Anda di halaman 1dari 72

TRANSKRIP PANDUAN

LENGKAP MEMBENAHI AQIDAH


USTADZ YUSUF ABU UBAIDAH AS SIDAWI

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 07 Jumadil Akhir 1443 H/10 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 01 : Muqaddimah Kitāb

〰〰〰〰〰〰〰

MUQODDIMAH KITĀB
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه‬
‫أجمعين‬
‫و من نهتدى بالهوى و تبع فره إلى يوم الدين أما بعد‬
‫ وعمال متقبال‬،‫ ورزقا طيبا‬،‫اللهم إني أسألك علما نافعا‬
"Ya Allāh, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amal shalih yang diterima
di sisi-Mu."
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Alhamdulillāh kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla bisa diberi kemudahan oleh Allāh Subhānahu
wa Ta'āla menuntut ilmu lewat program online Bimbingan Islam yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita,
untuk menguatkan iman, menguatkan ilmu dan menumbuhkan amal shalih bagi kita semuanya.

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganjurkan kepada kita untuk menuntut ilmu. Demikian juga Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam menganjurkan kepada kita untuk menuntut ilmu, karena ilmu adalah lentera dan
cahaya yang mengantarkan kita menuju surga.
Dengan ilmu kita bisa tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana tauhīd dan mana syirik, mana sunnah
dan mana bid'ah, mana keta'atan dan mana kemaksiatan.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:


‫ط ِريقًا إِلَى ال َجنَّ ِة‬
َ ُ‫َللاُ لَه‬ ُ ‫ط ِريقًا يَلت َِم‬
َّ ‫س فِي ِه ِعل ًما َس َّه َل‬ َ ‫َمن َسلَ َك‬

'"Barangsiapa menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu agama maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla
akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi nomor 2646)

Oleh karenanya di awal muqaddimah (pertemuan) ini, kami mengingatkan diri kami pribadi dan kepada
teman-teman sahabat-sahabat BiAS sekalian, agar kita meraih ilmu yang bermanfaat dari program ini atau
program-program yang lainnya.

⑴ Hendaknya kita mengikhlaskan niat kita, meluruskan niat kita dalam menuntut ilmu, karena niat adalah
pondasi, niat adalah asas untuk diterimanya amal ibadah kita.

Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:


‫ِإنَّ َما ال َع َم ُل بِالنِّيَّ ِة‬
"Sesungguhnya setiap amalan tergantung kepada niat kita."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 1907)

⑵ Hendaknya kita bersemangat dalam menimba ilmu ini.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:


ِ‫ َواست َ ِعن بِا َ َّّلل‬,‫اِح ِرص َعلَى َما يَنفَعُ َك‬
"Bersemangatlah kamu melakukan hal-hal yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2664)
Kalau kita ingin mendapatkan ilmu maka hendaknya kita bersemangat, tidak boleh bermalas-malasan atau
bersantai-santai.
‫ال ينال العلم براحة الجسد‬
"Ilmu tidak diraih dengan santai."

⑶ Hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, berdoa kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Karena ilmu adalah anugerah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Bukan karena kehebatan kita, bukan karena
kejeniusan kita, tapi ilmu semata-mata adalah anugerah atau hadiah dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada
hamba-hamba-Nya yang dikehendaki kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
Nabi alayhimshalātu wa sallām:

ِ ‫َللاُ بِ ِه خَي ًرا يُفَ ِقّههُ فِي ال ّد‬


‫ِين‬ َّ ‫َمن ي ُِر ِد‬
"Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka Allāh akan memudahkan baginya
memahami ilmu agama."
(Muttafaqun 'alaih)

Maka perbanyak doa, terutama di waktu-waktu mustajab.


Perbanyak doa:
‫اللهم إني أسألك علما نافعا‬
‫ب ِزدنِي ِعل ًما‬
ِ ّ ‫َّر‬
Dan doa-doa lainnya.

⑷ Hendaknya kita bersabar dalam menuntut ilmu.

Sabar adalah kunci keberhasilan. Ingat perkataan Nabi Musa 'alayhissalām tatkala beliau belajar kepada Khidir:
‫صابِ ٗرا‬
َ ُ‫َست َِج ُدنِي إِن شَا َء ٱ َّّلل‬
"In syā Allāh engkau akan dapati aku termasuk orang yang sabar."
(QS. Al Kahfi: 69)
Maka salah satu kunci agar kita mendapatkan ilmu adalah dengan sabar.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memudahkan bagi kita untuk menuntut ilmu agama.
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ilmu agama ini luas. Ilmu agama ini banyak. Andaikan seluruh hidup kita, kita gunakan untuk menuntut ilmu
maka masih banyak ilmu-ilmu yang belum kita pelajari.
Ilmu ini seperti lautan yang tak bertepi dan umur (usia) kita pun terbatas. Oleh karenanya hendaknya bagi
seorang hamba memprioritaskan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat, ilmu-ilmu yang menjadi bekal bagi kita
untuk (setelah) kematian kita.
Dan ilmu yang paling penting dalam agama kembali kepada tiga;

⑴ Ilmu Aqidah (Ilmu Tauhid)

Bayangkan, Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mempelajari ilmu ini.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
‫فَٱ ۡعلَ ۡم أَنَّهُۥ َال ِإ َٰلَهَ ِإ َّال ٱ َّّللُ َوٱ ۡست َۡغ ِف ۡر ِلذَ ۢن ِب َك‬
"Maka ketahuilah (pelajarilah), bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi kecuali hanya Allāh
Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. Muhammad: 19)
Kalau Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam saja diperintahkan oleh Allāh untuk mempelajari
َّ ‫)ال إلَهَ َّإال‬,
kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh (ُ‫َللا‬ َ lantas bagaimana dengan yang lainnya?

Maka nikmat yang paling besar yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla berikan kepada seorang hamba yaitu mana
kala hamba tersebut diberi kemudahan mempelajari tauhīd.

⑵ Ilmu Tentang Fiqih

Yaitu agar dia bisa beribadah kepada Allāh dengan benar, dia bisa berwudhu, dia bisa shalat, puasa, zakat,
nikah, jual beli sesuai dengan panduan agama.

⑶ Ilmu Tentang Akhlak dan Adab

Ilmu ini juga penting agar interaksi dia muamalah dengan manusia sesuai dengan yang diridhai Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
‫بحبل من هللا وحبل من الناس‬
"Seseorang harus menjalin hubungan baik dengan Allāh dan dengan sesama manusia."
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla
Kalau kita belajar tauhīd maka harus belajar juga lawannya. Karena tidak sempurna ilmu seseorang tentang
sesuatu kecuali apabila mempelajari lawannya juga. Makanya, termasuk hikmah adalah Allāh Subhānahu wa
Ta'āla Allāh menjadikan segala sesuatu ada lawannya. Ada siang ada malam, ada manis ada pahit, ada hitam
ada putih dan seterusnya.
Demikian juga, kita tidak mungkin mempelajari atau memahami tauhīd dengan benar, kecuali apabila kita
mempelajari lawannya juga yaitu syirik. Kita tidak mungkin mempelajari masalah sunnah dengan baik kecuali
apabila kita memahami lawannya yaitu bid'ah. Kita tidak mungkin memahami tentang ketaatan dengan baik
kecuali apabila kita mempelajari lawannya yaitu kemaksiatan.
‫والضد يظهر حسنه الضد وبضده فتبينوا الشير‬
Dengan kita mempelajari lawannya maka itu akan menjadi jelas suatu perkara.
Oleh karenanya, pada kesempatan yang berbarakah ini dan ke depan, in syā Allāh kita akan mempelajari lawan
dari tauhīd yaitu syirik. Dengan harapan agar menjadi pelajaran bagi kita untuk menghindari dan
mewaspadainya. Kita belajar tentang syirik bukan untuk kita lakukan tetapi untuk kewaspadaan bagi kita.

ِ ‫َع َرفتُ ال َّش ِ ّر الَ ِلل َّش ِ ّر َولَ ِكن ِلت َوقِي ِه َو َمن لَم يَع ِر‬
‫ف الخَي َر ِمنَ ال َّش ِ ّر يَقَ ُع فِي ِه‬
"Aku mengenal kejelekan bukan untuk aku lakukan tapi untuk kewaspadaan."
In syā Allāh kita akan mempelajari mulai pertemuan berikutnya.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وأصحابه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 08 Jumadil Akhir 1443 H/11 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 02 : Pengertian Syirik

〰〰〰〰〰〰〰

PENGERTIAN SYIRIK

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين والصالة والسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه‬
‫أجمعين اما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dakwah para rasul seperti yang difirmankan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
َّ َٰ ‫ّلل َوٱجۡ تَنِبُوا ٱل‬
َ ُ ‫طغ‬
‫وت‬ َ َّ ‫وال أ َ ِن ٱ ۡعبُدُوا ٱ‬
ً ‫س‬ُ ‫َو َل َق ۡد َب َع ۡثنَا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٖة َّر‬
Dan sungguh Kami telah mengutus setiap umat seorang rasul untuk menyeru, "Beribadahlah kalian kepada
Allāh saja dan jauhilah thaghut (sesembahan selain Allāh)."
(QS. An Nahl: 36)
Jadi seluruh nabi dan rasul menyerukan kepada umatnya agar beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dan tidak cukup hanya itu saja, mereka juga memperingatkan umatnya dari sesembahan-sesembahan selain
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kaum muslimin dan muslimat, Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada kesempatan kali ini kita akan mengkaji:
▪︎ APA ITU SYIRIK?
Syirik didefinisikan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadītsnya:
‫ َوه َُو َخلَ َق َك‬،‫أَن ت َجعَ َل ِّللِ نِدًّا‬
"Engkau menjadikan tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla padahal Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang
menciptakanmu."
(HR. Bukhari)
Jadi syirik adalah membuat tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mensejajarkan selain Allāh Subhānahu
wa Ta'āla dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam hal-hal yang merupakan kekhususan bagi Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Pengkhususan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla itu meliputi tiga hal:

⑴ Syirik dalam Rububiyyah.

Jika seorang meyakini bahwa ada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang bisa menciptakan, memberikan
rezeki, menghidupkan atau mematikan maka orang tersebut telah terjatuh dalam lubang kesyirikan (syirik
besar). Dan keadaan orang itu lebih sesat, lebih jelek daripada orang-orang kafir dahulu.
Kenapa demikian?
Karena orang-orang kafir dahulu mereka masih menetapkan tauhid rububiyyah. Mereka menetapkan bahwa
Allāh yang menciptakan langit dan bumi, Allāh yang memberikan rezeki.
Allāh berfirman:
‫ض لَ َيقُولُ َّن ٱ َّ ه‬
ُ‫ّلل‬ ِ ‫َولَئِن َسأ َ ۡلت َ ُهم َّم ۡن َخلَقَ ٱل َّس َٰ َم َٰ َو‬
َ ‫ت َوٱ ۡأل َ ۡر‬
Jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapa yang menciptakan langit dan bumi?" Mereka akan menjawab,
"Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. Luqman: 25)

⑵ Syirik dalam Uluhiyyah

Yaitu kalau seseorang meyakini bahwa ada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang berhak untuk diibadahi,
padahal tidak ada yang berhak untuk kita ibadah kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana dalam ayat yang selalu kita baca dalam shalat kita:
‫َّاك ن َۡست َ ِعي ُن‬
َ ‫َّاك نَعۡ بُدُ َوإِي‬
َ ‫إِي‬
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan."
(QS. Al Fatihah: 5)
Pada: ‫َّاك نَعۡ بُ ُد‬
َ ‫ ِإي‬, "Hanya kepada Engkau ya Allāh kami beribadah," di situ maf'ul bih (objeknya) didahulukan
adalah sebagai bentuk pengkhususan (berfungsi pengkhususan). Jadi, "Hanya kepada Engkau ya Allāh, kami
beribadah bukan kepada yang lainnya."
Maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik itu doa, menyembelih,
tawakal dan lain sebagainya berarti dia telah berbuat syirik. Dan ibadah itu luas sebagaimana disebutkan oleh
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullāh dalam kitabnya Al Ubudiyyah.
Beliau mengatakan:
‫اسم جامع لكل مايحبه هللا ويرضاه من االقوال واالفعال الظاهره والباطنه‬
"Ibadah itu adalah mencakup setiap ucapan dan perbuatan yang dicintai dan diridhai oleh Allāh Subhānahu wa
Ta'āla."
Maka siapapun yang menyerahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik
kepada malaikat, jin, wali, kuburan, batu, pohon dan lain sebagainya maka berarti dia telah menyekutukan
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑶ Syirik dalam Al Asma wa Shifat

Yaitu seseorang mensifatkan sebagian makhluk dengan sebagian sifat-sifat yang khusus bagi Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Contoh: Kalau ada yang meyakini bahwa ada makhluk Allāh yang mengetahui perkara-perkara ghaib. Ada yang
meyakini bahwasanya wali Fulan bisa tahu perkara-perkara ghaib, berarti dia telah menyekutukan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Sebab yang tahu ilmu ghaib hanya Allāh. Ketika seorang menyerahkan atau mensifatkan sifat tersebut kepada
selain Allāh berarti dia telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

َّ ‫ب ِإ َّال‬
ُ‫َللا‬ َ ‫ۚ قُل َال َيعلَ ُم الغَي‬
Katakan," Tidak ada yang mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. An Naml: 65)
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jadi, syirik adalah kita menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mensejajarkan selain Allāh dengan Allāh
dengan hal-hal yang khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Baik dalam rububiyyah, uluhiyyah maupun dalam
asma wa shifat.
Berdasarkan penelitian para ulama dan pengkajian mereka terhadap dalīl Al Qur'ān dan Sunnah diketahui
bahwasanya syirik itu terbagi menjadi dua:

⑴ Syirik Besar (‫)الشرك األكبر‬

⑵ Syirik Kecil (‫)الشرك األصغر‬


• Syirik besar adalah memalingkan suatu bentuk ibadah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Seperti,
seseorang berdoa kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mendekatkan diri kepada selain Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, menyembelih untuk selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Baik untuk kuburan, untuk jin, syaithan,
malaikat, nabi dan lain sebagainya. Ini syirik besar.
Kalau ada orang yang meminta kepada kuburan kesembuhan atau meminta anak atau meminta jabatan maka
ini dinamakan syirik besar. Karena tidak ada yang bisa memenuhi hajat seorang hamba kecuali hanya Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Syirik jenis ini mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikan pelakunya kekal di Neraka. Jika ia
meninggal dunia dalam keadaan syirik dan belum bertaubat dari perbuatan syirik tersebut maka dia kafir dan
kekal di Neraka selama-lamanya.

• Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan
wasilah sarana menuju syirik besar.
Seperti (misalnya) bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena biasanya orang yang
bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak bermaksud mensejajarkan selain Allāh dengan
Allāh Subhānahu wa Ta'āla secara umum.
Demikian juga kalau ada orang yang mengatakan, "Kehendak Allāh dan kehendaknya," maka ini syirik kecil.

Jadi syirik ada dua macam, syirik besar dan syirik kecil.
Apa perbedaannya?

• Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, menjadikan pelakunya kekal di neraka selamanya,
menghapus semua amal ibadah kita.

• Syirik kecil tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, tidak menjadikan pelakunya kekal di neraka dan
tidak menghapus semua amal ibadah yang telah kita lakukan sebelumnya.
In syā Allāh Ta'āla, kita akan melanjutkan pada pertemuan berikutnya.

‫و صلى هللا وسلّم على نبينا مح ّمد و على آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 09 Jumadil Akhir 1443 H/12 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 03 : Bahaya Kesyirikan

〰〰〰〰〰〰〰
BAHAYA KESYIRIKAN
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل والصاله والسالم على رسول هللا نبينا محمد وعلى اله وصحبه ومن وااله اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang:

▪︎ Bahaya-Bahaya Syirik
Syirik adalah dosa paling besar, sebagaimana disebutkan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
‫أ َ َال أُنَ ِّبئ ُ ُكم ِبأَك َب ِر ال َك َبا ِئ ِر‬
"Maukah aku tunjukkan kepadamu dosa besar yang paling besar? Yaitu syirik kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla (ِ‫)ا َ ِإلش َراكُ بِاهلل‬."
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor no. 2654)

Demikian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menyebutkan di dalam hadīts:


ِ ‫اجتَنِبُوا السَّب َع ال ُموبِقَا‬
‫ت‬
'"Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang sangat membinasakan manusia di dunia dan di akhirat."
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6351)

Nomor satu adalah: ِ‫ ا َ ِإلش َراكُ ِباهلل‬, syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan konsekuensi syirik ini sangat
berat.
Oleh karenanya kita selalu mengingatkan umat sebagaimana para nabi dan rasul mengingatkan umat agar
mereka tidak terjerumus di dalam kesyirikan, sebagai bentuk cinta dan kasih sayang kita kepada umat. Karena
bahaya syirik ini besar sekali.
Di antara bahaya syirik adalah:

⑴ Orang yang telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla (syirik besar) maka dia tidak akan
diampuni oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sebelum bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
‫ّلل َال يَ ۡغ ِف ُر أَن ي ُۡش َر َك بِ ِهۦ َويَ ۡغ ِف ُر َما دُو َن َٰذَ ِل َك ِل َمن يَشَا ه ُء َو َمن ي ُۡش ِر ۡك بِٱ َّّللِ فَقَ ِد ٱ ۡفت ََر َٰى ِإ ۡث ًما َع ِظي ًما‬
َ َّ ‫ِإ َّن ٱ‬
"Sesungguhnya Allāh tidak akan mengampuni dosa syirik) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain syirik
bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allāh, maka sungguh, dia telah berbuat dosa
yang besar."
(QS. An Nissā: 48)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak mengampuni dosa syirik, padahal Allāh
Subhānahu wa Ta'āla Maha Pengampun. Allāh Maha Pengampun.

َّ ‫لر ۡح َٰ َم ِن ٱ‬
‫لر ِح ِيم‬ َّ ‫ٱ‬
"Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang."
(QS. Al Fātihah: 3)
Tapi khusus dosa syirik Allāh tidak akan mengampuninya karena besarnya dosa syirik tersebut.

⑵ Syirik besar menghapus seluruh amal-amal kebaikan kita yang telah kita lakukan sebelumnya.

Baik itu shalat, haji, puasa, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya, semua ludes (hangus) gara-gara
perbuatan syirik yang dilakukan seorang hamba.
Hal ini sebagaimana firman Allāh:

َ‫ع ۡن ُهم َّما كَانُوا يَعۡ َملُون‬ َ ِ‫َولَ ۡو أ َ ۡش َر ُكوا لَ َحب‬


َ ‫ط‬
"Andaikan mereka menyekutukan Allāh niscaya lenyaplah amal perbuatan yang telah mereka kerjakan."
(QS. Al An'ām: 88)
Demikian pula firman Allāh:

َ‫ع َملُ َك َولَت َ ُكون ََّن ِمنَ ٱ ۡل َٰ َخ ِس ِرين‬ َ ‫ي ِإلَ ۡي َك َو ِإلَى ٱلَّذِينَ ِمن قَ ۡب ِل َك لَئِ ۡن أ َ ۡش َر ۡك‬
َ َ‫ت لَ َيحۡ ب‬
َ ‫ط َّن‬ ِ ُ ‫َولَقَ ۡد أ‬
َ ‫وح‬
Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu, "Sungguh jika engkau
menyekutukan (Allāh), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi."
(QS. Az Zumar: 65)
Sangat disayangkan, orang sudah cape beribadah tetapi semua hangus. Ibarat kita sudah menggarap
(membuat) skripsi (misalkan) 100 halaman, 200 halaman, lalu kena virus, sudah, penyesalan yang ada. Apalagi
kalau sudah melakukan amalan bertahun-tahun ternyata semuanya hangus.

