam akhimya memasuki persalin:ur aktif dan mengalami
caesar. Indiktrsi ini lcbih sering pada perempuirll dengar-r persalinan per virgina dengar-r aman. Simo.n dan Grobrnan
persalinan yang cliinduksi atau diaugrnentasi ataLl pada (2005) melaporkan hanya 2 persen nulipara yar-rg tidak
perempuan dengan korioamnionitis. Shelll"raas dkk., (2001) pern:rh mencapai persalinar-r fase aktif sebelum pelahiran
melaporkar-r data dari harnpir- 137.000 pelahiran di Maternal. caestrr. Mereka menyirnpulkan bahwa fnse laten sglama 1B
Fetal Units Network. Di sanrr dilakukirrr I46 histerektomi jam saat induksi rnemungkinkan sebagian besar perempuan
pascaparrum darurat-sekitar I per 1000 pelahiran per vLr. ini tu-rtuk mencapai pelahirtrr-r per vagina tanpa peningkatan
gina versus i per 200 pelahiran cnesar. Yang penring, 41
risiko yang nyara pada morbiditas ibu dan neonatus.
persen dari seluruh histerektomi dilakukan setelah pelahiran Durasi untr,rk induksi maupurl augmentasi persalinan dan
caesar primer. Kasrner dkk. (2002) rnelaporkan remuan yang pelahiran yang sukses mendapatkan perhatian yang rer.lalu
serupa. sedikit. l)iperlukan data yang lebih pasti untuk memahami
penata laksanaan individuai yang beragam ini. Contohnya,
Garcia dkk., (2001), setelah penyesuaian untuk kasus cam-
I lnduksi Persalinan Elektif puran, melaporkan bahwa angka pelahiran caesar lebih
Tidak diragukan lagi bahwa indrLksi elekrif derni kenyamanan rendah sekitar 30 persen pirda pusat per.rdidikan medis lika
klinisi atau wanita hamil dan keluarganya menjzrdi semakir.r dibandingkan dengan rumah sakit umuln. Doyle dkk., (ZOOZ)
umum. Glantz (2003) mernperkirakan bahwa seperempar meiaporkan bahwa pelahirall caesar di rumah sakir umrlm
dari seluruh induksi persalinan adalah elektif. Meskipun de. dua kali lebih banyak daripada peiahiran caesar di rumah
mikian, Americtrn College of Obstetricians and Cyneco. sakit daerah.
logists (1999a) tidak mendukung praktik ini, kecuali untuk
alasan yang logis seperti risiko persalinan cepar, perempuan rl:
yang tinggal di tempat yang jauh dari rumah sakir, PEMATANGAN SERVIKS PRAINDUKSI.
atau
indikasi psikososial. Kami juga berpendapat bahwa induksi
Kor-rdisi serviks-atiru "fa+torabilitl"-,penting untuk ke-
elektif rutin pada usia kehamilan cukup bulan ridaklah
suksesan induksi persalinan.
masuk akal, karena meningkatkan risiko yang buruk bagi
keluaran ibu, walaupur j:rrang ter-jadi. Tiu (2009) clan Clark
(2009), dkk. juga telah rnelaporkarr cfek samping morbiclitas ) " Favorability' Serviks
neonatus yang signifikan atau nyata pada peiahilar-r elektif
Salal-r satu metode yang dapat dihitr,rng ur-rtuk memprediksi
sebelum usia 39 mirrggu lengkap dan tanpa perrimballgan
keluaran ir-rduksi persalir-ran adalah skor yang dipaparkan
atau dokumenrasi kriteria dari American College of
oleh Bishop (1946), dan clitunjukkan padtr Tabel ZZ.l. Skor
Obstetricians ar-rd Gynecologists (2007, 2008) yang dibahas
iSishop 9 rnenunjukkan kecenderungan yang tinggi untuk
secara detail pada Bab 26 (hal. 596) dan 29 (hal. 633).
Jika keberhasilan induksi. Sebagian besar prakrisi menganggap
induksi elektif diperrirnbangkan pada kehamilan cukup
bahwa perernpuan yang serviksnya mengalami dilatasi 2 cm,
bulan, risiko ini harus didiskusikan dan harus didapatkan 'menipis
B0 persen, lembek, dan berada di posisi rengah, serta
persetujuan dari pasien.
olaiput janin pada station -l akan mengalami keberhasilan
Oshiro dkk., (2009) menerapkan panduan untuk mence.
induksi persalinan. Unruk tujuan penelirian, skor Bishop 4
gah pelahiran sebelum minggu 39 terlewati. Fisch dkk.,
atau kurang menunjukkan scrviks yang tidak ideal (un-
(2009) juga mengernbangkan dan menclorong penggunaall
panduan yang sama pada institusi mereka. Kedua kelompok favoroble) dan mtmgkin merupakan indikasi untuk pema-
tangtrn serviks.
peneliti melaporkan penurunan yang nyara pada angka Sebagai alternatif untuk skor Bishop, Hatfield dkk.,
pelahiran elektif setelah dirnulainya penggunaan pandutrn.
(2007) melakukan mera-analisis terhadap Z0 penelirian yang
menghitung panjang serviks dengan sonografi transvaginal
I Harapan lnduksi Persalinan dan digur-rakan unruk memprediksi keberhasilan induksi. Ka-
rena keragamaan pada kriteria penelitian-termasuk definisi
Terdapat beberapa faktor yar-rg meningkatkan keberhasiian "keberhasilan induksi"-penulis rnenyimpulkan bahwa per.
indulai persalinan dan mencakup mukiparitas, indeks massa tanyaan tersebur belum terjawab. Mereka, juga Crane
tubuh (lMT) <30, serviks yang ideal, dan berat badan bayi (2006), menemukan bahwa penentuan panjang serviks
<3500 g (Peregrine dkk., 2006; Pevzner dkk., 2009). pacla melal-ri sonografi tidak lebih bagus daripada penggunaan
banyak kasus, tampak bahwn uterus kurang ctrkup siap untuk skor Bishop.
persalinan. Salah satu contoh adalah "serviks yang belurn Sayangnya, tellaiu banyak perempuan dengan indikasi
matang." Mungkin juga peningkatan pelahiran caesar akibat untuk induksi tetapi rnemiliki serviks yang ridak ideal. Jika
524 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 4: PERSALINAN DAN PELAHIRAN

