Anda di halaman 1dari 13

ENTREPRENEURSHIP DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Disusun oleh :

Adhitya subtinanda 6662220229


A. Lannail Al Mas 6662220222
Fajar Maulana Akbar 6662220228

PRODI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah

ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran

maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi pembaca praktekan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusun makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu

kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Serang, 17 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Entrepreneuship dan Tanggungjawab Sosial..........................................................................3
2.2 Bangun Usaha Bersama Sesuai Syariah...................................................................................4
2.3 Mensyukuri Indonesia Karya...................................................................................................5
2.4 Jaminan Sosial...........................................................................................................................7
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Entrepreneurship (kewirausahaan) adalah suatu proses penerapan inovasi dan
kreativitas dalam menciptakan sesuatu yang berbeda dan memiliki nilai serta kemampuan
menghadapi tantangan hidup dengan cara melihat peluang dari berbagai resiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan. Istilah entrepreneurship berasal
dari bahasa Inggris yang diserap dari bahasa Prancis yaitu entreprende yang berarti petualang,
pencipta dan pengelola usaha. Sedangkan entrepreneur adalah seseorang yang mengorganisir
dan menanggung risiko sebuah bisnis atau usaha. Entrepreneurship adalah segala hal yang
berkaitan dengan sikap, tindakan dan proses yang dilakukan oleh para entrepreneur dalam
merintis, menjalankan dan mengembangkan usaha mereka.

Dalam bahasa Indonesia, entrepreneurship diterjemahkan sebagai kewirausahaan,


sedangkan entrepreneur diterjemahkan sebagai wirausaha atau wiraswasta. Entrepreneurship
adalah kemampuan dalam berfikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan sebagai
dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi
tantangan hidup. Menurut Frinces (2004), kewirausahaan adalah bentuk usaha untuk
menciptakan nilai lewat pengakuan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko
yang sesuai dengan peluang yang ada dan lewat keterampilan komunikasi dan manajemen
untuk mobilisasi manusia, keuangan dan sumberdaya yang diperlukan untuk sebuah proyek
sampai berhasil. Kewirausahaan pada dasarnya adalah semangat, sikap, perilaku dan
kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan
memperoleh keuntungan yang maksimal.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility


(CSR) adalah konsep manajemen perusahaan yang mengintegrasikan masalah sosial dan
lingkungan dalam kegiatan bisnis mereka, serta interaksi dengan para pemangku kepentingan.
Secara sederhana, CSR atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan adalah cara perusahaan
untuk menyeimbangkan antara kepentingan ekonomi (mencari keuntungan yang sebesar-

1
besarnya) dengan kepentingan lingkungan dan sosial. Sekaligus memenuhi harapan para
pemegang saham dan para pemangku kepentingan yang terkait.

Konsep CSR yang diterapkan dengan baik dan benar dapat membawa banyak keuntungan
kompetitif. Keuntungan itu antara lain peningkatan akses modal, peningkatan penjualan yang
akhirnya meningkatkan keuntungan, penghematan biaya operasional perusahaan, peningkatan
produktivitas dan kualitas, peningkatan citra brand yang positif, pengambilan keputusan yang
baik dan proses manajemen risiko.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu makna entrepreneurship ?

2. Mengapa entrepreneurship dan tanggung jawab sosial dibutuhkan dalam perusahaan ?

3. Bagaimana melakukan konsep csr dengan baik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui makna entrepreneurship

2. Untuk memahami entrepreneurship dan tanggung jawab sosial dalam perusahaan

3. Untuk memahami konsep Corporate Social Responsibility dengan baik

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar pembaca mengetahui makna dari entrepreneurship

2. Agar pembaca memahami entrepreneurship dan tanggung jawab sosial dalam


perusahaan

3. Agar pembaca memahami konsep Corporate Social Responsibility dengan baik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Entrepreneuship dan Tanggungjawab Sosial