⑶ Syirik besar akan menjadikan pelakunya masuk ke dalam neraka bahkan diharamkan oleh Allāh untuk
masuk surga.
Sebagaimana Firman Allāh:
َّ َٰ ‫ار َو َما ِلل‬
َ ‫ظ ِل ِمينَ ِم ۡن أَن‬
‫ص ٖار‬ ُ ‫ّلل فَقَ ۡد َح َّر َم ٱ َّّللُ َعلَ ۡي ِه ٱ ۡل َجنَّةَ َو َم ۡأ َو َٰىهُ ٱل َّن‬
ِ َّ ‫إِنَّهُۥ َمن ي ُۡش ِر ۡك بِٱ‬
"Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan Allāh, maka sungguh, Allāh mengharamkan surga baginya dan
tempatnya adalah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zhalim itu."
(QS. Al Māidah: 72)

Jadi orang-orang yang telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dijamin masuk neraka oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Tidak mungkin dia bisa meraih surga Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Hal ini juga ditegaskan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam di dalam hadītsnya:
َ ‫ و َمن مات يشركُ باهللِ شيئًا دخل‬، َ‫َمن مات ال يشركُ باهللِ شيئًا دخل الجنة‬
‫النار‬
"Siapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada Allāh maka dia akan masuk surga.
Sebaliknya, barangsiapa yang meninggal dalam keadaan berbuat syirik kepada Allāh maka dia akan masuk
neraka."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 93)

Bahkan tidak cukup hanya itu, orang yang telah berbuat syirik kepada Allāh dengan syirik yang besar dia akan
kekal selama-lamanya di neraka. (Na'ūdzubillāhi min dzālik).
Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
‫ب َوٱل ُمش ِركِينَ فِى ن َِار َج َهنَّ َم َخ َٰـ ِلدِينَ فِي َها ه أ ُ ۟ولَ َٰـئِ َك هُم ش َُّر ٱلبَ ِريَّ ِة‬ ۟ ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ َكف َُر‬
ِ ‫وا ِمن أَه ِل ٱل ِكت َ َٰـ‬
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari ahlul kitab (Yahudi dan Nashrani, ini menunjukkan bahwasanya
orang Yahudi dan Nashrani itu kafir) dan orang-orang yang berbuat syirik itu berada di neraka Jahannam,
mereka kekal di dalamnya. Mereka itu seburuk-buruk makhluk."
(QS. Al Bayyinah: 6)

⑷ Syirik adalah kezhaliman dan dosa paling besar.

Sebagaimana firman Allāh:


‫ظ ۡل ٌم َع ِظيم‬
ُ َ‫ّلل ِإ َّن ٱل ِ ّش ۡر َك ل‬
ِ َّ ‫ي َال ت ُ ۡش ِر ۡك ِبٱ‬ ُ ‫َو ِإ ۡذ قَا َل لُ ۡق َٰ َم ُن لِ ۡبنِ ِهۦ َوه َُو يَ ِع‬
َّ َ‫ظه ُۥ َٰيَبُن‬
Dan ingatlah ketika Luqman (hamba yang shalih) berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran
kepadanya (dan ini adalah bentuk kasih sayang orang tua terhadap anaknya mana kala menanamkan Tauhīd
kepada anak-anaknya), "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allāh, sesungguhnya
mempersekutukan Allāh adalah benar-benar kezhaliman yang besar."
(QS. Luqman: 13)
⇒ Zhalim artinya meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya.
Begitu juga orang-orang yang telah berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada dasarnya
meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Sebab ibadah itu hanya diperuntukkan kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla saja.
Jangan memberikan kepada selain Allāh. Siapa yang memberikan kepada selain Allāh berarti dia telah berbuat
zhalim dengan kezhaliman yang sangat besar.

⑸ Allāh Subhānahu wa Ta'āla berlepas diri dari orang-orang yang berbuat syirik.

Sebagaimana firman Allāh:

ُ ‫ّلل بَ ِريء ِ ّم َن ٱ ۡل ُم ۡش ِركِينَ َو َر‬


ُ ‫سولُه‬ َ َّ ‫ج ٱ ۡأل َ ۡكبَ ِر أ َ َّن ٱ‬ ۡ ِ َّ‫سو ِل ِهۦ إِلَى ٱلن‬
ِ ّ ‫اس يَ ۡو َم ٱل َح‬ ِ َّ ‫َوأ َ َٰذَن ِ ّمنَ ٱ‬
ُ ‫ّلل َو َر‬
"Dan pengkhabaran dari Allāh dan Rasul-Nya kepada umat manusia pada hari haji akbar bahwa sesungguhnya
Allāh dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang yang musyrik."
(QS. At Taubah: 3)

Itu beberapa bahaya dari perbuatan syirik.


Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla melindungi kita semua dari dosa syirik.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد و على آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 10 Jumadil Akhir 1443 H/13 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 04 : Sebab-Sebab Yang Menjerumuskan Seseorang Kepada Kesyirikan

〰〰〰〰〰〰〰

SEBAB-SEBAB YANG MENJERUMUSKAN SESEORANG KEPADA KESYIRIKAN


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Semoga kita semua diberikan kesehatan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan semoga kita senantiasa diberi
semangat untuk mengaji ilmu agama.
Kali ini, in syā Allāh ta'āla, kita akan sedikit membahas tentang:

▪︎ Sebab-Sebab Yang Menjerumuskan Seseorang Kepada Kesyirikan


Sebab-sebab yang menjerumuskan seseorang kepada kesyirikan ini penting kita ketahui supaya
menghindarkan diri kita sejauh-jauhnya dari kesyirikan. Karena kita tahu syirik adalah dosa besar dan
bahayanya sangat berat sebagaimana telah kita pelajari pada pertemuan sebelumnya.
Maka kita harus menghindari segala hal yang bisa menjerumuskan kita kepada kesyirikan.
Apa saja sebab-sebab kesyirikan itu?

⑴ Ghuluw (berlebih-lebihan)

Inilah yang menjadikan kaum Nabi Nuh alayhissalām terjatuh ke dalam kesyirikan yaitu berlebihan kepada
orang-orang shalih.

ُ ‫َوقَالُوا َال تَذَ ُر َّن َءا ِل َهت َ ُك ۡم َو َال تَذَ ُر َّن َو ٗ ّدا َو َال‬
َ ُ ‫س َواعٗ ا َو َال يَغ‬
‫وث َو َيعُوقَ َون َۡس ٗرا‬
Dan mereka berkata, "Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan
pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwā’, Yagūṡ, Ya`ūq, dan Nasr."
(QS. Nuh: 23)
Wadd, Suwā’, Yagūṡ, Ya`ūq, dan Nasr adalah nama-nama orang shalih yang hidup di zaman Nabi Nuh
alayhissalām. Dan tatkala mereka meninggal dunia namanya diabadikan sampai dibuatkan patung-patung.
Generasi demi generasi maka muncullah generasi belakang yang kemudian menyembah patung-patung
tersebut.
Makanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam melarang kita dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan).
‫ فَإ ِ َّن الغُلُ َّو َهلَ َك َمن َكانَ قَبلَ ُكم‬، ‫إِيَّا ُكم َوالغُلُ َّو‬
"Hati-hatilah (waspadalah) kalian dari perbuatan ghuluw (berlebih-lebihan) karena perbuatan ghuluw itu telah
membinasakan umat-umat sebelum kalian."
(Hadīts Ahmad I/215, 347, An Nasai V/268, Ibnu Majah no 3029, Ibnu Khuzaimah no 2867)

Demikian pula kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

ُ ‫ ِإنَّ َما أَنَا َعب ٌد فَقُولُوا َعب ُد هللاِ َو َر‬،‫ارى ِعي َسى ب ِن َمر َي َم‬
ُ ‫سولُه‬ َ ‫ص‬ ِ ‫الَ تُط ُرونِي َك َما أَط َر‬
َ َّ‫ت الن‬
"Janganlah kalian berlebih-lebiham memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani berlebihan kepada Isa bin
Maryam. Sesungguhnya Aku adalah hamba Allāh, maka katakanlah: hamba Allah dan rasul-Nya."
(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 3445)
Ini adalah sebab atau faktor yang pertama.

⑵ Kejahilan atau kebodohan tentang tauhid

Kalau ilmu adalah sumber kebaikan, maka kejahilan adalah segala sumber kerusakan. Kenapa seseorang
terjerumus ke dalam syirik, bid'ah atau maksiat? Karena kebodohan dia dan dia tidak mengerti.
Oleh karenanya Islām sangat menganjurkan kepada kita untuk belajar ilmu, supaya kita tidak gampang ditipu,
supaya kita tidak tersesat. Karena orang kalau tidak mengerti mudah sekali disesatkan.

Coba kalau kita tidak mengerti, kemudian kita bepergian dan kita bertanya akan mudah sekali kita
kebingungan, akan mudah sekali kita tersesat jalan, akan mudah sekali kita ditipu orang.
Begitu juga dalam perjalanan kita di dunia ini menuju surga. Kalau kita tidak membekali diri kita dengan ilmu,
maka sangat mudah kita ditipu oleh penipu-penipu yang berkedok agama.
Mengatakan: "Ini cinta kepada wali, cinta kepada orang-orang shalih," tapi mengajari atau menjerumuskan
kita kepada kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dikasih hadīts-hadīts tapi hadītsnya palsu
(misalkan).

⑶ Banyaknya hadīts-hadīts palsu (dusta) yang disebarkan dan disandarkan kepada Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam.
Misalkan ada hadīts:
‫ فَ َعلَي ُكم ِبأَه ِل القُبُو ِر‬،‫ِإذَا اَع َيت ُك ُم األ ُ ُمو ُر‬
"Jika kalian mendapatkan kesulitan, mintalah pertolongan kepada ahli kubur."
(Lihat At Tawassul wal Wasilah Ibnu Taimiyah hlm. 174)
Ini hadīts buatan para pengagung kuburan.
Atau:
‫إذا أحسن أحدكم ظنه بحجر لنفعه‬
"Apabila salah seorang di antara kalian berbaik sangka kepada batu maka akan bermanfaat."
Batu akik atau batu ajaib dan sebagainya.

⑶ Cerita-cerita dari mulut ke mulut bahwa Si Fulan terpenuhi hajatnya atau terselamatkan dari mara bahaya.

Hikayat-hikayat itu menjadikan manusia yang hatinya lemah atau tauhidnya lemah tertipu dengan tipuan-
tipuan tersebut.
Kaum muslimin dan muslimat, Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dengan penjelasan yang telah kita pelajari maka hal ini menjadikan kita untuk terus waspada dari syirik dan
menjaga diri kita, agar tidak terjerumus di dalam kubang kesyirikan.
Bagaimana cara supaya kita tidak terjerumus ke dalam kesyirikan?

⑴ Terus semangat belajar ilmu terutama tentang masalah tauhīd.

Jangan pernah bosan dan jemu. Jangan pernah frustasi belajar tauhid. Jangan pernah merasa puas belajar
tauhid. Kita harus terus belajar tauhid sampai Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencabut nyawa kita.

Bayangkan, dalam surat Muhammad ayat 19 Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam, Nabi yang paling
kuat tauhīdnya, sekalipun demikian Allāh berfirman:

ُ‫فَٱ ۡعلَ ۡم أَنَّهُۥ َال ِإ َٰلَهَ ِإ َّال ٱ َّّلل‬


"Ketahuilah, bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali hanya Allāh saja."
(QS. Muhammad: 19)
Kalau Nabi saja diperintah apalagi kita.

⑵ Banyak berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Karena yang memberikan keteguhan, ketetapan pada seorang hamba di atas Tauhīd yang bisa menghindarkan
kita dari syirik adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jangan pernah merasa sombong, bahwa kita sudah kuat, tidak! Kita harus tetap khawatir tidak merasa aman.
Perhatikan! Nabi Ibrahim 'alayhissalām, bapak ahli tauhīd, khalil (orang yang sangat dicintai oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla). Sekalipun demikian beliau berdoa:

َ ‫ى أَن نَّعبُ َد ٱألَصن‬


‫َام‬ َّ ِ‫َوٱجنُبنِى َوبَن‬
"Jauhkan aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala."
(QS. Ibrahim: 35)

Kalau Nabi Ibrahim saja khawatir terjerumus kedalam kesyirikan, lantas bagaimana dengan kita? Apa kita
merasa lebih kuat tauhīdnya daripada Nabi Ibrahim? Na'ūdzubillāhi min dzālik.
Maka saudaraku, sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sekali lagi jangan pernah merasa bosan belajar tauhīd. Terus belajar tauhīd, istiqamah. Sabar mempelajari
kitab-kitab aqīdah, pelajari kitab-kitab tauhīd, hadiri majelis-majelis ilmu. Kalau misalkan sekarang belum
memungkinkan maka ikutilah lewat televisi, on line dan lain sebagainya.

Jangan lupa berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla terutama di waktu-waktu yang mustajab antara adzan
dan iqomah, di sepertiga malam yang terakhir, ketika turun hujan, ketika sujud, ketika minum air zam-zam dan
lain sebagainya.
Perbanyak doa agar Allāh Subhānahu wa Ta'āla meneguhkan kita di atas tauhīd.
Sufyan Ats Tsauri pernah mendatangi Ibrahim bin Adham seorang alim yang zuhud. Beliau mengatakan:
‫عدوا هللا ان ي ُِميتُ على التوحيد‬
ُ ‫يا إبراهيم‬
"Wahai Ibrahim doakanlah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh mematikan kita di atas tauhīd."
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla meneguhkan kita di atas tauhīd hingga maut menjemput kita.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد و على آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 11 Jumadil Akhir 1443 H/14 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi


📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 05 : Syirik Dalam Takut

〰〰〰〰〰〰〰

SYIRIK DALAM TAKUT


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pembahasan kita tentang jenis-jenis syirik atau contoh-contoh syirik. Syirik kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla banyak sekali contohnya, banyak sekali fenomena- fenomenanya terutama di negeri kita
ini. Tidak sulit untuk mencari contoh-contoh kesyirikan karena begitu banyak beredar di mana-mana.
Salah satu yang akan menjadi pembahasan kita adalah:

• Syirik Dalam Takut (‫)الشرك في الخوف‬

Kita tahu bahwasanya takut adalah salah satu ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla berfirman dalam surat Āli Imrān ayat 175:

ِ ُ‫فَ َال تَخَافُوه ُۡم َوخَاف‬


َ‫ون ِإن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
"Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman."

Dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah salah satu sebab agar seorang hamba meraih surga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh berfirman:

َ ‫س َع ِن ٱل َه َو َٰى فَإ ِ َّن ٱل َجنَّةَ ِه‬


‫ى ٱل َمأ َو َٰى‬ َ ‫ام َربِّ ِهۦ َونَ َهى ٱلنَّف‬ َ ‫َوأ َ َّما َمن خ‬
َ َ‫َاف َمق‬
"Adapun orang yang takut kepada Rabb-Nya dan menahan hawa nafsunya sesungguhnya surga adalah tempat
kembalinya."
(QS. An Nazi'at: 40)
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dibangun di atas dua hal, yaitu:

⑴ Takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Berharap kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Dua hal ini harus ada pada seorang hamba manakala dia beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Takut
agar kita tidak merasa aman menggampangkan dosa dan berharap agar kita tidak frustasi dari rahmat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mensifati para nabi dalam surat Al Anbiyya ayat 90:
َ‫عونَنَا َرغَبٗ ا َو َرهَبٗ ا َوكَانُوا لَنَا َٰ َخ ِشعِين‬ ِ ‫ِإنَّ ُه ۡم كَانُوا يُ َٰ َس ِرعُونَ فِي ٱ ۡلخ َۡي َٰ َر‬
ُ ‫ت َويَ ۡد‬
"Sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba yang bersegera dalam kebajikan dan berdoa kepada Kami
(beribadah kepada Kami) dalam keadaan berharap dan takut. Dan mereka adalah hamba-hamba yang khusyu'
kepada Kami."

Dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla harus dibangun di atas raja' (berharap) dan rasa takut.
Jangan hanya berharap saja tanpa diiringi rasa takut sehingga menjadikan kita menggampangkan maksiat dan
dosa. Dan jangan juga takut saja tanpa diiringi dengan berharap, karena itu akan menjadikan kita pesimis,
frustasi dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dua hal ini harus ada pada seorang hamba tatkala dia
beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Imam Ahmad pernah mengatakan:


"Takut dan raja' bagaikan dua sayap burung, apabila salah satunya tidak ada maka burung tersebut tidak akan
bisa terbang dengan benar."

Dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla timbul karena tiga hal:

⑴ Kita mengetahui kejahatan dan keburukan suatu perbuatan tersebut.

Sehingga di sini penting bagi kita untuk mengetahui suatu dosa, bukan untuk kita lakukan tetapi agar kita
mewaspadai dan meninggalkannya.

⑵ Kita yakin bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memberikan hukuman bagi siapa pun yang melakukan
kemaksiatan tersebut.

⑶ Kita khawatir kalau kita tidak bisa diberi kesempatan oleh Allāh untuk taubat dari kesalahan tersebut.

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Takut dibagi oleh para ulama menjadi tiga, yaitu:

⑴ Khaufull sirr, takut yang sifatnya rahasia.

Yaitu takut kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, baik itu kepada patung, kepada mayit yang sudah
meninggal, kepada jin atau kepada pohon yang yang angker dan lain sebagainya. Maka ini adalah sebuah
kesyirikan.
Jadi seorang yang takut, jika sesuatu tidak diberi tumbal maka akan terjadi bencana, kalau gunungnya tidak
diberi sesajen maka jinnya akan ngamuk, maka ini adalah syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ِ ُ‫ف أَو ِليَا َءهُۥ فَ َال تَخَافُوهُم َوخَاف‬


َ‫ون إِن ُكنتُم ُّمؤ ِمنِين‬ َ َٰ ‫ِإنَّ َما َٰذَ ِل ُك ُم ٱل َّشي‬
ُ ‫ط ُن يُخ ّ َِو‬
"Sesungguhnya setan itu menakut-nakuti para walinya. Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tapi
takutlah hanya kepada-Ku saja, jika kalian benar-benar beriman."
(QS. Ali Imran: 175)
Seorang mukmin takut hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bukan yang takut kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Ini sifat terpuji yang hendaknya dimiliki oleh seorang mukmin sejati.

⑵ Takut dengan meninggalkan kewajiban karena khawatir, takut, dari celaan manusia.

Dia mau shalat, takut, akhirnya tidak jadi shalat.


Kenapa? Karena takut dicela oleh orang.
Mau mempraktikkan sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, berjenggot atau menggunakan jilbab, takut,
khawatir nantinya dicemoohkan orang.

Ini hukumnya haram dan ini adalah syirik kecil. Dan ini adalah talbis (tipu daya iblis) kepada sebagian manusia
agar mereka meninggalkan apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla wajib kepada mereka.
Seorang mukmin seperti yang disifati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat At Taubah ayat 18:
‫ّلل َم ۡن َءا َم َن ِبٱ َّّللِ َوٱ ۡل َي ۡو ِم ٱ ۡأل ِخ ِر‬ َ َٰ ‫ِإنَّ َما يَعۡ ُم ُر َم‬
ِ َّ ‫س ِج َد ٱ‬
"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allāh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allāh dan hari
kemudian."

Iman kepada Allāh dan iman kepada hari akhir sering disebutkan, dalam hadīts-hadīts juga demikian.
Kenapa demikian? Karena iman kepada Allāh menjadikan kita termotivasi untuk melakukan perintah-
perintahnya dan iman kepada hari akhir memotivasi kita untuk meninggalkan larangan-larangan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla

Kemudian kata Allāh:

َ ‫لزك ََٰوة َ َولَ ۡم يَ ۡخ‬


َ‫ش إِ َّال ٱ َّّلل‬ َّ ‫صلَ َٰوة َ َو َءات َى ٱ‬ َ َ‫َوأَق‬
َّ ‫ام ٱل‬
"Menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat dan dia tidak takut kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla."
⑶ Takut yang thabi'i, seperti takut kepada musuh atau takut kepada hewan buas dan lain sebagainya.

Takut seperti ini tidak tercela.