fauorability atau skor Bishop menurun, terdapat peningkatan dapat menutupi dan mencegah pelepasan dinoprostone. Se-
angka ketidakberhasilan induksi. Karena itu, banyak telah pemasukan, ibu seharusnya tetap berbaring setidaknya
penelitian telah difokuskan pada berbagai teknik untuk 2 jam. Obat dicabut kembali setelah 12 jam atau padir
"mematangkan" serviks sebelum stimulasi kontraksi uterus. awitan persalinan.
Pada banyak kasus, teknik yang digunakan untuk rnening-
Pemberian. Preparat prostaglandin seharusnya hanya di-
katkan fauorability serviks juga menstimulasi kontraksi. Jadi, berikan di atau dekat ruang bersalin, clan aktivitas uterus
teknik tersebut dapat digunakan untuk menginduksi per- serta denyut jantung janir-r harus dipantau (An-rerican College
salinan. Metode yang digunakan untuk mematangkan serviks
of Obstetricians and Gynecologists, i995b). Panduan ini
meliputi preparat farmakologis dan berbagai bentuk distensi berdasarkan risiko preparat prostaglandin _vang dapat me-
serviks mekanis. nyebabkan takisistol uterus. Kontraksi biasar.rl,a rnulai nyata
pada jam pertalna darr rnenunjukkarr aktivitas puncak pada 4
I Teknik Farmakologis jam pertama (Bernstein, 1991; Miller dkk., 1991). Ketika
Perry dan Leaphart (2004) rnembarrdingkan ge1 intraserviks
Prostaglandin E, dengan pemasukkan obat ke clalam vagina, mereka menemu-
Pemberian prostaglandin EZ lokal-dinoprostone-sering kan bahu,a penempatan intravaginal rnengl'rasilkan persalin-
digunakan untuk mematangkan serviks (American College an yang lebih cepat-1 1,7 versus 16,2 jam. Namun demikian,

of Obstetricians and Gynecologists, 7999a, b). Bentuk gel- ketika lebih clari dua dosis berurutar-r prostaglandin EZ yang
nya-Prepidil-tersedia dalam suntikan 2,5 mL untuk pem- dimasukkan digunakan, Chan, clkk. (2004) melaporkan bah-
berian intraserviks berisi 0,5 mg dinoprostone. Dengan ibu wa 59 persen perempuan memerlukan pelahiran caesar daru-
dalam posisi telentang, ujung suntikan yang belum diisi rat. Berdasarkan panduan yang dibuat oLeh pabrik, incluksi
diletakkan di dalam serviks, dan gel dimasukkan tepat oksitosin setelah penggunaan prostaglar.rdin untuk mema-
dibawah os serviks interna. Setelah pemberian, ibu tetap tangkan serviks seharusnyrr ditun.la seLarna 6 sarrpai 12 jam
berbaring selama setidaknya 30 menit. Dosis dapat diulang setelah prbstaglandin E. diberikan.
setiap 6 jam, dengan maksimum tiga dosis yang direko- Efek Samping. Taklsistol uterus telah dilaporkan setelah
mendasikan dalam 24 jam. pemberian prostaglandir-r E, per vagrna pada i sampai 5
Owen dkk., (1991 ) melakukan meta-analisis terhadap 18 persen perempuan (Brirrdley dar-r Sokol, 1988; Rayburn,
penelitian pada 1811 perempuan. Mereka menemukan bah- 1989). lTalaupun de6nisinya beragam pada setiap peneLitian,
wa prostaglandin E, meningkatkan skor Bishop dan jika
digabungkan dengan oksitosin, akan mempersingkat waktu
dari induksi ke pelahiran jika dibandingkan dengan ibu yang
diterapi dengan oksitosin saja. Sayangnya, mereka tidak me-
nemukan manfaat dalam menurunkan angka pelahiran
caesar.
Dinoprostone 10-mg yang dimasukkan ke clalam
vagina-Cervidil-1uga diakui untuk pematangan serviks.
Obat ini berbentuk wafer polimerik persegi panjar-rg yang
tipis dan datar, yang dibungkus dalam kantung jala kecil
berwarna putih yang terbuat dari poliester. (Gbr. 22.1).
Kantungnya memiliki ekor panjang agar rnudah untuk
mengambilnya dari vagina. Pemasukkannya memungkinkan
dilepaskannya obat-O,3 mg/jam-yang lebih lambat dari-
pada bentuk gel. Bila digabungkan dengan oksitosin, obat
ini telah dilaporkan mempersingkat interval dari induksi ke
persalinan (Bolnick dkk., 2004). Cervidil digunakan dalam
GAMBAR 22-1 Cewidil per vagina yang mengandung 10 mg dino-
dosis tunggal yang diletakkan melintang pada forniks poste-
prostone dirancang untuk melepaskan sekitar 0,3 mgijam selama pe-
rior vagina. Pelumas harus digunakan sedikit, atau tidak riode 10 jam. (Digunakan dengan izin dari Forest Laboratories, lnc.,
sama sekali, saat pemasukan. Pelumas yang berlebihan New York, New York).
BAB 22: INDUKSI PERSALINAN 525
sebagian besar menggunakan istilah yang diclefinisikan oleh peningkatan signi6kan terjadi takisistol uterus, pasase meko-
American College of Obstetricians and Gynecologists nium; dan aspirasi mekonium dibandingkan dengan gel
(1999a) untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas urerus prostaglandin EZ (\fing, dkk., 1995a, b). Dosis ir-rtravaginal
sebagai berikut: Z5 pg ditemukan sebanding dengan dinoprostone dalam hal
efek samping keluaran neonatus (von Gemund dkk., 2004).
l. Takisistol uterus diartikan sebagai >6 konrraksi dalam
Ruptul nterus telah dilaporkan oleh Wing dkk., (1998)
periode 10-menit.
pada penggunaan prostaglandin E, pada ibu yang mengalami
2. Hiperroni urerus dideskripsikar-r sebagai kontraksi tunggal
pelahiran caesar sebelumnya. Selain itu, Plaut dkk., (1999)
yang berlangsung lebih lama dariZ menit.
melaporkan ruptur uterus pada 5 dari 89-6 persen-pe-
3. Hiperstimulasi uterus jika salah satu kondisi menyebabkan
rempuarr yang menjalani insisi caesar sebelumnya dan yang
pola denyut jantung janin yang meresahkan.
pernah diinduksi dengan misoprostol. Keadaan ini dibanding-
Karena hiperstimulasi yang dapat menyebabkan mnsalah kan dengan hanya 1 dari 423 perempuan dengan riwayat
bagi janin bisa berkembang jika prostaglandin diberikan pelahiran caesar yang tidak diberikan misoprostol. Saat ini,
sebelum adanya persalinan spontan, maka penggunaallnya konsensus menyatakan bahwa pembedahan uterus sebe-
tidak direkomendasikan. Jika terjadi hiperstimulasi dengan lumnya, meliputi pelahiran caesar, merupakan kontraindikasi
pemberian 10 mg per vagina, menarik kembali ekor di seke. penggluralr misoprostol (American College of Obsretricians
liling jaring kantung biasanya akan membalikkan efek and Gynecologists, 2004).
tersebut. Irigasi untuk menghilangkan preparat gel tidak
Pemberian Per Oral. Tabler prosraglandin E1 juga efekdf
membantu.
jika diberikan per oral. Windrim, dkk. (199i) melaporkan
Kontraindikasi ur-rtuk agen prostaglandin secara umum
pemberian misoprostol oral memiliki manfaat yang serupa
meliputi asma, glaukorna, atau peningkatan tekanan intra-
dengan pemberian intlavagina untuk mematangkan serviks.
okular. Lebih lanjut, pabrik memperingarkan penggunaanya
Wing (2000) dan Hall (2002), dkk. mereka melaporkan
terhadap perempuan dengan ruptur membran.
bahwa dosis oral 100 pg sama efektifirya dengan dosis intra-
vagina 25 prg.
ProstaElandin E,
Misoprostol-Cytotec-adalah prostaglandin E, sintetik, di- Induksi Persalinan dengan Prostaglandin E,. Baik
akui sebagai tablet 100- atau 200-pg untuk pencegahan ulkus misoprostol oral maupun vagina dapat digunakan uncuk pe-
peptikum. Obat ini telah digunakan secara "off Label" urrruk matangan serviks atar.r induksi persalinan. Hofmeyer dan
pematangan serviks prainduksi dan dapat diberikan per oral Gulmezoglu (2007) melakukan tinjauan sistematik Cochrane
atau per vagina. Tablet stabil pada suhu ruangan. dan menemukan bahwa pemberian misoprostol per vagina,
'l7alaupun telah digunakan secara luas, penggunaan dilanjutkan dengan oksitosin jika diperlukan, lebih baik dari
misoprolol off-label masih kontroversial (!7agner, 2005; pada pemberian oksitosin saja untuk induksi persalinan.
lVeeks, dkk., 2005). Pada tahun 2000, G.D. Searle & Angka pelahiran dengan seksio caesar berwariasi. Beberapa
Company rnemberitahu para klinisi bahwa misoprostol tidak per-relitian menunjukkan berkurangnya angka pelahiran
diakui untuk induksi persalinan atau aborsi. Selain itr-r, caesar dengan pen-rberian misoprostol, sementara yang lain
American College of Obstetricians and Gynecologists (2000) tidak menemukan perbedaan pada angka tersebut.
dengan cepat memastikan kembali rekornendasinya untuk Tampaknya 100 pg rnisoprostol per oral atau 25 pg miso-
penggunaan obat ini karena keamanan dan manfaatnya yang prostol per vagina memiliki manfaat yang serupa dengan ok-
telah terbukti. Sekarang ini, prostaglandin E1 merupakan sitosin intravena untuk induksi persalinan pada perempuan
prostaglandin pilihan untuk induksi persalinan atau aborsi saat atau mendekati cukup bulan, baik dengan ruptur mem-
pada Parkland Hospital dan Birmingham Hospital di bran kurang bulan maupun servii<s yang baik (Lin, dkk.,
University of Alabama. 2005; Lo, dkk., 2003). Misoprostol dapat dikaitkan dengan
peningkatan angka hiperstimulasi. Seiain itu, induksi dengan
Pemberian Per Vagina. Beberapa peneliti telah melapor. PGE,, mungkin terbukti tidak efektif dan memerlukan aug-
kan bahwa tablet misoprostol yang dimasukkan ke dalam mentasi lebih lanjut dengan oksitosin. Karena itu, terdapat
vagina efektivitasnya sama atau lebih baik dibandingkan pertimbangan mengenai risiko, biaya, dan kemudahan pem-
dengan gel prostaglandin E. intraserviks (von Gemr-rnd dkk., berian kedua obat ini, tetapi keduanya cocok unruk induksi
2004; Wing dkk., 1995a, b). American Coltege of Obstetri. persaiinan. Pada augmentasi persalinan, hasil dari penelitian
cians and Gynecologists (1999b) meninjar.r kembali 19 awal menunjukkan bahwa misoprostol orai 75 pg yang di-
percobaan acak yang memberikan misoprostol intravagina berikan dengan interval 4 jam untuk maksimum dua dosis,
dalam dosis yang berkisar dai 25 sampai 200 pg pada lebih aman dan efektif (Villano dkk., 2010).
dari 1900 perempuan. Mereka merekomendasikan dosis 25
pg yang merupakan seperempat dari tablet 100 pg. Obat di.
distribusikan secara merata diantara empat bagian tablec ini.
I Donor Nitrit Oksida
Penggunaan misoprosrol dapat mengurangi kebutuhan Beberapa temlran telah mengarahkan pada pencarian zat
induksi oksitosin dan mengurangi interval induksi ke yang menstimulasi produksi nitrit oksida (NO) lokal yang
pelahiran (Sanchez.Ramos dkk., 1997). Hofmeyr dkk., digunakan untuk tujuan klinis (Chanrachakul dkk., 2000).
(2003) mengulas pusat data Cochrane dan mendukung Pertama, nitrit oksida tampaknya merupakan mediator pema-
rekomendasi ini, tetapi memperingatkan bahwa tingkat tangan serviks (llhat Bab 6, hal. 144.) Juga, metabolit NO
hiperstimulasi uterus dengan perubahan denyut jantung pada servii<s meningkat pada awal kontraksi uterus. Yang
janin yang merugikan, meningkat karena penggultaantlya. terakhir, produksi NO di serviks sangat rendah pada keha,
Dosis misoprosrol intravaginal 50 pg telah dikaitkan dengan milan lebih bulair (Vaisanen-Tommiska dkk., 2003, 2004).
526 OBSTETRI WILLTAMS - BAGTAN 4: pERSALTNAN DAN PELAHtRAN

