Anda di halaman 1dari 8

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA TIGA TAHUN

(THREE YEAR OLD CHILDREN’S LANGUAGE ACQUISITION)

Dian Syahfitri
Universitas Prima Indonesia
Jalan Sekip Simpang Sikambing Medan
diansyahfitri@unprimdn.ac.id

Annisa Rachmani T.
Universitas Islam Bandung
Jalan Tamansari No.1 Jawa Barat

Tanggal naskah masuk 2 April 2015


Tanggal akhir penyuntingan 10 Juni 2015

Abstract
The first three years of a child‟s life is the golden age for a child‟s growth and
development. Therefore, this age range became interesting to research the stage of
achievement of what works performed by three years old child in terms of language
acquisition. The subject of observation, Azra 3 years old with focus on the subject of
language development in terms of phonological, syntax, semantics. The reserach found
the children three years old mastering the overall sound of the vocal but some sounds
diphtongs. In the consonant sounds there are still barries to the sound /r/ and /s/. In
terms of syntax, the achievement of children in forming a sentence like: declarative,
imperative, interrogative, and complex sentences have resembled an adult sentence,
although there are some mistakes that are generally still acceptable. Finally , in terms
of semantics subject still have difficulty in understanding the description of time .

Keywords: language acquisition, children, phonological, syntax, semantics

Abstrak
Tiga tahun pertama dalam kehidupan seorang anak adalah masa keemasan bagi pertumbuhan
dan perkembangan seorang anak. Oleh karena itu, rentang usia ini menjadi tahapan yang
menarik untuk diteliti mengenai pencapaian apa saja yang berhasil dilakukan oleh anak usia 3
tahun dalam hal pemerolehan bahasanya. Observasi dilakukan terhadap seorang anak, Azra,
berusia 3 tahun dengan memfokuskan terhadap perkembangan bahasa subjek dari segi
fonologis, sintaksis, dan semantisnya. Hasil penelitian ditemukan bahwa anak usia 3 tahun
telah menguasai keseluruhan bunyi vokal, kecuali beberapa bunyi diftong. Pada bunyi
konsonan masih terdapat hambatan bunyi /r/ dan /s/. Dari segi sintaksis, pencapaian anak
dalam membentuk kalimat seperti: deklaratif, imperatif, interogatif, dan kalimat kompleks telah
menyerupai kalimat orang dewasa, walaupun masih terdapat beberapa kesalahan yang secara
umum masih dapat diterima/dipahami maksudnya. Terakhir, dari segi semantisnya subjek
masih mengalami kesulitan dalam memaknai keterangan waktu.