Allāh Subhānahu wa Ta'āla menceritakan tentang nabi Musa alayhissallām dalam surat Al Qashshash ayat 21.
َّ َٰ ‫ال َربّ ِ نَ ِ ّج ِني ِمنَ ٱ ۡل َق ۡو ِم ٱل‬
َ‫ظ ِل ِمين‬ ُ ‫َفخ ََر َج ِم ۡن َها خَا ِئ ٗفا َيت ََر َّق‬
َ َ‫ب ق‬
Nabi Musa keluar dalam keadaan takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa, "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu."

Dan ini adalah takut yang thabi'i.


Misalkan pas malam-malam kita keluar malam dan kita takut karena sepi dan sebagainya itu adalah takut yang
thabi'i (tabi'at) dan tidak tercela.
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Takut adalah ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka hendaknya diperuntukkan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla saja, tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allāh. Barangsiapa menyerahkan takut
ibadah kepada selain Allāh maka dia telah terjatuh di dalam kesyirikan.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد و على آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 11 Jumadil Akhir 1443 H/14 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 05 : Syirik Dalam Takut

〰〰〰〰〰〰〰

SYIRIK DALAM TAKUT


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pembahasan kita tentang jenis-jenis syirik atau contoh-contoh syirik. Syirik kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla banyak sekali contohnya, banyak sekali fenomena- fenomenanya terutama di negeri kita
ini. Tidak sulit untuk mencari contoh-contoh kesyirikan karena begitu banyak beredar di mana-mana.

Salah satu yang akan menjadi pembahasan kita adalah:

• Syirik Dalam Takut (‫)الشرك في الخوف‬

Kita tahu bahwasanya takut adalah salah satu ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla berfirman dalam surat Āli Imrān ayat 175:

ِ ُ‫فَ َال تَخَافُوه ُۡم َوخَاف‬


َ‫ون إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
"Janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu orang-orang yang beriman."
Dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah salah satu sebab agar seorang hamba meraih surga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh berfirman:

َ ‫س َع ِن ٱل َه َو َٰى فَإ ِ َّن ٱل َجنَّةَ ِه‬


‫ى ٱل َمأ َو َٰى‬ َ ‫ام َربِّ ِهۦ َونَ َهى ٱلنَّف‬ َ ‫َوأ َ َّما َمن خ‬
َ َ‫َاف َمق‬
"Adapun orang yang takut kepada Rabb-Nya dan menahan hawa nafsunya sesungguhnya surga adalah tempat
kembalinya."
(QS. An Nazi'at: 40)

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dibangun di atas dua hal, yaitu:

⑴ Takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Berharap kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dua hal ini harus ada pada seorang hamba manakala dia beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Takut
agar kita tidak merasa aman menggampangkan dosa dan berharap agar kita tidak frustasi dari rahmat Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mensifati para nabi dalam surat Al Anbiyya ayat 90:

َ‫عونَنَا َرغَبٗ ا َو َرهَبٗ ا َوكَانُوا لَنَا َٰ َخ ِشعِين‬ ِ ‫إِنَّ ُه ۡم كَانُوا يُ َٰ َس ِرعُونَ فِي ٱ ۡلخ َۡي َٰ َر‬
ُ ‫ت َويَ ۡد‬
"Sesungguhnya mereka itu adalah hamba-hamba yang bersegera dalam kebajikan dan berdoa kepada Kami
(beribadah kepada Kami) dalam keadaan berharap dan takut. Dan mereka adalah hamba-hamba yang khusyu'
kepada Kami."
Dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla harus dibangun di atas raja' (berharap) dan rasa takut.
Jangan hanya berharap saja tanpa diiringi rasa takut sehingga menjadikan kita menggampangkan maksiat dan
dosa. Dan jangan juga takut saja tanpa diiringi dengan berharap, karena itu akan menjadikan kita pesimis,
frustasi dari rahmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dua hal ini harus ada pada seorang hamba tatkala dia
beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Imam Ahmad pernah mengatakan:


"Takut dan raja' bagaikan dua sayap burung, apabila salah satunya tidak ada maka burung tersebut tidak akan
bisa terbang dengan benar."

Dan takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla timbul karena tiga hal:

⑴ Kita mengetahui kejahatan dan keburukan suatu perbuatan tersebut.

Sehingga di sini penting bagi kita untuk mengetahui suatu dosa, bukan untuk kita lakukan tetapi agar kita
mewaspadai dan meninggalkannya.

⑵ Kita yakin bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memberikan hukuman bagi siapa pun yang melakukan
kemaksiatan tersebut.

⑶ Kita khawatir kalau kita tidak bisa diberi kesempatan oleh Allāh untuk taubat dari kesalahan tersebut.

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Takut dibagi oleh para ulama menjadi tiga, yaitu:

⑴ Khaufull sirr, takut yang sifatnya rahasia.

Yaitu takut kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, baik itu kepada patung, kepada mayit yang sudah
meninggal, kepada jin atau kepada pohon yang yang angker dan lain sebagainya. Maka ini adalah sebuah
kesyirikan.
Jadi seorang yang takut, jika sesuatu tidak diberi tumbal maka akan terjadi bencana, kalau gunungnya tidak
diberi sesajen maka jinnya akan ngamuk, maka ini adalah syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ِ ُ‫ف أَو ِليَا َءهُۥ فَ َال تَخَافُوهُم َوخَاف‬


َ‫ون إِن ُكنتُم ُّمؤ ِمنِين‬ َ َٰ ‫إِنَّ َما َٰذَ ِل ُك ُم ٱل َّشي‬
ُ ‫ط ُن يُخ ّ َِو‬
"Sesungguhnya setan itu menakut-nakuti para walinya. Maka janganlah kalian takut kepada mereka, tapi
takutlah hanya kepada-Ku saja, jika kalian benar-benar beriman."
(QS. Ali Imran: 175)
Seorang mukmin takut hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bukan yang takut kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Ini sifat terpuji yang hendaknya dimiliki oleh seorang mukmin sejati.
⑵ Takut dengan meninggalkan kewajiban karena khawatir, takut, dari celaan manusia.

Dia mau shalat, takut, akhirnya tidak jadi shalat.


Kenapa? Karena takut dicela oleh orang.

Mau mempraktikkan sunnah Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, berjenggot atau menggunakan jilbab, takut,
khawatir nantinya dicemoohkan orang.
Ini hukumnya haram dan ini adalah syirik kecil. Dan ini adalah talbis (tipu daya iblis) kepada sebagian manusia
agar mereka meninggalkan apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla wajib kepada mereka.

Seorang mukmin seperti yang disifati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam surat At Taubah ayat 18:
‫ّلل َم ۡن َءا َم َن بِٱ َّّللِ َوٱ ۡليَ ۡو ِم ٱ ۡأل ِخ ِر‬ َ َٰ ‫ِإنَّ َما يَعۡ ُم ُر َم‬
ِ َّ ‫س ِج َد ٱ‬
"Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allāh hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allāh dan hari
kemudian."
Iman kepada Allāh dan iman kepada hari akhir sering disebutkan, dalam hadīts-hadīts juga demikian.
Kenapa demikian? Karena iman kepada Allāh menjadikan kita termotivasi untuk melakukan perintah-
perintahnya dan iman kepada hari akhir memotivasi kita untuk meninggalkan larangan-larangan Allāh
Subhānahu wa Ta'āla

Kemudian kata Allāh:


‫ّلل‬ َ ‫لزك ََٰوة َ َولَ ۡم َي ۡخ‬
َ َّ ‫ش ِإ َّال ٱ‬ َّ ‫صلَ َٰوة َ َو َءات َى ٱ‬ َ َ‫َوأَق‬
َّ ‫ام ٱل‬
"Menunaikan shalat dan mengeluarkan zakat dan dia tidak takut kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla."

⑶ Takut yang thabi'i, seperti takut kepada musuh atau takut kepada hewan buas dan lain sebagainya.

Takut seperti ini tidak tercela.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla menceritakan tentang nabi Musa alayhissallām dalam surat Al Qashshash ayat 21.
َّ َٰ ‫ال َربّ ِ نَ ِ ّجنِي ِمنَ ٱ ۡل َق ۡو ِم ٱل‬
َ‫ظ ِل ِمين‬ ُ ‫َفخ ََر َج ِم ۡن َها خَائِ ٗفا يَت ََر َّق‬
َ َ‫ب ق‬
Nabi Musa keluar dalam keadaan takut menunggu-nunggu dengan khawatir, dia berdoa, "Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu."

Dan ini adalah takut yang thabi'i.


Misalkan pas malam-malam kita keluar malam dan kita takut karena sepi dan sebagainya itu adalah takut yang
thabi'i (tabi'at) dan tidak tercela.
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Takut adalah ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka hendaknya diperuntukkan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla saja, tidak boleh diperuntukkan kepada selain Allāh. Barangsiapa menyerahkan takut
ibadah kepada selain Allāh maka dia telah terjatuh di dalam kesyirikan.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد و على آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 14 Jumadil Akhir 1443 H/17 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 06 : Syirik Dalam Mahabbah

〰〰〰〰〰〰〰

SYIRIK DALAM MAHABBAH


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ketemu lagi dalam pembahasan tentang Tauhīd, in syā Allāh Ta'āla pada kajian kali ini kita akan membahas
tentang:
▪︎ Syirik Dalam Mahabbah (Cinta)
Pada pertemuan sebelumnya telah kita sampaikan bahwasanya ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla
dibangun di atas dua hal:

⑴ Rasa takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Rasa cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Imam Ibnu Qayyim pernah mengatakan:


‫وعبادة الرحمن غاية حبه مع الذل عابده هما قطبان وعليهما فلك العبادة دائر ما دار حتى قامت القطبان‬
"Ibadah kepada Allāh dibangun di atas cinta dan dibangun di atas ketundukan (perendahan hati) rasa takut
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Maka, cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah poros ibadah. Sehingga sangat penting bagi kita untuk
mengetahui masalah ini dengan baik. Cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla melazimkan (mengharuskan)
bagi seorang hamba untuk merendah (tunduk) patuh dan mendahulukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di atas
segalanya.
Inilah cinta yang murni bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla, cinta yang khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
cinta yang harus diperuntukkan untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak boleh diberikan kepada selain Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
"Barangsiapa yang menyerahkannya cintanya kepada selain Allāh berarti dia telah berbuat syirik kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla".
Karena cinta itu ada dua macam:

⑴ Cinta yang khusus yaitu cinta dalam ibadah, cinta yang bersifat ibadah yang mengharuskan kerendahan,
ketaatan dan ini khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Cinta yang mustarakah, bisa untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla bisa juga untuk selainnya. Seperti (misalkan):
cinta orang yang lapar kepada makanan (ini tabi'at), demikian juga cinta orang tua kepada anak (ini tabi'at)
atau seorang teman kepada teman yang lain. Jadi ini tidak harus diperuntukkan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla saja, ini boleh kepada yang lain.

Seperti firman dalam Al-Qur'ān:

َ ‫إِنَّ َك َال ت َهدِى َمن أَحبَب‬


َ َّ ‫ت َولَ َٰـ ِك َّن ٱ‬
‫ّلل يَهدِى َمن يَشَا ُء‬
"Sesungguhnya engkau wahai Muhammad tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu cintai
yaitu paman beliau Abu Thalib,
tetapi Allāh memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya" (QS. Al-Qashshash: 56)
Di situ Allāh tegaskan bahwasanya Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam mencintai pamannya dan ini
cinta yang merupakan tabi'at (seorang mencintai pamannya). Wajar dan ini tabi'at.
Adapun cinta yang sifatnya ibadah khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan cinta kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla melazimkan bagi kita untuk mendahulukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla di atas yang lainnya.

Tidak boleh seseorang mencintai selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla tadi lebih mencintai mereka daripada
kecintaannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Boleh orang tua cinta kepada anaknya.

Boleh seorang suami cinta kepada istrinya.


Boleh seorang istri cinta kepada suaminya.
Tapi jangan sampai mengalahkan cintanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan cinta kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla memiliki tanda-tanda, di antara tandanya adalah:
⑴ Orang yang mencintai Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka dia akan mendahulukan apa yang Allāh Subhānahu
wa Ta'āla cintai daripada kesenangan hawa nafsunya. Entah itu harta, anak-anak dan lain sebagainya.

⑵ Orang yang mencintai Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka dia akan mengikuti Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam. Omong kosong kalau orang mengaku cinta kepada Allāh tapi tidak mengikuti Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam.

Allāh menantang orang-orang yang mengaku cinta kepada Allāh tapi tidak mengikuti Rasul. Dalam surat Āli-
Imrān ayat 31 Allāh berfirman:
‫ّلل فَٱت َّ ِبعُو ِني يُحۡ ِب ۡب ُك ُم ٱ َّّللُ َو َي ۡغ ِف ۡر لَ ُك ۡم ذُنُو َب ُك ۡهم َوٱ َّّللُ َغفُور َّر ِحيم‬
َ َّ ‫قُ ۡل ِإن ُكنت ُ ۡم ت ُ ِحبُّونَ ٱ‬
Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allāh, ikutilah aku, niscaya Allāh mencintai kamu dan
mengampuni dosa-dosa kamu." Allāh Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Dan diantara tanda cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah sifat tawadhu kepada orang-orang yang
beriman, tegas kepada orang-orang kafir, jihad di jalan Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan tidak takut celaan
manusia. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Allāh di dalam surat Al-Māidah ayat 54.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullāh dalam kitābnya Mandarijus Salikin menyebutkan beberapa sebab agar kita
cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan agar kita dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Di antaranya:

⑴ Membaca Al-Qur’ān, merenungi Al-Qur'ān, memahaminya, mempelajari artinya.

⑵ Mendekatkan diri kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan melakukan amalan-amalan sunnah.

⑶ Senantiasa berdzikir kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik dengan lisan maupun dengan hati, baik dengan
amal dan perbuatan kita.

⑷ Mendahulukan apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla cintai daripada kesenangan hawa nafsu kita.

⑸ Kita merenungi nama dan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑹ Merenungi nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang banyak yang Allāh berikan kepada hamba-Nya.

⑺ Kita merasa butuh kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita merasa membutuhkan Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.

⑻ Kita bersepi dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla pada sepertiga malam terakhir, kita membaca ayat-ayat Al-
Qur'ān kemudian beristighfar, berdoa bermunajat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑼ Bergaul dengan orang-orang yang baik.

⑽ Menjauhi segala hal yang bisa menghalangi kita dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan termasuk kecintaan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah cinta kepada Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam, maka seorang hamba harus mencintai Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam lebih daripada
istrinya, anak-anaknya, orang tuanya.
Sebagaimana kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:

َ‫اس أَج َمعِين‬


ِ َّ‫الَ يُؤ ِم ُن أ َ َح ُد ُكم َحتَّى أ َ ُكو َن أ َ َحبَّ ِإلَي ِه ِمن َولَ ِد ِه َو َوا ِل ِد ِه َوالن‬
"Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai saya lebih dia cintai daripada anaknya, daripada
orangtuanya dan daripada seluruh manusia."
(Hadīts riwayat Muslim nomor 44 )

Maka orang-orang yang mengaku cinta kepada Allāh, harus cinta kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa
sallam dan orang yang mengaku cinta kepada Rasūlullāh, hendaknya taat kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam dan meninggalkan larangan-larangannya dan tidak beribadah kecuali dengan tuntutannya.
Jangan sampai kita mengaku cinta kepada Rasul tetapi kita membuat tata cara sendiri dan kita memaksiati
perintah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
َ َ ‫صادِقا ً أل‬
َّ ُ‫طعتَه‬
‫إن ال ُم ِحبَّ ِل َمن ي ُِحبُّ ُم ِطي ُع‬ َ ‫لَو كانَ ُحب َُّك‬
"Andaikan cintamu sejati engkau akan taat kepadanya, sesungguhnya orang yang mencintai itu sangat taat
kepada orang yang dia cintai."
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganugerahkan kepada kita, cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla
dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla cinta kepada kita.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 15 Jumadil Akhir 1443 H/18 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 07 : Syirik Dalam Tawakal

〰〰〰〰〰〰〰

SYIRIK DALAM TAWAKAL


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين والصاله والسالم على اشرف االنبياء والمرسلين نبينا محمد وعلى اله وصحبه اجمعين أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kembali kita bertemu dalam kajian kita tentang Tauhīd, in syā Allāh ta'āla kita akan membahas tentang:
▪︎ Syirik Dalam Tawakal
Tawakal artinya kita bergantung, bertumpu kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Menggantungkan segala
urusan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dengan disertai melakukan sebab. Dan tawakal termasuk
bagian inti dari ibadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang harus diperuntukkan hanya kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla semata. Tidak boleh diberikan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Allāh berfirman dalam surat Al Māidah ayat 23:

َ‫ّلل فَت ََو َّكلُوا إِن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬


ِ َّ ‫َو َعلَى ٱ‬
"Dan hanya kepada Allāh saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar orang-orang beriman."
ِ َّ ‫ َو َعلَى ٱ‬, padahal biasanya
Dalam ayat ini, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mendahulukan objek (maf'ul bih) yaitu: ‫ّلل‬
di dalam bahasa Arab, objek itu diakhirkan. Tapi di dalam ayat ini di dahulukan yang berfungsi sebagai
pembatasan, hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata.
Ayat ini menunjukkan bahwa tawakal hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak boleh seseorang
bertawakal kepada selain Allāh. Barangsiapa bertawakal kepada selain Allāh berarti dia telah berbuat syirik.

Kalau seseorang bergantung kepada selain Allāh, misalnya dia bergantung kepada makhluk yang lemah,
sebagian ulama mengatakan:
‫ما رجا أحد مخلوقات وال توكل عليه إال خاب ظنه فيه‬
"Tidaklah seorang berharap kepada makhluk atau tawakal kepada makhluk kecuali dia akan gagal."
Karena makhluk itu lemah dan yang kuat hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tawakal termasuk sifat atau karakter orang-orang yang beriman sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman dalam surat Al-Anfāl ayat 2:
َ‫إِنَّ َما ٱ ۡل ُم ۡؤ ِمنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُ ِك َر ٱ َّّللُ َو ِجلَ ۡت قُلُوبُ ُه ۡم َوإِذَا ت ُ ِليَ ۡت َعلَ ۡي ِه ۡم َءا َٰيَتُه ُۥ زَ ا َد ۡت ُه ۡم إِي َٰ َم ٗنا َو َعلَ َٰى َربِّ ِه ۡم يَت ََو َّكلُون‬

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allāh gemetar hatinya.
Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya. Dan hanya kepada Tuhan
mereka bertawakal."
Seorang muslim (mukmin) harus menggantungkan segala urusannya hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tapi ingat, bahwa tawakal itu bukan berarti kita tidak melakukan sebab (tidak demikian).
Kita dianjurkan untuk melakukan sebab, makanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam surat Al-
Jumu'ah ayat 10,
ِ‫ض ِل ٱ َّّلل‬ ِ ‫صلَ َٰوة ُ فَٱنت َ ِش ُروا فِي ٱ ۡأل َ ۡر‬
ۡ َ‫ض َوٱ ۡبتَغُوا ِمن ف‬ َّ ‫ت ٱل‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
"Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi dan carilah karunia Allāh."
Dalam mencari rezeki kita harus tawakal tapi tawakalnya bukan berarti kita berdiam diri di rumah saja, tidak!
Kita harus keluar mencari nafkah. Dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
َ ‫صا َوت َُرو ُح ِب‬
‫طانًا‬ َّ ‫َللا َح َّق ت ََو ُّك ِل ِه لَ ُر ِزقتُم َك َما تُرزَ ُق ال‬
ً ‫طي ُر ت َغدُو ِخ َما‬ ِ َّ ‫لَو أَنَّ ُكم ُكنتُم ت ََو َّكلُونَ َعلَى‬
"Andaikan kalian bertawakal seperti tawakalnya burung niscaya kalian akan diberi rezeki. Lihat burung, di pagi
hari dalam keadaan keroncongan (lapar) dan pulang dalam keadaan kenyang."
(Hadīts riwayat At Tirmidzi nomor 2344)

Perhatikan hadīts ini baik-baik! Kita dianjurkan untuk tawakal seperti tawakalnya burung, apakah burung
tersebut berdiam diri di rumahnya? Tidak, burung juga keluar. Dia mencari makan dia mencari kehidupan.
Ini menunjukkan bahwa tawakal bukan berarti kita tidak mencari sebab, bukan berarti kita tidak berusaha.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam orang yang paling bertawakal tapi Beliau juga mencari sebab. Ketika Beliau
berperang Beliau menggunakan baju besi.

