Anda di halaman 1dari 41

POLA PENGASUHAN ORANG TUA PADA BALITA SINDROM GADGET DI

PERUMAHAN TAMANSARI KOTA BANDUNG

Dosen Pembimbing :

Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh:

Bayu Maulana 10080019314

Muhammad Luthfi Hardian 10080020385

Iqbal Ramdani 10080020387

Fadlur Rochman Laudza 10080020392

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1
2023

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dilakukan sebagai bagian
dari tugas akademik guna memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana.

Penelitian ini berjudul “Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Balita Sindrom Gadget Di
Perumahan Tamansari Kota Bandung”. Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis
terhadap Polah asuh orang tua dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis
berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat dan juga dapat menjadi referensi
bagi peneliti-peneliti yang akan melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.
Penulis juga menyampaikan permohonan maaf apabila terdapat kekurangan dalam penelitian
ini. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
memberikan sumbangsih positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Bandung, 04 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2Pertanyaan Penelitian atau Identifikasi Masalah..........................................................................2
1.3Tujuan Penelitian..........................................................................................................................3
1.4Kegunaan Penelitian.....................................................................................................................3
1.4.1Kegunaan Teoritis..................................................................................................................3
1.4.2 Kegunaan Praktis..................................................................................................................3
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................................................................1
2.1Tinjauan Penelitian.......................................................................................................................1
2.2 Positioning dan Kebaruan Penelitian...........................................................................................3
2.3Kerangka Pemikiran......................................................................................................................3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................................................5
3.1Metode Penelitian........................................................................................................................5
3.2Paradigma Penelitian....................................................................................................................5
3.3Rancangan Penelitian...................................................................................................................5
3.4Teknik Pengumpulan Data............................................................................................................6
3.5 Narasumber.................................................................................................................................7
3.6Uji Keabsahan Data.......................................................................................................................7
3.7Teknik Pengolahan Data...............................................................................................................7

ii
Abstrak
Periode keemasan atau golden age terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun karena sel-sel pada
otak anak usia dibawah 5 tahun tersebut mengalami perkembangan yang sangat cepat hingga
mencapai 80%, tentunya hal ini merupakan waktu ideal bagi seorang anak untuk tumbuh dan
berkembang. Sehingga otak anak mampu menerima dan menyerap berbagai macam
informasi. Orang tua mempunyai peranan penting dalam monitoring anak usia golden age.
Mirisnya, di era globalisasi saat ini dengan berbagai macam kecanggihan teknologi salah
satunya gawai. Orang tua banyak membiarkan anaknya bermain gawai tanpa batasan waktu.
Hal inilah yang memicu banyak anak usia golden age terkena dampak sindrom gawai.
Sejalan dengan survey yang dilakukan oleh ‘The Asian Parents Insight’ di 5 negara
siantaranya Malaysia, Thailand, Filipina, Indonesia, dan Singapura meunjukkan bahwa 2.417
orang tua yang memiliki gadget, yang dimana sebanyak 98% anak-anak usia 3-8 tahun telah
menggunakan gadget dengan 67% diantaranya menggunakan milik orang tua, 18% milik
saudara atau keluarga, dan 14% milik sendiri. Karena kasus ini sangat menarik perhatian
kam. Oleh karena itu, kami akan melakukan penelitian pola pengasuhan orang tua pada balita
sindrom gadget dengan teori deskriptif dan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Tujuan kami melakukan penelitian ini ingin memperbaiki pola pengasuhan orang tua pada
balita sindrom gadget.

Kata kunci: Balita, orang tua, sindrom gawai, globalisasi, pola pengasuhan
Abstract

The golden age occurs in children under 5 years old because the cells in the brain of
children under 5 years old experience very rapid development to reach 80%, of course this is
the ideal time for a child to grow and develop. So that the child's brain is able to receive and
absorb various kinds of information. Parents have an important role in monitoring golden
age children. Unfortunately, in the current era of globalization with various kinds of
technological sophistication, one of which is devices. Many parents let their children play
gadgets without time limits. This is what triggers many golden age children affected by
device syndrome. In line with a survey conducted by 'The Asian Parents Insight' in 5
countries including Malaysia, Thailand, the Philippines, Indonesia, and Singapore showed
that 2,417 parents who own gadgets, of which as many as 98% of children aged 3-8 years
have used gadgets with 67% of them using parents, 18% belonging to relatives or family, and
14% owning. Because this case is very interesting for us. Therefore, we will conduct
research on parenting patterns in toddlers with gadget syndrome with descriptive theory and
using qualitative research methods. Our goal in conducting this study was to improve
parenting patterns in toddlers with gadget syndrome.