Kata Kunci: pemerolehan bahasa, anak, fonologi, sintaksis, semantik

1. Pendahuluan Proses pemerolehan dan penguasaan


1.1 Latar Belakang bahasa anak-anak merupakan fenomena yang
menakjubkan bagi para penyelidik dalam
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
1
bidang linguistik. Bagaimana seorang anak Pada rentang usia tiga tahun menjadi
memperoleh bahasa merupakan satu isu yang tahapan yang menarik untuk diteliti
amat mengagumkan dan sukar dibuktikan. mengenai pencapaian apa saja yang berhasil
Berbagai teori dari bidang disiplin yang dilakukan oleh anak usia tiga tahun dalam hal
berbeda telah dikemukakan oleh para pemerolehan bahasanya, dalam hal ini aspek
pengkaji untuk menerangkan bagaimana yang dilihat adalah tiga aspek
proses ini berlaku dalam kalangan anak-anak. kebahasaannya: fonologi, sintaksis, dan
Disadari ataupun tidak, sistem-sistem semantis.
linguistik tetap berhasil dikuasai dengan baik
oleh anak-anak tanpa memerlukan suatu 1.3 Tujuan
pengajaran formal. Penelitian ini bertujuan untuk
Pemerolehan bahasa anak tidaklah mengetahui pemerolehan aspek kebahasaan
tiba-tiba, tetapi bertahap. Anak memulai pada anak usia tiga tahun.
proses ini sejak mereka lahir bahkan ada
yang berpendapat bahwa proses itu telah 1.4 Metode
dimulai sejak di dalam kandungan. Proses ini Penelitian ini adalah penelitian
terus berkembang seiring dengan kualitatif deskriptif yang menggunakan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan pendekatan naturalistik karena dilakukan
sosialnya. Perkembangan bahasa anak pada kondisi objek alami, peneliti adalah
ditandai oleh suatu rangkaian yang bergerak sebagai instrumen kunci. Data penelitian ini
dari bunyi-bunyi atau ungkapan yang dikumpulkan melalui metode observasi.
sederhana menuju tuturan yang lebih Dalam proses observasi, peneliti berperan
kompleks. langsung sebagai instrumen dengan
Tiga tahun pertama dalam kehidupan memberikan stimulus terhadap subjek
seorang anak adalah masa keemasan bagi penelitian agar mendapatkan sebanyak-
pertumbuhan dan perkembangan seorang banyaknya data mengenai perkembangan
anak. Pada tahun-tahun ini kemampuan bahasa anak.
berbahasa anak berkembang pesat. Proses Subjek penelitian ini adalah Azra,
pemerolehan dan penguasaan bahasa yang seorang anak perempuan berusia 3 tahun
mencakup beberapa aspek, seperti yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai
penguasaan fonologi, morfologi, sintaksis, bahasa sehari-harinya (bahasa pertamanya).
dan semantik dilaluinya tahap demi tahap. Subjek merupakan seorang anak yang
Anak usia 3 tahun dianggap telah normal, baik fisik maupun mentalnya dan
melalui hampir keseluruhan tahap tidak memiliki gangguan dalam
pemerolehan bahasa. Pada kisaran usia ini perkembangan berbahasanya. Bersekolah di
anak telah memasuki tahap true speech, TK-A, TK AISYAH semenjak usianya 2.5
dimana kompetensi bahasanya sudah sangat tahun menjadikan Azra memiliki
berkembang dan performansinya sudah mulai kemampuan berkomunikasi sangat baik.
mendekati bahasa orang dewasa. Anak usia 3 Hal yang menjadi fokus adalah data-
tahun mulai menghasilkan ujaran kata ganda data yang berhubungan dengan
(multiple-word utterances) atau disebut juga perkembangan bahasa subjek dari segi
ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu fonologis, sintaksis, dan semantis. Segi
membentuk kalimat dan mengurutkannya fonologis dilihat dari pemerolehan bunyi-
dengan benar. Kosakata anak berkembang bunyi fonem tertentu, sedangkan segi
dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan sintaksis, dilihat dari pencapaian anak dalam
cara pengucapan kata-kata semakin mirip membentuk kalimat seperti: deklaratif,
dengan bahasa orang dewasa. imperatif, interogatif, dan kalimat kompleks.
Terakhir adalah dari segi semantisnya, yaitu
1.2 Masalah

MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
2
kesalahan-kesalahan pemaknaan kata yang pembicaraan. Misal: anak
muncul pada objek. mengatakan ”ibu”. Hal ini dapat
berarti: ”ibu tolong saya”, ”itu ibu”,
2. Kerangka Teori ”ibu ke sini”.
2.1 Pemerolehan Bahasa 2) Periode kalimat dua kata yaitu
Pemerolehan bahasa atau akuisisi periode perkembangan bahasa yang
bahasa adalah proses yang berlangsung di ditandai dengan kemampuan anak
dalam otak anak-anak ketika dia memperoleh membuat kalimat dua kata sebagai
bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. ungkapan komunikasi dengan orang
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan lain. Bahasa kalimatnya belum
dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran sempurna karena tidak sesuai dengan
bahasa berkaitan dengan proses-proses yang susunan kalimat Subyek (S), Predikat
terjadi pada waktu seorang anak mempelajari (P) dan Obyek (O) misal: kakak jatuh.
bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa 3) Periode kalimat lebih dari dua kata
pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa yaitu periode perkembangan bahasa
berkenaan dengan bahasa pertama, yang ditandai dengan kemampuan
sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan anak untuk membuat kalimat secara
dengan bahasa kedua (Chaer, 2003: 167). sempurna sesuai dengan susunan S-P-
O.
2.2 Tahapan Pemerolehan Bahasa c. Periode diferensiasi (usia 2½ -5 tahun),
Psikologi Perkembangan Anak Tiga ditandai dengan kemampuan anak untuk
Tahun Pertama terdapat tiga tahap mengusai bahasa sesuai dengan aturan
perkembangan kalimat pada anak usia lima tata bahasa yang baik dan sempura yaitu
tahun pertama yaitu: kalimatnya terdiri dari subjek, predikat,
a. Periode prelingual (usia 0-1 th): ditandai dan objek. Perbendaharaan katapun
dengan kemampuan bayi untuk sudah berkembang, baik dari segi
mengoceh sebagai cara berkomunikasi kualitas maupun kuantitas. (diambil dari
dengan orang tuanya. Pada saat itu bayi http://diksa-
tampak pasif menerima stimulus ahwhyod.blogspot.com/search?q=pemerolehan+
bahasa+pertama)
eksternal yang diberikan oleh orang
tuanya, tetapi bayi mampu memberikan
2.3 Proses Pemerolehan Bahasa
respons yang berbeda-beda terhadap
Selama pemerolehan bahasa pertama,
stimulus tersebut, misal: bayi akan
Chomsky (dalam Chaer, 2003) menyebutkan
tersenyum terhadap orang yang
bahwa ada dua proses yang terjadi ketika
dianggapnya ramah dan akan menangis
seorang anak memperoleh bahasa
dan menjerit kepada orang yang
pertamanya. Proses yang dimaksud adalah
dianggap tidak ramah atau ditakutinya.
proses kompetensi dan proses performansi.
b. Periode lingual dini (usia 1-2½ tahun):
Kompetensi adalah proses
ditandai dengan kemampuan anak dalam
penguasaan tata bahasa (fonologi, morfologi,
membuat kalimat satu kata maupun dua
sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari.
kata dalam suatu percakapan dengan
Kompetensi ini dibawa oleh setiap anak sejak
orang lain. Periode ini terbagi atas 3
lahir. Meskipun dibawa sejak lahir,
tahap yaitu :
kompetensi memerlukan pembinaan sehingga
1) Periode kalimat satu kata
anak-anak memiliki performansi dalam
(holophrase) yaitu kemampuan anak
berbahasa. Performansi adalah kemampuan
untuk membuat kalimat yang hanya
anak menggunakan bahasa untuk
terdiri dari satu kata yang
berkomunikasi. Performansi terdiri dari dua
mengandung pengertian secara
proses, yaitu proses pemahaman dan proses
menyeluruh dalam suatu
penerbitan kalimat-kalimat. Proses
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
3
pemahaman melibatkan kemampuan kemampuan mengamati atau mempersepsi
mengamati atau mempersepsi kalimat- kalimat-kalimat yang didengar., sedangkan
kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkan kemampuan
penerbitan melibatkan kemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri.
menghasilkan kalimat-kalimat sendiri
(Chaer, 2003:167). 3. Hasil dan Pembahasan
