Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PERBANDINGAN PUISI “KUSANGKA” KARYA AMIR

HAMZAH DENGAN PUISI “PENERIMAAN” KARYA CHAIRIL ANWAR


PENDEKATAN INTERTEKSTUAL

DISUSUN OLEH :

FADHIA ELISA (2085028)

MUHAMMAD WAHIDUDDIN ASRI (208)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM

2022
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Puisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Puisi juga diartikan sebagai gubahan
dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat.

Para ahli menjelaskan arti puisi dalam definisi yang bervariasi. Seperti dikutip dari buku Sastra Indonesia
yang disusun oleh tim Sastra Cemerlang, salah seorang ahli, Sumardi, menyatakan bahwa pengertian
puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi
padu dan pemilihan kata yang imajinatif.

Sementara itu, menurut James Reeves, seorang penulis Inggris yang dikenal karena puisi, drama, dan
sastranya, mengatakan bahwa pengertian puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh dengan
daya pikat.

a. Ciri-ciri Puisi
Puisi dibedakan menjadi dua, puisi lama dan puisi baru. Berikut ciri-ciri puisi:

1. Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan berikut ini:

1. Jumlah kata dalam 1 baris.


2. Jumlah baris dalam 1 bait.
3. Persajakan (rima).
4. Banyak suku kata di tiap baris.
5. Irama

Ciri-ciri puisi lama:

1. Tak diketahui nama pengarangnya.


2. Merupakan sastra lisan karena disampaikan dari mulut ke mulut.
3. Sangat terikat akan aturan-aturan, misalnya seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata ataupun
rima.
b. Puisi Baru

Berbeda dengan puisi lama, puisi baru merupakan puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan, dan
bentuknya lebih bebas daripada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, ataupun rima.

Ciri-ciri puisi baru:

1. Mempunyai bentuk yang rapi, simetris.


2. Persajakan akhir yang teratur.
3. Menggunakan pola sajak pantun dan syair meskipun dengan pola yang lain.
4. Umumnya puisi 4 seuntai.
5. Setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis).
6. Setiap gatranya terdiri dari dua kata dan 4-5 suku kata.

Ciri-ciri Puisi, Jenis, dan Unsur-unsurnya

A. Jenis-jenis Puisi
1. Puisi Naratif

Dalam puisi naratif mengungkapkan suatu cerita atau penjelasan penyair. Puisi ini terbagi
menjadi dua macam, yakni balada dan romansa. Balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-
orang perkasa ataupun tokoh pujaan. Contohnya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues untuk Bonnie
karya WS Rendra. Sedangkan romansa adalah jenis puisi cerita yang memakai bahasa romantik yang
berisi kisah percintaan, yang diselingi perkelahian dan petualangan.

2. Puisi Lirik

Pada jenis puisi lirik terbagi ke dalam beberapa macam, yakni elegi, serenada dan ode. Elegi
adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Contohnya Elegi Jakarta karya Asrul Sani yang
mengungkapkan perasaan duka penyair di Kota Jakarta.

Sedangkan serenada merupakan sajak percintaan yang dapat dinyanyikan. Kata


"serenada" sendiri bermakna nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Sementara itu,
ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang umumnya tokoh yang dikagumi, sesuatu
hal, atau sesuatu keadaan. Contohnya seperti Diponegoro karya Chairil Anwar dan Ode buat
Proklamator karya Leon Agusta.

3. Puisi Deskriptif
Dalam jenis puisi ini, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa,
benda, atau suasana yang dipandang menarik perhatian. Puisi yang termasuk kedalam jenis puisi
deskriptif, misalnya satire dan puisi yang bersifat kritik sosial.
Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan ketidakpuasan penyair terhadap suatu keadaan,
namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya.
Sedangkan puisi kritik sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidakpuasan penyair terhadap
keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidak
beresan keadaan atau orang tersebut. Kesan penyairan ini juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi
impresionistik yang mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu hal.

B. Pendekatan Intertekstual

Pendekatan Intertekstual teknik penelitian sastra yang dilakukan dengan cara membandingkan
dan mensejajarkan antar karya. Intertekstual juga dipahami sebagai proses untuk menghubungkan teks
dari masa lampau dengan teks masa kini.

Konsep penting dalam teori intertekstual adalah hipogram yang dikemukakan oleh Michael
Riffaterre (1978 dalam Ratna, 2011:173). Menurut Riffaterre, hipogram adalah struktur prateks yang
dianggap sebagai energi puitika teks. Dengan demikian, hipogram berfungsi sebagai petunjuk hubungan
antar teks yang dimanfaatkan oleh pembaca, bukan penulis, sehingga memungkinkan terjadinya
perkembangan makna. Menurut teori intertekstual, pembacaan yang berhasil justru apabila yang
berhasil justru apabila didasarkan pada pemahaman terhadap karya-karya terdahulu.

Adapun pengembangan hipogram dapat berupa :

1. Ekspansi, yakni perluasan atau pengembangan hipogram


2. Konversi, yakni berupa pemutarbalikan hipogram
3. Modifikasi, yakni manipulasi kata dan kalimat atau manipulasi tokoh dan plot cerita
4. Ekserp, yakni intisari dari hipogram
PUISI

KUSANGKA

Karya Amir Hamzah

Kusangka cempaka kembang setangkai

Rupanya melur telah diseri...

Hatiku remuk mengenangkan ini

Wasangka dan was-was silih berganti

Kuharap cempaka baharu kembang

Belum tahu sinar matahari

Rupanya teratai patuh kelopak

Dihinggapi kumbang berpuluh kali

Kupohonkan cempaka

Harum mula tersera.....

Melati yang ada

Pandai tergelak

Mimpiku seroja terapung di paya

Teratai putih awan angkasa...

Rupanya mawar mengandung lumpur

Kaca piring bunga renungan

Iguanku subuh, impianku malam

Kuntum cempaka, putih bersih...

Kulihat kumbang keliling berlagu


Kelopakmu terbuka menerima cumbu

Kusangka hauri bertudung lingkup

Bulu mata menyangga panah asmara

Rupanya merpati jangan dipetik

Kalau dipetik manguku segera.

PENERIMAAN

Karya Chairil Anwar

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Dengan sepenuh hati

Aku masih tetap sendiri

Kutahu kau bukan yang dulu lagi

Bak kembang sari sudah terbagi

Djangan tunduk! Tentang aku dengan berani

Kalau kau mau kuterima kau kembali

Untukku sendiri tapi

Sedang dengan cermin aku enggan berbagi.


ANALISIS PUISI

No Puisi Kusangka Puisi Penerimaan Penjelasan


1 Kusangka cempaka Kalau kau mau kuterima Kedua penyair itu
kembang setangkai kau kembali memiliki gaya tersendiri
Rupanya melur telah Dengan sepenuh hati. dalam membahasakan
diseri... (Bait 1). kata hatinya melalui
Hatiku remuk Kalau kau mau kuterima baris-baris sajak. Dalam
mengenangkan ini kau kembali hal ini, Amir Hamzah
Wasangka dan was-was Untukku sendiri tapi. menggunakan gaya
silih berganti. (Bait 1). (Bait 5). bahasa yang romantis
Kusangka hauri sehingga menjadi tidak
bertudung lingkup padat, yakni
Bulumata menyangga mengurangi ide atau
panah Asmara gagasan yang
Rupanya merpati sebenarnya sudah ada.
jangan dipetik Sedangkan Chairil
Kalau dipetik menguku Anwar menggunakan
segera. (Bait 6) bahasa yang agak
sedikit romantis.
Meskipun demikian,
dapat dilihat secara
menyeluruh Chairil
Anwar mempergunakan
bahasa sehari-hari
dengan gaya ekspresi
yang padat. Tidak perlu
mengurai panjang
gagasan yang dimiliki,
sebab bait pertama
diulang dengan bait
kelima.

2 Kuharap cempaka Kalau kau mau kuterima Kedua penyair itu


baharu kembang kau kembali memliki pandangan
Belum tahu sinar Untukku sendiri tapi yang berbeda. Bisa
matahari Sedang dengan cermin dilihat dari sajaknya
Rupanya teratai patah aku enggan berbagi. yaitu Amir Hamzah
kelopak (Bait 5). dalam sajak kusangka,
Dihinggapi kumbnag sudah tidak memiliki
berpuluh kali. (Bait 2). keinginan lagi untuk
mengambil si gadis
(untuk dijadikan istri
atau kekasih), sebab si
gadis sudah tidak suci
lagi. Sedangkan Chairil
Anwar, dengan
sikpanya yang realistis,
mau menerima si gadis
kembali, meskipun
pernah dijamah oleh
laki-laki lain selain aku,
namun si wanita mesti
mutlak menjadi
miliknya, tanpa harus
berbagi dengan cermin
sekalipun.
3 Kusangka cempaka Kalau kau mau kuterima Amir Hamzah
kembang setangkai kau kembali menggunakan aliran
Rupanya melur telah Dengan sepenuh hati romantisisme,
diseri... sedangkan Chairil
Hatiku remuk Aku masih tetap sendiri Anwar menggunakan
mengenangkan ini aliran realisme.
Wasangka dan was-was Kutahu kau bukan yang Dikatakan demikia,
silih berganti dulu lagi sebab seperti yang
Bak kembang sari sudah telah dipaparkan diatas
Kuharap cempaka terbagi bahwa sajak Amir
baharu kembang “Kusangka”
Belum tahu sinar Djangan tunduk! menggunakan sikap
matahari Tentang aku dengan romantik pada puisi
Rupanya teratai patuh berani tersebut.
kelopak Sikap romantik tersebut
Dihinggapi kumbang Kalau kau mau kuterima digambarkan melalui
berpuluh kali kau kembali bahasa yang romantik
Untukku sendiri tapi pula, yakni bahasa yang
Kupohonkan cempaka sangat indah.
Harum mula tersera..... Sedang dengan cermin Sedangkan Chairil
Melati yang ada aku enggan berbagi dikatakan menganut
Pandai tergelak aliran realisme, sebab
dalam sajaknya
Mimpiku seroja tersebut nampak jelas
terapung di paya sikap realistis yang
Teratai putih awan ditunjukkan oleh Chairil,
angkasa... yakni mau, kuterima,
Rupanya mawar tetap sendiri, jangan
mengandung lumpur tunduk, untukku
Kaca piring bunga sendiri, tapi, dengan
renungan cermin, aku, kau,
enggan berbagi.
Iguanku subuh,
impianku malam
Kuntum cempaka, putih
bersih...
Kulihat kumbang
keliling berlagu
Kelopakmu terbuka
menerima cumbu

Kusangka hauri
bertudung lingkup
Bulu mata menyangga
panah asmara
Rupanya merpati
jangan dipetik
Kalau dipetik manguku
segera.

KESIMPULAN

Sajak “Kusangka” merupakan hypogram sajak “Penerimaan” yang menunjukkan kesejajaran


kedua sajak tersebut di atas adalah gagasannya yaitu membandingkan gadis dengan bunga. Dalam sajak
“Kusangka” Amir Hamzah sangat kecewa karena gadis yang disangka murni itu ternyata tidak murni lagi
sehingga memutuskan untuk tidak menerima gadis itu. Sedangkan Chairil Anwar dalam sajaknya
“Penerimaan” menghadapi masalah yang sama, tetapi bersikap bertentangan dengan Amir Hamzah
yang bersedia menerima gadis yang tidak murni itu, tetapi dengan syarat sepenuhnya milik si Aku dan
tidak boleh mendua lagi. Analisis ini menyatakan bahwa sajak Amir Hamzah “Kusangka” merupakan
tentangan terhadap sajak Chairil Anwar “Penerimaan”.

Anda mungkin juga menyukai