Keywords: Toddler, parents, device syndrome, globalization, parenting patterns


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan dari segi peradaban, sosial, dan khususnya teknologi sangat
pesat sekali. Manusia hidup modern dengan bantuan teknologi, dengan kehadiran teknologi
ini untuk mempermudah kegiatan manusia. Bahkan teknologi dapat melakukan pekerjaan
yang biasanya dilakukan oleh manusia sekalipun. Tetapi ini menjadi peringatan bagi
manusia, karena teknologi sendiri sudah menjadi pendamping hidup dalam setiap aktivitas
yang tidak dapat ditinggalkan, yang akan menjadi senjata makan tuan pada diri manusia.
Seperti gadget, yang merupakan istilah umum yang digunakan untuk menyebut perangkat
elektronik kecil yang portable, dan sering digunakan untuk komunikasi, hiburan, dan
produktivitas, contohnya gadget yaitu smartphone.

Gadget sering dihubungkan dengan kemajuan teknologi dan kecanggihan dalam


berkomunikasi dalam berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Namun, penggunaan gadget
yang berlebihan juga dapat menimbulkan masalah kesehatan dan sosial, terutama jika
digunakan oleh anak di bawah umur, atau Balita. Karena, jika ada keluhan susah jauh dari
gadget, atau bahkan sehari tanpa gadget yang diistilahkan dengan gejala sindrom gadget, dan
sindrom ini dapat menyerang semua kalangan diantaranya orang tua, remaja serta anak-anak
dibawah umur. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola asuh yang diberikan oleh orang
tua pada balita yang kecanduan gadget dengan menggunakan metode kualitatif, dan
paradigma fenomenologi. Konteks penelitian ini didasarkan pada fakta bahwa semakin
berkembangnya teknologi, semakin banyak anak-anak di bawah umur yang mengalami
kecanduan gadget termasuk bayi yang masih dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.
Kondisi ini memicu kekhawatiran mengenai dampak yang ditimbulkan pada perkembangan
anak, terutama pada aspek kognitif, emosional, dan sosial. Beberapa penelitian
mengungkapkan bahwa penggunaan gadget secara berlebihan pada anak usia dini dapat
menyebabkan ketergantungan, gangguan tidur, kesulitan dalam belajar, serta masalah
perilaku dan emosional. Hal ini dapat berdampak pada perkembangan kemampuan berbicara,
kemampuan berpikir kreatif, serta kemampuan memahami perasaan dan emosi orang lain.

1
Menurut data pada tahun 2017 di artikel American Psychological Association, sekitar
95% anak usia dibawah 8 tahun menggunakan gadget atau perangkat yang terhubung dengan
internet. Sedangkan, data terbaru dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2022,
sebanyak 33,44% anak usia dini berusia 0-6 tahun di Indonesia sudah bisa menggunakan
ponsel. Sementara, 24,96% anak usia dini di dalam negeri juga mampu mengakses internet.
Secara rinci, 52,76% anak usia 5-6 tahun telah menggunakan ponsel. Sedangkan, proporsinya
pada anak dengan rentang usia 0-4 tahun tercatat sebesar 25,5%. Di sisi lain, 39,97% anak
usia 5-6 tahun sudah bisa mengakses internet. Sementara, hanya 18,79% anak usia 0-4 tahun
di Indonesia yang mengakses internet. Hal ini memicu kekhawatiran mengenai dampak yang
ditimbulkan pada perkembangan anak, terutama pada aspek kognitif, emosional, dan sosial.

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan menggunakan pendekatan kualitatif


dengan paradigma fenomenologi. Paradigma ini dipilih karena penelitian ini berfokus pada
pengalaman orang tua dalam memberikan pengasuhan pada bayi yang kecanduan gadget.
Data akan dikumpulkan melalui wawancara dengan orang tua dari bayi sindrom gadget, serta
observasi terhadap pola asuh yang diberikan oleh orang tua bayi.

Dalam melakukan analisis data, peneliti akan menggunakan teknik analisis tematik.
Data yang diperoleh dari wawancara dan observasi akan dianalisis dengan cara
mengidentifikasi tema-tema utama yang muncul dari data, kemudian tema-tema tersebut akan
dikelompokkan dan dianalisis lebih lanjut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Pola asuh orang tua pada balita sindrom gadget di Tamansari Kota Bandung.
2. Upaya orang tua untuk mengatasi/meminimalisir pada balita sindrom gadget di
Tamansari Kota Bandung.
3. Faktor yang menyebabkan balita sindrom gadget di perumahan Tamansari Kota
Bandung.

2
1.3 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada balita sindrom gadget di
perumahan Tamansari Kota Bandung ?
2. Bagaimana upaya orang tua untuk mengatasi/meminimalisir pada balita sindrom
gadget di perumahan Tamansari Kota Bandung ?
3. Apa saja faktor yang menyebabkan balita sindrom gadget di Perumahan Tamansari
Kota Bandung?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pola asuh yang diberikan oleh orang tua pada balita yang
mengalami sindrom gadget di Perumahan Tamansari Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi atau
meminimalisir sindrom gadget pada balita, dan memberikan rekomendasi kepada
orang tua dan masyarakat mengenai cara yang efektif untuk mencegah atau mengatasi
sindrom gadget pada balita di Perumahan Tamansari Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya sindrom gadget pada


balita di Perumahan Tamansari Kota Bandung.