Secara lebih jelas Chomsky 3.1 Pemerolehan Fonologi
menjelaskan sebagai berikut: 3.1.1 Pemerolehan Vokal
a. Proses Kompetensi: Hasil analisis vokal meliputi vokal
1) Fonologi tunggal (monoftong) dan vokal rangkap
Pada fase ini anak menggunakan (diftong). Monoftong telah dikuasai oleh
bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan subjek dengan baik. Subjek tidak mengalami
bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya kesulitan yang berarti dalam memproduksi
menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari vokal. Ada delapan vokal yang dikuasai
dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada subjek yaitu [ i, è, é, a, ê, u, o, ô]. Dari
akhir periode berceloteh, anak sudah mampu kedelapan vokal itu, terdapat dua vokal yaitu
mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan vokal /è/ dan /ê/ yang mendapatkan perhatian
kontur bahasa yang dipelajarinya. khusus. Pengamatan khusus ini bertujuan
untuk melihat apakah subjek telah berhasil
2) Sintaksis membedakan dua bunyi tersebut. Hasilnya
Sintaksis adalah urutan dan organisasi subjek telah mampu membedakan dua bunyi
kata-kata yang membentuk kalimat atau frasa tersebut bahkan ketika kedua bunyi tersebut
menurut rumus-rumus sangat penting dalam muncul pada satu kata yang sama, seperti
suatu bahasa atau komponen bahasa (atau dalam kata-kata berikut:
komponen tata bahasa) yang mengaturnya. „jelek‟ /è/ dan /ê/
Tugas paling utama komponen sintaksis „keren‟ /è/ dan /ê/
adalah untuk menentukan hubungan di antara „gatel‟ /ê/
pola-pola bunyi bahasa itu dengan arti- „enggak‟ /ê/
artinya dengan cara mengatur urutan kata-
kata yang membentuk fase-fase atau kalimat- Pada Diftong, beberapa diftong
kalimat agar selaras dengan arti-arti yang seperti [ai], seperti dalam „sungai‟, dan [au]
diinginkan penutur. seperti dalam „bau‟ telah dapat diucapkan
dengan jelas. Namun, di beberapa kata lain
3) Semantik seperti dalam kata „kalau‟ dan „capai‟
Komponen semantik suatu tata penggunaan diftong masih diabaikan. Hal ini
bahasa memainkan peranan untuk sepertinya bukan disebabkan oleh kesulitan
menentukan arti setiap kalimat sesuatu artikulasi yang dilami oleh subjek, tetapi
bahasa. Dengan demikian, komponen lebih dikarenakan oleh input dari penutur
semantik membentuk semacam perbatasan di dewasa di sekitar subjek yang memang
antara bahasa dengan pikiran. Oleh karena mengucapkan kata-kata tersebut dalam bunyi
komponen semantik itu merupakan satu monoftong.
sistem representasi dalam, maksudnya berada
di dalam otak, maka komponen ini sangat 3.1.2 Pemerolehan Konsonan
sukar dipahami dan dikaji karena tidak Secara umum subjek tidak mengalami
diamati dan diteliti secara empirikal. kesulitan dalam menguasai konsonan.
Bahkan bunyi-bunyi nasal seperti [ng] dan
b. Proses Performansi [ny] telah dapat digunakan, baik ketika
Proses ini meliputi pemahaman dan posisinya berada di depan maupun di
penerbitan. Pemahaman melibatkan belakang, seperti dalam kata „ngerti‟,
„sayang‟, „nyampe‟. Subjek pun telah
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
4
berhasil membedakan bunyi [p] dan [b], hasilkan telah menyerupai bahasa orang
sedangkan bunyi [z] yang dianggap sulit dewasa.
untuk dikuasai anak seusianya, telah dikuasai Bentuk kalimat yang digunakan oleh
dengan baik, dikarenakan bunyi [z] yang subjek tidak lagi sebatas dua atau tiga kata,
memang terdapat pada namanya [Azra] namun telah memasuki multikata. Kalimat-
tergolong sering digunakan. Namun, subjek kalimat majemuk pun mulai digunakan oleh
masih belum berhasil menguasai bunyi getar subjek. Bahkan ekspresi-ekspresi ataupun
[r] dan sesekali melakukan kegagalan dalam idiom-idiom yang belum tentu dimengerti
bunyi [s]. Bunyi [r] ini selalu diganti dengan artinya, seperti „kasian deh lu‟, „bete‟, „suer
bunyi [l], sedangkan bunyi [s] sesekali deh‟, „lebay‟ telah digunakan oleh subjek.
digantikan dengan bunyi [c], seperti dalam Dalam pemerolehan sintaksis, subjek
