Anda di halaman 1dari 15

BAB VI

DEFIBRILLATOR

A. PENDAHULUAN
Dunia kesehatan telah berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Tidak terkecuali
bidang alat kesehatan yang saat ini sudah banyak digunakan pada rumah sakit atau lembaga-
lembaga kesehatan yang ada di Indonesia. Pembangunan di bidang kesehatan dipengaruhi
oleh perkembangan teknologi kesehatan dan elektronika yang saling menunjang satu dengan
yang lainnya, sehingga semakin membantu para ahli medis untuk menciptakan serta
menemukan ide baru dalam hal pembuatan alat kesehatan yang lebih efisien dan efektif
sehingga mutu pelayanan kesehatan dapat meningkat., dimana alat kesehatan merupakan
salah satu faktor terpenting penunjang kesehatan dan keselamatan pasien.
Jantung merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, jika jantung berhenti berdetak beberapa detik saja maka tubuh sudah mati dan
dapat menyebabkan kematian. Ada berbagai penyakit yang bisa menyerang jantung.
Serangan jantung adalah salah satu dari penyakit atau kelainan jantung yang terjadi ketika
otot jantung tidak berkontraksi secara normal dan menyebabkan irama jantung yang tidak
stabil atau yang biasa dikenal dengan atrial fibrillation (ruang atas jantung) atau vertical
fibrillation. (ruang bawah jantung).
Defibrilasi adalah pengobatan yang cara kerjanya menghentikan irama jantung abnormal
dengan memberikan kejutan listrik yang singkat dan kuat ke jantung. Kejutan akan
mengganggu aktivitas sel jantung yang tidak terkendali, lalu sel terpolarisasi dan irama
jantung yang tidak normal berhenti. Jantung kemudian dapat mengontrol dirinya sendiri
sehingga berdetak normal. Dalam melakukan proses defibrilasi sangat diperlukan adanya
alat medis yang disebut defibrilator untuk melakukan proses defibrilasi.
Defibrillator adalah alat pacu jantung yang mengirimkan kejutan listrik ke otot jantung
untuk mencegah fibrilasi atrium atau vertikal. Saat menggigil, aliran darah tersumbat,
sehingga dapat menyebabkan kematian. Pengoperasian defibrillator sangat penting untuk
agar jantung dapat berfungsi normal kembali. Pada dasarnya prinsip kerja defibrillator hanya
mengisi dan melepaskan kapasitor. Defibrillator memiliki dua mode pengiriman energi,
yaitu mode sinkron (menghantarkan energi saat Anda melihat sinyal QRS) dan mode
asinkron (menghantarkan energi tanpa melihat sinyal QRS).

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Standar Kompetensi: Capaian Pembelajaran Lulusan yang dibebankan pada materi ini:
1. Mahasiswa mampu mahami pengertian dan pengetahuan yang terkait dengan fungsi,
prinsip kerja, pemeliharaan, perbaikan dan pengkalibrasian tentang alat Defibrilator.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan, mengoperasikan, melakukan pemeliharaan, melakukan
perbaikan dan melakukan pengkalibrasian alat defibrillator sesuai dengan SOP dan
menerapkannya dengan baik dan benar