Demikian juga pada contoh hari-hari ini. Misalkan kita tawakal kepada Allāh, kita yakin bahwa yang memberi
penyakit (virus) adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tapi bukan berarti kita tidak mencari sebab. Kita dianjurkan
untuk mencari sebab memakai masker, jaga jarak, mencuci tangan, vaksin dan sebagainya. Itu hanyalah sebab,
tapi kita tidak boleh bergantung kepada sebab.
"Siapa yang bergantung kepada sebab berarti dia telah berbuat syirik. Siapa yang meniadakan sebab berarti
dia bodoh."
Maka kita harus tengah-tengah dalam masalah sebab.
Jadi intinya tawakal adalah ibadah dan harus diberikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja tidak boleh
diberikan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan tawakal kepada selain Allāh ada beberapa jenis:

⑴ Tawakal kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla dalam hal-hal yang tidak ada yang mampu kecuali hanya
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Seperti: Tawakal kepada kuburan, tawakal kepada orang-orang yang sudah mati, kepada berhala dan
sebagainya, dalam masalah rezeki, dalam masalah kemenangan, dalam masalah anak, jabatan dan sebagainya.
Maka ini merupakan syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

⑵ Tawakal dalam sebab-sebab yang zhahir.

Seperti: Seseorang bertawakal kepada penguasa atau orang kaya, dia bergantung kepadanya. Maka ini adalah
syirik kecil.
Bedanya kalau yang pertama hal-hal yang khusus bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja, sedangkan kepada
orang kaya mereka masih bisa membantu, itu pun kita tidak boleh bergantung kepadanya. Kita harus yakin
bahwa mereka hanyalah sebab dan yang memberikan rezeki hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Seperti ketika kita menjadi pasien, jangan sampai tergantung kepada dokter atau obatnya. Kita bergantung
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla tapi kita percaya bahwasanya dokter hanyalah sebab. Kalau kita
bergantung kepada dokter, kalau kita bergantung kepada obat maka itu termasuk syirik kecil.

⑶ Tawakal dalam artian mewakilkan.

Mewakilkan dalam jual beli (misalkan), mewakilkan dalam penyembelihan, mewakilkan dalam shadaqah,
maka ini diperbolehkan. Kecuali kalau mewakilkan hal-hal yang tidak boleh seperti mewakilkan dalam masalah
(hal-hal khusus) harus dilakukan oleh orang itu sendiri.
Misalkan: masalah jima' (ini tidak boleh diwakilkan), kalau akad nikah atau akad perceraian bisa diwakilkan
tapi untuk urusan mabit (bermalam) maka ini tidak boleh diwakilkan, karena harus orang itu sendiri tidak bisa
diwakilkan.
Demikian juga sumpah atau nadzar, ini hal-hal yang tidak bisa untuk diwakilkan kepada orang lain, harus dia
sendiri.
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Intinya seorang muslim harus tawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini sangat penting untuk kita
tumbuhkan dan kita tanamkan pada diri kita sehingga kita bergantung hanya kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Sehingga kita memiliki kebahagiaan, kepercayaan, keberanian.

Berbeda kalau kita bergantung kepada selain Allāh, maka akan ada kepanikan ada ada kegelisahan
kegundahan dalam diri kita.
Barangsiapa bertawakal kepada Allāh maka dia akan menjadi seorang yang pemberani. Semakin dia tawakal,
semakin dia berani. Semakin dia berkurang tawakalnya, semakin dia penakut dan pengecut.
Demikian.
‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 16 Jumadil Akhir 1443 H/19 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 08 : Syirik Dalam Ketaatan

〰〰〰〰〰〰〰

SYIRIK DALAM KETAATAN


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pelajaran kita tentang tauhīd dan pada kali ini kita akan membahas tentang:

▪︎ Syirik Dalam Ketaatan


Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menambahkan ilmu yang bermanfaat kepada kita semua.
Perlu diketahui bahwa di antara bentuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah mentaati para
ulama atau umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan hukum Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Menghalalkan apa yang Allāh haramkan atau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Sebagai contoh (misalkan): Jika ada ulama (umara) menghalalkan riba, minuman khamr, zina, homo, atau
mengharamkan sesuatu yang jelas-jelas dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla seperti (misalkan)
mengharamkan poligami, mengharamkan shalat dan lain sebagainya, lalu kita mengikuti para ulama dan
umara dalam hal tersebut, berarti kita telah menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman dalam surat At Taubah ayat 31:

ُ ‫ّلل َوٱ ۡل َم ِسي َح ٱ ۡبنَ َم ۡر َي َم َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ َّال ِل َيعۡ بُدُوا ِإ َٰلَ ٗها َٰ َو ِحدٗ ا َّال ِإ َٰلَ َه ِإ َّال ه ه َُو‬
َ‫س ۡب َٰ َحنَه ُۥ َع َّما ي ُۡش ِر ُكون‬ ِ ‫اره ُۡم َو ُر ۡه َٰ َبنَ ُه ۡم أ َ ۡر َبابٗ ا ِ ّمن د‬
ِ َّ ‫ُون ٱ‬ َ ‫ٱت َّ َخذُوا أَحۡ َب‬

"Mereka menjadikan orang-orang alim (Yahudi) dan rahib-rahibnya (Nasrani) sebagai tuhan-tuhan selain Allāh,
demikan juga dengan Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan."
Dalam hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi, disebutkan bahwa Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah
membacakan ayat yang mulia tadi kepada shahabat Adi bin Hatim Ath Thaiq, lalu dia mengatakan:
‫يارسول هللا ال سنعبد هم‬
"Wahai Rasūlullāh, kami tidak pernah beribadah kepada mereka (ulama, pendeta atau rahib kami, kami tidak
rukuk, sujud kepada mereka)."
Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam kemudian menjawab:
‫ ويحرمون ما أحل هللا فتحرمونهم؟‬،‫أليس يحلون لكم ما حرم هللا فتحلونهم‬
"Bukankah mereka menghalalkan untuk kalian apa yang Allāh haramkan, lalu kalian ikut menghalalkannya
juga? Dan mereka mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla, lalu kalian ikut
mengharamkan (yakni mentaati apapun yang mereka halalkan atau mereka haramkan padahal bertentangan
dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla)?"
‫ قال بال‬Adi bin Hatim mengatakan,"Iya, wahai Rasūlullāh."
‫قال نبي صال هللا عليه و سالم‬
Lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan: ‫فتلك عبادتهم‬
"Seperti itulah yang dimaksud beribadah kepada mereka."
Ketika kalian mentaati ulama dan umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allāh dan mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, itu termasuk berbuat syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jadi siapapun yang taat kepada ulama dan umara dalam hal-hal yang bertentangan dengan Allāh dan Rasul-
Nya, berarti dia telah berbuat syirik kepada mereka. Termasuk kepada para ulama kita tidak boleh mengikuti
mereka jika jelas-jelas bertentangan dengan Al Qur'ān dan Hadīts.

Oleh karenanya, para ulama pun telah berwasiat kepada kita:


‫كل يوم قولي ويترك اال صاحب هذا القبر‬
"Setiap orang bisa diambil ucapannya dan ditinggalkan kecuali pemilik kubur ini (maksudnya Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam)."
Demikian pula Imam Syāfi'i pernah mengatakan:
‫إذا صح الحديث فهو مذهبي‬
"Apabila ada hadīts yang shahīh maka itu adalah madzhabku."
Kita mencintai para ulama, kita menghormati para ulama. Akan tetapi apabila bertentangan dengan Al Qur'ān
dan Hadīts maka tidak boleh kita mengikuti mereka.

Demikian juga para umara, kita wajib mencintai dan menghormati para pemimpin. Tapi jika Itu bertentangan
dengan Al Qur'ān dan Hadīts maka tidak boleh bagi kita untuk mentaati mereka.
‫عةَ فِي َمخلوق في معصية الخالق‬ َ ‫َال‬
َ ‫طا‬
"Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal maksiat kepada Allāh."
Kecintaan kepada Allāh, ketaatan kepada Allāh dan kepada Rasul harus kita dahulukan daripada ketaatan
kepada siapapun.
‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 17 Jumadil Akhir 1443 H/ 20 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 09 : Berburuk Sangka Kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla

〰〰〰〰〰〰〰
BERBURUK SANGKA KEPADA ALLĀH
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pelajaran kita tentang tauhīd. Dan pada kali ini in syā Allāh Ta'āla kita akan membahas tentang
hal-hal yang bisa menodai kesucian tauhīd bahkan bisa menghilangkan tauhīd seorang hamba. Di antaranya
adalah:
▪︎ Berburuk Sangka Kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla ( ‫)سوء الظن باهلل جالوعال‬
Buruk sangka ini sangat berbahaya sekali karena berburuk sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla berarti
menodai tauhīd. Sebaliknya, berbaik sangka termasuk kesempurnaan dan kewajiban tauhīd.
Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla mensifati orang-orang munafik bahwasanya mereka telah
berburuk sangka kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dalam surat Al Fath ayat 6, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:
‫ب ٱ َّّللُ َعلَ ۡي ِه ۡم َولَعَنَ ُه ۡم َوأ َ َع َّد لَ ُه ۡم َج َهنَّ َم َو َسا َء ۡت‬ ِ ‫ظ َّن ٱلس َّۡو ه ِء َعلَ ۡي ِه ۡم َدائِ َرة ُ ٱلس َّۡو ِء َوغ‬
َ ‫َض‬ َ ‫ّلل‬
ِ َّ ‫ظانِّينَ بِٱ‬ ِ ‫ت َوٱ ۡل ُم ۡش ِركِينَ َوٱ ۡل ُم ۡش ِر َٰ َك‬
َّ ‫ت ٱل‬ ِ َ‫ِب ٱ ۡل ُم َٰنَ ِف ِقي َن َوٱ ۡل ُم َٰنَ ِف َٰق‬
َ ّ‫َويُعَذ‬
‫ص ٗيرا‬ِ ‫َم‬
"Dan Allāh Subhānahu wa Ta'āla menyiksa orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, dan (juga) orang-
orang musyrik laki-laki dan perempuan yang berprasangka buruk terhadap Allāh. Mereka akan mendapat
giliran (adzab) yang buruk, dan Allāh murka kepada mereka dan mengutuk mereka, serta menyediakan neraka
Jahanam bagi mereka. Dan (neraka Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali."

Termasuk hal yang bisa menodai tauhīd seorang hamba apabila dia berburuk sangka kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Contoh:
Kalau seorang menyangka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak akan menolong Nabi-Nya.
Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak akan memenangkan agama-Nya.
Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan menyiksa para wali-Nya.
Menyangka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan membiarkan makhluk begitu saja tanpa ada hisab
tanpa pembalasan. Membiarkan mereka sia-sia begitu saja.
Menyangka bahwasanya makhluk tidak akan dibangkitkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Menyangka bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla berbuat zhalim kepada hamba-Nya, pelit kepada hamba-
Nya dan lain sebagainya.
Maka semua itu adalah termasuk su'uzhan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kewajiban kita adalah husnudzān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Apapun yang menimpa kita, hendaknya
kita berhusnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Ketika kita mendapatkan musibah ujian, cobaan maka yang kita dahulukan adalah husnuzhān, berbaik sangka,
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini adalah salah satu kiat agar kita bahagia, tenang tidak galau, tidak stres.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
َ‫َو َع َس َٰى أَن ت َۡك َرهُوا ش َۡيـٗا َوه َُو خ َۡير لَّ ُك ۡم َو َع َس َٰى أَن ت ُ ِحبُّوا ش َۡيـٗا َوه َُو ش َّر لَّ ُك ۡهم َوٱ َّّللُ يَعۡ لَ ُم َوأ َنت ُ ۡم َال ت َعۡ لَ ُمون‬
"Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu baik buat kalian dan bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal
itu buruk untuk kalian, Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui."
(QS. Al Baqarah: 216)

Mari kita mengedepankan husnuzhān (berbaik sangka) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Mari hilangkan hindarkan pada diri kita su'uzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Percayalah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla sayang kepada kita.
Percayalah bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla sangat baik kepada hamba-Nya.
Ini perlu kita tanamkan pada diri kita sehingga kita akan menggapai ketenangan kebahagiaan dalam hidup kita.
Demikian materi yang bisa dibahas semoga bermanfaat.

‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 18 Jumadil Akhir 1443 H/ 21 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 10 : Mengolok-olok Allāh Subhānahu wa Ta'āla

〰〰〰〰〰〰〰

MENGOLOK-OLOK ALLĀH SUBHĀNAHU WA TA'ĀLA


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada pertemuan kali ini kita akan membahas tentang salah satu pembatal tauhīd yang sangat berbahaya,
yaitu:
▪︎ Mengolok-olok Allāh Subhānahu wa Ta'āla (Istihza’)
Mengolok-olok Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengolok-olok Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam,
mengolok-olok Al Qur'ān ini sangat berbahaya.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ُ ‫وض َون َۡلعَ ه‬


ُ ‫ب قُ ۡل أَبِٱ َّّللِ َو َءا َٰيَتِ ِهۦ َو َر‬
‫سو ِل ِهۦ كُنت ُ ۡم ت َۡستَهۡ ِز ُءونَ ۞ َال ت َعۡ تَذ ُِروا قَ ۡد َكف َۡرتُم بَعۡ َد إِي َٰ َمنِ ُك ۡهم‬ ُ ‫َولَئِن َسأ َ ۡلت َ ُه ۡم لَيَقُولُ َّن إِنَّ َما كُنَّا نَ ُخ‬
Dan jika engkau bertanya kepada mereka, mereka pasti akan mengatakan, "Kami hanya bergurau dan
bermain-main." Katakanlah, "Apakah dengan Allāh dengan ayat-ayat-Nya dengan Rasul-Nya kalian mengolok-
olok?" Jangan banyak alasan, sungguh kalian telah kufur setelah keimanan kalian."
(QS. At Taubah: 65-66)

Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang munafik yang mengolok-olok Nabi Muhammad shallallāhu
'alayhi wa sallam dan para shahabat dalam sebagian peperangan.
Di mana seorang munafik mengatakan:
‫ما راينا مثل قرائنا هؤالء ارغب بطونا وال اكذب السنا وال اجبد ان اللقاء‬
"Kami tidak mengetahui orang yang lebih buncit perutnya lebih pendusta lisannya dan lebih pengecut ketika
perang daripada Nabi dan para shahabat."

Ketika hal itu sampai kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
pun menyampaikan kepada mereka dan mereka beralasan, "Kami cuma bersenda gurau, wahai Rasūlullāh."
Lalu turunlah ayat yang mulia ini.
Ayat ini menjelaskan secara tegas bahwa siapapun yang mengolok-olok Allāh Subhānahu wa Ta'āla, mengolok-
olok Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, mengolok-olok Al Qur'ān maka dia telah kufur kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla. Karena berarti dia telah melecehkan, merendahkan, telah menghinakan Rububiyyah
Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan risalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Dan ini fenomena yang banyak terjadi di zaman kita sekarang. Banyak yang mengolok-olok Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Bahkan dahulu ada yang berani mengatakan, "Anjingku akbar," atau "Tuhan mebusuk," dan lain
sebagainya. Ini ucapan yang kufur, celaan (olok-olokan) kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian pula orang yang mencela Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, mengatakan bahwasanya,
"Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam adalah bapaknya teroris, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam
adalah tukang sihir, Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pembohong dan sebagainya," ini adalah
kekufuran.
Demikian pula orang yang merendahkan Al Qur'ān menghina atau menistakan Al Qur'ān, menginjak-injak Al
Qur'ān, mengatakan bahwa Al Qur'ān palsu, mengatakan bahwa Al Qur'ān hanya dongeng dan sebagainya
maka itu adalah kekufuran.
Kita harus hati-hati dan waspada dari Istihza’, karena ini sangat berbahaya sekali. Kewajiban bagi kita adalah
mengagungkan Allāh, mengagungkan Al Qur'ān dan mengagungkan Nabi kita Muhammad shallallāhu 'alayhi
wa sallam.
‫وما بعدم شعائر هللا فانها من تقوى القلوب‬
"Barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allāh Subhānahu wa Ta'āla berarti itu adalah ketakwaan di dalam
hati."

Demikian juga termasuk dalam hal ini adalah orang-orang yang mencela sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi
wa sallam, seperti orang-orang yang mencela jenggot, orang-orang yang mencela jingkrang yang tidak isbal,
menggelari mereka sebagai kampungan atau radikal dan sebagainya. Termasuk pelecehan kepada syariat Allāh
dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Hati-hati dari dosa lisan! Walaupun cuma sekedar bercanda. Karena bercanda ada aturannya. Bercanda boleh
tapi ada aturan-aturannya.
Di antara aturannya adalah tidak boleh bercanda di dalam masalah agama, bercanda dalam masalah Allāh,
masalah Rasul, masalah Al Qur'ān, masalah Islām. Karena ini bukan bahan untuk bercanda.
Demikian, semoga bermanfaat.
‫وصلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 21 Jumadil Akhir 1443 H/ 24 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 11 : Bahaya Memakai Jimat

〰〰〰〰〰〰〰

BAHAYA MEMAKAI JIMAT


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada kesempatan yang berbarakah ini, kita akan mengambil tema tentang:
▪︎ Bahaya Memakai Jimat
Memakai jimat berbahaya. Baik dengan tujuan untuk membentangi diri dari bala, bencana, penyakit atau
untuk menghilangkan dan mengangkat penyakit dan bencana yang menimpa pada diri kita.
Bagaimana hukumnya?
Hukumnya adalah haram, bahkan termasuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sebab kita harus yakin, bahwa tidak ada yang bisa melindungi kita dari mara bahaya, tidak ada yang bisa
menyembuhkan kita dari penyakit, kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
‫ف لَه ُۥ إِ َّال ه َُو‬
َ ‫ض ۢ ّر فَ َال كَا ِش‬
ُ ِ‫َوإِن يَم َسس َك ٱ َّّللُ ب‬
"Dan jika Allāh Subhānahu wa Ta'āla menimpakan suatu mudharat atau bencana kepada dirimu maka tidak
ada yang bisa mengangkatnya (menyingkapnya) kecuali hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata."
(QS. Al An'ām: 17)

Oleh karenanya, ketika Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam melihat ada seorang yang memiliki gelang di
tangannya, maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bertanya:
‫" ( ما هذا ؟‬Apa ini?" )
Orang tersebut menjawab:
‫ ِم َن ال َوا ِهنَة‬: "Ini adalah penangkal (jimat) dari penyakit."
Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menegur (menasihati) nya:
ً ‫انزعها فإنها ِإنَّ َها الَ ت َِزيد َُك ِإالَّ َوهنا‬

"Cabutlah gelang tersebut! Karena sesungguhnya ia tidak menambahmu kecuali kelemahan."