3
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Praktis
Peneliti ingin mengajak masyarakat untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam
bagi orang tua dan tenaga kesehatan mengenai pola asuh yang tepat bagi bayi yang
kecanduan gadget, sehingga dapat mencegah terjadinya dampak buruk pada perkembangan
anak.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Melalui penelitian ini, peneliti berharap, banyak orang yang akan terinspirasi dan
termotivasi untuk membuat penelitian sejenis dari penelitian ini, Mengizinkan peneliti lain
untuk menutupi kekurangan penelitian ini.
Peneliti juga berharap dengan adanya penelitian ini dapat memberikan edukasi dan
pengetahuan pada orang tua dalam mengasuh anak terhadap gadget di Perumahan Tamansari
kota Bandung. Selain itu peneliti juga berharap, penelitian ini akan memberikan kontribusi
pada pengembangan teori pola asuh dan dampak gadget pada bayi.

1.6 Kerangka Pemikiran

Faktor Eksternal

Pola Asuh Orang Tua Sindrom Gadget Pada Balita Dan Faktor internal
Sindrom Gadget

4
Dampak Sindrom
Gadget

1.6.1 Konsep Pola Asuh Orang Tua pada Balita


a. Pengertian Pola Asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan
interaksi yang dilakukan oleh orang tua dengan anak, dimana orang tua bermaksud
membimbing, menstimulasi tingkah laku, pengetahuan serta nilai-nilai yang dianggap
paling tepat oleh orang tua menuju terbentuknya kepribadian yang utama, agar anak
dapat mandiri, tumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal. Metode yang
dilakukan yaitu dengan membimbing, mendidik, dan mendisiplinkan anak dalam
proses pendewasaan melalui proses interaksi yang dipengaruhi oleh banyak faktor
lingkungan, budaya, agama, kebiasaan, dan kepercayaan. Sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan pengetahuan, nilai moral, dan standar perilaku
yang berlaku di lingkungan sosial dan masyarakat.

b. Peranan Pola Asuh orang tua pada balita memiliki peranan penting yang paling utama
dalam pembentukan konsep diri yaitu, lingkungan, kelurga, karena terbentuknya
konsep diri primer hasil interaksi dengan orangtu dalam lingkungan keluarga. Orang
tua perlu mengetahui pernannya terhadap anak di dalam lingkungan keluarga, karena
orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anaknya baik fisik maupun
psikologisnya. Menurut Maulani dkk (dalam Indah Pratiwi, 2010) peran orang tua
adalah seperangkat tingkah laku dua orang (ayah-ibu) dalam bekerja sama dan
bertanggung jawab berdasarkan keturunannya.

1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sindrom Gadget Pada Balita

Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan sindrom gadget pada balita, seperti


karakteristik orang tua dan lingkungan keluarga. Ada 2 faktor yaitu, faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal secara spesifik merujuk pada elemen atau kondisi di luar
kontrol suatu entitas, yang dapat mempengaruhi kegiatan, operasi, atau lingkungan entitas
tersebut. Faktor eksternal dapat bervariasi dalam tingkat pengaruh dan relevansinya
tergantung pada lingkungan, industri, atau konteks yang spesifik. Menurut Dayakisni &

5
Yuniardi (2008, p63) adalah kondisi bagaimana individu memandang perilaku diri mereka
sebagai hubungan mereka dengan orang lain serta lingkungannya.Dalam hal ini faktor
eksternal yang mempengaruhi sindrom gadget pada balita yaitu lingkungan sekitar yang
membuat balita terpengaruh untuk mengikuti bermain gadget.

Faktor internal dapat dipengaruhi oleh keputusan dan tindakan yang diambil oleh
manajemen dan personel di dalam organisasi. Faktor ini juga dapat dikendalikan dan
dimanipulasi oleh organisasi melalui strategi, kebijakan, pengelolaan sumber daya, dan
pengambilan keputusan internal. Menurut Kreitner & Kinicki (2009, p154) individu yang
memiliki kecendrungan locus of control internal adalah individu yang memiliki keyakinan
untuk dapat mengendalikan segala peristiwa dan konsekuensi yang memberikan dampak pada
hidup mereka. Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi sindrom gadget pada balita
yaitu pada keluarga yang melakukan aktivitas bermain gadget di depan anaknya yang
membuat anak tersebut memiliki rasa penasaran. Itupun disebabkan oleh perkembangan
zaman yang sudah maju membuat manusian memiliki gadget.