Islam mengakui hak milik pribadi sebagai hasil usaha yang diperoleh dengan cara yang
sah dan halal, jika tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan tidak merenggut hak
publik. Apabila kepemilikan itu diperoleh secara tidak sah maka harus dicabut atau disita dari
pemiliknya melalui proses peradilan yang objektif, jujur, dan adil.
Seorang warga berhak memiliki tanah seluas yang perlu baginya sekeluarga. Namun
penggunan hak milik tanah itu harus sesuai dengan sifat atau fungsi kemasyarakatan, tidak
boleh menjadi alat menindas orang lain. Tanah yang dikuasai persoarangan, tetapi dibiarkan
terlantar, tidak produktif, tidak dimanfaatkan sesuai sifat sosialnya, maka harus dikembalikan
kepada negara atau mengalihkannya kepada warga yang lain.
Dalam ajaran Islam, pengakuan terhadap hak milik pribadi merupakan bagian dari
pengakuan terhadap kemerdekaan. Naluri kepemilikan ini ada sejak dini, tanpa ada yang
mengajari. Inilah hak asasi manusia yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia tanpa
kecuali supaya termotivasi untuk bergerak, bekerja keras, tekun, bersaing, dan bersanding
dalam memenuhi kebutuhan dasar mereka, memperbaiki nasib dan taraf hidup mereka secara
berkelanjutan. Setiap individu yang telah dewasa, sehat, dan kuat bertanggung-jawab
terhadap nasib dan masa depan dirinya dan keluarganya.
Atas dasar itu, bekerja adalah hak sekaligus kewajiban. Pemerintah wajib
menciptakan lapangan pekerjaan. Dan setiap orang wajib bekerja atau berusaha menjalankan
bisnis sesuai peluang, minat, bakat, dan keahlian yang dimilikinya, sehingga memperoleh
penghidupan yang layak, menjadi sukses-kaya, dan memperoleh derajat mulia, sebagaimana
firman Allah: Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka
kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka
sedang mereka tiada dirugikan. (QS. Al Ahqaf [46]: 19)

3
Dalam tataran praksis, Nabi Muhammad menjadi teladan entrepreneur, baik dalam
bidang perdagangan maupun dalam bidang pertanian. Dalam bidang perdagangan, nabi telah
menjalankan bisnis sejak berusia sebelas tahun, sedangkan dalam mengelola lahan pertanian,
Nabi pernah bekerjasama dengan kaum Yahudi di Khaibar dengan sistem bagi hasil.
Kerjasama usaha para entrepreneur pada umumnya dilakukan dalam bentuk informal
lingkung keluarga (famili) dan hubungan baik pertemanan, dan tidak secara resmi berbadan
hukum koperasi. Meskipun demikian, jiwa kerjamsama usaha ini sama dengan bentuk usaha
Koperasi yang menghargai manusia bukan hanya karena faktor tenaganya semata. Lebih dari
itu, manusia dihargai karena kreativitas, ide bisnis dan kecakapannya dalam memasarkan
produk kreatif tersebut.
Motivasi para entrepreneur bekerjasama menjalankan koperasi secara informal adalah
adanya kesamaan kebutuhan untuk meningkatkan daya saing, volume usaha, efisiensi dan
keuntungan. Kesamaan kebutuhan dimaksud meliputi:
1. Kebutuhan ekonomis
a. Kebutuhan mendapatkan pinjaman yang cepat, murah, dan cepat.
b. Produksi bersama untuk mendapatkan harga yang layak dari barang-barang yang
dijual.
c. Kebutuhan membeli bahan baku atau melakukan pembayaran bersama agar
mendapatkan keringanan atau diskon khusus.
2. Kebutuhan politis
a. Kebutuhan menghindari pemerasan ekonomi dan sosial.
b. Menghindari persaingan tidak sehat.
3. Kebutuhan manajerial
a. Menyatukan dan memperkuat potensi ekonomi, solidaritas, dan efektivitas
kordinasi antar pelaku usaha supaya mendapatkan pelayanan yang prima, teratur,
dan berkelanjutan.
b. Melakukan pembagian kerja sesuai keahlian sehingga dapat meningkatkan
kualitas mutu barang dan jasa.

2.2 Bangun Usaha Bersama Sesuai Syariah


Dalam UUD 1945 yang asli, terdapat 3 kebijakan utama yang dilakukan oleh politik
negara dalam mewujudkan kesejahteraan sosial:

1. Menciptakan lapangan kerja

4
2. Menyelenggarakan sistem ekonomi koperasi yang berorientasi pada sebesar-besarnya
kemakmuran jaya
3. Memberikan jaminan sosial bagi kaum fakir miskin dan orang-orang yang terlantar

Secara umum, Revrisond Baswir menyusun lima ciri sistem ekonomi indonesia sebagai
berikut:

1. Perekonomian terbagi menjadi 2 wilayah:


a. Wilayah sektor Formal terdiri atas
1) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
2) Cabang-cabang produksi yang menguasai hajat orang banyak
b. Wilayah sektor informal, cabang-cabang produksi yang tidak penting bagi negara
dan tidak menguasi hajat orang banyak.
2. Kecuali dalam wilayah cabang2 produksi yang penting bagi negara, peranan
pemerintah dalam perekonomian lebih dititik beratkan sebagai pengawas dan
pengatur.
3. Koperasi merupakan satu-satunyabentuk perusahaan yang beroperasi dalam wilayah
cabang2 produksi yang menguasai hajat orang banyak yang dikuasai negara.
4. Ruang gerak perusahaan swasta yang tdk berbentuk koperasi. Tidak dikuasai negara
atau diatur oleh pemerintah
5. Penentuan harga lebih banyak diserahkan kepada mekanisme pasar.