Kenapa?
Karena artinya kita bergantung kepada dzat yang tidak bisa menolak mudharat dan memberikan manfaat
kepada kita. Kita bergantung kepada sesuatu yang lemah.
Berbeda apabila kita bergantung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka sesungguhnya kita bergantung
kepada Dzat yang Maha Kuat.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:


ً ‫ت أ َ َبدا‬
َ ‫ى َعلَي َك َما أَفلَح‬
َ ‫فَإِنَّ َك لَو ِمتَّ َو ِه‬
"Dan sesungguhnya jika engkau mati dalam keadaan seperti itu, engkau tidak akan bahagia selamanya baik di
dunia maupun di akhirat."
Di dunia kita akan terus dalam kegalauan, kegelisahan, tidak tenang dan di akhirat kita akan akan diancam
dengan siksa Neraka Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jadi memakai jimat, apapun bentuknya dan terbuat dari apapun, entah itu akik, keris, entah itu dari batu ini,
batu itu atau dari kulit binatang ini, atau kulit binatang itu, semuanya haram bahkan termasuk kesyirikan.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
‫َمن َعلَّقَ ت َِمي َمةً فَقَد أَش َر َك‬
"Barangsiapa mengantungkan jimat maka sungguh dia telah berbuat syirik."
(Hadīts riwayat Ahmad 4/156)

Demikian pula kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:


‫الرقَى َوالت َّ َمائِ َم َوال ِت ّ َولَةَ ِشرك‬
ُّ ‫إِ َّن‬
"Sesungguhnya rukyah (yang tidak syar'i), kemudian jimat termasuk kesyirikan."
(Hadīts riwayat Ahmad dan Abu Dawud)
Termasuk syirik apa? Apakah termasuk syirik besar atau syirik kecil?
Para ulama memperinci;

⑴ Jika dia meyakini bahwasanya jimat itu yang mendatangkan manfaat atau menolak mudharat, maka ini
termasuk syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

⑵ Jika dia meyakini bahwasanya jimat itu hanya sebab dan dia yakin yang memberikan manfaat dan
mudharat adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka ini pun syirik, tapi syirik kecil bukan syirik besar yang
mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

Dulu sudah kita bahas apa perbedaan antara syirik besar dan syirik kecil.
Salah satu perbedaannya, kalau syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islām, membatalkan semua
amalan yang telah kita lakukan. Berbeda dengan syirik kecil maka dia tidak membatalkan semua amal
perbuatan kita dan tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

Apapun itu, baik syirik besar maupun syirik kecil maka harus kita hindari. Tidak boleh kita memakai jimat-jimat
yang terbuat dari apapun dan bentuk apapun, baik diletakkan di rumah maupun pada diri kita (gelang, akik),
benda yang ditaruh di mobil dan sebagainya. Maka semua itu adalah kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Kalau ada yang mengatakan, bagaimana jika jimat tersebut terbuat dari ayat-ayat Al Qur'ān, apakah itu
diperbolehkan?
Jawabannya ada perselisihan di kalangan ulama tapi pendapat yang kuat adalah tidak diperbolehkan walaupun
itu dari ayat-ayat Al Qur'ān.
Kenapa demikian?

• Yang Pertama | Karena Al Qur'ān diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla bukan untuk jimat. Al Qur'ān
diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla untuk kita baca, kita pelajari, untuk kita renungkan dan kita
amalkan.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
۟ ُ‫ِكت َ َٰـبٌ أَنزَ لنَ َٰـهُ إِلَي َك ُمبَ َٰـ َر ٌۭكٌ ِلّيَ َّدب َُّرو ۟ا َءايَ َٰـتِ ِهۦ َو ِليَتَذَ َّك َر أ ُ ۟ول‬
ِ ‫وا ٱألَلبَ َٰـ‬
‫ب‬
"Inilah Al Qur'ān dan yang Kami turunkan kepadamu agar mereka merenunginya (mentadabburinya) agar
orang-orang yang cerdas mengambil pelajaran darinya."
(QS. Shad: 29)

• Yang Kedua | Keumuman dalīl-dalīl yang hadītsnya telah kita sampaikan, semuanya menunjukkan bahwa
menggantungkan jimat untuk penangkal atau mengangkat musibah, bala dari kita, itu tidak diperbolehkan.
Tidak ada yang membedakan apakah itu dari ayat-ayat Al Qur'ān ataupun selainnya.

• Yang Ketiga | Sebagai bentuk saddu dzari'ah yaitu membendung segala sarana yang mengantarkan
kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena Islām apabila mengharamkan sesuatu, Allāh haramkan
juga segala sarana yang menjerumuskan kepadanya.
Demikian, semoga yang singkat ini bermanfaat.

‫وصلى هللا على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 22 Jumadil Akhir 1443 H/ 25 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 12 : Hukum Tabbaruk

〰〰〰〰〰〰〰

HUKUM TABBARUK
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل وصالة وسالم على رسول هللا نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه ومن وااله أما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada pertemuan kali ini, in syā Allāh ta'āla kita akan membahas tentang:
▪︎ Hukum Tabbaruk
Hukum tabarruk atau mencari berkah atau ngalab berkah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Keberkahan artinya ‫ الخير كثير‬kebaikan yang banyak, melimpah dan terus menerus. Dan semua kita pasti
menginginkan keberkahan. Keberkahan pada harta kita, keberkahan pada keluarga kita, keberkahan pada ilmu
kita dan lain sebagainya.
Makanya sering dalam doa-doa dianjurkan untuk mendoakan keberkahan.
Contoh (misalkan): Salam.
Kita dianjurkan untuk mengucapkannya ketika bertemu dengan saudara-saudara kita.
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
"Semoga keselamatan rahmat Allāh dan keberkahan untuk kalian."

Ketika ada yang menikah kita dianjurkan mengucapkan:


‫ار َك َعلَي َك َو َج َم َع َبينَ ُك َما فِي خَير‬
َ ‫ار َك هللاُ لَ َك َو َب‬
َ ‫َب‬

“Semoga Allāh memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allāh
mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan”
(Hadīts riwayat Abu Dawud no. 2130)

Kita semua membutuhkan keberkahan dan mencari berkah hanya diperuntukkan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla saja, karena yang mendatangkan keberkahan hanya Allāh bukan umat.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
‫البركات من هللا‬
"Keberkahan itu dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla".
Yang memberikan kita barakah hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla bukan selainnya.
Bagaimana kalau kita tabarruk kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla?
Perlu diketahui bahwa tabarruk ada dua macam, ada tabarruk yang masyru' (disyariatkan) yaitu kita mencari
keberkahan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, minta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan hal-hal yang
memang itu ada dalīlnya bisa mendatangkan keberkahan.
Contoh (misalkan):
• Al-Qur'ān

Kita membaca Al-Qur'ān, itu keberkahan mendatangkan keberkahan untuk kita.


Allāh berfirman:
ٌ‫ ِكت َ َٰـبٌ أَنزَ لنَ َٰـهُ إِلَي َك ُمبَ َٰـ َر ٌۭك‬........

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan keberkahan......" (QS. Shad: 29)
Inilah Al-Qur'ān yang kami turunkan dengan penuh keberkan, makanya dengan membaca Al-Qur'ān setiap
satu huruf dilipat gandakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla sepuluh kali lipat, itu termasuk keberkahan Al-
Qur'ān.
Contoh yang lain (misalkan):

• Meminum air Zam-zam

Karena air zam-zam adalah air yang berbarakah


Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
‫إنه ماء زمزم مبارك‬
"Sesungguhnya air zam-zam itu adalah air yang berbarakah."
ُ ‫طعَا ُم‬
‫طعم َو ِشفَا ٌء ِمنَ السُّق ِم‬ َ ‫إِنَّ َها‬

"Sesungguhnya dia adalah makanan yang mengenyangkan dan obat dari penyakit-penyakit."
Jadi disebut oleh Nabi bahwa air zam-zam adalah air yang berbarakah, maka ini disyariatkan bagi kita untuk
mencari keberkahan dengan hal-hal yang disyariatkan oleh Allāh, karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla
mengabarkan melalui lisan Rasul-Nya bahwa itu bisa mendapatkan keberkahan dari Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.

▪︎ Ngalab Berkah Yang Mamnu' (Dilarang)


Ketika seorang mencari keberkah kepada selain Allāh, misalkan ada seorang yang mencari keberkahan kepada
kuburan, pohon atau batu. Maka ini adalah kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Karena yang mendatangkan keberkahan hanyalah Allāh, ketika kita minta kepada selain Allāh Subhānahu wa
Ta'āla maka itu adalah kesyirikan dan ini terlarang bahkan merupakan syirik besar.

Atau yang terlarang juga kita ngalab berkah dengan hal-hal yang tidak ada dalīlnya bahwa itu bisa
mendatangkan keberkahan dan ini banyak. Ada yang dengan mengusap-usap kuburan dengan keyakinan yang
dia lakukan bisa mendatangkan keberkahan, atau dengan kotoran hewan (Na'ūdzubillāh) dianggap itu bisa
mendatangkan keberkahan atau dengan batu ajaib menganggap batu itu bisa mendatangkan keberkahan.
Semua itu terlarang walaupun mintanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencari barakahnya dari Allāh, itu
tidak diperkenankan karena tidak ada dalīlnya. Bahwasanya mengusap-usap kuburan bisa mendatangkan
keberkahan atau dengan batu atau dengan pohon dan sebagainya. Itu tidak ada dalīlnya, bahkan itu haram.
Umar bin Khaththāb ketika beliau mencium hajar Aswad, beliau mengatakan:

ُ َ ‫أَعلَ ُم أَنَّ َك َح َج ٌر َوأَنَّ َك الَ ت‬


‫ض ُّر َوالَ ت َن َف ُع‬
"Saya tahu bahwa kamu hanyalah sebuah batu yang tidak mendatangkan manfaat atau menolak mudharat.
‫ قَبَّلَ َك َما قَبَّلت ُ َك‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َللا‬ ُ ‫َولَوالَ أَنِّى َرأَيتُ َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬
Andaikan aku tidak melihat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menciummu, saya tidak akan
menciummu."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 1270)

Bayangkan! Ini batu hajar Aswad yang turun dari Surga, itu saja tidak bisa mendatangkan manfaat atau
menolak mudharat, apalagi benda-benda lain. Batu-batu lain entah itu batu akik atau batu ajaib dan
sebagainya itu tidak ada dalīlnya.
Demikian juga di antara dalīl yang menyebutkan hal ini yaitu hadīts Abu Wāqid Al-Laitsi di mana dulu pernah
berperang bersama Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam perang Hunain, di mana sebagian sahabat
baru masuk Islām. Mereka meniru orang-orang musyrik yang menggantungkan senjata-senjata mereka kepada
sebuah pohon yang disebut Dzātu Anwāth (‫)ذَاتُ أَن َواط‬.

Maka para sahabat mengatakan:


‫ات أَن َواط َك َما لَ ُهم ذَاتُ أَن َواط‬
َ َ‫َللاِ اج َعل لَنَا ذ‬
َّ ‫سو َل‬
ُ ‫يَا َر‬
"Wahai Rasūlullāh! Buatkan untuk kami pohon Dzātu Anwāth untuk menggantungkan senjata-senjata kami
supaya kami menang melawan musuh, sebagaimana mereka memiliki Dzātu Anwāth."

Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam marah, beliau mengatakan:


‫ قُلتُم َوالَّذِي نَف ِسي بِيَ ِد ِه َك َما قَالَت بَنُو إِس َرائِي َل‬،ُ‫هللاُ أَكبَ ُر إِنَّ َها ال ُّسنَن‬
"Allāh Maha Besar, sesungguhnya itu adalah jejak. Demi dzat yang jiwaku berada di tangannya ini seperti
ucapan Bani Israil dahulu kalian hanya meniru-niru saja (mengikuti jejak mereka).
Dahulu Bani Israil mengatakan kepada Musa

َ َ‫اج َعل لَّنَا ِإلَ َٰـ ًها َك َما لَ ُهم آ ِل َهةٌ ه ق‬


َ‫ال ِإنَّ ُكم قَو ٌم ت َج َهلُون‬
Wahai Musa jadikan kepada kami Tuhan sebagaimana mereka memiliki Tuhan. Nabi Musa mengatakan,
"Sesungguhnya kalian adalah kaum yang Jahil".
‫سنَنَ َمن َكانَ قَبلَ ُكم‬
ُ ‫ِل ُمو َسى لَت َر َكب َُّن‬
Nabi Musa mengatakan, "Kalian akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian."
Jadi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengingkari permintaan sebagian sahabat yang baru masuk Islām yang
mereka ingin tabarruk atau ngalab berkah dengan sebuah pohon kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam
marah dengan tegas, karena itu adalah termasuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka tidak boleh bagi kita untuk tabarruk kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla atau tabarruk kepada
Allāh Subhānahu wa Ta'āla tapi dengan cara yang tidak berdasarkan dalīl bahwa itu bisa mendatangkan
keberkahan.
Kita harus yakin bahwa yang bisa mendatangkan keberkahan hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian yang bisa disampaikan tentang tabarruk.

‫صلى هللا وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 23 Jumadil Akhir 1443 H/ 26 Januari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 13 : Sihir

〰〰〰〰〰〰

SIHIR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Pada kesempatan kali ini, in syā Allāhu Ta'āla kita akan membahas tentang masalah:
▪︎ SIHIR
Sihir artinya buhul-buhul atau rajah-rajah yang digunakan oleh penyihir untuk memberikan bahaya kepada
orang lain, baik bahaya pada badannya atau keluarganya (memisahkan antara keluarga suami dengan istri)
dan lain sebagainya.
Dan sihir merupakan dosa besar bahkan termasuk kekufuran.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
‫اس ٱل ِ ّسح َر‬ ۟ ‫سلَي َم َٰـنُ َولَ َٰـ ِك َّن ٱل َّشيَ َٰـ ِطينَ َكف َُر‬
َ َّ‫وا يُعَ ِلّ ُمونَ ٱلن‬ ُ ‫َو َما َكف ََر‬
"Bukan nabi Sulaimān yang kafir tetapi para syaitanlah yang kafir, mereka mengajarkan kepada manusia sihir."
(QS. Al-Baqarah: 102)
Demikian juga Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
ِ ‫اجتَنِبُوا السَّب َع ال ُمو ِبقَا‬
‫ت‬
"Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan"
‫ َو َما ه َُّن؟‬،ِ‫َللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫قَالُوا‬
َّ ‫سو َل‬
"Apa itu wahai Rasūlullāh?"
Lalu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

َّ ِ‫ال ِ ّشركُ ب‬
،‫ َوال ِ ّسح ُر‬،ِ‫اّلل‬
"Syirik kepada Allāh dan Sihir."
(Hadīts shahīh riwayat Al-Bukhāri nomor 6351)

Di antara dosa besar adalah Sihir dan para ulama sepakat bahwasanya Sihir termasuk dosa besar.
Dikatakan oleh Imam An-Nawawi: "Mempelajari Sihir dan mengajarkannya hukumnya haram dengan sepakat
para ulama". Tidak ada perbedaan di antara mereka.
Dan Sihir termasuk perbuatan dosa besar yang menyebar pada zaman kita sekarang terutama di Indonesia,
dikarenakan kejahilan tentang aqīdah dan tauhīd. Demikian juga karena tradisi orang kita (Indonesia) yang
notabene dahulu penganut animisme dan dinamisme, kemudian juga karena keinginan sebagian orang untuk
mencari jalan pintas. Ingin cepat kaya, ingin cepat sukses tapi dengan cara yang instan.

Dan Sihir, di samping diharamkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla juga memberikan bahaya-bahaya baik pada
agama seseorang, demikian juga membuat permusuhan antara satu dengan yang lain, membuat orang malas
dari berusaha dan menjadikan pelakunya terjerumus di dalam dosa besar yang dilarang oleh Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Dan tidak kalah pentingnya para penyihir mereka meminta bantuan kepada syaithan-syaithan dan jin-jin yang
selalu meminta persyaratan yang bertentangan dengan Islām. Seperti tidak boleh shalat selama empat puluh
hari, menginjak Al-Qur'ān dan lain sebagainya.

Oleh karenanya kewajiban bagi kita semua untuk bersama-sama berjihad melawan sihir ini dengan ilmu yang
bermanfaat dengan menyebarkan aqīdah tauhīd di tengah-tengah masyarakat, baik dengan menyebarkan
buku-buku atau artikel-artikel atau kajian-kajian dan lain sebagainya. Sehingga masyarakat kita tidak tertipu
dengan para tukang sihir atau para dukun atau para peramal.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah mengatakan:
‫ص َّدقَه ُ بِ َما يَقُو ُل فَقَد َكف ََر ِب َما أُن ِز َل َعلَى ُم َح َّمد‬
َ َ‫َمن أَت َى َع َّرافًا او كَا ِهنا ً ف‬
"Siapa yang mendatangi peramal dan tukang sihir atau dukun lalu membenarkan apa yang mereka katakan
berarti dia telah kufur dengan apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam."
(Hadīts riwayat Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Mari kita bersama-sama memperkuat tauhīd kita dan berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar kita
ditetapkan di atas tauhīd dan mari kita berusaha untuk mendakwahi keluarga kita, sahabat kita, masyarakat
kita, agar mereka selamat dari kesyirikan-kesyirikan termasuk sihir dan perdukunan.
Demikian semoga bermanfaat.

‫صلى هللا وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين‬
‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 29 Jumadil Akhir 1443 H/ 1 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 14 : Perdukunan (‫)كَاهن‬

〰〰〰〰〰〰〰

PERDUKUNAN
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين و من نهتدى بالهود و تبع فره إلى يوم الدين أما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa menambahkan ilmu yang bermanfaat untuk kita semua.
َ ‫ َو ِرزقًا‬،‫اَللَّ ُه َّم إِنِّي أَسأَلُ َك ِعل ًما نَافِعًا‬.
ً‫طيِّبًا َو َع َمالً ُمتَقَبَّال‬

Kita akan lanjutkan pelajaran kita tentang tauhīd dan in syā Allāh ta'āla, pembahasan kita kali ini tentang:

▪︎ PERDUKUNAN (‫)كَاهن‬
Dukun adalah orang yang mengaku mengetahui ilmu ghaib, dia tahu apa yang akan terjadi dengan
berkolaborasi dengan jin.
Kita semua tahu hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla saja yang mengetahui ilmu ghaib. Allāh Subhānahu wa
Ta'āla berfirman:

ُ‫ب ِإ َّال ٱ َّّلل‬ ِ ‫ت َوٱألَر‬


َ ‫ض ٱلغَي‬ ِ ‫قُل َّال َيعلَ ُم َمن ِفى ٱل َّس َم َٰـ َٰ َو‬
Katakanlah, "Tidak ada yang di langit maupun yang di bumi yang mengetahui ilmu ghaib kecuali Allāh hanya
Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. An Naml: 65)

Oleh karenanya, siapa pun yang mengetahui ilmu ghaib atau mengaku-aku dia tahu ilmu ghaib (apa yang akan
terjadi) pada hakikatnya dia telah menjadi sekutu Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia adalah pendusta, dia adalah
dajjal yang tidak boleh bagi kita untuk membenarkannya
Oleh karena itu Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menegaskan larangan bagi kita untuk mendatangi para
dukun.
Dalam sebuah hadīts dalam Shahīh Muslim, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:

َ ُ‫َمن أَت َى َع َّرافًا فَ َسأَلَه‬


‫عن شَىء‬
"Barangsiapa mendatangi peramal (dukun) lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu.
Bertanya saja, baik secara langsung atau secara online.
Apa kata Nabi?
ً‫صالَة ٌ أَر َب ِعي َن لَيلَة‬
َ ُ‫لَم تُق َبل لَه‬
"Tidak akan diterima shalatnya empat puluh malam."
(Hadīts riwayat Muslim nomor 2230).

Shalatnya tetap sah, tapi dia tidak berpahala.


