Solihin
Institut Pendidikan Indonesia, Garut, Indonesia
solihinshaqiq@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan tinjauan mendasar untuk memeriksa penguasaan bahasa anak-
anak dari segi sintaksis. Subjek penelitian adalah anak usia dini lokal Sunda dari daerah
Cipangramatan Kecamatan Cikajang. Informasi yang digunakan untuk pemeriksaan
penelitian ini adalah informasi yang valid yang diperoleh melalui rekaman audio.
Informasi tersebut dapat diperiksa dengan tiga aspek mendasar dari perspektif sintaksis,
khususnya panjang bait, konstruksi sintaksis, dan jumlah ekspresi. Penilaian Min
Discourse Length atau Mean Length of Utterance (MLU) mengikuti Brown’s Stages of
Development untuk menentukan fase formatif anak. Dari pemeriksaan yang dipimpin
dalam tinjauan ini, cenderung terlihat bahwa Fahlevi saat ini memiliki MLU 1,21, yang
berarti ia berada di tahap II, yang berada pada tahap yang lebih tinggi dari usia yang
seharusnya. Dilihat dari pemeriksaan, Fahlevi memiliki pilihan untuk berekspresi dari
kalimat satu kata menjadi kalimat dua kata, yang berarti Fahlevi memiliki pilihan untuk
berbicara kalimat total pada usia tersebut.
Kata Kunci: Bahasa, Pemerolehan bahasa, Anak
PENDAHULUAN
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia dapat dipisahkan menjadi satuan-satuan, yaitu
kalimat, kata, morfem, dan fonem. Seseorang memiliki kemampuan komunikatif yang
juga bervariasi, paling tidak menguasai bahasa ibu dengan berbagai variasi atau
variasinya, selain itu juga dapat menguasai bahasa lain yang diperoleh dari lingkungan,
maupun di tempat ia belajar secara formal maupun non formal. -secara formal (Chaer,
2010).
Pemerolehan bahasa pertama anak dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu
mengucapkan kata. Pertama kali anak belajar adalah berbicara pada taraf kurang lebih 18
bulan dan pada umur kurang lebih tiga setengah tahun anak dapat dikatakan sudah dapat
berbicara menguasai “tata bahasa” bahasa ibunya, sehingga mampu berkomunikasi
dengan orang-orang di sekitarnya, baik teman sebayanya maupun orang yang lebih
dewasa dari komunikasinya. Pada tahap awal perkembangan, bahasa anak memiliki ciri-
ciri, antara lain reduksi (reduksi) (Sumarsono & Partana, 2007). Pemerolehan bahasa
pada anak dalam hal sintaksis dapat diukur dengan menggunakan Mean Length of
Utterance. MLU adalah alat ukur dalam perkembangan sintaksis anak. Fenomena ini
terjadi pada setiap struktur masyarakat bahasa dengan berbagai kondisi dan situasi bahasa
(Permana, Permana, & Firmansyah, 2018).
PEMEROLEHAN BAHASA
Pemerolehan bahasa adalah suatu proses yang terjadi di dalam otak anak ketika ia
memperoleh bahasa ibunya atau bahasa pertamanya. Pemerolehan bahasa merupakan
proses alamiah penguasaan bahasa oleh seorang anak ketika ia mempelajari bahasa
ibunya. Proses dimana anak memulai komunikasinya dengan tangisan sebagai bahasa
pertamanya sampai anak memperoleh satu bahasa dan anak mulai dapat mengucapkan
kata-kata.
Ada beberapa tahapan perkembangan anak seperti yang diungkapkan oleh (Tarigan,
2009) seperti pada tahap palpasi pertama, pada bulan-bulan awal kehidupan, bayi
menangis, mendengkur, mendengkur, menjerit dan tertawa. Tahap eksplorasi kedua, bisa
disebut tahap omong kosong kata-kata, kata-kata tanpa makna. Tahap palpasi kedua
biasanya pada tahun pertama kehidupan anak. Pada tahap ini bahasa anak biasanya sulit
dikenali. Seringkali ada suara-suara aneh yang keluar dan suara mendengung yang
muncul saat vokal menghilang dari keluaran bayi, dan bayi mulai menghasilkan urutan
CV (vokal konsonan; biasanya konsonan letus), suku kata yang biasanya diulang-ulang.
Tahap holofrastik ini adalah tahap satu kata, yang dimulai sekitar satu tahun. Panggung
ucapan dua kata, tahap kedua linguistik biasanya menjelang ulang tahun kedua bayi.
Tahap perkembangan gramatikal, usia di mana anak-anak keluar dari tahap II sangat
bervariasi. Ada anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun, ada juga yang masih
menggunakan ucapan dua kata secara eksklusif hingga ulang tahun ketiga.
PERKEMBANGAN SINTAKSIS
Kalimat (1) terdiri dari kata burung sebagai kata benda; kata menangkap sebagai kata
kerja; kata serangga sebagai kata benda; dan kata sebagai kata itu untuk menunjuk
sesuatu yang dimaksud.