Asas kekeluargaan dalam bangun ekonomi indonesia adalah koperasi, lawan dari
paham kolonialisme dengan anak kandungnya, kapitalisme dan liberalisme. Dalam sistem ini,
eksistensi perusahaan swasta milik perseorangan bersifat transisional dan terbatas.

Asas kekeluargaan atau jiwa koperasi dalam sistem kenegaraan dapat dilihat dari sistem
negara pengurus sperti DPR dan DPD. Dan untuk perencanaan pembangunan negara bisa
juga dilihat dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang diperhatikan
prioritasnya berdasarkan data statistik dan kajian lapangan.

Secara ideologis, koperasi bukan hanya kumpulan orang tapi juga per sekutuan
gagasan, ide, cita cita, semangat dan usaha mewujudkan kemakmuran semua orang. Koperasi
dibangun atas dasar:

1. kepentingan ekonomi yang sama


2. profesi yang sama.

5
3. Wilayah yang sama

Dalam mengelolanya, perlu diperhatikan 3 hal berikut:


1. laba (profit)
2. Manfaat sosial (people)
3. Kelestarian bumi (planet)

2.3 Mensyukuri Indonesia Karya


Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang kaya dan memiliki potensi yang
besar dalam upaya memakmurkan rakyat. Makmur diadopsi dari bahasa Arab dan digunakan
Al-Qur'an sebagai cermin dari kehidupan surga yang dihuni oleh Adam dan istrinya Hawa,
sebelum keduanya turun ke bumi dalam rangka melaksanakan tugas kekhalifahan.
Kemakmuran surgawi sudah ada dan akan selalu muncul dalam memori setiap batin anak
cucu Adam. Sebagaimana yang tertulis dalam firman Allah sebagai berikut:
Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan
bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga,
yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di
dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan
tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". (Qs. Thaha [20]: 117-119)

Ayat di atas menjelaskan bahwa unsur utama kemakmuran masyarakat surga adalah
terpenuhinya segala kebutuhan dasar, terutama pangan, sandang, dan rumah tinggal yang
diistilahkan dengan "tidak lapar, dahaga, telanjang, dan kepanasan". Kemudian, masyarakat
di surga juga hidup dalam suasana aman, damai, harmonis, tidak terdapat suatu dosa,
penindasan, kriminalitas atau perilaku asusila yang menimbulkan rasa takut.

Cita kemakmuran dalam Al-Qur'an juga tercermin dalam doa nabi Ibrahim yang
mengharapkan Makkah menjadi negeri yang aman dan damai (baladin amin), mampu
melindungi seluruh rakyat dari ketakutan, makmur dan sejahtera (baldatin thoyyibah),
memiliki kedaulatan dan ketahanan pangan yang kuat.
Dari dimensi ekonomi, kemakmuran ditandai dengan terpenuhinya standar hidup
layak. Ukuran kelayakan itu secara umum dapat dilihat dari kemampuan daya beli, terutama
kesanggupan memenuhi kebutuhan pokok, yakni: makanan, pakaian, perumahan, pendidikan,
kesehatan, dan hiburan. Dalam soal ini, standar hidup layak secara numerik dapat kita
rumuskan dengan memeriksa kajian fikih Islam terkait dengan fidyah, zakat fitrah, dan zakat
mal. Secara kualitatif kriteria seseorang yang disebut fakir miskin adalah sebagai berikut:

6
1. Pengangguran dan tidak punya usaha apalagi harta.
2. Memiliki penghasilan dibawah standar hidup layak.
3. Memiliki usaha dan harta kurang dari separoh kebutuhan minimum keluarga selama
satu tahun.
4. Memiliki usaha dan harta hanya untuk mencukupi separoh atau lebih kebutuhan
dirinya sekeluarga dan tanggungannya setahun.

2.4 Jaminan Sosial


Setiap orang dewasa yang sehat wajib bekerja sungguh- sungguh untuk mencukupi
kebutuhan dirinya dan keluarganya. Dan kita pun diajarkan untuk selalu bisa berbagi jika kita
mempunyai sesuatu yang dapat dibagikan, kita tidak boleh pelit sebagaimana pada Hadist
berikut: "Hindarkanlah dirimu dari pelit, sesungguhnya umat sebelum kamu itu rusak
disebabkan sikap pelit. Pelit itu telah menyuruh mereka memutuskan hubungan maka mereka
memutuskan, memerintahkan mereka antuk kikir, maka mereka kikir, dan menyuruh mereka
untuk berbuat fujur (penyelewengan), maka mereka pun menyeleweng." (HR. Abu Dawud,
dan Hakim)

Untuk dana sosial umat bisa berasal dari kesalehan sosial atau denda akibat kelalaian
atau kejahatan. Dana sosial yang berasal dari kesalahan sosial antara lain wakaf [aset berupa
tanah, barang, atau dana abadi umat], wasiat, infak, dan sedekah. Sedangkan paket pendanaan
untuk masyarakat madani yang bersumber dari denda antara lain fidyah, kafarat, diyat, dan
dam.