Lebih tegas lagi Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam dalam hadīts yang lain mengatakan:

َ َ‫َمن أَت َى كَا ِهنا ً أَو َع َّرافا ً ف‬


‫ص َّدقَهُ بِ َما يَقُو ُل‬
Barangsiapa mendatangi dukun baik secara langsung maupun (bertanya) secara tidak langsung. Dan dia
membenarkan apa yang dikatakan oleh dukun (peramal) tersebut.
Yang meramalkan nasib atau meramal bagaimana masa depan kita nanti, yang meramal hujan, yang meramal
kiamat, yang meramal tentang pekerjaan kita, tentang umur kita dan kita membenarkan.
‫فَقَد َكف ََر بِ َما أُن ِز َل َعلَى ُم َح َّمد صلى هللا عليه وسلم‬
Maka sungguh dia telah kufur dengan apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi
wa sallam.
Yaitu Al Qur'ān, karena Al Qur'ān menegaskan kepada kita bahwa yang tahu ilmu ghaib hanyalah Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
(Hadīts riwayat Ahmad nomor 9532).
Bedanya hadīts yang pertama dengan hadīts yang kedua, kalau hadīts yang pertama hanya sekedar bertanya,
tidak diterima shalatnya empat puluh hari, kalau yang kedua dia bertanya kepada dukun dan membenarkan
(percaya).
Jadi sekedar kita bertanya walaupun tidak membenarkan itu tidak boleh, karena itu sarana. Bisa jadi awalnya
hanya sekedar bertanya tapi suatu saat membenarkan, tertipu, tergoda dengan godaan-godaan iblis.
Dan perlu diketahui bahwa dukun dan peramal bisa saja berganti casing. Mungkin dia berlagak seperti ustadz,
memakai jubah, membawa alat dzikir (tasbih) seakan-akan dia bisa mengobati ini dan itu. Atau dia akan
menampakkan dirinya seperti seorang wali yang memiliki kedikdayaan, keanehan, keluar biasaan. Maka
jangan tertipu dengan penampilan.

Para ulama kita mengatakan, "Yang menjadi patokan adalah hakikatnya buka nama."
Nama bisa saja diganti-ganti, penampilan bisa saja dipoles. Tetapi kenyataan tidak bisa diubah, dukun tetap
dukun walaupun memakai jubah, sehingga ada buku yang berjudul: Dukun Hitam Dukun Putih. Kalau dulu,
dukun-dukun memakai hitam semuanya, kalau sekarang sebagian ada yang memakai jubah dan peci putih.
Maka jangan tertipu.
Maka hendaknya bagi kita untuk bersama-sama jihad melawan perdukunan ini.

Caranya bagaimana?
Dengan semangat menyebarkan ilmu tauhīd kepada keluarga kita, menyampaikan fatwa-fatwa para ulama
termasuk fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang telah mengeluarkan fatwa tentang haramnya
perdukunan. Demikian juga mengadakan acara-acara seminar atau kajian kutbah yang bertemakan
memberantas perdukunan dan sihir sehingga masyarakat memiliki bekal pengetahuan tentang bahaya sihir
dan perdukunan ini.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufik kepada kita semua sehingga Allāh Subhānahu wa Ta'āla
memberikan keistiqamahan kepada kita semua di atas tauhīd.

‫وصلى هللا وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه اجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 1 Rajab 1443 H/ 2 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 15 : At-Tathayyur

〰〰〰〰〰〰〰
AT TATHAYYUR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tema pada kesempatan kali ini adalah tentang :
▪︎ AT TATHAYYUR
Apa tathayyur itu?
Tathayyur adalah merasa sial.
Merasa sial karena melihat hewan, merasa sial dengan angka, merasa sial dengan bulan, merasa sial dengan
orang dan lain sebagainya.
Dan anggapan sial seperti ini adalah termasuk perbuatan syirik yang bisa menodai tauhīd seorang hamba.
Menjadikan dia lemah, menjadikan dia was-was, sedih, galau dan lain sebagainya.

Dan khurafat seperti ini masih bercokol disebabkan masyarakat kita. Masih banyak yang merasa sial kalau
melihat hewan. Kalau ada burung gagak, menurut mereka tanda ada yang meninggal. Kalau orang mau
bepergian kemudian melihat ular berarti ada bencana. Mereka merasa sial dengan angka-angka 13. Merasa
sial dengan bulan (biasanya bulan Syura), sehingga mereka tidak berani membuat acara (hajatan) tidak berani
membuat usaha besar dan lain sebagainya.

Tentu semua ini adalah termasuk bentuk kesyirikan yang bisa menodai tauhid seorang hamba. Seorang
muslim harus bertawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dia yakin dan optimis. Dia husnuzhān dan
bergantung hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak terpengaruh kepada khurafat-khurafat seperti ini.

Oleh karenanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam menegaskan:


ّ ِ َ‫ا‬
ٌ‫لطيَ َرة ُ ِشرك‬
"Thiyyarah adalah kesyirikan."
(Hadīts riwayat Abu Dawud nomor 3910)
Dan Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
،َ ‫ال َعد َوى وال ِطيَ َرة‬
"Tidak ada penyakit menular dengan sendirinya, tidak ada thiyyarah."
(HR. Bukhari no. 5757, Muslim no. 2220)
Ditiadakan oleh Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam, merasa sial baik dengan angka, baik dengan bulan dan
bintang, tidak boleh. Kita harus bergantung kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Yang memberikan manfaat dan menolak mudharat hanyalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak boleh bagi kita
merasa sial dengan hal-hal seperti itu.

Kemudian Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata:


‫َويُع ِجبُنِى الفَأ ُل‬
"Yang mengagungkan aku adalah al fā'lu."
(Hadīts riwayat Al Bukhāri nomor 5776 dan Muslim nomor 222)
Al fā'lu (‫ )الفَأ ُل‬artinya optimis, al kalimat thayyibah (ٌ‫طيِّبَة‬
َ ٌ ‫) َك ِل َمة‬

Kalau melihat ada orang namanya Selamet (misalkan), optimis ini tanda keselamatan in syā Allāh. Husnuzhān
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena kita dianjurkan untuk husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.

Intinya thiyyarah itu dilarang.


Apakah termasuk dosa besar atau dosa kecil?
Tergantung, kalau kita meyakini bahwa selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, baik itu hewan, baik itu angka, baik
itu bulan, itu yang bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat maka ini syirik besar yang
mengeluarkan pelakunya dari agama Islām.

Tetapi jika kita tidak meyakini hal itu, maka ini termasuk dosa atau syirik kecil yang merupakan sarana menuju
syirik besar.
Jadi apapun itu wajib bagi kita untuk membersihkan diri kita dari hal-hal yang bisa menodai tauhīd termasuk
dari thiyyarah.
Solusinya bagaimana?
Tawakal kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kuatkan Iman kita, gantungan seluruh harapan kita bertumpu
hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dan perbanyak doa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla agar Allāh
Subhānahu wa Ta'āla menghilangkan kecemasan, was-was, pada dari diri kita.
Makanya dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
‫الطيَ َرة ُ ِمن َحا َجة فَقَد أَش َر َك‬
ّ ِ ُ ‫َمن َردَّته‬

"Barangsiapa yang tidak jadi melaksanakan hajatnya karena merasa sial berarti dia telah berbuat syirik."

ُ ‫ َيا َر‬:‫قَالُوا‬
َ َّ‫سو َل هللاِ َما َكف‬
‫ارة ُ ذَ ِل َك؟‬
"Apa kafarahnya, wahai Rasūlullāh?"
َ َ‫اَللَّ ُه َّم الَ خَي َر ِإالَّ خَي ُر َك َوال‬: ‫ أَن يَقُو َل أ َ َح ُدهُم‬:‫قَا َل‬.
َ َّ‫طي َر ِإال‬
‫طي ُر َك َوالَ ِإلَهَ غَي ُر َك‬
Beliau shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawab, “Hendaklah ia mengucapkan: 'Ya Allāh, tidak ada kebaikan
kecuali kebaikan dari Engkau, tiadalah burung itu (yang dijadikan objek tathayyur) melainkan makhluk-Mu dan
tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau'."
(Hadīts riwayat Ahmad (II/220), dishahīhkan oleh Syaikh Ahmad Muhammad Syakir dalam Tahqīq Musnad
Imam Ahmad (no. 7045). Lihat Silsilatul Ahādīts ash-Shahīhah (no. 1065)).

Jadi, selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak akan berpengaruh. Serahkan semuanya kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Jangan mengikuti was-was dari syaithan.
Kuatkan iman, perbanyak doa dan dzikir, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganugerahkan kepada kita keimanan dan menganugerahkan kepada
kita tawakal. Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita semua dari kejelekan dan kesyirikan.
Allāhumma Àamiin.

‫وصلى هللا على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬


‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 02 Rajab 1443 H/ 03 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 16 : Percaya Pada Ilmu Nujum

〰〰〰〰〰〰〰

PERCAYA PADA ILMU NUJUM


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pelajaran kita tentang Tauhīd, masih pada pembahasan hal-hal yang bisa menodai Tauhīd
seorang hamba. Yang akan kita kaji pada kesempatan ini adalah tentang:
▪︎ Percaya pada Ilmu Nujum
Ilmu nujum adalah mempercayai bahwa falak atau bintang (astronomi) bisa berpengaruh pada kejadian-
kejadian di dunia. Percaya bahwasanya bintang ini bintang itu berpengaruh pada perekonomian, berpengaruh
pada wabah, berpengaruh pada hujan dan lain sebagainya. Dan ini hukumnya adalah haram, sebab termasuk
dari sihir.
Sebagaimana Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
‫شعبَةً ِمنَ ال ِسّح ِر‬ َ َ‫س ِعل ًما ِمنَ النُّ ُجو ِم فقد اقتَب‬
ُ ‫س‬ َ َ‫َم ِن اقتَب‬
"Barangsiapa mempelajari satu cabang dari ilmu nujum (perbintangan) maka sesungguhnya ia telah
mengambil satu bagian dari ilmu sihir."
(Hadīts riwayat Abu Dawud nomor 3905)

Dan kita tahu bahwa sihir hukumnya haram berdasarkan Al Qur'ān, Sunnah dan Kesepakatan para ulama. Dan
jika dia meyakini bahwasanya bintang-bintang itu berperan mendatangkan manfaat dan menolak mudharat,
maka ini adalah kekufuran dengan kesepakatan para ulama. Karena meyakini ada selain Allāh Subhānahu wa
Ta'āla yang mengatur alam semesta ini. Dan ini tidak boleh, haram bahkan syirik kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Namun apabila seseorang mempelajari ilmu nujum untuk mengetahui arah kiblat, mengetahui waktu shalat
dan lain sebagainya maka ini diperbolehkan.
َ‫ت ِلقَو ۢم َيعلَ ُمون‬ ِ ‫ظلُ َم َٰـ‬
َّ َ‫ت ٱل َب ِ ّر َوٱل َبح ِر ۗ قَد ف‬
ِ ‫صلنَا ٱلـَٔا َي َٰـ‬ ۟ ‫وم ِلت َهتَد‬
ُ ‫ُوا ِب َها فِى‬ َ ‫َوه َُو ٱلَّذِى َج َع َل لَ ُك ُم ٱلنُّ ُج‬
"Dan Dia-lah (Allāh Subhānahu wa Ta'āla) yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-
tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui."
(QS. Al An'ām: 97)

Oleh karenanya dapat kita simpulkan bahwa mempelajari ilmu nujum, astronomi, perbintangan ada dua
macam;

⑴ Apabila kita mempelajari falak, mempelajari ilmu nujum dengan keyakinan bahwasanya bintang ini, bintang
itu, memiliki pengaruh pada kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang ada di muka bumi ini seperti
wabah, krisis ekonomi, hujan dan sebagainya maka ini haram (ini bagian dari sihir).

Dan masih ada keyakinan-keyakinan seperti ini di masyarakat kita, terutama di media-media. Dikesankan
bahwa itu memiliki pengaruh. Bintang ini memiliki pengaruh pada hujan, bintang ini memiliki pengaruh pada
harga saham, bintang ini memiliki pengaruh pada kehidupan, bintang ini memiliki pengaruh pada wabah dan
lain sebagainya.
Maka ini haram untuk dipercaya. Karena ini termasuk memprediksi (mengetahui) yang ghaib, padahal itu
adalah perkara yang khusus diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata. Tidak ada yang lain yang
mengetahui perkara ghaib selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
⑵ Kalau seorang mempelajari ilmu nujum, ilmu perbintangan, astronomi dengan tujuan untuk hal-hal seperti
untuk mengetahui arah udara dan laut seperti yang dibutuhkan oleh para pilot atau yang dibutuhkan oleh
nahkoda kapal, demikian pula untuk mengetahui arah kiblat (waktu-waktu shalat) dan lain sebagainya, maka
ini boleh menurut jumhur ulama, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab di dalam kitabnya Fadhlu
Ilmi As Salaf 'Ala Ilmi Khalaf.

Maka hendaknya bagi kita untuk menjaga aqidah kita dari noda-noda yang bisa merusaknya, dan juga
menghancurkan aqidah kita.
Bagaimana caranya?
Dengan berpegang teguh kepada Al Qur'ān dan Sunnah, mempelajari aqidah ini dan mewaspadai dari hal-hal
yang bisa merusaknya.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan keistiqamahan kepada kita di atas tauhīd. Karena istiqamah
di atas tauhīd adalah nikmat dan karamah terbesar.
Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan:
‫أعظم الكرامة لزوم االستقامة‬
"Karamah yang paling penting (mulia) adalah kita senantiasa diberi oleh Allāh keistiqamahan."
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan keistiqamahan kepada kita di atas tauhīd sampai Allāh
mengambil nyawa kita. Aamiin Ya Rabbal 'alamin.

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 03 Rajab 1443 H/ 04 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 17 : Minisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang-Bintang

〰〰〰〰〰〰〰

MENISBATKAN TURUNNYA HUJAN KEPADA BINTANG


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهداه و اتبع سره الى يوم الدين أمابعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla senantiasa memberkahi kita semuanya dan semoga Allāh Subhānahu wa
Ta'āla memudahkan kita untuk memahami agama-Nya (Islām yang mulia).
Salah satu perkara yang bisa menodai tauhīd seorang hamba adalah:

▪︎ Meminta Hujan Kepada Bintang.


Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang. Ketika hujan turun kita mengatakan, "Turun hujan ini karena
bintang ini dan bintang itu." Maka ini tidak diperkenankan, karena hujan adalah nikmat dari Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Dan yang menurunkan hujan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan yang menahan hujan adalah
Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
‫ورا‬ َ ‫َوأَنزَ لنَا ِمنَ ٱل َّس َما ِء َما ًٌۭء‬
ً ٌۭ ‫ط ُه‬
"Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih."
(QS. Al Furqān: 48)

Jadi bukan bintang, bukan langit.


Dan sekarang ini ada yang viral, "Langit, turunkanlah hujan dengan petirnya." Bukan langit yang menurunkan
hujan. Jadi kita harus hari-hati dalam berbicara jangan sampai omongan kita malah membuat petaka dari Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Jadi menisbahkan hujan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kepada bintang atau yang lainnya termasuk
kesyirikan dan termasuk perkara jahiliyyah.

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:


ُ ‫ َوالنِّيَا َحة‬،‫ َوا ِإلستِسقَا ُء بِالنُّ ُجو ِم‬،‫ب‬ ِ ‫ الفَخ ُر بِاألَح َسا‬:‫أَربَ ٌع فِي أ ُ َّمتِي ِمن أَم ِر ال َجا ِه ِليَّ ِة الَ يَت ُر ُكونَ ُه َّن‬
َّ ‫ َوال‬،‫ب‬
ِ ‫طع ُن فِي األَن َسا‬
"Ada empat perkara pada umatku yang termasuk perkara-perkara jahiliyyah yang mereka tidak
meninggalkannya sampai sekarang: bangga dengan kehormatannya, mencela nasab orang lain, menisbatkan
hujan kepada bintang dan meratapi mayit."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 934)

Semua ini adalah perkara-perkara jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.
Agama kita (Islām) adalah agama yang memberantas perkara-perkara jahiliyyah (khurafat-khurafat jahiliyyah).
Maka hendaknya kita menghindari dan mewaspadai perkara-perkara jahiliyyah.
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhāb rahimahullāh mempunyai risalah khusus yang bagus untuk dibaca
berjudul Al Masa'il Al Jahiliyyah (Perkara-perkara Jahiliyyah yang Telah Dibatalkan oleh Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam). Dan hendaknya kita mewaspadainya.
Jadi hujan adalah nikmat dan yang menurunkan adalah Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Dengan hujan Allāh
memberikan manfaat-manfaat, di antaranya menyuburkan tanah yang gersang, pohon yang layu dan kering.
Maka jangan sampai kita kufur terdapat nikmat turunnya hujan ini dengan menyandarkannya kepada selain
Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan mengatakan, "Hujan ini turun karena langit," dan lain sebagainya.

Suatu saat diceritakan di dalam riwayat Al Bukhāri dan Muslim dari shahabat Zaid bin Khalid semoga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla meridhainya. Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah shalat subuh
setelah hujan di malam harinya. Setelah shalat Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata kepada para
shahabat:
‫هل تدرون ماذا قال ربكم؟‬
"Apakah kalian tahu apa yang dikatakan Rabb kalian?"
‫قالوا هللا ورسوله أعلم‬
"Allāh dan Rasul-Nya lebih tahu wahai Rasūlullāh."

Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam berkata: Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:


‫أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر‬
"Di waktu pagi ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir kepada-Ku."

‫فأما من قال مطرنا بفضل هللا ورحمته فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب‬
"Adapun yang mengatakan, 'Kami diberi hujan dengan rahmat dan karunia dari Allāh,' maka dia adalah orang
yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang."
‫وأما من قال مطرنا بنوء كذا وكذا فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب‬
"Adapun yang mengatakan, 'Kami diberi hujan ini karena bintang ini dan bintang itu,' maka dia kafir kepada-Ku
dan beriman kepada bintang-bintang."

Hendaknya kita menisbatkan turunnya hujan itu kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kita katakan:
‫مطرنا بفضل هللا وبي رحمته‬
"Kita diberi hujan ini karena rahmat dan karunia dari Allāh."
Jangan menisbatkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla baik kepada bintang kepada langit dan lain
sebagainya.

Bahkan jika kita meyakini bahwa selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menurunkan hujan, yang berpengaruh
bisa menurunkan hujan maka ini adalah kekufuran, karena yang menurunkan hujan hanya Allāh.
Maka kita tidak boleh memastikan besok hujan dan percaya kepada pawang hujan atau memastikan besok
tidak akan turun hujan, tidak boleh!
Karena yang bisa menurunkan dan yang tidak menurunkan hujan adalah hak privasi Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, hanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla semata. Maka jangan sampai kita salah dalam berkata-kata, sehingga
membuat kita dimurkai oleh Sang Maha Kuasa.

‫و صلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 06 Rajab 1443 H/ 07 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 18 : Menisbatkan Nikmat Kepada Selain Allāh

〰〰〰〰〰〰〰

MENISBATKAN NIKMAT KEPADA SELAIN ALLĀH


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla banyak memberikan nikmat kepada kita semua. Nikmat yang tak terhitung
jumlahnya.
‫صوه َۗا‬ ِ َّ ‫َوإِن تَعُدُّوا نِعۡ َمةَ ٱ‬
ُ ۡ‫ّلل َال تُح‬
"Andaikan kalian menghitung nikmat Allāh kalian tidak akan sanggup untuk menghitungnya."
(QS. An Nahl: 18)
Saking banyaknya nikmat Allāh kepada kita. Bayangkan kita diberi nafas saja sudah luar biasa, daripada kalau
kita membelinya dengan harta-harta kita, tentu itu akan sangat memberatkan kita.
Oleh karenanya kewajiban bagi kita adalah mensyukuri nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
‫لَئِن َشكَرتُم َأل َ ِزي َدنَّ ُكم َولَئِن َكفَرتُم ِإ َّن َعذَا ِبى لَ َشدِي ٌۭ ٌد‬
"Seandainya kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kalian kufur
sesungguhnya adzabku sangat pedih."
(QS. Ibrahim: 7)
Dahulu para ulama berkata:
‫قيدوا نعم هللا بشكر هللا‬
"Ikatlah nikmat-nikmat Allāh dengan cara mensyukurinya."
Kalau ingin nikmat Allāh kepada kita langgeng dan bertahan lama, syukuri, jangan mengkufuri.
Dan syukur kepada Allāh ada tiga macam:

⑴ Syukur dengan hati.