1.6.3 Dampak Sindrom Gadget Pada balita

Menurut Mangunsubroto (1995:110), “dampak eksternal dapat dibagi menjadi dua, yaitu
eksternalitas positif dan eksternalitas negatif, yang dimaksud dengan eksternalitas positif
adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak terhadap
orang lain tanpa adanya kompensasi dari pihak yang diuntungkan. Sedangkan eksternalitas
negatif apabila dampaknya bagi orang lain yang tidak menerima kompensasi yang sifatnya
merugikan.”Dalam konteks yang lebih spesifik, dampak sering digunakan untuk
menggambarkan efek atau konsekuensi dari suatu perubahan atau tindakan dalam berbagai
bidang, seperti lingkungan, sosial, ekonomi, atau kesehatan. Dampak dapat melibatkan aspek
fisik, emosional, psikologis, ekonomi, atau sosial. Dampak Positif yang dialami pada sindrom
gadget pada balita yaitu :

a. Dapat meningkatkan keterampilan pada Balita, beberapa aplikasi dan konten pada
gadget, contohnya youtube. Seperti, merangsang keterampilan membaca dan bahasa

6
dengan konten yang menggunakan bahasa inggris beserta artinya, pemecahan
masalah, dan keterampilan matematika.
b. Dapat mengembangakan kreativitas pada balita, seperti halnya permainan pada gadget
dapat memfasilitasi pengembangan kreativitas balita. Misalnya, aplikasi menggambar
atau mewarnai dapat membantu mereka berekspresi secara artistik dan
mengembangkan imajinasi mereka.
c. Dapat mengenal teknologi dan dunia internet, dalam dunia digital yang semakin maju,
pengenalan teknologi pada usia dini dapat membantu balita menjadi akrab dengan
perangkat teknologi dan mempersiapkan mereka untuk masa depan yang didominasi
oleh teknologi.

Sedangkan Dampak negatif yang dialami pada sindrom gadget pada balita yaitu :

a. Dapat mengalami keterlambatan perkembangan sosial, hakikatnya balita yang


terlalu banyak terpapar gadget mungkin mengalami keterlambatan dalam
perkembangan keterampilan sosial.
b. Dapat mengalami gangguan tidur, dalam penggunaan gadget sebelum tidur atau di
malam hari dapat mengganggu pola tidur balita. Cahaya biru yang dipancarkan
oleh layar gadget dapat menghambat produksi hormon melatonin dan
mengganggu ritme tidur, menyebabkan kesulitan tidur atau tidur yang tidak
nyenyak. Bahkan ada beberapa anak yang bisa tidur dengan mengharuskan adanya
gadget terlebih dahulu sebagai penghantar tidur.
c. Penundaan perkembangan bahasa: Balita yang terlalu sering terpapar gadget
mungkin mengalami penundaan dalam perkembangan bahasa dan keterampilan
komunikasi. Mereka mungkin memiliki keterbatasan dalam kemampuan
berbicara, pemahaman kata-kata, dan keterampilan mendengarkan.
d. Ketergantungan dan kecanduan, pada usia dini seperti balita yang menghabiskan
terlalu banyak waktu dengan gadget cenderung mengembangkan ketergantungan
dan kecanduan terhadap teknologi tersebut. Para orang tua bahkan mungkin
menjadi kesulitan mengendalikan penggunaan gadget pada anaknya tersebut.

7
1.7 Variabel atau Aspek Penelitian
a. Pola pengasuhan orang tua
 Manajemen waktu penggunaan gadget pada balita.
 Berusaha mengalihkan kepermainan fisik.
 Mengawasi saat balita menggunakan gadget.
b. Interaksi keterlibatan orang tua
 Memberikan edukasi atau wawasan pada balita saat menggunakan gadget.
 Mengajak berbicara langsung pada balita.
 Ikut serta saat balita bermain gadget.
c. Saran dan tindak lanjutan
 Memberikan aplikasi yang sesusai umur pada balita.
 Mengajak balita agar bermain dengan teman sebayanya.
 Memberikan contoh yang baik dalam menggunakan gadget.

8
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Review Penelitian Terdahulu


Penelitian ini merupakan penelitian yang membahas tentang Pengaruh pola asuh
orang tua pada balita sindrom gadget. Tinjauan pustaka atau kajian pustaka yang ada
hubungannya dengan penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Penulis Judul Tahun Metodologi dan Hasil


Teori
Tia Laila Peran Orang 2022 Metode Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tersebut
Ramadhani Tua Deskriptif ditemukan tentang pentingnya peran
Mendampingi Kualitatif orang tua dalam mendampingi
Anak Usia Dini penggunaan gadget bagi anak.
Dalam Dengan adanya penelitian ini peneliti
Penggunaan dapat menghasilkan data sebagai
Teknologi berikut:
Digital (Gadget)
di Sukaramai
1. Orang tua membatasi
Kecamatan
penggunaan gadget pada
Padang Gelugur
anak, hal ini dilakukan agar
Kabupaten
anak bisa membagi dan
Pasaman
mengatur waktu saat
menggunakan gadget.
2. Orang tua ikut serta dalam
mengawasi kegiatan anak
yang sedang menggunakan
gadget agar anak tersebut
tidak melakukan hal yang

1
negatif pada penggunaan
gadget.
3. Orang tua mengarahkan
aplikasi yang bermanfaat
untuk anaknya, agar anak
tersebut bisa mendapatkan
ilmu yang bermanfaat dari
aplikasi tersebut.