C. KAJIAN MATERI
1.1 Definisi jantung
Jantung adalah organ vital pada tubuh manusia, karena jantung ini berfungsi dalam
penyebaran darah pada tubuh, yang mengandung oksigen dan nutrisi. Jika system
peredaran ini mati ataupun terdapat gangguan (penyakit), manusia pasti akan
mengalami ketidak seimbangan tubuh bahkan mati. Jantung berbentuk seperti kerucut,
terletak di rongga dada dan terdiri dari empat ruangan jantung berotot. Terdiri dari
serambi kanan, serambi kiri, bilik kanan dan bilik kiri. Serambi jantung memiliki sedikit
otot bila dibandingkan dengan bilik jantung. Otot jantung disebut miocardium. Salah
satu penyakit yang dapat terjadi pada otot jantung adalah cidera otot jantung (Infarct
Miocard) yang disebabkan oleh syndrom koroner akut yang merupakan kasus
kegawatan jantung.
Jantung dilingkupi oleh kantong fibroserosa yang disebut perikardium. Salah satu
penyakit yang dapat terjadi pada perikardium yaitu perikarditis atau peradangan pada
perikardium yang dapat disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan yang lainnya.
Jantung memiliki empat katup utama yang berfungsi mengarahkan aliran darah maju
dan mencegah kebocoran atau aliran mundur. Katup atrioventrikuler (mitral dan
trikuspid) memisahkan antara serambi dan bilik, sedangkan
katup semilunar memisahkan antara bilik jantung dengan arteri besar. Bila terjadi
kelainan katup, maka darah bisa bocor dan kembali ke ruang jantung sebelumnya, dan
kondisi ini bila tidak mendapatkan terapi dapat menyebabkan komplikasi jantung yang
lebih berat. Dinding yang memisahkan serambi kanan dan serambi kiri disebut septum
interatrial. Salah satu kelainan pada dinding ini disebut ASD (Atrial Septal Defect)
dimana terdapat lubang pada dinding antar serambi sehingga terjadi aliran darah dari
serambi kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Dinding yang memisahkan bilik kanan dan
bilik kiri disebut septum interventriculer. Salah satu kelainan pada dinding ini disebut
VSD ( Ventrikel Septal Defect) dimana terdapat lubang pada dinding antar bilik
sehingga terjadi aliran darah dari bilik kiri ke kanan ataupun sebaliknya. Jantung
mendapatkan pasokan oksigen dari arteri koroner. Keseimbangan pasokan oksigen
dengan kebutuhan otot jantung akan membantu jantung untuk berfungsi secara normal.
Salah satu penyakit yang dapat terjadi pada arteri koroner adalah penyakit jantung
koroner yaitu timbulnya plak atherosclerosis yang menyumbat sebagian dan dapat
menyumbat total arteri koroner. Kejadian penyumbatan total arteri koroner ini disebut
sindrom koroner akut yang merupakan kasus kegawatan jantung yang bahkan dapat
menyebabkan kematian.

Gambar 7.1 Posisi jantung dalam rongga dada


Sumber: (https://pjnhk.go.id/artikel/mari-mengenal-anatomi-dan-fungsi-jantung-
kita)

1.1.1 Siklus jantung


Darah yang miskin oksigen dan kaya karbondioksida dikirim ke jantung
melalui vena besar yaitu vena cava superior dan vena cava inferior yang masuk ke
dalam serambi kanan. Dari serambi kanan darah masuk ke dalam bilik kanan
melalui katup trikuspid. Kemudian bilik kanan memompa darah masuk ke dalam
pembuluh darah paru (arteri pulmonalis), di paru – paru terjadi pertukaran gas
karbondioksida ditukar dengan oksigen. Darah yang sudah mengandung banyak
oksigen tadi akan masuk kembali ke jantung yaitu ke serambi kiri melalui vena
paru (Vena Pulmonalis). Dari serambi kiri akan masuk ke dalam bilik kiri melalui
katup mitral. Selanjutnya bilik kiri akan memompa darah ke pembuluh darah
besar (aorta) hingga darah yang mengandung oksigen akan sampai ke seluruh
organ tubuh kita. Ada banyak penyakit yang mengganggu lancarnya aliran darah
ini, salah satunya adalah peningkatan tekanan arteri paru (hipertensi pulmonal)
yang menyebabkan kepayahan bilik kanan atau disebut gagal jantung kanan untuk
memompa darah ke pembuluh darah paru. Begitu pula dengan jantung sebelah
kiri, pada pasien dengan hipertensi, bilik kiri harus berusaha memompa darah
melawan besarnya tekanan arah di pembuluh darah aorta, sehingga bila
berlangsung terus menerus dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung atau
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan kita.