kata-kata berikut ini: penelitian telah menguasai empat macam
„berenang‟ [belenang] kalimat dengan baik : kalimat deklaratif,
„susah‟ [cucah] kalimat imperatif, kalimat interogatif, dan
„susu‟ [cucu] kalimat kompleks. Berikut adalah
pembahasannya.
Hal yang menarik dalam penguasaan
aspek fonologis ini adalah, walaupun subjek 3.2.1 Kalimat Deklaratif
telah menguasai bunyi per-satuannya, subjek Untuk anak usia tiga tahun, kalimat-
terkadang masih mengalami kesulitan dalam kalimat deklaratif yang digunakan oleh
membunyikan dua konsonan berurutan dalam subjek dapat dikatakan hampir sempurna.
suatu kata. Seperti dalam kata-kata berikut Penggunaan pola kalimat baku yang
ini: setidaknya mengharuskan adanya subjek
„sejadah‟ [sedadah]
kalimat dan predikatnya telah dikuasai
„cicadas‟ [cidadas]
dengan baik oleh subjek penelitian. Kalimat-
„SMA‟ [ém és a]
kalimat yang dihasilkan oleh subjek pun
Dalam kasus kata „sejadah‟ dan telah dilengkapi dengan keterangan kalimat.
„cicadas‟, sepertinya disebabkan oleh Beberapa kalimat „penyedap‟, seperti „nih‟
kecenderungan anak untuk mengucapkan dan „kan‟ nampak digunakan dalam produksi
bunyi berulang. Bagi mereka bunyi berulang kalimatnya. Berikut adalah beberapa contoh
seperti „mamam‟, „bobo‟, dan „pipis‟ kalimat yang dihasilkan:
merupakan bunyi yang lebih akrab dan “Az mau pake "Azranya lagi
baju princess." nungguin Bunda,
mudah untuk diucapkan sehingga bagi
"Nenek ngajar di nih"
mereka mengucapkan [sedadah] nampak sekolah” "Azra kan anaknya
lebih mudah dibandingkan dengan [sejadah]. Ayah sama Bunda"
Begitupula halnya dengan kasus kata „SMA‟
[és ém a] yang dibunyikan [ém és a], dimana Namun diluar itu, subjek penelitian
anak cenderung mendahulukan bunyi yang beberapa kali melakukan perpindahan dalam
mudah. Bunyi bilabial merupakan bunyi urutan pola kalimatnya yang di luar dari
yang dianggap lebih mudah dibandingkan bentuk baku. Seperti kalimat berikut ini:
dengan bunyi alveolar sehingga anak "Az rambutnya pengen panjang kaya
mendahulukan bunyi yang lebih akrab Aurora"
baginya. (=Az pengen rambutnya panjang kaya
Aurora)
3.2 Pemerolehan Sintaksis "Takut Az-nya ama kecoa"
(=Az takut ama kecoa)
Perkembangan sintaksis pada anak
usia tiga tahun melaju dengan sangat pesat.
Bentuk kalimat ini muncul bisa jadi karena
Anak pada usia ini telah memasuki tahap
tingkat pemahaman subjek penelitian
prasekolah, kalimat-kalimat yang mereka
terhadap tujuan dari kalimat telah semakin
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
5
berkembang. Dengan mengedepankan topik “Film cinderela-nya yang ini?”
kalimat („rambutnya‟ dan „takut‟)
mengindikasikan sang anak melakukan Kedua, subjek menggunakan kata
marked (penekanan) atas apa yang menjadi bantu seperti „boleh‟ dan „mau‟, seperti
topik kalimat tersebut. dalam kalimat berikut:
Selain itu, subjek penelitian terlihat “Az mau makan es krim, boleh?”
masih bingung menempatkan subjek kalimat "Az punya choki-choki, mau ?"
dan objek kalimat pada kalimat pasif, seperti:
"Bunda nanti dianterin ke sekolah Az- Ketiga, dia menggunakan kata negatif
nya " atau kalimat teg. Ketika menggunakan
(=Azra nanti dianterin Bunda pergi kalimat teg dan negatif, subjek memakai kata
sekolahnya) bantu seperti, „kan‟, „ya‟ dan „bukan‟ atau
„gak‟.
Hal yang menarik adalah kemunculan “Ini minumnya “Bundanya kuliah
bentuk kalimat komparasi yang nampak telah baru, gak? ampe sore, ya?”
dikuasai dengan baik oleh subjek penelitian, “Ini punya Azra, “Ini film Aurora,
apabila melihat penggunaan kata komparatif kan?” bukan?”
dan superlatifnya. Kalimat-kalimat
komparasi yang muncul adalah sebagai Sedangkan pada kalimat WH-
berikut: Question, penggunaan kata „apa‟ belum
"Az-nya belum setinggi orang laen” pernah digunakan sebagai unsur kata tanya,
“Az mah paling suka Oreo yang ini” seperti “Apa Azra boleh maen loncat-
“Ola rambutnya lebih panjang dari Az” loncat?”. Namun, kata „apa‟ ini digunakan
