Anda di halaman 1dari 5

MATA PELAJARAN ; SEJARAH INDONESIA

GURU BIDANG ; AMALIA SOLIHAT, S.pd

BAB 2

KD 3.2

“MENGANALISIS STRATEGI TERHADAP PERLAWANAN BANGSA INDONESIA


TERHADAP PENJAJAHAN BANGSA EROPA”

NAMA KELOMPOK 4 ;

 DEVI FEBRIYANTI
 HAPPY MELATI SENJA
 MEUTIA ZAHRA
 WULANDARI AMELIYA PUTRI

KELAS ; 11 IPA 4
TUGAS

1. Sebutkan dan jelaskan faktor yang melatar belakangi munculnya perlawanan yang
dilakukan oleh Bangsa Indonesia terhadap kolonialismeyang dilakukan oleh Bangsa
Barat!

Jawab ; Perlawanan lokal terhadap Pemerintah Kolonial Belanda muncul akibat adanya
beberapa faktor, yaitu:

 . Adanya praktik monopoli perdagangan yang dilaksanakan di Nusantara yang sangat


merugikan masyarakat Nusantara.
 Penerapan politik adu domba/ devide et impera atau politik adu domba yang sangat
merugikan rakyat Indonesia
 Campur tangan pemerintah Belanda dalam masalah internal di kerajaan-kerajaan
Nusantara.

Dengan demikian, penyebab munculnya perlawanan daerah disebabkan oleh praktik


monopoli perdagangan, penerapan politik adu domba dan campur tangan pemerintah Belanda
dalam masalah internal di kerajaan-kerajaan Nusantara yang sangat merugikan Nusantara.

2. Sebutkan ciri-ciri perlawanan Bangsa Indonesia sampai awal abad ke-20!

Jawab ; Sebelum abad ke-20, perlawanan bangsa Indonesia memiliki ciri antara lain ;

 Secara fisik dengan menggunakan senjata tradisional


 Dipimpin oleh tokoh-tokoh karismatik seperti bangsawan atau tokoh agama
 Bersifat sporadis atau musiman
 Perlawanannya bersifat lokal, terjadi di daerah-daerah tanpa adanya koordinasi
antardaerah.
 Tidak melalui organisasi, tetapi dilakukan secara berkelompok saja.
 Dipimpin oleh tokoh masyarakat yang disegani.
 Mengutamakan kekuatan senjata, tetapi kalah dari segi persenjataan.
 Mudah dipecah belah karena kurangnya koordinasi antara pemimpin dan
bawahannya. Sering terjadi jika pemimpin tertangkap atau tewas, perlawanannya pun
berakhir.

Dengan demikian, perlawanan bersifat lokal, tidak adanya organisasi, dipimpin oleh tokoh
yang disegani, mengutamakan senjata dan mudah dipecah belah merupakan ciri-ciri
perlawanan bangsa Indonesia sebelum abad XX. Namun, perlawanan semacam ini selalu
gagal dan dapat diberantas oleh penjajah. Dan, setelah abad ke-20 yang dikenal sebagai masa
pergerakan nasional, bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dengan menggunakan
organisasi yang bersifat modern, lebih terarah atau terorganisasi, bersifat nasional, dan
dipelopori oleh kaum terpelajar.
MATERI TENTANG

“PERLAWANAN KERAJAAN MAKASAR TERHADAP VOC”

Di Sulawesi Selatan, perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan


Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makasar. Dilihat dari letak
goegrafisnya, letak wilayah Kerajaan Makasar sangat strategis dan memiliki dan memiliki
kota pelabuhan sebagai pusat perdagangan di Kawasan Indonesia Timur.

Kerajaan Makassar, dengan didukung oleh pelaut-pelaut ulung, mencapai puncak


kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanudin antara tahun 1654-1669. Pada
pertengahan abad ke-17, Kerajaan Makasar menjadi pesaing berat bagi kompeni VOC
pelayaran dan perdagangan di wilayah Indonesia Timur. Persaingan dagang tersebut terasa
semakin berat untuk VOC sehingga VOC berpura-pura ingin membangun hubungan baik dan
saling menguntungkan. Upaya VOC yang sepertinya terlihat baik ini disambut baik oleh Raja
Gowa dan kemudian VOC diizinkan berdagang secara bebas. Setelah mendapatkan
kesempatan berdagang dan mendapatkan pengaruh di Makasar, VOC mulai menunjukkan
perilaku dan niat utamanya, yaitu mulai mengajukan tuntutan kepada Sultan Hasanuddin.

Di abad ini, sejumlah peristiwa sejarah terjadi. Tidak hanya proses masuknya Islam tetapi
juga perlawanan rakyat Makassar dalam melawan penjajah, khususnya VOC yang ingin
mengambil alih kekuatan perdagangan Kerajaan Makassar. Ekonomi yang tumbuh subur di
Kota Makassar menjadikan kota ini menjadi sasaran bagi bangsa asing seperti Portugis dan
Belanda untuk melakukan perniagaan.