Paulinus Relasi Afektif 2020 Metode penelitian Dari hasil penelitian dapat
Tibo dan Orang Tua kualitatif dengan disimpulkan bahwa penggunaan
Rehulina br Sebagai Usaha menggunakan gadget pada anak sangat harus
Ginting Pencegahan model deskriptif diperhatikan terutama oleh orang tua,
Sindrom Gadget naturalistik yaitu karena dengan mengawasi anak,
Pada Anak menggambarkan orang tua bisa mengarahkan anak
objek penelitian tersebut ke agar anak menggunakan
secara natural aplikasi belajar untuk menunjang
tanpa rekayasa pembelajaran dan perkembangan
kondisi. anak tersebut. Hal ini dilakukan agar
anak terhindar dari penggunaan
aplikasi yang tidak mendidik selain
itu agar anak tidak mengarah ke hal
yang negatif.
Inayah Peran Orang 2019 Metode penelitian Dengan hasil pembahasan yang
Istiqomah Tua Dalam kualitatif dan diperoleh dapat kita simpulkan
Menanggulangi menggunakan bahwa Gadget sangat berpengaruh
Kecanduan metode pokok terhadap perkembangan anak,
Gadget Pada yaitu observasi Karena jika pola asuh dari orang tua

2
Anak Di terhadap observasi maka akan menimbulkan dampak
Kelurahan non partisipan dan yang negatif bagi anak, seperti
Gotong Royong menggunakan contohnya malas belajar.
Tanjung Karang subjek penelitian
Bandar Non Random
Lampung Sampling.

2.2 Positioning dan Kebaruan Penelitian


Dalam penelitian kali ini positioning sebagai strategi untuk mengidentifikasi
bagaimana narasumber mempersepsikan dan mengartikan fenomena yang diteliti. Dalam
kasus penelitian ini adalah peran orang tua yang seharusnya bisa mempersepsikan keefektifan
penggunaan teknologi gadget dalam pembelajaran yang bermanfaat.

Kebaruan dari Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pengetahuan baru terhadap
orang tua yang memiliki anak kecanduan gadget agar bisa memperlakukan anak ersebut
sesuai dengan pembahasan yang kita teliti seperti memberikan batasan waktu dan penelitian
ini memiliki kelebihan, karena dalam melakukan penelitian kami meng observasi terlebih
dahulu sudut pandang orang tua tersebut dan kami mendiskusikannya bersama-sama hingga
mendapatkan hasil data yang sesuai.

Penelitian ini berlandaskan pada teori Attachment. Teori ini dikemukakan oleh John
Bowlby, merupakan hubungan antara orang tua dan anak yang sangat penting dalam konteks
sindrom gadget pada Balita dengan pendekatan kualitatif. Teori ini dapat membantu untuk
memahami pola asuh orang tua, dapat membantu untuk memahami pengalaman Balita yang
bergantung pada gadget, dapat membantu untuk memahami pengaruhnya terhadap kehidupan
sehari-hari Balita tersebut. dapat membantu untuk mengetahui interaksi orang tua dengan
anak, seperti apakah orang tua memberikan batasan waktu, atau apakah mereka membiarkan
anak bebas menggunakan gadget.

Dengan menggunakan Paradigma fenomenologi yang menekankan pada pengalaman


subjektif individu, dan interpretasi individu terhadap fenomena yang terjadi, dilakukan
dengan cara observasi dan wawancara. Dalam konteks kecanduan gadget pada Balita,

3
paradigma ini dapat membantu untuk memahami bagaimana peran orang tua terhadap
sindrom gadget pada anak Balita mereka. Maka dari itu, penelitian ini dapat memberikan
wawasan, dan edukasi bagi orang tua terkait pentingnya pengawasan penggunaan gadget
pada anak mereka, khususnya balita.

2.3 Tinjauan Teoritis


2.3.1 Konsep Gadget
Gadget menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi V dalam Setianingsih, Eka
(2019) adalah peranti elektronik atau mekanik dengan fungsi praktis; gawai. Wijanarko dan
Setiawati (2016) dalam Setianingsih, Eka (2019) menjelaskan bahwa gadget merupakan
teknologi terbarukan yang berpengaruh besar bagi kehidupan manusia, memberi kemudahan,
dan memberikan pengaruh positif. Melalui gadget komunikasi menjadi lebih mudah dan juga
murah.
Gadget adalah alat elektronik yang memiliki ukuran relatif kecil dan praktis dalam
penggunaannya (Anggraini, 2019). Gadget adalah sebuah alat elektronik kecil bersifat
portable yang mudah dan praktis dibawa kemana saja. Gadget merupakan salah satu
teknologi terbaru yang dapat membantu aktivitas manusia menjadi lebih mudah.
Gadget seringkali dianggap sesuatu yang tidak biasa atau sesuatu yang cerdik. Gadget
memiliki perbedaan dengan teknologi lainnya yaitu memiliki unsur kebaruan dan bentuknya
yang lebih kecil. Gadget merupakan salah satu alat canggih yang menyediakan berbagai fitur
aplikasi berupa jejaring sosial, hiburan dan berita (Pertiwi et al., 2018).
Menurut Sanjaya dan Wibowo (dalam Manumpil, 2015:2) gadget merupakan sebuah
inovasi dari teknologi terbaru dengan kemampuan yang lebih baik dan fitur terbaru yang
memiliki tujuan maupun fungsi lebih praktis dan juga lebih berguna.

