BAB 2
KD 3.2
NAMA KELOMPOK 4 ;
DEVI FEBRIYANTI
HAPPY MELATI SENJA
MEUTIA ZAHRA
WULANDARI AMELIYA PUTRI
KELAS ; 11 IPA 4
TUGAS
1. Sebutkan dan jelaskan faktor yang melatar belakangi munculnya perlawanan yang
dilakukan oleh Bangsa Indonesia terhadap kolonialismeyang dilakukan oleh Bangsa
Barat!
Jawab ; Perlawanan lokal terhadap Pemerintah Kolonial Belanda muncul akibat adanya
beberapa faktor, yaitu:
Jawab ; Sebelum abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia memiliki ciri antara lain ;
Dengan demikian, perlawanan bersifat lokal, tidak adanya organisasi, dipimpin oleh tokoh
yang disegani, mengutamakan senjata dan mudah dipecah belah merupakan ciri-ciri
perlawanan bangsa Indonesia sebelum abad XX. Namun, perlawanan semacam ini selalu
gagal dan dapat diberantas oleh penjajah. Dan, setelah abad ke-20 yang dikenal sebagai masa
pergerakan nasional, bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dengan menggunakan
organisasi yang bersifat modern, lebih terarah atau terorganisasi, bersifat nasional, dan
dipelopori oleh kaum terpelajar.
MATERI TENTANG
Di abad ini, sejumlah peristiwa sejarah terjadi. Tidak hanya proses masuknya Islam tetapi
juga perlawanan rakyat Makassar dalam melawan penjajah, khususnya VOC yang ingin
mengambil alih kekuatan perdagangan Kerajaan Makassar. Ekonomi yang tumbuh subur di
Kota Makassar menjadikan kota ini menjadi sasaran bagi bangsa asing seperti Portugis dan
Belanda untuk melakukan perniagaan.
Dikutip dari jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya berjudul "Perlawanan
Sultan Hasanuddin Terhadap VOC 1660-1669 M yang terbit tahun 2022" disebutkan
bahwa mulanya Belanda datang ke Kota Makassar untuk berdagang setelah mendapat
persetujuan dari Raja Gowa ke XIV I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin.
Kedatangan Belanda saat itu disetujui dengan satu syarat, yakni hanya untuk berdagang.
Syarat ini diberikan karena Raja Gowa mengetahui bahwa Belanda adalah musuh besar orang
Portugis yang terlebih dahulu datang ke Makassar untuk berdagang.
Namun, setelah berhasil berdagang di Makassar, Belanda justru semakin berambisi untuk
menguasai perdagangan di Makassar. Mereka menganggap para pedagang Eropa lainnya
sebagai saingan dan tidak ingin jika mereka berkeliaran di Makassar.
Karena tuntutannya tak diindahkan oleh Raja Gowa, VOC pun merasa murka, sejak saat itu
berbagai pertempuran antara VOC dengan Kerajaan Gowa terus terjadi. Perlawanan Rakyat
Makassar di Bawah Pimpinan Sultan Hasanuddin. Pertempuran VOC dengan Kerajaan Gowa
terus berlangsung hingga masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin yang diangkat menjadi
Raja Gowa pada tahun 1653.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun
1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-
halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC
tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit
terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667 dalam bentuk perang besar.
Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu dibantu oleh pasukan Raja Bonc
(Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang
dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru
Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanuddin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.
Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat
dipertahankan oleh Sultan Hasanuddin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanuddin
terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada
tahun 1667.
Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam
bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC.
Saat memimpin Kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin tetap menjalankan serta melanjutkan
kebijaksanaan pendahulunya yakni Sultan Alaudin dan almarhum ayahnya Sultan
Malikussaid, untuk tidak mengakui hak monopoli perdagangan VOC. Hal ini membuat
hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC semakin memanas. VOC yang menganggap
Kerajaan Gowa sebagai musuh yang sangat berbahaya dan terus berusaha
menghancurkannya. Ancaman VOC bagi wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa yang semakin
kuat mau tidak mau memaksa rakyat pribumi untuk ikut melakukan perlawanan. Sepanjang
tahun 1660-1670, berbagai perlawanan terhadap VOC dilakukan oleh Sultan Hasanuddin
bersama rakyat Makassar (Gowa-Tallo).
Berikut ini beberapa peristiwa yang menggambarkan perlawanan terhadap VOC yang
dilakukan Sultan Hasanuddin bersama rakyat Makassar ;