dalam pertanyaan-pertanyaan singkat WH-
3.2.2 Kalimat Imperatif Question, seperti “Apa namanya ini?” atau
Kalimat imperatif subjek penelitian “Apa itu?”
masih belum menggunakan unsur penghalus. Dari keseluruhan unsur kata WH-
Bentuk kalimat-kalimat imperatifnya masih Question, yang paling sering ditemukan
langsung, tanpa adanya kata-kata seperti kemunculannya adalah kata „kenapa‟. Hal ini
„tolong‟. Namun terkadang, muncul kata terjadi karena subjek penelitian sedang
„dong‟ diakhir kalimatnya, sebagai unsur memasuki masa dimana rasa ingin tahunya
penekanan. Berikut bentuk-bentuk kalimat tinggi, sehingga sering sekali melontarkan
imperatif yang muncul pada subjek pertanyaan "kenapa (kaya) gitu/gini ?".
penelitian: Sedangkan unsur kata tanya „bagaimana‟
“Bukain, Bun” “Dicuciin dulu dong kemunculannya selalu digantikan dengan
“Ambilin, tangannya” kata „gimana‟.
sendoknya” “Pakein celananya dulu Kesalahan yang ditemukan dalam
dong” penggunaan kalimat tanya WH ini adalah
ketika menanyakan pilihan „yang mana‟
3.2.3 Kalimat Interogatif (which) dengan menggunakan kata „atau‟.
Dalam pembahasannya, kalimat "Bunda mau yang mana, atau ini atau
interogatif ini akan dibagi berdasarkan ini?"
bentuknya menjadi interogatif ya/tidak, dan
interogatif siapa/apa/kapan/di 3.2.4 Kalimat Kompleks
mana/kenapa/gimana. Kalimat kompleks yang sudah
Ada beberapa cara yang digunakan digunakan oleh subjek umumnya adalah
oleh subjek penelitian untuk mengajukan kalimat komplek koordinatif kontrastif,
pertanyaan iya/tidak. Pertama, subjek kalimat pengandaian, kalimat aprtitif dan
menggunakan intonasi, seperti dalam kalimat kalimat kausatif.
berikut:
“Bunda mau ngajar?”
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
6
"Azra waktu kecil kan mau maen bola, Penggunaan keterangan waktu yang tepat
tapi ga boleh, soalnya belum setinggi baru terjadi pada kata „barusan‟ dan „tadi‟
orang laen" yang merujuk pada sesuatu yang terjadi
"Aznya kalo makan es krimnya banyak- beberapa saat lalu.
banyak nanti kokok” Kata „kemaren‟ digunakan untuk
"Az mau minumnya susunya sambil
merujuk waktu yang telah lalu, tapi yang dia
pake bantal"
"Auroranya pingsan soalnya pegang rasa belum terlalu lama. Ketika dia ingin
jarum" menceritakan kejadian yang terjadi sekitar 2
hari sampai 1 minggu yang lalu, dia akan
Kalimat komplek lain yang muncul menggunakan kata tersebut.
pada subjek penelitian adalah kalimat relatif. Bunda : “Azra pernah ke Ciwalk ga?”
Kalimat relative ini muncul di akhir kalimat Azra : “Pernah”
dan diselipkan di tengah kalimat. Terkadang Bunda : “Kapan?”
Azra : “Kemaren”
klausa relatif ini muncul lebih dari satu
dalam kalimatnya. Sedangkan ketika subjek ingin
“Balon Az yang warna biru, yang ada
menceritakan sesuatu hal yang dia rasa telah
pegangannya kemaren meledak
didudukin ama Nenek.” lama berlalu, maka dia akan menggunakan
“Bunda, Az mau beli kaca melodi yang keterangan „waktu Az kecil‟. Keterangan
ada bentuk hatinya, yang kalo tambahan seperti ini sering digunakan oleh
dipencet bisa nyanyi.” subjek, ketika dia tidak dapat menemukan
kata yang tepat untuk merujuk keterangan
Sedangkan kalimat koordinatif aditif waktu yang dia maksud.
yang menggunakan kata sambung dan untuk Azra : “Bunda, Az nya jatoh. Kakinya
menggabungkan 2 klausa atu lebih masih berdarah”
belum muncul. Bunda : “Kapan jatohnya?”
Azra : “Waktu pulang sekolah. Waktu
Az nya kejar kucing di depan rumahnya
3.3 Pemerolehan Semantik
ade Fatma”
Pengategorian makna dalam proses
pemerolehan semantik belum terkuasai Dan terakhir, kata „besok‟ dan „nanti‟
dengan sempurna oleh subjek penelitian. digunakan oleh subjek untuk merujuk segala
Contohnya, kata „burung‟ digunakan untuk hal yang terjadi di masa datang. Kata „nanti‟
segala jenis burung, kecuali burung hantu digunakan lebih menyerupai fungsi “I‟m
dan burung merak yang memang sudah dia going to” dalam bahasa inggris, sedangkan
ketahui perbedaannya. Namun untuk satu kata „besok‟ menyerupai fungsi “I will”.