2.3.2 Potensi Kecanduan Gadget


Fungsi utama dari kemunculan gadget adalah memudahkan manusia untuk melakukan
pekerjaan, contohnya adalah memudahkan dalam berkomunikasi, mencari informasi, hiburan,
serta aktivitas lainnya. Menurut Anggraini (2019) gadget memiliki beberapa fungsi yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia diantaranya :
1. Media komunikasi
Gadget sangat bermanfaat sebagai media komunikasi, memudahkan manusia untuk dapat
saling terhubung satu sama lain walaupun berada di tempat yang jauh.

4
2. Akses informasi
Selain sebagai media komunikasi, gadget juga dapat digunakan sebagai akses informasi.
Gadget dapat digunakan untuk mengakses berbagai informasi melalui internet.
3. Media Hiburan
Gadget tidak hanya memberikan kemudahan untuk berkomunikasi, tetapi juga menyediakan
fitur hiburan yaitu mendengarkan musik secara online, menonton video dan mengakses game.
4. Gaya Hidup
Gadget telah menjadi salah satu bagian terpenting dalam hidup manusia saat ini, sehingga
dapat dikatakan bahwa gadget sangat memengaruhi gaya hidup bagi setiap penggunanya.

BAB III
METODOLOGI DAN OBJEK PENELITIAN
3.2 Objek Penelitian

Dengan adanya narasumber dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk


mengumpulkan data yang lebih rinci dan jelas. Dalam penelitian ini narasumber yang
kita wawancarai adalah orang tua yang memiliki anak sindrom gadget yang ada di
Perumahan Tamansari Kota Bandung yang bertujuan untuk menyatakan sudut
pandang orang tua tersebut dalam pola asuh yang diterapkan kepada anaknya yang
terkena sindrom gadget. Menurut Dr. Deddy Mulyana menyatakan bahwa narasumber
yang baik harus memiliki kemampuan berbicara yang baik, memiliki pengetahuan
yang luas dan terkini, serta dapat beradaptasi dengan audiens yang berbeda.

5
3.2 Metode dan Paradigma Penelitian
3.2.1 Paradigma Penelitian
Paradigma yang digunakan pada penelitian ini yaitu paradigma interpretif. Paradigma
interpretif sendiri merupakan paradigma yang memandang bahwa kebenaran atau realitas
tidak hanya memiliki satu sisi saja, tetapi dapat memiliki banyak sisi, yang akhirnya bisa
dikaji dari banyak sudut pandang, Dengan adanya paradigma interpretif ini dapat membantu
peneliti untuk mengetahui sudut pandang pada orang tua dalam menghadapi balita yang
kecanduang gadget sehingga bisa mendapatkan hasil sudut pandang yang berbeda-beda dari
setiap orang tua balita tersebut yang nantinya akan di buat perbandingan.

Burrell dan Morgan (1979:20) menggambarkan sifat interpretif sebagai paradigma


yang memiliki karakteristik untuk memahami dan menjelaskan dunia sosial yang tidak
terlepas dari kacamata personal yang terlibat langsung dalam sebuah proses sosial. Peranan
sosial masyarakat, penelitian terikat kepada norma-norma, aturan-aturan tertentu dan
keyakinan, serta pandangan dan sikap dari informan.

3.2.2 Metode Penelitian


Dalam penelitian yang kami lakukan, metode penelitian yang kami gunakan adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mengumpulkan serta menganalisis data yang bersifat deskriptif, naratif, atau subjektif.
Metode ini biasanya digunakan untuk memahami suatu fenomena dari sudut pandang yang
lebih mendalam dan kontekstual. Dalam penelitian ini, seorang peneliti kualitatif akan
mencari sumber dari fenomena yang terjadi di lapangan data tersebut diperoleh dari hasil
wawancara dengan orang tua yang mempunyai anak balita yang memiliki sindrom gadget
yang ada di Perumahan Tamansari Kota Bandung.

3.2.3 Rancangan Penelitian


Rancangan penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
untuk menjabarkan permasalahan mengenai pola asuh orang tua kepada anak balita atau anak
dibawah lima tahun yang kecanduan bermain gadget. Penelitian kualitatif sendiri

6
mendeskripsikan apa yang didengar dan dirasakan yang ada di dalam lapangan dan dibuat
dalam pernyataan naratif. Adapun menurut beberapa ahli megenai penelitian kualititaf adalah
sebagai berikut:

- Bogdan & Biklen, S. (1992; 21-22) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang hasilnya berupa data deskriptif baik lisan maupun tulisan serta
perilaku orang yang teramati. Bogdan & Biklen berharap bahwa penelitian kualitatif
dapat menghasilkan pernyataan mengenai tulisan, ucapan serta perilaku orang yang
teramati dalam suatu kelompok dengan suatu setting konteks tertentu yang dikaji dari
sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik.