⑵ Syukur dengan lisan.

⑶ Syukur dengan anggota badan.

Apa maksud syukur dengan hati?


Yaitu meyakini semua nikmat datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
‫َو َما بِ ُكم ِ ّمن نِّع َم ۢة فَ ِمنَ ٱ َّّلل‬
"Tidak ada satu nikmat pun yang kalian peroleh kecuali datangnya dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(QS. An Nahl: 53)
Bukan karena kehebatan kita, bukan karena kegeniusan kita, bukan karena kehebatan tim kita, bukan karena
kecanggihan teknologi kita. Tapi semata-mata karena anugerah dan rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
kepada kita.
Apa maksud syukur dengan lisan?
Yaitu dengan menyanjung dan memuji Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kita mengatakan Alhamdulillāh (segala puji
bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla).
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
‫أفضل الذكر ال إله إال هللا وأفضل الدعاء الحمد هلل‬
َّ ‫)ال إلَ َه َّإال‬
"Sebaik-baik dzikir adalah kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh (ُ‫َللا‬ َ dan sebaik-baik doa adalah ucapan
Alhamdulillāh."
(Hadīts riwayat At Tirmidzi dihasankan oleh Syaikh Al Albāniy)
Makanya setiap kali kita mendapatkan nikmat dianjurkan untuk memuji Allāh. Setelah makan kita
mengucapkan Alhamdulillāh, setelah tidur mengucapkan Alhamdulillāh, mendapatkan nikmat mengucapkan
Alhamdulillāh.
Apa makna syukur dengan anggota badan?
Yaitu kita menggunakan nikmat-nikmat Allāh yang Allāh berikan kepada kita dalam rangka mendekatkan diri
kita kepada Allāh.
Jangan sampai ketika Allāh memberikan nikmat kepada kita, kita justru melalaikan dan menjauhkan kita dari
Allāh.
Malik bin Dinar demikian pula Abu Hasyim pernah mengatakan:
‫كل نعمة ال تقرب الى هللا فهي بلية‬
"Setiap nikmat yang tidak mendekatkan dirimu kepada Allāh maka itu adalah bencana."

Jadi kita harus menisbatkan nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada Allāh. Jangan sampai kita
mengkufuri nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla dengan menisbatkan nikmat tersebut kepada selain
Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Karena itu termasuk kekufuran dan kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jangan mengatakan seperti Qarun, tatkala mendapatkan nikmat-nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
kemudian dia mengatakan:
‫إِنَّ َما أُوتِيتُهُۥ َعلَ َٰى ِعلم ِعندِى‬
"Sesungguhnya Aku mendapatkan harta-harta ini karena kehebatan ilmuku."
(QS. Al Qashshash: 78)
Artinya, dia sukses, dia kaya, dia hartawan, itu karena kehebatannya.
Ketika dia lupa kepada Allāh, menisbatkan nikmat tersebut kepada selain Allāh, maka Allāh menghancurkan
dan menenggelamkannya dengan seluruh hartanya.
Begitulah hukuman bagi orang-orang yang kufur terhadap nikmat-nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka jangan sampai, ma'asyiral muslimin rahimani wa rahimakumullāh, kita termasuk orang-orang yang
mengkufuri nikmat Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Sandarkan semua nikmat kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian yang bisa disampaikan, in syā Allāh ta'āla akan kita lanjutkan pada pembahasan berikutnya yaitu
tentang syirik kecil.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufik kepada kita semua.
Aamiin Ya Rabbal'alamin.
‫سبحانك اللهم وبحمدك أشهد إن ال إله إال أنت استغفرك وأتوب إليك‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 07 Rajab 1443 H/ 08 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 19 : Syirik Kecil (Sumpah Kepada Selain Allāh)

〰〰〰〰〰〰〰
SYIRIK KECIL (SUMPAH KEPADA SELAIN ALLĀH)
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya telah kita bahas tentang syirik besar. Dan pada kesempatan kali ini
kita akan membahas tentang syirik Kecil

▪︎ SYIRIK KECIL (SUMPAH KEPADA SELAIN ALLĀH)


Syirik kecil adalah syirik yang merupakan pengantar yang menjerumuskan kita kepada syirik besar.
Islām apabila mengharamkan sesuatu maka mengharamkan juga segala sarana yang bisa mengantarkan dan
menjerumuskan kita kepada larangan tersebut.
Ketika Islām melarang zina, maka Islām juga melarang segala hal yang bisa mengantarkan kita terjerumus ke
dalam zina. Islām melarang kita pembunuhan, maka segala yang mengantarkan kita kepada pembunuhan juga
dilarang dalam agama Islām.

Begitupun dengan syirik, ketika Islām melarang dari dosa syirik maka Islām melarang kita dari segala ucapan
dan perbuatan yang mengantarkan kita kepada perbuatan syirik.
Di antaranya adalah syirik-syirik kecil, walaupun dia tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islām seperti
syirik besar, tapi bisa menodai dan mengurangi kesempurnaan tauhīd seorang hamba.
Contohnya:

• Bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Sumpah artinya menguatkan satu ucapan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan.
Seorang muslim bersumpah dengan nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla karena yang kita agungkan adalah Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, ‫( و هللا‬demi Allāh).
Dan di dalam sumpah, Allāh Subhānahu wa Ta'āla menganjurkan kepada kita untuk menjaga dan berhati-hati
dalam bersumpah.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta'āla:
‫ظو ۟ا أَي َم َٰـنَ ُكم‬
ُ َ‫َوٱحف‬

"Jagalah sumpah-sumpah kalian."


(QS. Al Māidah: 89)
Menjaga sumpah mencakup tiga hal:

⑴ Tidak sering-sering bersumpah kecuali untuk sesuatu yang sangat penting.

⑵ Apabila kita bersumpah, hendaknya kita untuk menepatinya.

⑶ Apabila kita tidak menepatinya, hendaknya kita membayar kafarahnya.

Karena sumpah adalah menyebutkan sesuatu yang diagungkan maka tidak boleh seorang muslim bersumpah
dengan selain Allāh.
Contohnya: bersumpah dengan bulan, bersumpah dengan matahari bersumpah dengan wali, bersumpah
dengan demi hidupku, bersumpah demi negeriku, bersumpah demi ayahku, bersumpah demi ibuku.

Maka ini tidak diperkenankan.


Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
‫من حلف بغير هللا فقد اشرك‬
"Siapa yang bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla berarti dia telah berbuat syirik."
Di dalam riwayat yang lain, "Telah berbuat kufur."
Syirik di sini adalah syiirik kecil, karena biasanya orang ketika dia mengatakan, "Demi ayahku," dia tidak
bermaksud (tidak menganggap) bahwasanya ayahnyalah yang memberikan manfaat atau menolak mudharat,
tetapi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Jadi, kesalahannya hanya dalam pelafazhan (ucapan).

Oleh karenanya, hendaknya bagi kita agar menghindari sumpah-sumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Apabila dia punya keyakinan bahwa makhluk yang dia bersumpah dengannya dapat mendatangkan manfaat
dan menolak mudharat, maka di situ syiriknya menjadi syirik besar.
Jadi orang yang bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla bisa syirik besar, bisa juga syirik kecil.
Syiirk besar kalau dia meyakini bahwasanya yang dia bersumpah dengannya bisa mendatangkan manfaat atau
menolak mudharat.

Ketika dia mengatakan, "Demi Rasūlullāh," misalkan, dengan meyakini bahwasanya Rasūlullāhlah yang
mendatangkan manfaat atau menolak mudharat maka ini syirik besar.
Kalau dia mengatakan bahwa yang memberikan manfaat dan menolak mudharat adalah Allāh Subhānahu wa
Ta'āla, "Saya tidak bermaksud (berkeyakinan) bahwasanya Rasūlullāh yang mendatangkan manfaat dan
menolak mudharat," maka ini syirik kecil.
Intinya, kita harus hindari dan waspada bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Shahabat Ibnu Mas'ud pernah mengatakan:


‫الن احلف باهلل كاذبا احب الي من ان احلف بغيره صادقا‬
"Saya bersumpah dengan nama Allāh Subhānahu wa Ta'āla secara dusta lebih aku sukai daripada aku
bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla walaupun aku jujur."
Jadi bersumpah dengan dusta adalah dosa besar, tapi bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta'āla
adalah syirik, ini lebih besar.
Maka hendaknya bagi kita untuk berhati-hati dengan ucapan-ucapan kita, karena kebanyakan dosa anak Adam
itu pada lisannya.
Di antara contoh syirik kecil juga adalah ucapan seorang: "‫ت‬ َ ‫( َما شَا َء هللاُ َو ِشئ‬kehendak Allāh dan kehendakmu),"
atau: "‫( لو ال هلل و أنت‬seandainya bukan karena Allāh dan karena kamu)," ini juga termasuk syirik kecil. Karena
menyetarakan makhluk dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Pernah ada seseorang mengatakan kepada Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam:


‫ت‬
َ ‫َما شَا َء هللا ُ َو ِشئ‬
"Dengan kehendak Allāh dan kehendakmu."
Maka Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
ِ َّ ِ ‫أ َ َج َعلت َ ِني‬
‫ّلل ِندًّا؟‬
"Apakah engkau menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla?"

ُ ‫ َما شَا َء هللاُ َوح َده‬:‫قول‬


"Katakanlah, 'Kehendak Allāh saja'."

Maka tidak boleh bagi kita menyetarakan. Karena kehendak makhluk itu tidak sejajar dengan kehendak Allāh.
Seringkali kita berkendak tapi Allāh tidak berkendak. Kehendak makhluk mengikuti kehendak Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Kalau Allāh Subhānahu wa Ta'āla menghendaki maka akan terjadi. Sedangkan kalau kita berkendak tapi Allāh
tidak berkendak maka tidak akan terjadi.

َّ ‫َو َما تَشَا ُءونَ ِإ َّال أَن َيشَا َء‬


َ‫َللا ُ َربُّ ال َعالَ ِمين‬
"Tidaklah kalian berkendak kecuali Allāh Subhānahu wa Ta'āla berkendak."
(QS. At Takwir: 29)

Kalau mengatakan: ‫ت‬


َ ‫( َما شَا َء هللاُ َو ِشئ‬kehendak Allāh dan kehendakmu) saja tidak boleh tidak boleh, lantas
bagaimana orang-orang yang berlebihan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam?
Mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengetahui ilmu ghaib, mengetahui Lauhul Mahfuzh dan sebagaimana,
memiliki dunia dan isinya?
Tentu semua ini berlebih-lebihan kepada Nabi Muhammad shallallāhu 'alayhi wa sallam. Kita yakin bahwa
Nabi tidak ridha.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjauhkan kita semua dari segala bentuk kesyirikan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
‫وصلى هللا على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Rabu, 08 Rajab 1443 H/ 09 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 20 : Riya dan Sum'ah

〰〰〰〰〰〰〰

RIYA' DAN SUM'AH


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Pada kesempatan yang berbarakah ini, kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang syirik kecil. Kalau kemarin
syirik dalam lafazh, dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas:
▪︎ RIYA' DAN SUM'AH
Syirik yang tersembunyi contohnya adalah riya' dan sum'ah.

• Riya' artinya menampakkan ibadah supaya dilihat oleh manusia sehingga mereka memuji kita.

• Sum'ah artinya kita memperdengarkan bacaan kita, amal ibadah kita, seperti membaca Al Qur'ān, dzikir atau
nasihat, kemudian kita berharap manusia menceritakan tentang kehebatan dan kelihaian kita.
Dan ini adalah salah satu sifat orang-orang munafik.
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:
۞ َ‫ص َال تِ ِه ۡم َساهُونَ ۞ ٱلَّ ِذينَ ه ُۡم يُ َر ۤا ُءونَ ۞ َويَمۡ نَعُونَ ٱ ۡل َماعُون‬ َ ‫فَ َو ۡيل ِلّ ۡل ُم‬
َ ‫ص ِلّينَ ۞ ٱلَّ ِذينَ ه ُۡم َعن‬
"Celaka bagi orang-orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalat mereka, mereka riya'."
(QS. Al Maun: 3-7)
Jadi, salah satu sifat orang-orang yang celaka adalah orang-orang yang riya'.
Demikian pula dalam surat An Nissā ayat 142, Allāh mengatakan:

َ َّ‫سالَ َٰى ي َُرا ُءونَ ٱلن‬


‫اس‬ َ ‫صلَ َٰوةِ قَا ُموا ُك‬ َ َّ ‫ِإ َّن ٱ ۡل ُم َٰنَ ِف ِقي َن يُ َٰ َخ ِدعُونَ ٱ‬
َّ ‫ّلل َوه َُو َٰ َخ ِدعُ ُه ۡم َو ِإذَا قَا ُموا ِإلَى ٱل‬
"Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allāh, tetapi Allāh-lah yang menipu mereka.Apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas Mereka bermaksud riya’ (ingin dipuji) di hadapan manusia."

Maka jangan sampai kita beramal karena mengharapkan pujian dari manusia.
Contoh misalkan:
√ Ada orang yang haji supaya dipanggil Pak Haji. Kalau tidak dipanggil Pak Haji, marah.
√ Kita bershadaqah dengan harapan agar dipanggil sebagai dermawan.
√ Kita berdakwah supaya dipanggil sebagai ustadz besar (ustadz kondang), dan sebagainya.

Hati-hati! Hendaknya kita memurnikan ibadah kita dan amal perbuatan kita semata-mata hanya untuk Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
َ‫صينَ لَهُ ٱل ّدِين‬
ِ ‫ّلل ُمخ ِل‬ ۟ ‫َو َما أ ُ ِم ُرو ۟ا ِإ َّال ِل َيعبُد‬
َ َّ ‫ُوا ٱ‬
"Tidaklah mereka diperintahkan kecuali mengikhlaskan niat mereka hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla
semata."
(QS. Al Bayyinah: 5)

Ingat, amal ibadah kita tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kecuali dengan dua syarat yaitu:

⑴ Ikhlas, kita luruskan niat kita semata-mata untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑵ Sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Apabila dua syarat ini terpenuhi maka amal ibadah (amal shalih) kita diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Tapi jika salah satu dari dua syarat ini tidak terpenuhi pada amal kita, maka semuanya sia-sia bagaikan debu
yang berterbangan, tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Maka seorang muslim harus berupaya bagaimana mengoreksi amal-amal ibadahnya. Dia berusaha seikhlas
mungkin dan sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam.

Allāh Subhānahu wa Ta'āla mengatakan:


‫ص َٰـ ِل ٌۭ ًحا َو َال يُش ِرك بِ ِعبَا َدةِ َربِّ ِهۦ أ َ َح ۢ ًدا‬ ۟ ‫ف َمن َكانَ يَر ُج‬
َ ‫وا ِلقَا َء َربِّ ِهۦ فَليَع َمل َع َم ٌۭ ًال‬
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih
yang sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadatlah kepada Tuhannya."
(QS. Al Kahfi: 110)
Demikian juga yang harus kita bersihkan dalam ibadah dan niat kita. Kita tidak beribadah dengan niat
mengharapkan dunia (harta atau jabatan, pengikut dan lain sebagainya).
Allāh Subhānahu wa Ta'āla berfirman:

ِ ّ ‫َمن َكانَ ي ُِري ُد ٱ ۡل َحيَ َٰوة َ ٱلد ُّۡنيَا َو ِزينَت َ َها نُ َو‬
۞ َ‫ف ِإلَ ۡي ِه ۡم أ َ ۡع َٰ َملَ ُه ۡم فِي َها َوه ُۡم فِي َها َال ي ُۡب َخسُون‬
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas
pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan."
َٰ
َ‫صنَعُوا فِي َها َو َٰبَ ِطل َّما كَانُوا يَعۡ َملُون‬ َ ِ‫ار َو َحب‬
َ ‫ط َما‬ َ ‫أُولَئِ َك ٱلَّذِينَ لَ ۡي‬
ُ َّ‫س لَ ُه ۡم فِي ٱ ۡأل ِخ َرةِ إِ َّال ٱلن‬
"Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka. Dan sia-sialah di sana apa yang
telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. Hud: 15-16)
Ayat ini memberikan pelajaran penting kepada kita, barang siapa yang beramal ibadah untuk menggapai
(mendapatkan) dunia saja, maka yang dia dapatkan hanyalah dunia saja. Dia tidak mendapatkan pahala dari
Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Na'ūdzubillāhi min dzālik.
Kita harus betul-betul mengikhlaskan niat kita, jangan sampai kita beribadah dengan prioritas niat kita adalah
dunia. Jadikan akhirat tumpuan dan prioritas utama niat kita.
Adapun jika dunia mengikuti setelah keikhlasan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka itu adalah rezeki
dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepada seorang hamba.

‫و صلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Kamis, 09 Rajab 1443 H/ 10 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 21 : Mencela Masa atau Waktu

〰〰〰〰〰〰〰

MENCELA MASA ATAU WAKTU


‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan kembali pelajaran kita tentang syirik-syirik kecil. Pada pertemuan sebelumnya kita telah
membahas beberapa contoh syirik kecil yang sering beredar di tengah masyarakat kita.
Di antara contoh syirik kecil yang sering terjadi adalah:

• Mencela Masa atau Waktu

Sering kita dapati beberapa orang mencela waktu, mencela bulan, mencela tahun, mencela hari.
Misalkan:
Mereka menganggap sial bulan Syura atau menganggap sial Jum'at Kliwon. Mereka menganggap tahun ini
tahun sial (misalkan). Ini tidak diperkenankan karena berarti kita mencela Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla yang menciptakan langit, menciptakan bulan, menciptakan hari
menciptakan waktu. Bahkan saking pentingnya waktu, Allāh Subhānahu wa Ta'āla bersumpah dengannya di
dalam Al Qur'ān
‫َوٱ ۡل َعصۡ ِر‬
"Demi waktu."
(QS. Al 'Ashr: 1)

Dalam hadīts qudsi Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengabarkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta'āla
berfirman:

َ َّ‫َّهر أقلب اللَّي َل والن‬


‫هار‬ َ ‫يُؤذِيني اب ُن آ َد َم يسُبُّ الد‬
ُ ‫َّهر وأنا الد‬
"Ibnu Adam telah menyakiti Aku, dia telah mencela waktu, padahal Aku adalah waktu. Akulah yang membolak
balik malam dan siang."
Dalam riwayat lain Nabi bersabda:
َّ ،‫ال تسبُّوا الدهر‬
‫فإن هللا هو الدهر‬
"Janganlah kalian mencela waktu karena sesungguhnya Allāh adalah pencipta waktu."
Dari dua hadīts ini dapat kita ambil faedah bahwa siapa yang mencela waktu pada hakikatnya dia telah
menyakiti Allāh Subhānahu wa Ta'āla, karena yang mengatur dan menciptakan waktu adalah Allāh Subhānahu
wa Ta'āla.
Ketika kita mencela waktu berarti kita telah mencela pencipta dan pengaturnya, yaitu Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Makanya tadi disebutkan, "Menyakiti Aku, anak Adam. Mereka mencela waktu. Padahal Aku yang
menciptakan waktu, yang membolak balik waktu." Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini adalah dengan
takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
۟ ُ ‫صيبَ ۢة فَبِ َما َك َسبَت أَيدِي ُكم َويَعف‬
‫وا َعن َكثِ ۢير‬ َ َ ‫َو َما أ‬
ِ ‫ص َٰـبَ ُكم ِ ّمن ُّم‬
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allāh
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."
(QS. Asy Syura: 30)
Semuanya dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla, maka jangan kita mencela waktu. Hindari lafazh-lafazh
atau ucapan-ucapan seperti itu. Demikian juga tidak boleh kita mencela angin, mencela hujan.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
‫ َو ِإذَا َرأَيتُم َما ت َك َرهُو َن فَقُولُوا‬،‫الري َح‬
ّ ِ ‫الَ تَسُبُّوا‬
Janganlah kalian mencela angin, kalau kalian mendapati apa yang kalian benci (mungkin angin yang
membahayakan atau seram) maka katakanlah:
‫ َوش ِ َّر َما أ ُ ِم َرت بِ ِه‬،‫ َوش ِ َّر َما فِي َها‬،‫ح‬ ّ ِ ‫ َونَعُوذُ بِ َك ِمن ش ِ َّر َه ِذ ِه‬،‫ َوخَي ِر َما أ ُ ِم َرت‬،‫ َوخَي ِر َما فِي َها‬،‫ح‬
ِ ‫الري‬ ّ ِ ‫اللَّ ُه َّم إِنَّا نَسأَلُ َك ِمن خَي ِر َه ِذ ِه‬
ِ ‫الري‬
"Ya Allāh, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan apa yang ada di
dalamnya, dan kebaikan yang untuknya Kau perintahkan ia, dan kami berlindung kepada-Mu dari keburukan
angin ini, dan keburukan yang ada di dalamnya, dan keburukan yang untuknya Kau perintahkan ia."
(Hadīts shahīh riwayat At Tirmidzi)

Jadi mencela waktu dan angin tidak diperkenankan karena pada dasarnya siapa yang mencela waktu, mencela
angin dan mencela hewan berarti mencela Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian juga mereka tidak pantas untuk dicela, sebab mereka adalah makhluk Allāh yang tunduk dan patuh
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maka seorang muslim menjaga lisannya berhati-hati kita yakin bahwa
segala sesuatu adalah dengan takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Jangan salahkan waktu, jangan salahkan makhluk-makhluk lain. Seharusnya kita introspeksi diri apabila ada
musibah yang menimpa kita bisa jadi itu karena dosa-dosa kita sendiri.
Semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi pelajaran penting bagi kita untuk mengevaluasi diri menjadi
lebih baik lagi.