Setiap penutur bahasa Indonesia pasti tahu bahwa kata pertama lebih menyatu secara
alami dengan burung daripada dengan kata tangkap. Kalimat (1) di atas, burung itu dan
menangkap serangga itu disebut frase. Ungkapan burung itu sebagai frasa berkategori
frasa nominal (FN), dan frasa menangkap serangga itu sebagai frasa berkategori frasa
verbal (FV). Selanjutnya, frasa menangkap serangga itu jika ditelaah lebih lanjut akan
terdiri dari satu verba yaitu menangkap, dan satu FN, yaitu sehingga itu. Jadi, kalimat (1)
terdiri dari bagian FN+V+FN.
Mean Length of Utterance (MLU)
Jumlah Morfem
MLU =
JumlahUjatran
Brown (Owens, 2008) membagi tahapan pemerolehan bahasa anak berdasarkan MLU
anak menjadi sepuluh tahapan, yaitu:
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak laki-laki usia 1 tahun 6 bulan. Nama anak
itu adalah Muhammad Sabqi Effendi. Bahasa yang digunakan oleh anak tersebut adalah
bahasa Sunda. Bahasa tersebut adalah bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Anak
tersebut tinggal bersama orang tuanya yang berprofesi sebagai guru di SDN 3
Cipangramatan. Lahir di Garut, 11 Juli 2020. Setiap hari anak pergi bersama orang
tuanya ke sekolah dan sering berkomunikasi dengan siswa dan guru di sekolah tersebut.
Data yang dikumpulkan adalah rekaman pembicaraan anak dengan orang tuanya. Data ini
direkam menggunakan ponsel.
Data penelitian dikumpulkan melalui rekaman. Data yang dikumpulkan adalah 100
ucapan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 15-20 Desember 2021. Ada dua lokasi
perekaman, yaitu di sekolah ibunya dan di rumah neneknya.
Teknik analisis data
Linguistik yang dianalisis pada tahap ini adalah bidang sintaksis. Analisis akan dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif disini menghitung perkiraan MLU yang
diperoleh anak. Ada empat langkah untuk menganalisis data, yaitu:
1. Transkripsi Data
2. Pemilihan Data
Setelah data dideskripsikan kemudian diolah dengan memisahkan data yang memenuhi
syarat dan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tuturan anak yang dipilih adalah tuturan
yang memenuhi syarat untuk menghitung MLU-nya.
3. Klasifikasi Data
Setelah mengetahui hasil MLU, maka hasil tersebut dianalisis untuk mengetahui pada
tahap apa anak-anak sampel dalam penelitian ini berada dan menganalisis perolehan
sintaksis dalam hal panjang ucapan dan struktur sintaksis.
Hasil
Hasil rekaman ucapan anak yang telah dijabarkan ke dalam ejaan fonetik diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia.
PEMBAHASAN
121
MLU = = 1,21
100
Berdasarkan hasil pengukuran MLU di atas, panjang tuturan Muhammad Sabqi adalah
1,21 kata tutur. Jika disesuaikan dengan pendapat Brown, Muhammad Sabqi berada pada
tahap II yang berarti penguasaan bahasanya relatif tinggi pada usia Muhammad sabqi
sekarang yang seharusnya berada pada tahap I, yaitu MLU berkisar 1-1,5 kata ucapan.
Berdasarkan data yang diperoleh dan dikelompokkan, Muhammad Sabqi telah mampu
berbicara dari kalimat satu kata menjadi kalimat dua kata. Kata-kata Fahlevi yang
familiar adalah kata benda (N), kata kerja (V), kata sifat (Adj), kata keterangan (Adv).
Jika dilihat dari pola kalimatnya, Muhammad Sabqi sudah bisa berbicara dengan pola
dasar seperti FN+FN, FN+FV, FN+FAdj, FN+Adv.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis Fahlevi yang berusia 1 tahun 6
bulan adalah sebagai berikut:
1. Analisis ucapan menunjukkan bahwa Muhammad Sabqi memiliki MLU 1,21, yang
berada pada tahap II, yang berarti ia berada pada tahap tinggi. Di usia Muhammad Sabqi,
MLU-nya seharusnya berada di resistance I yang MLU-nya antara 1-1,5.
2. Jenis kata yang telah diperoleh dan diucapkan oleh Muhammad Sabqi meliputi kata
benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan.
3. Muhammad Sabqi sudah bisa berbicara dari kalimat satu kata menjadi kalimat dua kata
yang artinya Fahlevi sudah bisa mengucapkan kalimat lengkap pada usia itu.
4. Muhammad Sabqi sudah bisa berbicara membentuk pola kalimat dasar, seperti
FN+FN, FN+FV, FN+FAdj, FN+FAdv
DAFTAR PUSTAKA
Ba‘dulu, A. M., & Herman. (2010). Morfosintaksis. Jakarta: Rineka Cipta.
Permana, I., Permana, A., & Firmansyah, D. (2018). World Phenomena in Context of
Social Interaction of Community. JLER (Journal of Language Education Research), 1(1).
Retrieved from http://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/jler/article/view/92
Supriatna, E. (2016). Menemukan Pemerolehan Bahasa Kelas Kata Verba, Nomina dan
Adjektiva Pada Anak Usia 3 Tahun 10 Hari. Journal Semantik, 5, 34–54.