Anda di halaman 1dari 9

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perbedaan yang signifikan antara

konsentrasi Hb hasil pemeriksaan POCT metode electrode-based biosensor dan

HA metode sianmethemoglobin (p=0,000). Hasil tersebut sejalan dengan beberapa

penelitian sebelumnya. Penelitian Skelton et al. (2013) yang menggunakan POCT

HemoCue® dan baku emas hematology analyzer Advia 2120 mendapatkan

perbedaan konsentrasi Hb sebesar 0,5-1 g/dL yang secara statistik bermakna

(p=0,03). Subjek pada penelitian tersebut terdiri dari 137 wanita hamil yang akan

menjalani operasi sesar dan berumur lebih dari 18 tahun. Penelitian Gómez-Simón

et al. (2007) juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara hematology

analyzer (Coulter Electronics, Hialeah, FLA, USA) dengan POCT HemoCue® dan

STAT-Site® MHgb (p<0,001).

Faktor terbesar yang menyebabkan perbedaan pada penelitian ini adalah

penggunaan sampel darah yang berbeda pada kedua metode pengukuran. Sampel

darah yang digunakan untuk pemeriksaan konsentrasi Hb dapat berupa sampel

darah kapiler maupun sampel darah vena (Karakochuk et al., 2014). Faktor yang

menyebabkan perbedaan nilai konsentrasi Hb sampel darah kapiler dan vena

adalah adanya perbedaan komposisi darah. Schalk et al. (2007) membuktikan

terdapat beberapa parameter darah yang mengalami peningkatan bermakna pada

sampel darah kapiler dibandingkan sampel darah vena seperti Hb (8,2 mmol/l vs 8

mmol/l; p<0,0001), hematokrit (Hct) (0,40 l/l vs 0,38 l/l; p<0,0001), sel darah

36
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

merah (4,3x1012/l vs 4,2x1012/l; p<0,0001), mean corpuscular volume (MCV)

(93,3 fl vs 90,2 fl; p<0,0001), mean corpuscular hemoglobin (MCH) (1,92 fmol vs

1,91 fmol; p<0,0001). Hal ini sesuai dengan penelitian Patel et al. (2013).

Penelitian tersebut menunjukkan perbedaan konsentrasi Hb yang signifikan antara

sampel darah kapiler menggunakan POCT (HemoCue®) dan sampel darah vena

menggunakan POCT (HemoCue®) maupun HA (Cell-Dyn 4000). Hasil

menunjukkan konsentrasi Hb sampel darah kapiler lebih tinggi secara signifikan

dibandingkan dengan konsentrasi Hb darah vena menggunakan POCT (p=0,007)

maupun HA (p<0,001). Rata-rata konsentrasi Hb pada ketiga alat pengukuran

tersebut berturut-turut sebesar 14,05, 13,89, dan 13,62.

Pada penelitian ini sampel darah yang digunakan adalah sampel darah kapiler

pada POCT metode electrode-based biosensor dan sampel darah vena pada HA

metode sianmethemoglobin. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

Patel et al. (2013) dimana penelitian ini menunjukkan nilai rata-rata konsentrasi

Hb sampel darah vena lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata konsentrasi Hb

sampel darah kapiler. Perbedaan hasil dapat disebabkan oleh beberapa faktor di

antaranya posisi subjek sebelum dan saat pengambilan sampel darah, akurasi alat

pemeriksaan konsentrasi Hb, dan jumlah strip yang digunakan untuk mendapatkan

nilai konsentrasi Hb POCT.

Perbedaan hasil konsentrasi Hb pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh

posisi subjek penelitian saat dan sebelum pengambilan sampel darah. Pada

penelitian ini posisi pengambilan sampel darah kapiler maupun vena sama

sehingga posisi pengambilan sampel tidak mempengaruhi hasil pemeriksaan.


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

Namun posisi subjek sebelum pengambilan kedua jenis sampel darah berbeda-

beda, sebagian subjek berdiri dan sebagian yang lain duduk. Waktu untuk

mempertahankan posisi tersebut juga tidak diketahui sehingga dapat

mempengaruhi hasil pengukuran. Hagan et al. (1978) membuktikan bahwa

perubahan posisi pada beberapa kali pengambilan sampel darah menyebabkan

perbedaan hasil pengukuran dari Hb, Hct, dan protein plasma (PP). Pengambilan

darah pada penelitian tersebut melalui vena mediana cubiti atau vena cephalica.