- Corbin dan Strauss (2015:5) berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan


penelitian dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data menjadi bagian dari
proses penelitian sebagai partisipan bersama informan yang memberikan data.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
observasi, wawancara kepada orang tua yang memiliki balita sindrom gadget di
Perumahan Tamansari Kota Bandung, serta menggunakan penelitian terdahulu sebagai
acuan dalam penyusunan proposal penelitian ini.

7
● Observasi

Observasi merupakan sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan secara


langsung dengan cara mengamati fenomena yang sedang diteliti secara langsung. Metode ini
biasanya memperhatikan perilaku, interaksi sosial dan lingkungan. Selain itu mencatat
informasi yang didapat dari pengamatan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
observasi terhadap objek secara langsung mengenai pola asuh orang tua terhadap anaknya
yang terkena sindrom gadget. Dalam penelitian ini target peneliti dalam melakukan observasi
adalah balita yang sedang melakukan aktivitas bermain gadget, hal ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas apa saja yang di lakukan oleh balita tersebut dalam menggunakan
gadget nya. Observasi ini dilakukan di daerah perumahan Tamansari Kota Bandung. Menurut
Sugiyono (2018:229) observasi adalah cara mengumpulkan data yang memiliki ciri yang
spesifik dibandingkan dengan cara yang lainnya.

● Wawancara

Wawancara adalah sebuah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
bertanya langsung kepada narasumber atau subjek yang diteliti. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang sedang diteliti dari
narasumber atau subjek secara lebih rinci dan mendalam. Pada wawancara ini peneliti
memiliki tujuan ingin mengetahui pola asuh orang tua terhadap anaknya yang terkena
sindrom gadget secara lebih rinci dan mendalam. Pada penelitian ini peneliti memiliki target
wawancara yaitu orang tua yang memilii balita sindrom gadget yang berada di perumaha
Tamansari Kota Bandung Menurut Sugiyono (2006:260) wawancara merupakan pertemuan
untuk bertukar informasi, pikiran auatu ide diantara dua orang melalui tanya jawab, yang
dimana hasilnya dapat dikonstuksikan makna dalam topik tertentu.

8
3.2.5 Uji Keabsahan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi dalam menguji keabsahan data
yang di teliti. Triangulasi merupakan kegiatan pengecekan data melalui berbagai macam
sumber, teknik, dan waktu. Menurut Sugiyono (2006) teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data yang bersifat penggabungan dari berbagai teknik dan sumber data yang
sudah ada disebut triangulasi. Berikut triangulasi yang kami gunakan dalam uji keabsahan
data:

● Triangulasi Sumber

Cara melakukan triangulasi sumber adalah dengan cara melakukan pengecekan data yang
telah didapatkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang berbeda.

● Triangulasi Teknik

Cara melakukan triangulasi teknik adalah dengan cara melakukan pengecekan data yang
telah didapatkan oleh peneliti dari sumber yang sama tetapi dengan teknik yang berbeda.

● Triangulasi Waktu

Cara melakukan triangulasi waktu adalah dengan cara melakukan pengecekan data yang
telah didapatkan oleh peneliti dari sumber dan teknik yang sama tetapi dengan waktu dan
situasi yang berbeda.

9
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS

10
4.1 Temuan Peneliti

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian dari seluruh data yang telah
didapatkan dari para informan atau narasumber melalui wawancara secara mendalam. Dalam
melakukan penelitian, terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti ketika akan
melakukan wawancara. Kesulitan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sulitnya
mencari narasumber yang memiliki waktu luang untuk di wawancara. Tetapi hal ini tidak
menjadi penghambat peneliti untuk melakukan penelitian ini, yang pada akhirnya
menyuaikan waktu lagi dan akhirnya dapat melakukan wawancara.
Peneliti melakukan wawancara secara offline atau dating langsung ke perumahan
Tamansari Kota Bandung terhadap orang tua yang memiliki balita yaitu Bapak Beben (61
tahun), Ibu Mey (37 tahun) dan Bu Tintin (41 tahun) yang sekaligus menjadi narasumber
utama dalam penelitian ini pada hari senin, 12 Juni 2023. Setelah melakukan wawancara
Bersama ketiga orang tua, untuk mendukung terkait data dan informasi yang diberikan.

4.1.1 Presepsi Orang Tua Tentang Pola Asuh Terhadap Balita sindrom gadget

Berbagai macam faktor dapat menimbulkan perbedaan makna atau persepsi tentang pola
asuh orang tua pada balita sindrom gadget.
“Saya mengasuh cucu saya dalam menggunakan gadget tentunya selalu saya awasi
contohnya dalam menonton videoYoutube gadget yang digunakan cucu saya sudah saya
arahkan pada Youtube Kids agar tontotnan yang di tonton oleh cucu saya sesuai denga
umurnya terus kalo cucu saya menontonya seperti video shollawat atau kartun saya sih ga
jadi masalah aslkan waktunya tepat.” (Bapak Beben, hasil wawancara 2023)