Bullarbo dkk., (2002) baru-baru ini meninjau clasar pe. yalrg ccpat pada skor Bishop dan persalinalr yang
mikiran dan penggunaan donor NC) isosorbide monrsnitrate lebih singkal
Karja.re dkk., (2006) melaporka, bal-rwa korioam.ionitis
dan gllcerll trinitrate. Isosor.bid mononirrar rnenginduksi
lebih larar-rg tcr-jadi lika dilakukan infus dibanclingkan dengan
siklo-oksigenase 2 serviks (Ekerhovd clkk., 20OZ).
Agen ini yang ridak dilakukan infus-6 versus 16 persen.
juga menginduksi pengaturan ulang ultrasrrukrur
.".rikr, ,"-
rupa dengar-r yang telihat padtr pemattrngan serviks spontan Induksi Persalinan. Khususnya der.rgar-r infus salin, teknik
(Thomson dkk., 1997; Ekerhovd dkk., 2003). ka.teter transse.rvikirl juga efektif uniuk menginisiasi per-
Uji khnis belum menunjukkan bahwa donor NC) sarna salinan, dar.r beberapa penelitian komparatif teloh dilokuknr-,.
efektifirya dengan prosraglandin E2 clalan-r menghasilkan Chung, dkk. (2001) secara acak mengikurserrakan 135 pe-
pematangan serviks (Chanrachakul dkk., 2001; rempuan untuk menjalani ir.rduksi persalinan dengan mi-
C)sman clkk.,
2006). Dan penambahan isosorbicle mononitrare padir soprostol per vagina, kateter Foley ekstra-amnion dengan
dinoprostone atau misoprostol ticlak meningkritkan pema- inflasi balon sampai 30 mL, atau keclua cara rersebut. Keluar.
tangan serviks pada awal kehamilan arau saar cukup buian annya senrpa pada ketiga kelompok ini, dan tidak tampak
clan.tidak mempersingkar wakru pelahiran per vagina (Col- manftrzrr dari kornbinasikedua rcknik ini. Sebaliknya,
Culver,
lingham, 2009; Ledingham, 2001; Wolfler, iOOO, att.). dkk. (2004) mernbanciingkan pemberian oksitosin clitarnbah
kateter Foley intraservikal der.rgan 25 pg misoprostol per va.
O Teknik Mekanis gina setiap 4 jam pada perempuan yirng skor Bishopnya
kurang dari 6. Wakru rara.rara induksi Le peiahiran me.
Kateter Transservikal mendek secara nyara pada kelompok oksitosin_dimmbah-
katcter-16 versus 22 jam. Levy, dkk. (ZOO4) melaporkan
Kateter Foiey diletakkan melalui os serviks inrernrr. Tekanan
bahr,,,a penggunaan baion kateter Foley transservikal g0 mL
ke arah bawah yang diciptakan dengan menempelkan kate.
secara nyara lebih efekrif unruk pemarangan serviks cliban.
ter pada paha dapat menyebabkan pemar?rngan serviks.
Mo. dingkan der-rgan yang 30 mL.
ilfika:i cara ir-ri, yang disebut ext u-omnic,nic saline infusion
(EASI), terdiri clari infus salin kontinr_r rnelalui katerer.
ke
dalam ruang antar2l os serviks interna dan membran plascntir Extra.amnionic Satine Inlusion (EASll
(Gbt. ZZ,2). Penernparan kateter, clengan atau ranpa
infus Teknik ini telah diiapork:rr.r mernberikan perbaikan yang
salin yang kontinu, menghirsilkan pcrbaikar.r signifikan pacla skor Bishop dan mengurirngi wakru induksi-
fauorability
serviks dan, sering kali, mensrimlrlasi kontraksi (duinn dkk., ke-persalinan dibar-rdingk,rrl clcngan: (1) 50 pg rablet miso-
2004). Sherman dkk. (i996) merangkum hasil dari i3 per- prostol intravagir-ral, (2) 0,5 mg prostaglandin E, intraservi.
cobaan dengan kateter berujung balon untuk menghasilkan (3) 50 prg misoprostol oral (Goldman clan \figton,
ka1,
dilatasi serviks. Meleka menyimpulkan bahwa, dengan atau 1999;
Ver-rgalildkk., 1998). Di penelitiar.r lain, Guinn aU.., (ZOO)
tanpa infus salin, metode ini menghasilkan peningkirtan memberikan prostagiandin E, intraservikal, laminaria di-
tarnbah oksirosin intravena, riatr EAST ditambah oksitosin
pada perempuan secara acak. Ar.rgka pelahiran caesar
sama
pada ketiga intervensi ir-ri. Wakru rara.rara induksi ke per-
salinan selama 1B jam dengan infus kateter, jauh lebih cepat
dibandingkan 21 jarn derigar-r laminaria dirarnbah oksitosin
Chorion 25 jam pada gel prostaglandin 8..
atar-r
Amnion
Pada satu srrdi follow-up, Sciscione, clkk. (2004) rne-
Slr, nyimpulkan bahwa pematangarr serviks dengan kateter Foley
tidak meningkarkan risiko kelahira,., kur^r-,g bulan pada
kehamilan selanjuurya.