jenis burung tertentu, yaitu burung kaka tua, Azra : “Bun, Azra besok mau pergi ke
subjek menggunakan kata „Zazu‟ atau „Blue‟ pantai, ya?”
untuk merujuknya. Hal ini dikarenakan, Bunda : "Bukan besok, nanti abis
subjek mengenali jenis burung tersebut lebaran. Masih lama.”
melalui film yang ditontonnya dimana Azra : “Azra nanti mau maen pasir
terdapat burung jenis tersebut yang bernama ama ayah, dikubur-kubur, terus
„Zazu‟ dan „Blue‟. kena ombak.”
Kesalahan yang paling menonjol
dalam pemerolehan semantik ini adalah 4. Simpulan
dalam pemerolehan makna temporal Pemerolehan bahasa pada anak
adverbial. Subjek belum mampu adalah hal yang sangat kompleks dan sulit
membedakan keterangan waktu sesuai digeneralisasikan. Proses pemerolehan yang
dengan rentangannya. Beberapa keterangan terjadi pada Azra tidak akan sama dengan
waktu yang digunakan oleh subjek adalah anak lain, karena pada dasarnya setiap anak
„kemaren‟, „tadi‟, „besok‟, „barusan‟, „nanti‟. itu adalah pribadi yang unik. Banyak variabel
MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
7
yang dapat mempengaruhi proses dan hasil dengan kemampuan besar dalam menyerap
pemerolehan bahasa pada anak, seperti cara segala informasi yang ada di sekitarnya.
mendidik orang tuanya dan lingkungan Daftar Pustaka
keluarganya. Hasil penelitian dari sebuah Andi. 2011. Materi Lengkap Pemerolehan
observasi sederhana ini telah menunjukkan Bahasa. Tersedia di:
bahwa memang anak usia 3 tahun, dalam hal http://andiadfl.blogspot.com/2011/03/
ini Azra, telah menguasai hampir seluruh materi-lengkap-pemerolehan-
aspek kebahasaan yang mendekati bahasa bahasa.html
orang dewasa. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian
Hasil pengamatan menunjukkan Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
bahwa ragam bahasa yang dikembangkan Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa: Kisah
dalam prosesnya merupakan ragam bahasa Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia.
informal. Azra telah menguasai keseluruhan Jakarta: PT. Grasindo
bunyi vocal, kecuali beberapa bunyi diftong. Jakobson, Roman. 1991. Child Language,
Dari segi fonologi khususnya bunyi Aphesia, and Phonomological
konsonan, Azra masih kesulitan dalam Universals. The Hague: Mouton
memproduksi bunyi /r/ dan /s/. Dari segi Publishers.
sintaksis, pencapaian anak dalam membentuk Fromkin, Victoria dan Robert Rodman. 1993.
bentuk-bentuk kalimat seperti: deklaratif, An Introduction to Language. Florida :
imperatif, interogatif, dan kalimat kompleks Harcout Brace Jovanovich Collage.\
telah menyerupai kalimat orang dewasa, Maddieson, Ian. 1984. Patterns of Sound.
walaupun masih terdapat beberapa kesalahan Cambridge: Cambridge University
yang secara umum masih dapat Press.
diterima/dipahami maksudnya. Dan yang Oktradika, Ahwy. 2010. Pemerolehan
terakhir adalah dari segi semantisnya, dimana Bahasa. Tersedia di: http://diksa-
subjek masih mengalami kesulitan dalam ahwhyod.blogspot.com/search?q=peme
memaknai keterangan waktu. rolehan+bahasa+pertama
Secara keseluruhan, penelitian Safriandi. 2009. Pemerolehan Bahasa
sederhana ini memberikan gambaran bahwa Pertama. Tersedia di:
anak dalam masa keemasannya memiliki http://nahulinguistik.wordpress.com/20
kemampuan yang luar biasa dalam menyerap 09/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama.
bahasa disekitarnya. Oleh karena itu, Tagor, Rosita A. 2001. 3 Tahun Pertama
diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi Yang Menentukan (Seri Ayahbunda).
dalam kajian mengenai pemerolehan bahasa Jakarta: PT. Grafika Multi Warna.
pada anak, atau setidaknya membuat para Trubetzkoy. 1969. Principles of Phonology
individu yang berada di lingkungan anak diterjemahkan oleh Christiane a.m.
tersadarkan bahwa anak adalah sosok kecil baltaxe. Cambridge: Cambridge
University Press.

MEDAN MAKNA Vol. XIII No. 1 Hlm. 87 - 94 Juni 2015 ISSN 1829-9237
8

Anda mungkin juga menyukai