Dikutip dari jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya berjudul "Perlawanan
Sultan Hasanuddin Terhadap VOC 1660-1669 M yang terbit tahun 2022" disebutkan
bahwa mulanya Belanda datang ke Kota Makassar untuk berdagang setelah mendapat
persetujuan dari Raja Gowa ke XIV I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin.
Kedatangan Belanda saat itu disetujui dengan satu syarat, yakni hanya untuk berdagang.
Syarat ini diberikan karena Raja Gowa mengetahui bahwa Belanda adalah musuh besar orang
Portugis yang terlebih dahulu datang ke Makassar untuk berdagang.

Namun, setelah berhasil berdagang di Makassar, Belanda justru semakin berambisi untuk
menguasai perdagangan di Makassar. Mereka menganggap para pedagang Eropa lainnya
sebagai saingan dan tidak ingin jika mereka berkeliaran di Makassar.

Belanda bahkan memonopoli perdagangan di wilayah Timur Indonesia. Setelah mengusir


bangsa Portugis dan Spanyol dari Maluku, Belanda juga menghalau perahu-perahu dagang.
Makassar di dekat perairan Ambon agar dapat memonopoli perdagangan rempah-rempah..
Selain itu, VOC juga mendesak Raja I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin untuk
tidak lagi menjual beras kepada bangsa Portugis di Malaka.

Karena tuntutannya tak diindahkan oleh Raja Gowa, VOC pun merasa murka, sejak saat itu
berbagai pertempuran antara VOC dengan Kerajaan Gowa terus terjadi. Perlawanan Rakyat
Makassar di Bawah Pimpinan Sultan Hasanuddin. Pertempuran VOC dengan Kerajaan Gowa
terus berlangsung hingga masa kepemimpinan Sultan Hasanuddin yang diangkat menjadi
Raja Gowa pada tahun 1653.

Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633 dan pertempuran kedua terjadi pada tahun
1654. Kedua pertempuran tersebut diawali dengan perilaku VOC yang berusaha menghalang-
halangi pedagang yang masuk maupun keluar Pelabuhan Makasar. Dua kali upaya VOC
tersebut mengalami kegagalan karena pelaut Makasar memberikan perlawanan sengit
terhadap kompeni. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667 dalam bentuk perang besar.
Ketika VOC menyerbu Makasar, pasukan kompeni dibantu dibantu oleh pasukan Raja Bonc
(Aru Palaka) dan Pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Pasukan angkatan laut VOC, yang
dipimpin oleh Speelman, menyerang pelabuhan Makasar dari laut, sedangkan pasukan Aru
Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar melakukan
pemberontakan terhadap Sultan Hasanuddin serta melakukan penyerbuan ke Makasar.

Peperangan berlangsung seru dan cukup lama, tetapi pada saat itu Kota Makassar masih dapat
dipertahankan oleh Sultan Hasanuddin. Pada akhir kesempatan itu, Sultan Hasanuddin
terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada
tahun 1667.

Perlawanan rakyat Makasar akhirnya mengalami kegagalan. Salah satu faktor penyebab
kegagalan rakyat Makasar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka. Perlawanan rakyat Makasar selanjutnya dilakukan dalam
bentuk lain, seperti membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC.

Saat memimpin Kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin tetap menjalankan serta melanjutkan
kebijaksanaan pendahulunya yakni Sultan Alaudin dan almarhum ayahnya Sultan
Malikussaid, untuk tidak mengakui hak monopoli perdagangan VOC. Hal ini membuat
hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC semakin memanas. VOC yang menganggap
Kerajaan Gowa sebagai musuh yang sangat berbahaya dan terus berusaha
menghancurkannya. Ancaman VOC bagi wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa yang semakin
kuat mau tidak mau memaksa rakyat pribumi untuk ikut melakukan perlawanan. Sepanjang
tahun 1660-1670, berbagai perlawanan terhadap VOC dilakukan oleh Sultan Hasanuddin
bersama rakyat Makassar (Gowa-Tallo).

Berikut ini beberapa peristiwa yang menggambarkan perlawanan terhadap VOC yang
dilakukan Sultan Hasanuddin bersama rakyat Makassar ;

 Peristiwa Tahun 1660 Pada Tanggal 12 Juni


 Peristiwa De Walvis Tahun 1622
 Peristiwa De Leeuwin Tahun 1664 Pada Tanggal 24 Desember
 Perlawanan Terhadap Belanda Di Buton Pada Tahun 1655
 Melawan Laksamana Speelman Dalam Perng Makassar Pada Tahun 1666-1669.

Anda mungkin juga menyukai