ru':::ii.i : |6
Dilator Servikal Higroskopik

,*rrrr*nonfil{
saline | .,. ,
Dilarasi serviks dapat ditimbulkan rnenggunakan dilator
sen'iks osmorik l-rigroskopik, seperti y"r-,g Jil"laskrn unruk
h. terminasi kehtrmilan dir-ri (lihat Bab 9, hal. 240.) Dilator
mekanik ini tclah lama berhasil ciigunakan jika dimasukkan
ri: sebel,un rerminasi keharnilan (Hale dan pion, 1972). yang
lcbih terkini, alat ini juga telah cligunakgn untuk pematang-
an seryiks sebelum induksi persalinan. Masalah intuitif me.
ngenai infeksi asenden belum dapat dipastikan. Karena itu,
alat ini tampakr-rya aman unruk cligunakan, walaupun ana_
hlaksis pemah terjadi serelah insersi larninaria (Cole dan
Bruck, 2000; Nguyen dan Hoffrnan, lgg5). Dilator ini
GAMBAR 22-2 Extra-amnionic saline infusion (EASt) metalui atraktif tarena biayanya vang murah serta penempatan dan
kateter
Foley 26F diletakkan melalui serviks. Balon 30 mL diinflasi
dengan pengrrmbilan yang mudah.
salin dan ditarik hingga tepat menekan os interna, dan kateter
ditempelkan ke paha. Salin normal pada suhu ruangan diinfuskan Gilson dkk., (1996) rnelaporkan pebaikan faworabilitl
melalui ujung kateter sebanyak 30 atau 40 mujam diengan pompa serviks yang ceptrt pada perempllan yang secara acak men-
inlus intravena. dlpatkan dilator- higroskopik sebelum ir.rduksi oksitosin.
BAB 22: INDUKSI PERSALINAN 527
Namun, tidak terdapar efek yang bermanfaat pada angka menjalani stripping memasuki persalinan sponran dalam 72
pelahiran per vagina atau wakru induksi ke persalinan di. jarn dibandingkan dengan seperriga pada kelompok lain.
bandingkan dengan perempuan yang hanya mendapatkan Insiden ruptur membran, infeksi, dan perdarahan tidak me.
oksitosin. Pada penelitian acak terdahulu, Guinn dkk., r-ringkat. Yang penting, induksi selanjurnya untuk kehamiian
(2000) melaporkan waktu induksi ke persalinan lebih lama lebih bulan pada usia kehamilan 42 minggu secara nyara
pada perempuan dengan dilator serviks dimmbah oksirosin berkurang dengan stripping.
dibandingkan dengan yang mendapar EASI ditambah oksi.
tosin.
I Rangkuman Pematangan Servikal
Stripping Membran untuk lnduksi Persalinan Prainduksi
Induksi persalinan depgan "srripping" membran merupakan Teknik ini digunakan secara luas jika induksi persalinan
praktik yang umum (lihat Gambar 6-4, hal. 148.) McColgin diindikasikan unruk perempuan dengan "serviks yang belum
dkk., (1990) melaporkan bahwa srripping aman dan me- matang." Beberapa teknik prainduksi yang telah diuraikan
ngurangi insiden kehamilan lebih bulan. Mereka mendo. tadi dapat memberikan keuntungan jika dibandingkan de.
kumentasikan peningkatan signifikan kadar prostaglandin ngan induksi oksitosin saja (Tabel 22.2). Beberapa teknik
endogen serum dengan srripping (McColgin dkk., 1993). cukup berhasil unruk induksi. Selain itu, rerdapat beberapa
Allott dan Palmer (1993) secara acak mengiku$ertkan 195 data untuk mendukung pemikiran bahwa setiap teknik ini
perempuan dengan kehamilan normal melebihi 40 minggu menyebabkan penurunan angka pelahiran caesar atau
untuk menjalani pemeriksaan serviks digital baik dengan menurunkan morbiditas ibu atau neonarus dibandingkan
ataupun tanpa srripping membran. Mereka semua diperiksa pada perempuan yang pada dirinya ridak dilakukan teknik
sebagai pasien rawat jalan. Dua pertiga dari mereka yang tersebut.

Falmikoiogis i

Prqsta$landin Ei
rirril,(S iril;:-r,,r'r,rilL
ll ti;ir: ii1;::,::i; 'i,tri,: l
,liiiiil
"dF;ij=.,,
:
t:
. :': '1
t'i;t:;:=.tti!:;:::j.+i : iii!;,ti:ttr l

1$Rglne=:it $nc$iilffii$.q'@

l.i.P=
528 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 4: PERSALINAN DAN PELAHIRAN

INDUKSI DAN AUGMENTASI PERSALTNAN stabil dalam plasma dicapai dalam 40 menir. Responsnya
sangat bervnriasi dan bergantung pada aktivitas Llterus se-
DENGAN OKSITOSIN '',,,.,, :-..:: . ..,,11,1 : ,i'r :: i":l
belumnya, status serviks, clurtrsi persalintrn, dan perbedaan
Pada kebanyakan keadaan, pemarangan serviks prainduksi biologis incliviclu. Caldeyro-Barcia dan Poseiro (1960) me-
dan induksi persalinan hanyalah suaru kesaruan rangk:rian. laporkan bahrva respous uterus terhadap oksitosin meningkat
Seperti yang telah dilelaskan di atas, r(pem;rtangan',, sering dari 20 hingga 30 minggu dan rneningkar clengan cepar saar
juga menstimulasi persalinan. Nirmun, jika tidak, induksi cukup bulan (lihar Bab 18, hal.455.)
atau augmenrasi dapat dilanjutkan dengan larutan oksitosin Dosis Oksitosin. Satu ampul 1 rnl yang mengandung 10
yang diencerkan, yang diberikan melirlri pompa infr-rs. unit biasanya dilzrrr-rtkirn ke dalarn 1000 rnl laruran kristaloid
Oksitosin sintetik adalah salah strru medikasi yang px- d:ur diberikan melalui pompa infus. Infus yang biasa di.
ling sering digunaktrn di Amerika Serikat. Agen ini aclalah gunakan mengandr,rng1O atau 20 unit-atau 10,000 sarnpai
hormon polipeptida pcrrama yang disinresa, suaru penc::r- 20,000 mU-dicampur dalam 1000 mL laruran Ringer lakat.
paian yang mendapatkan hadiah Nobel tahur-r 1995 dalam Ctrmpuran ini menghasilkan konsentrasi oksitosin 10 atau
bidang kirnia (du Vigneaud dkk., 1953). Pada persirlinr.rn, Z0 rnU/ml,
secaLa berurutan. Untuk menghindari pernberi-
agen ini dapat digunakan trntuk induksi dan augrnenrasi an secara bolus, infus sebaiknya dirnasukkan ke dalam jalur
persalinan. intravenil utama yang dekat dengan tempat penusukan.
Pada penggunaan oksitosin, American College of Obs- Sejurnlah regimen oksirosin ur.rtuk srimulasi persalinan
tetricians and Gynecologisc (1999a) merekomendasikan direkomendasikan oleh American College of Obstetricians
pemantauan denyut jantung janin dan kontraksi yang sama dan Gynecologists (1999a). Regimen ini dan lainnya di-
untuk setiap kehamilan dengan risiko tinggi. Kontraksi dapat tunjtrkkan pada Tabel 22,3. Awalnya, hanya variasi protokol
dipantau baik dengan palpasi araupun dengan alat elektronik dosis-rendah yar-rg digturkan di Arnerika Serikat. pada rahun
yang merekam aktiviras urerus (lihar Bab 18, hal. 455.) Salah 1984, O'Driscoll dkk., ( 1984) dari Dublin rnenguraikan pro.
satu kekurangan palpasi adalah bahwa rekanan kontrirksi tokol tmtuk penatalaksanaan akrif persalinan yang meng-
tidak dapat dihitur-rg dengirn akurar (Arrabal dan Nagey, gunakair oksitosin dosis awirl 6 rnU/menir clan dilanjutkan
t996). dengan meningkatkan 6-rnU/menit. Percoba:rn perbanding,
an selanjutnya selama tahun 1990-ar-r dilakukar-r dengan
I Teknik mernbirr-rdingkan dosis sampai 6 mUirnenir-ver. tinggi-4
sus dosis rendah konvensional0,5 sampai 1,5 mU/menit-
kedua regirnen rersbur digunakan uncuk induksi dan aug.
Pemberian Oksitosin lntravena
rnentasi persalinan.
Tujuan induksi arau augmenrasi adalah untuk mengl-rasilkan Dari Parkland Hospital, Sarin, dkk. (1992) mengevaluasi
aktivitas uterus yang cukup untuk menghasilkan penrbahan regimen oksitosin yang menggunakan dcsii awal dan tam.
serviks dan penurunan janin, sembar.i menghindari berkem. bahan 6 mU/menit dibandingkan regimen yang mengguna-
bangnya status janin yang meresahkan. Secara umum, kan 1 mU/menit. Peningkatan dengan inrerval 2O-menit
oksitosin harus dihentikan jika jumlah kontr:rksi bertahan diberikan jika diperlukan. Di antara 1112 perempuan yang
dengan frekuensi yang lebih banyak dari lima selarna periocle menjalani induksi, regimen 6 mU/rnenit menghasilkan rata.
10 menit atau tujuh dtrlam per.iode 15 mer-rit arau der.rgan rata waktu rnasuk ke persalintrn irang leblh singkat, lebih
pola denyut jantug janin meresahkan yang persisten. sedikit induksi yang gagal, dan tidak ada kasus sepsis neo-
Penghentian oksitosin l.rampir selalu menurunkan frekuensi nirtus. Diantam 1676 perempuan yang mendaparkan aug-
kontraksi dengar.r cepar. Saat oksitosin dihentikan, konsen. tner-rtasi persalinan, mereka yang mendapat regimen 6-mU/
trasinya dalam plasma akan menururr clengan cepat karena menit rremiliki durasi wakru persalinan yang lebih singkat,
waktu paruh rara-raranya sekitar 5 menit. Seirchik dkk., persalinirn forseps yang lebih sedikit, pelahiran caesar karena
(1984) menemukan bahwa urerus bcrkontraksi dalam 3 sam- distosia yang lebih sedikir, dan menurunnya korioamnionitis
pai 5 menit dengan dirnulainya ir.rftrs oksitosin dan keadaan intrapartum atau sepsis neonatoruln. Dengan pr-otokol ini,

r: Ii ii
,g$it;s,r
":,;:2 i
ir'
{
.tilr;7i:i:.i::::=iii i
,.:

I i
a.e,iiirc,zoi,idio
4'.,-; ;i:rli:llll::::::r:ttr:ilii-]ir::1ljrt.i i :::.:r

4.5 4#
;n;i,i i6fl, i
=,iE

f ,8qil1s,F da
BAB 22: INDUKSI PERSALINAN 529
hiperstimulasi uterus diterapi dengtrn menghentikan oksi- r-raikkannya sesr,rai kebutuhan setiap 15 menit menjadi 4,
tosin diikuti dengan pernberiannya lagi jika diindikasikan B, 12, 16,20,25, dan 30 mU/menit.
dan dengan dosis setengal-r dari dosis sairr clilrentikan. Setelal-r
itu, dosis dinaikkan sebesar 3 rnU/menit jik:r diperlukan clar.r Jadi, walaupun regimen yang pertama tampakr-rya sangat
berbedn, jika tidak ada aktivitas uterus, kedua regimen ter-
bukan peningkatan dosis yang Lurruln yaitu 6 mU/rnenit
sebut mengalirkan 12 rnU/menit selama 45 rnenir ke dalam
untuk peretnpuan yang ticiak mengalat'ri l-riperstimulasi.
infrrs.
Tidlk ada efek slrnping neolratus ylrrg tt'rarnnti.
Xenakis dkk., (1995) melaporkar-r manfaat penggrmaan
regimen oksitosin beltahap yang dimulai dengt'rn 4 rnU/ Dosis Maksimal
menit. Pada penelitian kon.rparatif felhadap 1307 perempuan Dosis efektif oksitosin rnaksimal untuk mencapai kontraksi
oleh Menill dan Zlantnik (1999), 816 perernpuan dipilih yang irdekr-rat padir semuir perempuan berbeda. Wen dkk.,
secara acak untuk rnenjalani ir-rduksi prersalinirn dan 816 (2001) rnetreliti 1151 nulipara secara berurutan dan me-
lainnya diagmentasi dengan pemberiirr-r oksitosin tarnbahan nemuktrn bahrva kecenderungan kemajuan ke peiahiran per
1,5 atau 4,5 mU/menit. Perempuan yang secara acak men. vagina menurun pada atau di atas dosis oksitosin 36 mU/
dapat dosis 4,5 mU/menit secara nyata mengalanri pentr- menit. Namun, pada dosis 72 mU/menit, serengah r-rulipara
runtrn durasi rata-rata induksi ke persalinan kaiir dua clan meLirl-rirkan per r,:rgina. Jadi, iika kontraksi tidak adekuat-
induksi ke pelahiran, nulipara yang secara acak rnendapat. kurang dari 200 unit Montevideo-dtrn jika keadaan janin
kan dosis 4,5 mU/menit secara nyata mengalami penurunan baik serta persalin:rn telal-r berhenti, dosis infus oksitosin
ar-rgka pelahiran caesar-karena distosia jika dibandingkin lebih besar dari 48 mU/menit tidak menimbulkan risiko yang
dengan perempuan yang mendapatkan dosis 1,5 mU/ nyatir.
menit-5,9 verstrs I | ,Q perserr.
Dengan demikian, manfatrt lcbih b:rnyak didapatkan
Risiko versus Manlaat
dengan memberikan regimen dosis yang lebih tinggi yaitLr
4,5 sarnpai 6 mU/merrit dibandingkar-r dengan dosis yang Kecuali terdapat jaringan parur pada uterus, ruptur uterus
lebih rendah yaitu 0,5 sampai 1,5 mU/rnenit. Pac'la tahun yang dikaitkan der.rgan infus oksitosin jarang terjadi, bahkan
1990, penggunaan oksitosin closis awai dan tarnb:rhan 6 rnU/ ptrda perempuan para (hhat Bab 35, ha[. 824.) Flanelly dkk.,
menit secara rutin dilnkukan c{i Parkland Hospital dar-r (1993) melaporktrn tidak ada ruptur uterus, dengan atau
dilanjutkan hingga saat ini. Di University of Alabarna cli tanptr oksitosin, pada 2?.829 nulipara. Terdapat delapan
Birmingharn, diberikan regimen oksitosin dosis awal dan keadaan ruptur uteri berat selama persalinan pada 48.718
tambahan Z mU/menit. Dl kedua kasus tersebut, dosis ini perempuall pora-tetapi hanya satu dari mereka yang dikait-
diberikan untr-rk induksi atau augmentasi persalinan. kan dengan penggunaan oksitosin.
Oksitosin memiliki kemiripan homologi asam amino
dengan vasopresir-r arginin. Jadl tidak mengherankan jika
Interval di Antara Peningkatan Dosis oksitosin merniliki kerja antidiuretik yang signifikan, dan
Interval r-urtuk mcningkatkan dosis oksitosin bervariasi dari jika diinftrskan dengan closis 20 mU/rnenit atau lebih,
15 sampai 40 menit (1ihat Tabel 27-Z). Sarrn dkk., (1994) cLearance air bebas di ginjal berkurang secara nyata. Jika

meneliti aspek ini dengan regimen 6 mU/menit dan mem- cairan encer diinfuskan daiam jumlah besar bersama pem-
berikan kenaikan dosis dengan interval 20 atarr 40 menit. berian oksitosin, inroLsiLasr air dapat menyebabkan kejang,
Perempuan yang mendapat regimen dengan ir-rterval 20 korna, dan bahkan kematian. Secara umum, jika oksitosin
menit untuk augmentasi persalinan rncmiliki reduksi nytrta akan diberikan dalam dosis tinggi unnrk periode waktu yang
pada angka pelahiran caesar karena distosia dibandingkan ditenttrkan, konsentrasinya harus ditingkatkan dan bukan
dengan regimen interval 40 rnenit-B velsus 12 persen. meningkatkan kecepatirn aliran dari larutan yang lebih
Seperti yang cliharapkan, hiperstimulasi uterus lebih sering encer. Pada keadtran ini, seharusnya dipertirnbangkan juga
terjrdi prdr regimen 20 rnenit. penggunaan salin normal atau ringer laktat.
Peneliti Lain bahkan melaporkan per.ringkatan dosis yang
lebih sering. Frigoletto dkk., (1995) serta Xenakis dkk., Tekanan Kontraksi Uterus
(1995) mernulai oksitosin pada 4 rnU/menit dengan pe-
Kckuatan kontraksi pada ibu yang melahirkan spontan ber-
ningkatan yang dibutul-rkan setitrp 15 rner-rit. Merlil dan
kisar dari 90 sarnpai 390 unit Montevideo. Seperti yang di-
Zlatnik (1999) rnemulai pacla 4,5 mU/menit dengirn kenaik-
cliskusikan pada Bab 20 (hal. 487 ), yang belakangan dihitung
an setiap 30 menit. Lopez-Zeno dkk., ( 1992) rnemulai pada 6
dengtrn mengurangi batas bawah tekanan uterus dari puncak
mU/menit dengan kenaikan setiap 15 menit. Karena itu,
tekanan kontraksi untuk setiap kor-rtraksi dalam jeda 10-
terdapat sejr.rmlah protokol oksitosin yang diterimir yang
menit. Tekanirn yang dihasiikan oleh setiap kontraksi ke-
setidaknya tampak serupa. Tetapi perbandingan protokol
mudian dijurnlat-rkan. Caldeyro-Barcia dkk., (1950) den
dari dua instansi kami menunjukkan bahwa l-ra1 ini terlalu
Seitchik dkk., (i948) menernukan bahwa rata-rata atau me-
mirip:
dian pola kontraksi uterus spontan yal1g berlanjut menjadi
1. Protokol Parkland Hospital menyarankan dosis awtrl peLahilan per vagina antara 140 dan 150 unit Montevideo.
oksitosin 6 mU/rnerlit, dan per-ringkatan 6 rnU/rnenit Pada penatalaksanaan fase aktif yang berhenti, dan tidak
setiap 40 menit, tetapi menerapkan dosis fleksibel ynng adanya kontraindikasi terhadap oksitosin intravena, kepu-
disesuaikan dengan 1-riperstimtrlasi. tusan harus dibuat dengirn pengetahuan mengenai kisarar-r
2. Protokol Birmingham Hospital di Ur-riversity of Alirbama batas atas keamanan aktivitas uterus. Hauth dkk., (1986)
memulai oksitosin dengan dosis 2 r.nU/menit clan me. rnenguraikan protokol yang efektif dan aman untuk aug-
530 OBSTETRI WILLIAMS _ BAGIAN 4: PERSALINAN DAN PELAHIRAN

mentasi oksirosin ptida ftrse aktif yrrng berl.rer-rti, dengan lebih lrrrrdari perpindahtrn kepalir janir.r. Tekanan frurdus atau
dari 90 persen perempuan mencapai rata-rata seticlaknya 200 suprapubis atiru keduanya dapat mengurangi risiko prolapsus
sampai 275 unit Montevido. Hauth dkk., (1991) selanjutnya tali pusar. Bcberapa klinisi lebih menyukai melakukan ruptur
melaporkar-r bahwa hampir semuir perempuar.r yang fase aktif- mcmbran selaua kontraksi. Jika verteks tidak masuk clengan
nya tetap berhenti, meskipun telal-r rnenggur-rakan oksitosin, baik pada segmen baw:rh uterus, pengeluaran cairtrn amnion
menghasilkan lcbih dari 200 unit Monrevideo. yirng pcnting, secara belrahap terkadang dapat dilakukan melalui beberapa
walaupun tidak arla kemajuan persalinan, tidak acla efek ptrnksi rnembran menggullakar.r jarum ukuran 26 yang dipe-
samping pada ibr-r at:ru janir-r yang mengtrlami pelahirar-r gang dengan forseps cincin dan dengan visualisasi langsung
caesar. Tidak ada data rnengen:ri kemanan dar.r efektivitas menggunirkan spekulurn vagina. N:rmun dernikian, keba-
polir kontraksi pada perempuan yang sebelumnya mengalarni nyakrrn membran robek dan cairan keluar clengan cepat.
pelahiran caesar, kehamilan kernbar, atau dengan trrerus Der-rytrt jantung janin sehar.unsya dinilai sebelum dan seger:r
yang terdistensi bellebihan. sctelal'r amniotomi.

Durasi Pemberian Oksitosin-Fase Aktif Amniotomi Elektif


yang Berhenti
Rr,rptur rnembrar-r dengan tujuan mempercepat persalinar-r
Berher-rtinya persalinan kala satu didelir.risikar-r olch Arne- bi:rsanya dilakukar-r. Padir penelitian yang ditunjukkan pada
rican College of Obstetricians and Gyr.recologists (1989, Tabel z?-4, amniotomi pada dilirrasi sekirar 5 cm akan
1995n) sebagai fase laten kornplet dengan kontraksi yang mempercepat persaiintrn spontan selama 1 sampai 2 jam.
meiebihi 200 unit Montevido selama lebih dari Z jarn tanpa Ynng per-rting, baik keburuhan unttrk stirnulasi oksitosin
perubah:rn serviks. Beberapa per-rcliri relah berusaha unruk lnaupun angka pelahiran caesar, selnrianya tidak menunjuk-
menetapkan durasi yang lebih :rkur:rr unruk fase-aktif yang kan peningkatan. lTalauptur poltr kompresi tali pusat yang
berhenti. Aruikurnirran, dkk. (1987) rnemperpanjir,.lg bnt.. i ringan dan sedar-rg meningkat serelah amniotomi, pelahiran
jam rnenjadi 4 jam clan rnelaporkrrn angka pelahiran caestlr caesar karena distres janin tidak mer.ringkat. yang paling
sebesar 1,3 persen pacla perernpuan yang terus rnemiliki penting, tidak teldirpat efek sarnping pada perinatal.
kontraksi adekuat clan dilarasi serviks yang progresif seti.
daknya 1 crn/jam. Pada perernpuarl ranpa dilarasi serviks
progresif yang diperbolehkar-r untuk rnenjalani 4 jam tambirh-
!nduksi Amniotomi
an persalinan, seter-rgahnya mernerlukan pel:rhiran caesar.. Ruptur rncmbr-an arrifisitrl-kadirng disebut induksi pern.
Rouse, dkk. (1999) secara prospektif rner-rata lnksanir 542 bedahan-dapat digunakar-r untuk rnenginduksi persalinan,
perempuan cukup bulirr-r dengan fiise aktif yang berhenti dan clan hal ini selalu rnenyebabkar-r terjadinya persalinan.
tanpa kompliktrsi lain. Protokol mereka berrujuan untuk Kerugitrn urama dari penggulraan amniotomi saja untuk
mencapai pola retap setidaknya 200 unit Montevideo selarna ir-rduksi perstrlinan aclaltrh interval awitan perstrlinan yang
minimal 4 jarn. Kerangka rvaktu ini cliperpanjang sampai 6 ticlak dapat diprediksi dan terkadang lama. Akau tetapi, pada
jam jika aktivitas 200 u-rit Montevideo atau lebih tidak da- uji ircak, B:rkos clar-r Brickstrorn (1987) rnenernukan bahwa
pat dipertahar-rkan. Harnpir 92 perser-r clari perempuan-pe- arnniotorni saja arau kornbir-rasi clengan oksitosin leblh baik
rernpuan ini melahirkan per vagin:r. Seperri yang didis- daripada oksitosin saja. Mercer clkk., ( 1 995 ) rnengikurserrakan
kusikan pada Bab 20 (hal. 487), penelitian ini dan lainr.rya 209 pelernpui)1) secara acak untuk menjalar-ri induksi
mendukung plaktik untuk membolehkan terherrtinya fase persalinan baik itu amnioromi dini pada dil:rtasi I sampai 2
aktif selarna 4 jirm (Rouse dkk., 2001). Solheirn dkk., (2009) cm, atauprul amniotomi lanjutpada dilatasi 5 cm. Amniotomi
juga mendukung kualitas dar-r efektivitas biaya dengan dir-ri dikaitktrn dengirn per-salinar-r yang lebih singktrt 4 jam.
dibolehkannya pengl'rentian fase trktif selama 4 jam. Narnun, dengan arnniotomi dini, terclapat peningkatan
Zhang dkk., (2002) menganalisis ciurasi persalinan dar.i 4 insiden korioamnioniris.
cm sarnpiri dilatasi komplet pada 1329 nulipara cukup bular.r.
Mereka menernukan bahrva sebelurn clilarasr 7 cm dicapai, Augmentasi Amniotomi
kurangnya kemajuan unrlrk iebih dari 2 jam tidaklirl.r jar.ang
terjadi pada ibu yang rnelahirkan per vagir.rir. Alexander Amniotomi rnerupakan praktik yang umum dilakukan jika
dkk., (2002) meltrporkan bal-rrva analgesia epidural lnemper- persalinan ltrmbat secara abnorrnal. Rotrse dkk., (1994) me-
panjang persalinan aktif selama 1 1am dihandingkar.r dengan neurukan bahwa amniotomi dengan augmentasi oksitosin
durasi fase aktif yang dijelaskar"r oleh Friedrnan (1955). per- untr,rk persalinan fase aktif yang terhenti akan mempersing-
timbangan terhadap perubahtrn ini dalam penatalirksanai.rn kat wt.rktu untuk pelahiran selama 44 merlit dibandingkan
persirlinan, khususnytr pada nulipara, dapat dengan aman dengan yang mendapat oksitosin saja. Walaupun amniotomi
mengurangi ar-rgka pelahiran caesar. tidak berpengnruh pada jalan lahir, salal-r satu kekurangannya
adalah peningkatan ir-rsiden korioamnionitis yang signi-
likan.
<) Amniotomi
Indikasi umum ruptur mcmbran buatan-omn iotomi ltembe-
dahzrn-meliputi keperluan nntuk pernantauan langsung
Nnia xSA**aN.E trr:r fi dxnrrr
denyut jantung janin atau kontraksi ureflls, arau keduanya, Bagian ini akan menjelaskan pendekatan rersrrukrur
sel:rma amniotomi, untuk meminimi,rlkan risiko prolapsusus rnengeniri penatalaksanaan persalinan, yang didiskusikan
tali pusar, perlu ditingkatkan kewaspadaan untuk meng- prdr Birb l7 (hrrl. 424.)
BAB 22: INDUKSI PERSALTNAN 531

ii'ej$t<ti$E H,A#fii

Efc.k

il25
:,1]i,.r,,.,rmenit
iiriftr
.;ii;i";::.:.r:tl*
x:iil8{irnieriit'i

"Tidak aUa efek pada keseluruha


bPeningkatan ringan dan
sedang
, NA
='pp1 6s36ssed {tidak diniiai).

DAFTAR PUSTAKA Brindley BA, Sokol RJ: lnduction and augmentation oflabor. Basis and
methods for cuffenr practice. Obstet Gynecol Sury 43:230, 1988
Bullarbo M, Orrskog ME, Andersch B, et al: Outpatient vaginal
Alexander JM, Sharma SK, Mclntire D, et a1: Epidural analgesia administration of the nitric oxide donor isosorbide mononitrate for
lengthens the Friedman active phase oflabor. Obstet Gynecoi 100:46, cen'ical ripening and labor induction lebih bulan: A randomized
ZOOZ controlled study. Am J Obstet Glnecol 196:50.e1 , 200?
Mott HA, Palmer CR: Sweeping the membranes: A valid procedure in Caldeyro-Barcia R, Alvarez H, Reynolds SRM: A better understanding
stimulating the awitan of labourl Br) Obstet Gynaecol 100:898, of uterusne contractility through simultaneous recording with an in-
1993 temal and a seven channel extemal method. Surg Obstet Gyr-recol
American Academy of Pediatrics and American College of Obstetricians 9l:641,1950
and Gynecologists: Guidelines for Perinatal Care, 6th ed. 2007, p Caldeyro-Barcia R, Poseiro JJ: Physiology of the uterusne contraction.
148 Gin Obstet Gynecol 3:386, 1960
American College of Obstetricians and Gynecologists: Dystocia. Tech- Chan LY, Fu L, Leung TN, et al: Obstetrical ourcomes after cervical
nical Bulletin No. 137, December 1989 ripening by multiple doses of vaginal prostaglandin 8,. Acta Obstet
American Coilege of Obstetricians and Gynecologists: Dvstocia and the Cpecol Scand 8l:70, 2004
augmentation of labor, Technical Bulletin No. Z1B, December Chanrachakul B, Herabutya Y, Punyavachira P: Potential efficacy of
1995a nitric oxide for cervical ripening in pregnancy at term. Int J Gynaecol
American College of Obstetricians and Gynecologists: lnduction of Obstet 71(3):217,2000
labor. Technical Bulletin No. 21?, December 1995b Chanrachakul B, Herabutya Y, Punyavachira P: Randomized comparison
American College of Obstetricians and Gynecologists: Induction of of glyceryl trinitrate and prostaglandin E., for cervical ripening at
1abor. Practice Bulletin No. 10, November 1999a term. Obstet Gynecol 96:549,7000
American College of Obstetricians and Gynecologists: lnduction of Chung 1H, Huang !7H, Rumney P, et al: A prospective, randomized
labor with misoprostol. Committee Opinion No. 228, November controlled trial comparing misoprostol, Foley catheter, and combi-
1999b nation misoprostolFoley for labor inducdon. Am J Obstet Gynecol
American College of Obstetricians and Gynecologists: Response to 189:1031,2003
Searle's drug waming on misoprostol. Committee Opinion No. 248, Clark SL, Miller DO, Belfort MA, et al: Neonatal and maternal outcomes
December 2000 associated with elective term delivery. Am J Obstet Gynecol
American College of C)bstetricians and Gynecologists: Vaginal birth 200(2):156.e1,2009
' after caesarean delivery. Practice Bulletin No. 54, July 2004 Cole DS, Bruck LR: Anaphylaxis after laminaria insertion. Obstet
American College of Obstetricians and Gynecologists: Fetal lung Glnecol 9 5 :10?.5, ?.000
maturity. Practice Bullerin No. 97, September 2008 Collingham J, Fuh K, Caughey A, et al: Randomized clinical rial of
Arrabal PP, Nagey DA: Is manual palpation of uterusne conrractions cen'ica1 ripening and labor induction using oral misoprostol with or
accuratel Am J Obstet Cynecol 174:717, 1996 without inffavaginal isosorbide mononitrate. Abstract No 145.
Arulkumaran S, Koh CH, Ingemarsson I, et al: Augmentation of Presented at the 29th Annual Meeting of the Society for Matemal-
labour-mode of delivery related ro cervimetric progress. Aust NZ J Fetal Medicine. 26-31 January 2009
Obstet Cynaecol 27 :304, 1987 Crane JMG: Transvaginal ultrasound cervical length and successful
Bakos 0, Backstram T: Induction of labor: A prospective, randomized labor induction fAbstract]. Obstet Gi,necol 107:605, 2006
study into amniotomy and oksitosin as induction methods in a total Culver J, Strauss RA, Brody S, et al: A randomized trial comparing
unselected population. Acta Obstet Gynecol Scand 66:5j7, 1987 vaginal misoprostol versus Foley catheter with concr.rrrent oksitosin
Bemstein P: Prostaglandin E., gel for cervical ripening and labour for labor induction in nulliparous women. Am J Perinatol 21:139,
induction: A multi-centre placebo-controlled tria1. Can Med Assoc J 2004
145:I/49, 1991 Doyle N, Ramin Su, Yeomans E, et al: Caesarean secrion: Community
Bishop EH: Pelvic scoring for elective induction. Obster Gynecol versus county hospital. Am J Obstet Gynecol 187:51 10, 2002
24:266,1964 du Vigneaud V, Ressler C. Swan JiM, et al: The synrhesis of oksitosin. J
Bolnick JM, Velazquez MD, Gonzalez JL, er al: Randomized trial between Am Chem Soc 75:4879, 1953
two active labor managemefi protocols in the presence of an Ekerhovd E, Bullarbo M, Andersch B, et al: Vaginal administration of
unfavorable cervix. Am J Obstet Gynecol 190:174,1004 the nitric oxide donor isosorbide mononitrate for cervical ripening at

Anda mungkin juga menyukai