Kebijakan negara dilakukan melalui politik anggaran dalam perumusan Anggaran


Pendapatan Belanja dan Negara (APBN) yang diajukan Presiden dan dibahas bersama DPR.
APBN disusun berdasarkan data sensus penduduk dan sensus ekonomi yang dilakukan Badan
Pusat Statistik (BPS). Data dibedakan dalam dus kategori besar: Muzakki (Wajib Zakat) dan
Mustahik Penerima Zakat). Kriteria Mustahik, terutama dari kelompok fakir miskin dan ibn
sabil didefinisikan secara operasional dan detail, dengan mengidentifikasi beberapa per
soalan berikut:

1. Tingkat kemiskinan dan kompleksitas masalah kemiskinan itu sendiri, apakah


kemiskinan itu bersifat fungsional atau struktural?

7
2. Besarnya dana yang diberikan, sesuai dengan kebutuhan, sifat, dan bentuk
kemiskinan, luas dan dalamnya kemiskinan.
3. Cara bagaimana dana Zakat itu dipergunakan oleh yang bersangkutan, misalnya untuk
konsumtif ataukah produktif, untuk mengatasi hutang ataukah untuk modal kerja?
4. Kemampuan penerima zakat (mustahik) untuk mempergunakannnya dalam menolong
diri sendiri, apakah mustahik itu memiliki keterampilan dan kepandaian ataukah
belum?
5. Bentuk Zakat yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi mustahik,
apakah berupa uang langsung tunai, ataukah modal natura berupa barang (misalnya
ternak!), hibah atau pinjaman, atau berupa pemberian keterampilan.

Kaum muslimin yang kaya wajib membayar zakat sesuai tarif yang disyariatkan, yakni
2,5% untuk tabungan, emas, perak dan harta perniagaan, 5% untuk hasil pertanian yang
diproduksi dengan bantuan teknologi, 10% untuk hasil pertanian tanpa teknologi, dan 20%
untuk rikaz hasil temuan purbaka dan pertambangan. Jika mereka mangkir, tidak bayar zakat
harus ditindak tegas, dihukum dalam rangka mendidik (tazi), bila tidak diindahkan perlu
diambil dengan paksa. Apabila ia memiliki kekuatan untuk melawan, maka diperangi sampai
takluk dan mau melaksanakannya.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Entrepreneuship dan Tanggungjawab Sosial Islam mengakui hak milik pribadi sebagai
hasil usaha yang diperoleh dengan cara yang sah dan halal, jika tidak bertentangan
dengan kepentingan umum dan tidak merenggut hak publik. Apabila kepemilikan itu
diperoleh secara tidak sah maka harus dicabut atau disita dari pemiliknya melalui proses
peradilan yang objektif, jujur, dan adil. Apabila kepemilikan itu diperoleh secara tidak sah
maka harus dicabut atau disita dari pemiliknya melalui proses peradilan yang objektif,
jujur, dan adil.

Seorang warga berhak memiliki tanah seluas yang perlu baginya sekeluarga. Namun
penggunan hak milik tanah itu harus sesuai dengan sifat atau fungsi kemasyarakatan,
tidak boleh menjadi alat menindas orang lain. Tanah yang dikuasai persoarangan, tetapi
dibiarkan terlantar, tidak produktif, tidak dimanfaatkan sesuai sifat sosialnya, maka harus
dikembalikan kepada negara atau mengalihkannya kepada warga yang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah, J. S. (2023). Moderasi Beragama. Serang: media karya.

Riadi, O. M. (2020, Januari 21). Entrepreneurship (Pengertian, Sifat, Manfaat dan Tahapan).
Retrieved from kajianpustaka.com:
https://www.kajianpustaka.com/2020/01/entrepreneurship-pengertian-sifat-manfaat-dan-
tahapan.html

Santoso, D. (2023). Pengertian Tangung Jawab Sosial Perusahaan (CSR). Retrieved from
smartpresence.id: https://smartpresence.id/blog/hr/pengertian-tangung-jawab-sosial-
perusahaan-csr

10

Anda mungkin juga menyukai