Darah pertama kali diambil pada menit ke-5 dan 10 saat posisi berdiri. Kemudian

subjek berbaring dalam posisi supinasi dan darah kembali diambil pada menit ke-

5, 10, 15, 20, dan 35. Selanjutnya subjek berdiri kembali dan darah diambil pada

menit ke-5, 10, 15, 20, dan 35. Hasil penelitian menunjukkan perubahan posisi

dari berdiri menjadi berbaring dalam posisi supinasi berhubungan dengan

terjadinya hemodilusi secara signifikan (p<0,05) sehingga terjadi penurunan

konsentrasi Hb, Hct, dan PP sebesar 7-13%. Hasil pengukuran menunjukkan

angka yang relatif stabil bila pengambilan darah dilakukan setelah 20 menit pada

posisi subjek yang sama.

Selain perubahan posisi subjek, perbedaan hasil penelitian kemungkinan juga

dikarenakan oleh akurasi dan jumlah strip Hb yang digunakan untuk mendapatkan

nilai konsentrasi Hb. Pada penelitian ini tidak dilakukan uji akurasi pada POCT

metode electrode-based biosensor sehingga tidak diketahui akurasi dari alat

tersebut. Pada alat ukur yang tidak diketahui akurasinya, kita tidak dapat

mengetahui apakah konsentrasi Hb yang dihasilkan dari alat tersebut dapat

diterima atau tidak. Selain itu, konsentrasi Hb POCT metode electrode-based


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

biosensor pada penelitian ini didapatkan hanya dari 1 strip tes Hb. Hal ini dapat

menyebabkan variabilitas/perbedaan hasil yang signifikan pada penelitian ini.

Rippmann et al. (1997) meneliti mengenai akurasi HemoCue® dan beberapa faktor

yang berpotensi menyebabkan variabilitas/perbedaan hasil konsentrasi Hb antara

HemoCue® dengan nilai konsentrasi Hb rujukan (CO-Oximeter [IL 482,

Instrumentation Laboratory, Lexington, MA]). Akurasi (trueness)

menggambarkan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya (Vis dan

Huisman, 2016). Uji akurasi HemoCue® pada penelitian tersebut dilakukan pada

situasi klinis. Akurasi pada situasi klinis yang dapat diterima adalah ≤10%.

Variabilitas mempengaruhi akurasi alat pemeriksaan konsentrasi Hb. Salah satu

faktor variabilitas yang diteliti pada penelitian tersebut adalah penggunaan

beberapa microcuvette. Microcuvette merupakan salah satu perangkat POCT yang

memiliki fungsi yang sama dengan strip tes. Perangkat tersebut merupakan salah

satu alat pemeriksaan konsentrasi Hb pada POCT HemoCue® (HemoCue AB,

2016). Penelitian tersebut memeriksa 2 jenis sampel darah menggunakan 2 cara

pengukuran konsentrasi Hb yang berbeda. Jenis sampel darah yang pertama

adalah sampel darah dalam situasi klinis (sampel darah pasien yang menjalani

operasi). Tiap sampel darah diperiksa 1 kali dengan 1 microcuvette menggunakan

7 POCT HemoCue® yang berbeda. Jenis sampel darah yang kedua adalah

heparinized packed red cells dan fresh frozen plasma dengan nilai konsentrasi Hb

berkisar dari 2 g/dL hingga 18 g/dL yang dibagi menjadi 7 level Hb. Tiap level

Hb diperiksa secara berulang dengan 7 POCT HemoCue® yang berbeda

menggunakan 10 microcuvette dan diambil rata-ratanya. Hasil penelitian


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi variabilitas konsentrasi

Hb adalah jumlah penggunaan microcuvette. Jumlah penggunaan microcuvette

berkontribusi dalam mempengarahi nilai konsentrasi Hb sebesar 68%. Adapun

hasil uji akurasi pemeriksaan konsentrasi Hb pada penelitian tersebut yang

menggunakan HemoCue® hanya dengan 1 microcuvette tidak dapat diterima

(akurasi ≥10%) pada jenis sampel darah klinis. Oleh karena itu, penelitian tersebut

menyarankan untuk menggunakan beberapa microcuvette dan mengambil rata-

ratanya dalam memperoleh konsentrasi Hb menggunakan POCT HemoCue®. Hal

ini dapat meningkatkan akurasi dari pemeriksaan konsentrasi Hb menggunakan

POCT HemoCue®.