‫و صلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Jum'at, 10 Rajab 1443 H/ 11 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 22 : Ucapan Seandainya

〰〰〰〰〰〰〰
UCAPAN: SEANDAINYA
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Kita lanjutkan pembahasan kita tentang syirik kecil. Dan di antara contoh syirik kecil yang lainnya adalah:
▪︎ Ucapan: Seandainya
Ucapan: seandainya, dalam sebagian moment atau keadaan, termasuk lafazh yang harus di hindari karena bisa
menodai aqidah kita.

Karena hal itu menunjukkan;

⑴ Seseorang tidak sabar dalam menghadapi musibah.

⑵ Seseorang kurang beriman kepada takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

⑶ Menambah kesedihan, kegalauan dalam diri kita dan membuka pintu-pintu syaithan atau bisikan-bisikan
syaithan (was-was).

Seorang muslim ketika mendapatkan musibah harus sabar, harus kuat, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Yakin bahwa apapun yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla takdirkan adalah yang terbaik bagi dirinya.
۟ ‫ُوا شَي ٌۭـا َوه َُو خَي ٌۭ ٌر لَّ ُكم َو َع َس َٰى أَن ت ُ ِحب‬
َ‫ُّوا شَي ٌۭـا َوه َُو ش ٌَۭر لَّ ُكم ۗ َوٱ َّّللُ يَعلَ ُم َوأَنتُم َال ت َعلَ ُمون‬ ۟ ‫َو َع َس َٰى أَن ت َك َره‬

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allāh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(QS. Al Baqarah: 216)

Dahulu Allāh Subhānahu wa Ta'āla mencela orang-orang yang mengatakan, "Seandainya," ketika musibah
pada perang Uhud. Orang-orang munafik mengatakan:
‫يَقُولُونَ لَو َكانَ لَنَا ِمنَ ٱألَم ِر شَى ٌٌۭء َّما قُتِلنَا َه َٰـ ُهنَا‬
Orang-orang munafik mengatakan, "Andaikan kami memiliki kekuasaan kami tidak akan dibunuh di sini."
Ketika terjadi kekalahan pada perang Uhud mereka mengatakan, "Seandainya kami tidak keluar pada perang
Uhud kami tidak akan mati di sini." Padahal kematian adalah satu hal yang sudah ditakdirkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Makanya dalam ayat selanjutnya Allāh membantah:
‫اج ِع ِهم‬
ِ ‫ض‬ َ ِ‫ۚ قُل لَّو ُكنتُم فِى بُيُوتِ ُكم لَ َب َرزَ ٱلَّذِينَ ُكت‬
َ ‫ب َعلَي ِه ُم ٱلقَت ُل ِإلَ َٰى َم‬
Katakanlah, "Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati
terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh."
Mereka mati bukan karena mereka keluar untuk berjihad tapi memang sudah ditakdirkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Maka tidak boleh seseorang ketika terjadi kecelakaan (musibah) misalnya lalu dia mengatakan, "Seandainya
tadi saya tidak pergi, niscaya tidak akan terjadi seperti ini," atau, "Seandainya kamu nurut kepada saya tidak
akan terjadi kecelakaan ini." Dan lain sebagainya. Ini tidak diperkenankan.

Karena ini membuka pintu-pintu syaithan membuat kegundahan, kesedihan di dalam hati. Tapi katakan, "Saya
beriman kepada takdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla," yang sudah terjadi imani, kuatkan, hadapi dengan sabar.
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:

ٌ ‫َّعيف وفي ك ّل‬


‫خير‬ ِ ‫المؤمن الض‬
ِ َ‫خير وأحبُّ إلى هللاِ ِمن‬
ٌ ‫ي‬ ُّ ‫المؤم ُن القو‬
"Mukmin yang kuat lebih dicintai dan lebih baik daripada mukmin yang lemah, masing-masing ada baiknya."

Kemudian kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:


‫ واست َعن باهللِ وال ت َعجز‬،‫اح ِرص على ما يَنفعُ َك‬.
"Semangatlah kamu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla."
‫يطان‬ َّ ، ‫ ق َد ُر هللاِ وما شا َء َف َعل‬:‫ ولكن قُل‬،‫ لو أنِّي فعلتُ كان كذا وكذا‬:‫وإن أصابك شي ٌء فال تقل‬
ِ ‫فإن (لَو) ت َفت ُح عم َل ال َّش‬ َّ
"Jika terjadi sesuatu kepadamu maka jangan katakan, 'Seandainya aku melakukan ini tentu akan begini dan
begini.' Akan tetapi katakanlah, 'Semua ini sudah ditakdirkan oleh Allāh dan apa yang Allāh kehendaki pasti
terjadi.' Karena mengatakan, 'Seandainya,' dalam kondisi seperti tadi akan membuka pintu-pintu syaithan."
(Hadīts shahīh riwayat Muslim).

Hadīts ini memberikan faedah kepada kita bahwa ketika terjadi sesuatu (musibah) jangan mengatakan,
"Seandainya tadi saya melakukan ini tidak akan terjadi seperti ini," tidak boleh tetapi katakan, "Ini semua
sudah takdir dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
Kewajiban kita sabar, kuat, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Daripada kita mengatakan:
seandainya-seandainya, karena itu hanya akan membuat hati kita terluka dan sedih. Toh tidak bisa berubah
lagi, yang lalu biarlah berlalu. Mari kita perbaiki ke depan.
Intinya hadīts dan ayat tadi dapat kita ambil kesimpulan jangan mengatakan lafazh: Seandainya, ketika terjadi
musibah karena itu hanya membuat kesedihan dan luka di dalam hati kita. Dan itu menunjukkan bahwa kita
tidak sabar dalam menghadapi ujian dan takdir dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kesabaran kepada kita semua dan semoga Allāh Subhānahu
wa Ta'āla memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

‫وصلى هللا على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬


‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Senin, 13 Rajab 1443 H/ 14 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 23 : Sabar

〰〰〰〰〰〰〰

SABAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد‬

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Salah satu masalah aqidah yang sangat penting adalah masalah sabar.

Imam Ahmad mengatakan:


‫ذكر هللا تعالى الصبر في تسعين موضعا ً من كتاب‬
"Allāh menyebutkan kata sabar dalam Al Qur'ān dalam 90 tempat dalam kitab-Nya."

Dalam hadīts, Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:


‫ض َيا ٌء‬
ِ ‫صب ُر‬
َّ ‫ال‬

“Sabar itu adalah cahaya (sinar)."

(Hadīts shahih riwayat Muslim).


Umar bin Khaththāb mengatakan:
‫وجدنا خير عيشنا بالصبر‬
"Kami mendapati kebaikan hidup kami dengan sabar."

Ali bin Abī Thalib mengatakan:


َّ
‫إن الصبر من اإليمان بمنزلة الرأس من الجسد‬
"Sabar bagian dari iman, sabar dari keimanan bagaikan kepala dari jasad."
Kemudian beliau mengatakan:
‫ال إيمان لمن ال صبر له‬
"Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak sabar.
Maka seorang harus sabar ketika terjadi musibah.

Sabar ada tiga macam:

⑴ Sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Allāh.

⑵ Sabar dalam meninggalkan larangan-larangan Allāh.

⑶ Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, dari musibah-musibah yang
diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla kepadanya.

Seorang mukmin harus sabar karena dia akan diuji oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Baik diuji
perekonomiannya, diuji kesehatannya, diuji keluarganya dan lain sebagainya.
Seorang mukmin itu seperti pohon, angin senantiasa menggoyahkan dirinya. Begitu juga bala, senantiasa akan
menimpa orang-orang yang beriman.
Maka seorang muslim harus sabar, dalam menghadapi ujian dan cobaan yang dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla
karena ini bagian dari iman dengan takdir. Iman kepada takdir, salah satunya kita harus sabar.

Buah iman kepada takdir adalah sabar menghadapi ujian, cobaan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Kalau
seseorang tidak sabar berarti ada yang lemah dalam iman atau aqidahnya.
Oleh karenanya Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjelaskan bahwa tidak sabar dalam menghadapi
ujian, seperti meratapi mayit dan sebagainya termasuk perilaku perilaku jahiliyyah.
Kata Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam:
ِ ِّ‫ َوالنِّيَا َح ِة َعلَى ال َمي‬،‫ب‬
‫ت‬ َّ :‫اس هُ َما بِ ِهم كُف ٌر‬
ِ ‫الطع ُن فِي النَّ َس‬ ِ َّ‫اِثنَت َا ِن فِي الن‬
"Ada dua perkara yang masih ada pada diri manusia padahal itu termasuk kekufuran yaitu mencela nasab dan
meratapi mayit."
(HR . Muslim no. 67)
Demikian juga dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
َ َ‫ِمنَّا َمن ل‬
َ ‫ط َم ال ُخدُو َد َوش ََّق ال ُجيُو‬
‫ب َو َد َعا ِب َدع َوى ال َجا ِه ِليَّ ِة‬
"Bukan termasuk golongan kami orang yang memukul pipi, kemudian merobek kerah baju dan memanggil
dengan panggilan-panggilan jahiliyyah."
(HR . Al Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103)

Ingat! Kalau Allāh Subhānahu wa Ta'āla menurunkan musibah kepada kita, pasti di sana ada hikmahnya. Agar
kita mengakui kelemahan diri kita dan kita tidak bisa sombong. Agar kita sadar, agar kita kembali kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla.
Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah rahimahullah pernah mengatakan:

ٌ ،‫) ُمصيبةٌ تُقبِ ُل بك على هللا‬.


َ ‫خير لك من نعمة تُن ِسيك‬
(‫ذكر هللا‬
٩/٣٨٧ ‫جامع المسائل‬
"Musibah yang membuat dirimu semakin dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta'āla jauh lebih baik daripada
nikmat yang membuat dirimu lalai dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla."
(Jaami’ul Masaa-il 387/9)

Seorang muslim ketika mendapatkan ujian, musibah, maka bersabar, introspeksi dan muhasabah dirinya,
sehingga bertaubat, beristighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kesabaran kepada kita semua dalam menghadapi ujian dan
cobaan dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kekuatan kepada kita untuk bisa sabar.
Baik sabar dalam melaksanakan perintah-perintah Allāh maupun sabar dalam meninggalkan larangan-larangan
Allāh, maupun sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allāh.

‫صلى هللا و سلم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬

🌍 BimbinganIslam.Com

📆 Selasa, 14 Rajab 1443 H/ 15 Februari 2022 M

👤 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi

📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shahīhil I'tīqād (‫ )اإلرشاد إلى صحيح اإلعتيقاد‬Panduan Lengkap Membenahi Aqidah - Karya
Fadhillatus Syaikh Shālih bin Fauzan Hafizhahullāh

🔊 Halaqah 24 : Lafadz-lafadz atau Kata-kata yang tidak pantas diucapkan

〰〰〰〰〰〰〰
LAFADZ-LAFADZ ATAU KATA-KATA YANG TIDAK PANTAS DIUCAPKAN
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫الحمد هلل رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين‬
‫وصالة وسالم على أشرف األنبياء والمرسلين نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهداه و اتبع سره الى يوم الدين أمابعد‬

Kaum muslimin wal muslimat, sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa
Ta'āla.
Pada kesempatan yang berbarakah ini, pada pertemuan terakhir ini tema yang akan kita bahas adalah tentang
beberapa lafafz atau kata yang tidak boleh atau tidak pantas untuk diucapkan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla sebagai bentuk pengagungan.

Kewajiban seorang hamba adalah mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, beradab kepada Allāh
Subhānahu wa Ta'āla termasuk dalam bertutur kata.
Ingat kebanyakan dosa anak Adam pada lisannya.
‫فى ِل َسانِ ِه‬ َ ‫أَكث َ ُر َخ‬
ِ ‫طايَا اب ِن آ َد َم‬
"Kebanyakan dosa anak Adam pada lisannya"
(HR. Ath-Thabrani dalam al-Kabiir X/243 dan al-Baihaqi dalam asy-Syu’ab IV/240, hadits dari Abdullah bin
Mas’ud, lihat Shahiihul Jaami’ ash-Shaghiir no. 1201)

Oleh karenanya kita harus berhati-hati dalam berkata-kata atau menuturkan ucapan.
‫آلخ ِر فَليَقُل خَي ًرا أَو ِليَص ُمت‬ ِ َّ ِ‫َمن َكانَ يُؤ ِم ُن ب‬
ِ ‫اّلل َواليَو ِم ا‬
"Siapa yang beriman kepada Allāh dan beriman kepada hari akhir hendaknya dia mengatakan yang baik atau
diam."
(Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Di antaranya yang tidak pantas untuk diucapkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla adalah mengatakan: ‫السالم‬
‫ علي هللا‬keselamatan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Ini tidak boleh!
Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah mengatakan:
، ‫َللا ه َُو ال َّسالَ ُم‬ ِ َّ ‫الَ تَقُولُوا ال َّسالَ ُم َعلَى‬
َ َّ ‫ فَإ ِ َّن‬. ‫َللا‬
"Janganlah kalian mengatakan keselamatan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla sesungguhnya Allāh adalah dzat
yang selamat"
(HR. Bukhari 835 & Muslim 924)
Allāh Subhānahu wa Ta'āla selamat dari segala kekurangan dari segala cacat. Allāh lah yang memberikan
keselamatan bukan yang didoakan agar selamat. Justru yang memberikan keselamatan adalah Allāh
Subhānahu wa Ta'āla, tidak perlu kita mendoakan, "Semoga keselamatan bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla",
tidak perlu.
Kalau makhluk iya, karena makhluk ada bahaya yang bisa mengintainya sedangkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla
tidak ada yang bisa mengalahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak ada yang bisa mencederai Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, membahayakan Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak ada.

Maka ini kalimat yang perlu kita hindari sebagai bentuk adab kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Termasuk lafadz juga yang perlu kita hindari adalah mengatakan:
‫اللهم أغفرلى ان سئت‬
"Ya Allāh ampunilah aku jika kamu berkehendak."

Ini tidak boleh sebagaimana dalam hadīts dari Abu Hurairah radhiyallāhu 'anhu bahwasanya Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan:
‫ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻳﻘﻞ ﻻ‬: ‫ لﻴعﺰم الﻤﺴألة فإن الله ال مﻜﺮه لهﺷﺌﺖ ﺇﻥ ﻟﻲ ﺍﻏﻔﺮ ﺍﻟﻠﻬﻢ‬،‫ اللهﻢ ارحﻤﻨي إن شﺌﺖ‬، .
"Janganlah seorang di antara kalian mengatakan Ya Allāh ampunilah aku jika Engkau mau, Ya Allāh sayangilah
aku jika kamu mau"
(HR. Bukhari dan Muslim)

Tapi hendaknya bagi dia untuk bersungguh-sungguh dalam meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
karena sesungguhnya tidak ada yang bisa memaksa Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Tidak ada yang sulit bagi Allāh
Subhānahu wa Ta'āla juga.
Kewajiban bagi seorang hamba ketika berdoa, optimis, yakin tidak perlu ‫ إن سئت‬kalau kamu berkendak, tidak
ada yang sulit bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.

Jadi hadīts ini memberikan kepada kita dua faedah:

⑴ Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak ada yang sulit bagi-Nya, semua mudah bagi Allāh Subhānahu
wa Ta'āla tidak ada yang memaksa Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak ada yang mempersulit Allāh Subhānahu
wa Ta'āla. Tidak ada.

⑵ Seorang ketika berdoa harus optimis dan yakin jangan mengatakan ‫ إن سئت‬karena kalau dia mengatakan
"Kalau Engaku berkehendak ya Allāh", itu menunjukkan bahwa dia tidak mantap tidak yakin dalam berdoa.

Hendaknya seorang hamba ketika berdoa dia optimis dan yakin bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta'āla pasti
akan mengabulkan. Karena tidak ada yang sulit bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
‫اِنَّ َما اَم ُر ٗه اِذَا ا َ َرا َد شَيـا اَن يَّقُو َل لَهٗ كُن فَيَ ُكو ُن‬
"Sesungguhnya urusan Allāh Subhānahu wa Ta'āla apabila Allāh menginginkan sesuatu maka jadilah, maka
jadilah!"

(QS Ya Sin : 82)

Tidak ada yang sulit bagi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.


Termasuk lafadz yang perlu dihindari juga dan tidak pantas untuk diucapkan kepada Allāh Subhānahu wa
Ta'āla adalah ketika kita mendahului kuasa Allāh Subhānahu wa Ta'āla seperti mengatakan: "Demi Allāh, Allāh
tidak akan mengampuni si fulan". Darimana kita tahu bahwa Allāh tidak akan mengampuni si fulan? Rahmat
Allāh itu luas.

Dari Jundub bin Abdillāh bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pernah bercerita bahwasanya ada
seseorang mengatakan:
،‫َوهللاِ الَ َيغ ِف ُر هللاُ ِلفُالَن‬
"Allāh tidak mengampuni dosa-dosa si fulan, maka besok pada hari kiamat Allāh mengatakan,
‫ي أَن الَ أَغ ِف َر ِلفُالَن؟‬
َّ َ‫َمن ذَا الَّذِي يَتَأَلَّى َعل‬
‫إِنِّي قَد َغفَرتُ لَهُ َوأَحبَطتُ َع َم َل َك‬
"Siapa orang yang bermegah-megah (sombong, kurang ajar) mendahului saya dan mengatakan bahwa saya
tidak mengampuni si fulan."
Siapa itu?
‫ِإ ِنّي قَد َغفَرتُ لَهُ َوأَحبَطتُ َع َم َل َك‬
"Sesungguhnya aku telah mengampuni si fulan dan telah menggugurkan amal".
(HR. Muslim No. 2621)
Harus kita beradab kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, jangan mendahului kuasa Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
karena rahmat Allāh itu luas. Intinya hendaknya bagi kita berhati-hati dalam berkata, jangan sampai
mengucapkan ucapan-ucapan, kalimat-kalimat, atau lafadz-lafadz yang bisa menjadikan tauhīd kita ternoda.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan ketegaran kepada kita di atas tauhīd dan semoga Allāh
Subhānahu wa Ta'āla mematikan kita di atas tauhīd.

‫وصلى هللا و السالم على نبينا مح ّمد وعلى آله وصحبه أجمعين‬
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai