Anda di halaman 1dari 2

Tinosporae Caulis

Batang Brotowali

Tinosporae caulis. (Anonim, Jilid II, 1978, Materia Medika Indonesia, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Hal. 91-95)
Pemerian. Tidak berbau; rasa sangat pahit.
Makroskopik. Potongan batang, warna hijau kecoklatan, permukaan tidak rata, bertonjolan,
beralur-alur membujur, lapisan luar mudah terkupas.
Mikroskopik. Epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat memanjang, dinding tipis
dengan kutikula agak tebal. Di bawah epidermis terdapat beberapa lapis sel gabus, bentuk segi
empat memanjang, dinding agak tebal. Kambium gabus terdiri dari beberapa lapis sel berdinding
tipis. Korteks parenkimatik dengan sel-sel berbentuk membulat, mengandung butir-butir pati,
minyak hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Di sebelah luar tiap berkas pengangkut
terdapat serabut sklerenkim berbentuk lengkungan; pada batang yang tua lengkungan-
lengkungan tersebutt bersambung satu dengan yang lain, sehingga merupakan seludang
sklerenkim yang tidak terputus yang pada lapis terluarnya disertai serabut hablur yang berisi
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Empulur parenkimatik, berisi butir pati, sel getah dan
berkas pembuluh kolateral. Parenkim di antara floem dan serabut sklerenkim kadang-kadang
termampat atau terkoyak. Butir pati di korteks dan empulur berbentuk hampir bulat, panjang atau
lonjong, umumnya lonjong. Sel-sel getah terdapat dalan deretan membujur di antara sel
parenkim. Berkas pembuluh kolateral, terpisah satu dengan yang lain oleh jaringan parenkim.
Identifikasi
A. Pada 2 mg serbuk batang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat hitam.
B. Pada 2 mg serbuk batang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna coklat.
C. Pada 2 mg serbuk batang tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna coklat.
D. Pada 2 mg serbuk batang tambahkan 5 tetes larutan amonia (25%) b/v; terjadi warna coklat.
E. Timbang 0.5 g serbuk, campur dengan 5 ml methanol P dan panaskan dalam penangas air
selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan methanol P secukupnya sehingga
diperoleh 5 ml filtrate. Pada titik pertama dari lempeng KLT silica gel GF 254 P, tutulkan 20 µl
filtrate dan pada titik kedua tutulkan 20 µl zat warna II LP. Eluasi dengan campuran benzene
P etanol mutlak (80+20) dengan jarak rambat 15 cm. Amati dengan sinar ultraviolet 366 nm.
Semprot lempeng dengan asam sulfat LP, panaskan pada suhu 110o selama 10 menit, amati
dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm. Pada kromatogram tampak bercak-
bercak dengan warna dan hRx sebagai berikut:

No. hRx Dengan sinar biasa Dengan sinar UV 366 nm


Tanpa Dengan pereaksi Tanpa Dengan pereaksi
pereaksi pereaksi
1 13-19 - Biru lembayung - Biru lembayung
2 20-25 - Merah - Merah
3 66-72 - - Merah -
4 90-96 - - Lembayung -
5 121-128 - - Kuning gading -
6 139-148 - - Biru -
Catatan: harga hRx dihitung terhadap bercak warna kuning dari kromatogram zat warna II
LP.
Kadar abu. Tidak lebih dari 7.2%.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 0.9%.
Kadar sari yang larut dalam air. Tidak lebih dari 15.4%.
Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak lebih dari 4.4%.
Bahan organik asing. Tidak lebih dari 2%.
Penyimpanan. Dalam wadah tertutup baik.
Isi. Pati, glikosida pikroretosida, alkoloida berberin dan palmantin, zat pahit pikroretin, harsa.
Penggunaan. Antipiretik.

Anda mungkin juga menyukai