Anda di halaman 1dari 4

PANDANGAN DASAR ATAU PARADIGMA DAKWAH TENTANG

DAKWAH YANG DI KEMBANGKAN OLEH PENELITI

Paradigma pandangan mendasar ttg ruang lingkup ilmu dakwah atau keyakinan2 sbg
kerangka berpikir
1. Paradigma system: pandangan dasar bahwa dakwah adalah keterkaitan antar subsistem
dakwah yang membentuk jaringan integral dan subsemik. Jadi, pandangan dasar ttg
penelitian dakwah, yang dengan pandangan dasar orang melihat dakwah sbg satu
kesatuan utuh. Intinya adl komponen dakwah merupakan subsistem dakwah yang tidak
dapat dilepas-lepas, sehingga tidak bisa meneliti satu unsur dakwah (missal, hanya
meneliti dai saja tidak bisa), namun harus unsur, media, metode dakwah. Perbedaan
paradigma system dan factor adalah integral dan systemic.
Focus paradigma system adalah proses.
 (input utama dari dakwah yang akan diteliti, seperti pesan dakwah apa, mana dai
mana mad’u. instrumental input: mereka berdakwah menggunakan cara yang
bagaimana, fasilitasnya apa saja. Infermental input: menemukan kondisi sosial-
kultural, ekonomi, politik, dan harus dikaji semua. Sehingga, hasil penelitian
diolah menjadi bentuk konversi, dan akan menghasilkan output seperti apa)
2. Paradigma factor: paradigma factor adalah paradigma ilmu dakwah yang dipengaruhi
oleh ilmu komunikasi. Sehingga, paradigma factor dakwah adalah da’I (komunikator atau
subjek dakwah), mad’U, pesan, metode, media, dan efek dakwah.
 Pesan keagamaan adalah segala sesuatu yang terkait dengan relasi antara agama
dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, huku, dan bahkan kebangsaan. Ajaran
agama yang dikaitkan dengan aspek agama.
Missal: kesejahteraan sosial dalam agama islam
 Pesan agama: bercorak khusus agama sbg ajaran ketuhanan, perinadahan, dan
performance agama tersebut. Seperti:tata cara sholat, puasa seperti apa
 Seperti meneliti da’I, sarana, isi pesan
Sedangkan yang termasuk kajian korelasional, misalnya adalah korelasi antara
pemahaman obyek dakwah dengan perilaku keberagamaannya. Bisa dinyatakan
“pemahaman beragama belum tentu berhubungan dengan perilaku keberagamaannya”
atau sebaliknya.

3. Paradigma interpretative: realitas dakwah yang sudah terjadi di masyarakat, yang mana
menjelaskan pengertian dibalik tindakannya.
 Contoh: Gus Miftah berdakwah di PSK, yang diteliti adalah fakta2 dakwha yang
dilakukan oleh Gus Miftah di lingkungan PSK di gambarkan (realitas, praktik2,
fenomena dakwah yang ada di PSK di gambarkan), setelah memperoleh
gambaran dapat memahami tindakan2 gus Miftah mengapa ia memilih lokasi
dakwah di PSK. Jadi, yang dikaji adl pemikiran, ide, gagasan,dan mengapa
memilih berdakwah di PSK. Sehingga, peristiwa2 apa saja yang membuat gus
Miftah berdakwah di PSK

Memahami realitas dakwah.

4. Paradigma Developmentism: sasaran kajiannya adl pengembangan model suatu kajian


dakwah. Meneliti dakwah ttg model dakwah yang sudah ada supaya model tersebut dapat
dikembangkan.
 Missal: model dakwah yang pernah dilakukan oleh Yusuf Mansyur (dakwahnya
focus pada hikmah shodaqoh, ) sehingga model dakwah yang digunakan adalah
altruism. Modelnya (a) dakwah tabligh; (b) berusaha menghimpun dana; (c)
berusaha untuk mengembangkan dana umat; (d) mensejahterakan umat. Model
yang dibuat oleh Yusuf Mansyur dapat dipelajari lalu di teliti kemudian berfikir
ttg bagaimana cara mengembangkan dakwah metode ini
 Apabila menggunakan metode ini, dapat merumuskan lalu dikembangkan.

Dapat disimpulkan, pengembangan model dakwah yang sudah ada. Pengembangan


model dapat berasal dari pengembangan model yang sudah ada atau yang belum ada.
Sehingga, pengembangan model yang sudah menjadi model baru dan daEVpat diterima
oleh masyarakat.

DEVELOPMENTALISME DAKWAH adalah upaya untuk menghasilkan inovai


yang memiliki manfaat bagi kehidupan masyarakat

5. Paradigma partisipatoris: pemikiran mendasar dari para ahli ttg apa yang menjadi sasaran
dakwah, yaitu perilaku partisipatif warga dalam kegiatan dakwah. Sasarannya adalah
bagaimana mad’u berpartisipasi dalam kegiatan dakwah. Yang dikaji adalah program
pemberdayaan masy yang menyangkut ilmu agama.

OBYEK PENELITIAN DAKWAH


DAKWAH UNTUK APA?

 Kebenaran ajaran (kebenaran yang tidak menimbulkan keharmonisan bukan tujuan


dakwah)
 Kemurnian (belum tercampur denga napa-apa) atau keaslian ajaran
 Terwujudnya kebahagian
 Terpelihara keharmonisan hubungan

Anda mungkin juga menyukai