Hasil uji beda pada penelitian ini memiliki hasil yang berbeda dengan

penelitian yang lain. Penelitian de A Paiva et al. (2004) menggunakan POCT

HemoCue® dan HA Cell Dyn 3000 mendapatkan tidak adanya perbedaan yang

signifikan (p=0,768) antara konsentrasi hemoglobin kedua alat tersebut. Penelitian

tersebut dilakukan terhadap 29 wanita hamil yang akan melahirkan di Brasil.

Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan alat dan metode yang digunakan.

POCT HemoCue® sudah terbukti validitas dan reliabilitasnya (de A Paiva et al.,

2004; Sawant et al., 2007). HemoCue® juga sudah diteliti mengenai

kemampuannya dalam mengestimasi konsentrasi Hb pada tempat donor darah

yang mobile dan area kritis di fasilitas kesehatan sehingga direkomendasikan

untuk digunakan sebagai alat skrining konsentrasi Hb (Nkrumah et al., 2011).

Adapun penelitian terkait perbandingan POCT metode electrode-based biosensor

dan baku emas belum pernah dilakukan sebelumnya. HA yang digunakan juga
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

berbeda. Penelitian tersebut menggunakan HA Cell Dyn 3000 yang telah terbukti

dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi klinis (Stroop et al., 1994)

sedangkan penelitian ini menggunakan HA metode sianmethemoglobin yang

belum pernah diteliti sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan di Spanyol menunjukkan tidak ada perbedaan

konsentrasi hemoglobin yang signifikan (p=0,37) antara POCT CompoLab HB

system dan hematology analyzer (Coulter Electronics, Hialeah, FLA, USA).

Penelitian tersebut dilakukan terhadap 380 calon pendonor darah. Nilai

konsentrasi hemoglobin POCT pada penelitian tersebut didapatkan dari rata-rata 2

sampel darah dari 2 jari yang berbeda (Gómez-Simón et al., 2007). Cara

mendapatkan nilai konsentrasi Hb pada penelitian tersebut berbeda dengan

penelitian ini. Pada penelitian ini nilai konsentrasi Hb didapat hanya dengan

menggunakan 1 sampel darah dari salah satu jari subjek. Alasan perbedaan ini

telah dijelaskan pada penelitian Rippmann et al. (1997) sebelumnya.

Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman didapatkan korelasi positif (r=0,44)

dengan kekuatan sedang (r=0,40-0,599) yang signifikan (p<0,001). Hasil tersebut

sesuai dengan hasil penelitian Adam et al. (2012) di Sudan terhadap 108 wanita

hamil. Penelitian menunjukkan hasil uji korelasi positif yang signifikan dengan

r=0,51 (p<0,001) menggunakan sampel darah kapiler pada POCT HemoCue® dan

sampel darah vena pada hematology analyzer metode non-sianida.

Pada penelitian yang menggunakan uji korelasi tidak didapatkan banyak

pembahasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil uji korelasi. Hal ini

disebabkan uji korelasi (Pearson/Spearman) hanya dapat menampilkan kekuatan


commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

hubungan antara kedua alat pemeriksaan dan tidak dapat mendeteksi agreement

(Karakochuk et al., 2015). Agreement merupakan parameter yang menunjukkan

kedekatan hasil antara 2 pengukuran yang menggunakan skala pengukuran dan

subjek yang sama (Bartlett dan Frost, 2008). Penelitian perbandingan kedua alat

lebih tepat menggunakan uji agreement untuk mengevaluasi alat pemeriksaan

terbaru dengan tindakan invasif yang minimal (Bland dan Altman, 1986).

Keterbatasan pada penelitian ini antara lain:

1. Bias pengukuran

Bias pengukuran yang terjadi pada penelitian ini disebabkan oleh tidak

dilakukannya standardisasi pemeriksa dalam pemilihan jari dan tangan

untuk pengambilan sampel darah kapiler. Penelitian ini tidak melakukan

standardisasi mengenai jari dan tangan yang harus dipilih untuk

pengambilan sampel darah kapiler sehinga jari dan tangan yang dipilih

berbeda pada tiap subjek. Hal ini terbukti mempengaruhi hasil

pemeriksaan konsentrasi hemoglobin. Studi terhadap 87 wanita Honduras

barat mengenai perbedaan konsentrasi hemoglobin dari sampel darah

kapiler jari tengah tangan kiri dan kanan pada subjek yang sama

membuktikan bahwa terdapat perbedaan nilai konsentrasi hemoglobin.