1.2 Defibrilasi
Defibrilasi adalah cara yang digunakan oleh tenaga medis untuk meransang atau
mengendalikan irama denyut jantung menjadi normal. Pemberial defibrilasi dilakukan
menggunakan listrik atau yang biasanya disebut DC shock. Hal ini dapat deberikan
ketika pasien mengalami Fibrilasi Vertikel (VF) dan Takikardia Vertikel (VT).
Sedangkan kardioversi adalah suatu Tindakan pengobatan menggunakan alat listrik
secara sinkron. Hal ini digunakan pada pasien yang mengalami pasien dengan fibrilasi
atrium (AF), atau takikardi ventrikel (VT) nadi teraba. Baik itu defibrilasi ataupun
kardioversi, keduanya menggunakan alat yang sama yaitu Defibrillator. Indikasi tertentu
dalam pemberian defibrilasi antara lain :
 Pulseless Ventricular Tachycardia
pulseless VT adalah dengan terapi defibrilasi. Keterlambatan penanganan dengan
defibrilasi dua menit saja dapat menurunkan angka harapan hidup dari 39,3%
menjadi 22,2%. Apabila dalam 15 menit pasien belum mendapat terapi defibrilasi,
maka angka harapan hidup menurun hingga 5% saja. Defibrilasi terutama dianjurkan
menggunakan defibrilator bifasik dengan energi 150-200 Joule dengan teknik kejut
tunggal.
 Fibrilasi Ventrikel
Energi kejut yang direkomendasikan saat pertama kali melakukan defibrilasi pada
pasien VF adalah 200 joule apabila menggunakan defibrilator bifasik. Tidak terdapat
bukti bahwa penggunaan energi lebih dari 360 joule bermanfaat bagi pasien. Energi
kejut yang terlampau tinggi justru dapat membahayakan bagi pasien karena dapat
menyebabkan kerusakan miokardium dan berisiko merangsang terjadinya aritmia
baru.
 Wearable dan Implantable Cardioverter Defibrillator (WCD dan ICD)
Implantable cardioverter defibrillator (ICD) merupakan terapi lini pertama pada
pasien yang berisiko mengalami henti jantung mendadak yang bersifat rekuren,
misalnya pasien pasca infark miokard. Meski demikian, pemilihan pasien yang akan
mendapat manfaat dari penggunaan ICD cukup rumit.[14]. Oleh karenanya wearable
cardioverter defibrillator  (WCD) dapat menjadi alternatif, utamanya pada pasien
yang berisiko mengalami henti jantung mendadak, namun belum dapat menjalani
pemasangan ICD. Misalnya pada pasien dengan kontraindikasi sementara untuk
terapi yang lebih definitif, atau pasien yang tidak memiliki indikasi konvensional dari
ICD. Jadi secara umum, terdapat dua indikasi utama pemakaian ICD, yang pertama
adalah sebagai terapi lini pertama untuk mencegah henti jantung berulang pada
pasien VT dan VF pasca resusitasi yang masih berisiko tinggi untuk mengalami henti
jantung kembali selama perawatan. Sedangkan indikasi kedua adalah sebagai terapi
lini pertama dalam pencegahan terjadinya henti jantung mendadak pada pasien yang
sebelumnya telah terdiagnosa dengan VT atau VF yang telah menerima terapi
medikamentosa optimal namun masih memiliki risiko tinggi untuk mengalami henti
jantung. Contohnya pada pasien dengan sindrom Brugada dan gangguan ventrikel
dengan left ventricular ejection fraction ≤30 %.
1.3 Defribillator
1.3.1 Pengertian
Defibrillator adalah perangkat elektronik yang mengirimkan sinyal listrik
(pulsa) ke otot jantung untuk mempertahankan depolarisasi otot jantung selama
fibrilasi (fibrilasi ventrikel atau fibrilasi atrium). Fibrilasi jantung adalah kondisi
di mana sel-sel otot jantung berkontraksi secara asinkron (non-sinkron). Ketika
fibrilasi ini terjadi di ventrikel, hal itu menyebabkan penurunan tajam aliran darah
curah jantung (CO) dan dapat berakibat fatal dalam beberapa menit. Dengan
fibrilasi atrium, CO menurun, tetapi tidak terlalu fatal.
Kejutan listrik diulang maksimal 45 detik setelah henti jantung. Energi luar 50-
400 joule. Energi yang disuplai secara internal hingga 1/10 Posisi eksternal
elektroda (paddles): anterior-anterior (apex sternum) atau depan-belakang.
Diameter elektroda 8-10 cm untuk orang dewasa. Pengaturan energi dan
pengiriman energi dikendalikan oleh mikrokontroler. (Sari, 2014)
Defibrillator DC selalu dikalibrasi dalam watt-detik atau joule sebagai ukuran
energi listrik yang tersimpan dalam kapasitor. Energi dalam detik dalam watt
adalah setengah dari kapasitas dalam farad dikalikan tegangan, yaitu kuadrat volt.
(Kelompok et al., 2018)

 Rangkaian Kontrol

Gambar 7.8 Rangkaian Kontrol

Rangkaian ini berfungsi untuk mengontrol rangkaian pengisian kondensator,


input berasal dari logika yang diberikan oleh arduino dan tegangan trigger 5 V
yang didapat dengan cara menekan tombol charge yang terdapat pada paddle
atau alat.
 Rangkaian Pengisian Kondensator

Gambar 7.9 Rangkaian Pengisian Kondensator

Rangkaian ini berfungsi untuk melakukan pengontrolan pada saat


melakukan pengisian kondensator untuk mendapatkan joule yang sesuai
dengan setting. Rangkaian ini akan bekerja apabila kaki basis transistor
mendapat input logika HIGH dari output Arduino mega dan kaki emitor
mendapatkan tegangan ground dari rangkaian kontrol. Selanjutnya, output dari
rangkaian ini akan memberikan tegangan AC sebesar 40 VAC ke inputan trafo
pada rangkaian generator tegangan tinggi

 Rangkaian Pembagian Tegangan


Gambar 7.10 Rangkaian Pembagian Tegangan

Rangkaian pembagian tegangan adalah rangkaian yang mengkonversi


tegangan tinggi pada kondensator menjadi tegangan kecil yang kemudian akan
diteruskan ke arduino mega untuk dibandingkan dan memberikan perintah ke
rangkaian kontrol dan rangkaian pengisian kondensator.

 Rangkaian Discharge

Gambar 7.11 Rangkaian Discharge

Rangkaian discharge adalah rangkaian yang mengatur kapan saatnya


pemberian joule dari alat ke pasien. Saat tombol discharge pada paddle ditekan
akan memberikan perintah ke arduino mega yang selanjutnya akan diteruskan
ke rangkaian discharge.
1.3.2 Prinsip Kerja
Pada dasarnya prinsip kerja defibrillator adalah membangkitkan rangsangan
energi listrik dalam satuan joule, yang dihasilkan oleh alat defibrillator yang
dioperasikan dengan baterai. Energi dilakukan oleh elektroda paddle (berbentuk
besi). Penggunaannya ditempelkan pada dada pasien. Defibrillator memiliki mode
asinkron dan sinkron untuk mengirimkan rangsangan energi listrik, yang
dipengaruhi oleh pemilihan mode yang kami gunakan dengan menekan tombol
pengaturan mode. Setiap pemilihan mode mempengaruhi pengatur pelepasan pada
bagaimana perangkat menghasilkan energi listrik dalam satuan joule sesuai
dengan mode yang kita tentukan untuk pasien.

Gambar 7.12 Prinsip DC Shock


(Sumber: https://sentralalkes.com/blog/fungsi-defibrilator/)

Defibrillator paddle dilengkapi dengan tombol pengisian daya untuk "mengisi"


energi dan tombol untuk mendefibrilasi atau "menghantarkan" energi listrik.
Dalam keadaan irama jantung yang kacau, seseorang menganalisisnya dengan
melihat grafik EKG di layar monitor. Menentukan berapa banyak energi yang
digunakan dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengisi kapasitor
dengan energi, sekitar 15 detik, mengacu pada pedoman Kementerian Kesehatan
tahun 2001 untuk pengujian dan kalibrasi alat kesehatan.
1.3.3 Jenis-Jenis
Mengingat sifat mode pelepasan, ada dua jenis defibrillator, yaitu kegagalan
sinyal ECG-R (asinkron) dan kegagalan sinyal ECG-R (sinkron). Kondisi itu
sendiri nantinya mempengaruhi proses pelepasan energi dayung ke pasien. Jika
kita lihat di pasaran, ada dua jenis defibrillator yang dapat kita bedakan menurut
karakteristik dan spesifikasi penggunaannya, yaitu defibrillator manual dan
otomatis.
1. Defibrillator Manual
Meski ada beberapa jenis, fungsi defibrillator tetap sama. Defibrillator ini
disebut manual karena kita dapat mengatur energi yang dipancarkan secara
manual. Fungsi defibrillator manual biasanya dilengkapi dengan monitor EKG
yang dapat mendeteksi dan menganalisis berapa banyak energi yang
disalurkan.
2. Defribillator Otomatis (AED)
Tidak seperti defibrillator manual, AED (Automated External Defibrillator)
adalah defibrillator otomatis di mana perangkat secara otomatis menganalisis
irama jantung pasien, sehingga AED sendiri dapat menentukan berapa banyak
energi yang dilepaskan. Fungsi defibrilasi eksternal otomatis biasanya
digunakan untuk penggunaan di lapangan karena selain ukurannya yang kecil,
ia ringan dan mudah dibawa. (Sentral Alkes, 2018)

Gambar 7.13 Autimatic Exsternal Defibrillator (AED)


(Sumber: https://www.kurniasafety.com/id/product/zoll-aed-plus/)
1.3.4 Konversi Joule
Kapasitor menyimpan energi dalam bentuk medan listrik. Jumlah energi [W]
yang tersimpan dalam kapasitor dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

1Q 1 1
W = = QV = C
2C 2 2
Dimana:
W= jumlah energi yang tersimpan dalam kapasitor (Joule).
Berdasarkan prinsip di atas, konstanta waktu elemen RC dapat dirumuskan
secara matematis sebagai berikut:

τ=RxC
Dimana:
τ = Konstanta Waktu dalam satuan detik (s)
R = Resistansi /Hambatan dalam Ohm (Ω
C = Kapasitansi dalam Farad (F)

Gambar 7. 11 Konsep DC Shock


(Sumber: http://liveisflow.blogspot.com/2012/04/defibrillator.html/)

Arus awal yang mengalir pada rangkaian (io);

I 0= ( VR ) ¿

Hubungan tegangan dan waktu dalam kapasitor;

Durasi proses pelepasan kapasitor juga ditentukan oleh nilai R-C yang
digunakan dalam rangkaian. Berikut ini adalah rumus umum untuk pengosongan
tegangan kapasitor ketika kapasitor dikosongkan selama t detik, Vc(t).

Vs adalah tegangan melintasi kapasitor sebelum habis. Vs sama dengan tegangan


input kapasitor pengisi daya, ketika kapasitor terisi penuh, arus pelepasan setelah t
detik.

Energi yang diherikan ke pasien;


t
k=
∆t
1 2
E=∆ t ∑ R
V
k=0

Dimana:
E = Energi (Joule);
∆ t = imterval waktu yang diinginkan At interval waktu yang diinginkan (second)
t = lama waktu saat pengambilan data (second) .
v = tegangan saat interval waktu (volt)
R = resistansi (Ω)

D. RINGKASAN
Defibrillator adalah alat kesehatan yang memiliki fungsi atau peran untuk menstimulus
detak jantung yang tidak normal karena serangan jantung atau yang lainnya sehingga
membuat detak jantung tidak teratur / bergetar / fibrillasi yang tidak terkontrol. Defibrillator
merupakan golongan atau jenis alat kesehatan Elektromedik. Yaitu alat – alat medis yang
berhubungan dengan tenaga listrik.
Defibrilasi adalah operasi darurat selain prosedur resusitasi kardiopulmoner (CPR).
Defibrillator dapat dioperasikan oleh personil rumah sakit yang terlatih khusus saja.
Pelatihan ini diadakan oleh petugas medis. Ini bukan tugas teknisi rumah sakit untuk
melakukan pelatihan pengguna untuk defibrillator.
Defibrillator terbagi menjadi dua macam jenis berdasarkan sifat dan cara kerjanya yaitu
defibrillator manual dan defibrillator otomatis. Namun fungsi keduanya sama dan bagian –
bagian juga sama hanya saja lebih lengkap untuk jenis defibrillator manual.
Ketika serangan jantung terjadi, atau kondisi yang menyebabkan serangan jantung.
Detak jantung acak, atau bergetar dengan tidak teratur dan tidak bisa menjalankan fungsinya
untuk memompa darah. Kondisi ini akan berakibat kekurangan oksigen di otak, apabila
dibiarkan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu cepat. Oleh sebab itu, tindakan
pertama sembari mempersiapkan alat adalah berupa CPR dan juga terapi oksigen dengan
ambubag atau resuscitator. Jika alat yang digunakan berupa defibrillator otomatis (AED)
maka pertama pemasangan Pad AED di dada pasien. Kemudian mesin defibrillator
dihidupkan. Perangkat AED dapat menganalisa aritma jantung secara otomatis, sehingga
berapa energi yang harus diberikan sudah terformat secara otomatis. Berbeda dengan
defibrillator manual. Prinsip kerja defibrillator manual, sama dengan defibrillator otomatis
(AED) hanya saja pemilihan energi bisa kita sesuaikan atau kita seting sendiri berdasarkan
analisa aritma jantung yang terdapat pada grafik EKG yang terpampang pada layar monitor.
E. LATIHAN SOAL
1. Alat yang dapat memberikan shock listrik dan dapat menyebabkan depolarisasi sementara
dari jantung yang denyutnya tidak terartur, sehingga memungkinkan timbulnya kembali
aktifitas listrik jantung yang terkoordinir adalah?
A. Baby incubator
B. Infant warmer
C. Defibrillator
D. Infuse pump
E. Suction pump
2. Berapakah energi yang dikeluarkan oleh alat defibrillator?
A. 10-100 Joule
B. 20-200 Joule
C. 50-1500 Joule
D. 50-400 Joule
E. 50-500 Joule
3. Berapakah ukuran diameter elektroda defibrilator untuk dewasa?
A. 5-6 cm
B. 7-8 cm
C. 8-9 cm
D. 8-10 cm
E. 8-11 cm
4. Ketika pasien baru saja melakukan operasi, mode apa yang dilakukan pada defibrillator
untuk mengembalikan ritme jantung pasien tersebut?
A. External
B. Internal
C. Operasi
D. Syncron
E. Asyncron
5. Apa saja mode pengoprasian defibrillator?
A. Mute and sound
B. External dan internal
C. Input dan output
D. Charge dan discharge
E. Full dan empty
6. Tipe gelombang defibrillator yang memiliki 2 phase sentakan dianalogikan dengan satu
siklus arus bolak balik agar energy yang diberikan ke pasien lebih kecil, sehingga dapat
mengurangi kerusakan sel miokardial, pada saat pasien diberikan shock merupakan tipe?
A. Bipasik
B. External
C. Monopasik
D. Tripasik
E. Internal
7. Seorang perawat mencoba mengoprasikan alat defibrillator tetapi alat tidak dapat
menyala sama sekali. Sebagai tenaga elektromedis, langkah pertama apa yang anda
lakukan?
A. Cek tegangan pada jala-jala PLN
B. Lakukan pengukuran pada power supply
C. Cek kondisi pada kabel power
D. Memperdalam grounding
E. Ganti fuse dengan yang baru
8. Apa saja peralatan yang digunakan dalam prosedur pemakaian defibrillator, kecuali :
A. Oksigen
B. Pedal
C. Elektrolit jelly
D. Defibrillator yang memiliki modus sinkron
E. AED
9. Defibrillator yaitu alat yang digunakan untuk menstabilkan atau memulihkan ritme
normal jantung. Biasanya di ruang manakah penempatan alat ini?
A. NICU
B. ICCU
C. PICU
D. Perina
E. Verlos kamer
10. Apa saja tipe gelombang defibrillator?
A. Monopashic dan bipashic
B. Monostabil dan astabil
C. Mono dan stereo
D. Monopolar dan bipolar
E. Monokuler dan okuler

Anda mungkin juga menyukai