Perbedaan konsentrasi yang diukur menggunakan POCT HemoCue®

(HemoCue Inc, Mission Viejo, CA) tersebut mencapai ≥ 20 g/L (Morris et

al., 1999).

commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

2. Penjaminan mutu

Pada penelitian ini dilakukan uji akurasi pada HA metode

sianmethemoglobin dan uji presisi pada POCT metode electrode-based

biosensor. Hasil uji akurasi HA metode sianmethemoglobin tidak dapat

dilaporkan karena data tidak diberikan oleh pihak rumah sakit. Uji presisi

dilakukan pada POCT metode electrode-based biosensor dengan

memeriksa sampel darah dari subjek yang sama di luar subjek penelitian

sebanyak 2 kali. Pemeriksaan seharusnya dilakukan sebanyak 10 kali

(Timan et al., 2004). Pemeriksaan hanya dilakukan 2 kali karena

keterbatasan strip hemoglobin.

Penjaminan mutu meliputi akurasi dan presisi terhadap alat

pemeriksaan darah perlu dilakukan secara berkala (Kahar, 2006). Vis dan

Huisman (2016) menyatakan uji presisi dan uji akurasi perlu dilakukan

untuk mengetahui kesesuaian kinerja alat dengan persyaratan dalam

mengukur parameter yang bersangkutan. Presisi alat ukur konsentrasi Hb,

baik POCT maupun HA, perlu diketahui untuk mengetahui kualitas alat

pemeriksaan (Briggs et al., 2008; Vis dan Huisman, 2016). Presisi

merupakan kedekatan hasil pengukuran pada pengukuran berulang dari

sampel darah subjek yang sama yang dapat diterima. Uji presisi dilakukan

dengan melakukan pengukuran berulang terhadap sampel darah yang sama

menggunakan metode yang sama. Indikator untuk mengetahui presisi

sebuah alat adalah koefisien variasi (coeffiecient of variation/CV) (Vis dan

Huisman, 2016). Besar koefisien variasi yang dapat diterima dari alat
commit to user
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

POCT adalah <5% (Gómez-Simón et al., 2007) sedangkan besar koefisien

variasi yang dapat diterima dari HA sebesar 0,9% (Vis dan Huisman,

2016). Adapun mengenai akurasi, Morris et al. (1999) mengatakan uji

akurasi dilakukan untuk mengetahui kesalahan pengukuran pada instrumen

Uji akurasi perlu dilakukan pada HA (Vis dan Huisman, 2016) dan POCT

(Morris et al., 1999). Uji tersebut dilakukan dengan membandingkan hasil

pengukuran alat konsenstrasi Hb dengan hasil pengukuran baku emas

menggunakan sampel darah yang sama dan diperiksa dengan metode

statistik (Morris et al., 1999).

3. Subjek penelitian

Subjek penelitian homogen (jenis kelamin dan umur) sehingga tidak

dapat dilakukan uji kelayakan alat dalam mendiagnosis anemia seperti uji

reliabilitas dan uji diagnosis. Reliabilitas memberikan informasi mengenai

besar/tingkat kesalahan pengukuran yang berasal dari subjek penelitian.

Uji reliabilitas dapat digunakan untuk mengetahui sumber kesalahan

pengukuran yang dilakukan, apakah kesalahan berasal dari subjek

penelitian atau metode pengukuran. Uji ini bergantung pada heterogenitas

subjek penelitian, semakin heterogen maka semakin reliabel (Bartlett dan

Frost, 2008). Penelitian mengenai reliabilitas dilakukan pada subjek

dengan jenis kelamin dan umur yang heterogen (Morris et al., 1999; de

Louw et al., 2006; Sanchis-Gomar et al., 2012). Uji diagnosis juga

dilakukan pada sampel dengan jenis kelamin dan umur yang heterogen

(Sawant et al., 2007; Tondon et al., 2009; Ahankari et al., 2016).


commit to user

Anda mungkin juga menyukai