11
“oh sering banget anak ibu, sekarang anak ibu juga laigi main gadget dirumah, biasanya
sebelum tidur siang kalau engga sebelum tidur malam jadi anak ibu ga bisa tidur kalo ga
main hp dulu, kalo ga dikasih hp anak saya malah nangis meskipun itu ga boleh ya tapi ya
gimana lagi yang enting bisa tidur, terus kalo main hp anak ibu bisa sampai lebih dari
satu jam namun hp juga menurut ibu tidak selalu buruk karena dengan hp anak ibu bisa
belajar hal baru yang positif. Tapi dari hp juga menurut ibu ada sisi negatifnya juga
karena ada sinyal radiasi” (Ibu Mey, hasil wawancara 2023)

“Kalo hp sih anak saya suka main hp namun anak saya biasanya hanya nonton youtube
buat nonton Upin Ipin itu kalo lagi main dirumah soalnya anak ibu ga terlalu kecanduan
untuk main hp mah. ” (Ibu Titin, hasil wawancara 2023)

4.1.2 Presepsi Orang Tua Tentang Upaya mengatasi/meminimalisir balita yang sindrom
gadget

Berbagai macam faktor dapat menimbulkan perbedaan makna atau persepsi tentang Upaya
mengatasi/meminimalisir balita yang sindrom gadget

“Kalo saya mah dalam mengatasi atau meminimalisir cucu saya dalam menggunakan
gadget adalah dengan mengajak bermain permainan yang nyata atau bentuk fisik agar
anak tersebut tidak terlalu lama dalam menggunakannya.” (Beben, hasil wawancara
2023)

“Untuk itu ada batasan buat anak ibu dalam bermain hp selain itu anak saya kalo ga
main di luar malah lebih sering main hp kalo dirumah, makannya saya usaakan biar anak
saya tuh main keluar sama temen temennya main sepedaan yang penting keluar dari

12
kamar jadi ga megang hp. Ibu juga selalu mengawasi anak ibu dalam main hp kebetulan
ibu sendiri yang mengarahkan anak ibu untuk menonton hal yang positif, Selain itu ibu
juga selalu mengajak cerita buat ngalihin kebiasaan main hp jadi interaksi sosial sama iu
tetap terjaga.” (Ibu Mey, hasil wawancara 2023)

“Kalo anak ibu sih lebih suka main diluar ya jadi untuk mengatasi kecanduan itu ya ibu
ngasih batasan waktu buat si anak dalam main hp biar tetep interaksi sosialnya terjaga”
(Ibu Titin, hasil wawancara 2023)

4.1.3 Presepsi Orang Tua Tentang faktor yang menyebabkan balita sindrom gadget di
Perumahan Tamansari Kota Bandung

Berbagai macam faktor dapat menimbulkan perbedaan makna atau persepsi tentang faktor
yang menyebabkan balita sindrom gadget di Perumahan Tamansari Kota Bandung

“Untuk faktor sih saya tidak pernah mengajarkan cucu saya buat main gadget tetapi faktor
lingkungan seperti temannya bermain gadget jadi cucu juga jadi mau ikutan bermain gadget,
tetapi balik lagi asal kan positif ya saya mah gapapa selagi sesuai waktunya dan selalu
mengawasi.” (Beben, hasil wawancara 2023)

“Anak ibu bisa main hp ya karena lingkungan bahkan ada ponakan ibu kalo dia hpnya habis
batre nangis nangis minta minjem hp punya ibu bahkan jika loading anaknya suka marah
jadi anak ibu juga mau ikutan main hp intinnya mah anak ibu ikut ikutan mau main hp .”
(Ibu Mey, hasil wawancara 2023)

13
“Karena ibu sibuk jadi iu juga biar anaknya anteng jadi ibu kasih hp aja biar anak nonton
kartun kesukaannya yang penting tontonannya positif.” (Ibu Titin, hasil wawancara 2023)

4.2 Analisis

Selanjutnya setelah penelitian memaparkan semua temuan penelitian, pada bagian ini
peneliti akan melakukan analisis dan pembahasan dari hasil temuan yang sudah
dipaparkan tersebut.

4.2.1 Kesimpulan Presepsi Orang Tua Tentang Pola Asuh Terhadap Balita sindrom
gadget
Menurut para orang tua balita memiliki dua sisi yaitu sisi positif dan sisi negatif, dari
sisi positif kita bisa menyimpulkan bahwa gadget memambantu anak dalam berkembang
ataupun dalam mengeksplore dan belajar hal baru. Gadget juga bisa mendapatkan
wawasan atau edukasi bagi para balita. Sedangkan dari sisi negatif lebih banyak di
bandingkan sisi negatif seperti contohnya membuat anak menjadi kecanduan dalam
menggunak gadget tersebut yang menyebabkan dampak buruk bagi psikologis maupun
kesehatan balita.

14
4.2.2 Kesimpulan Presepsi Orang Tua Tentang Upaya mengatasi/meminimalisir balita
yang sindrom gadget

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, orang tua dalam mengatasi atau
meminimalisir balita sindrom gadget dengan mengalihkan dari bermain gadget ke permainan
fisik dan berinteraksi dengan balita contohnya bercerita dan mengajak balita bermain dengan
sebayanya.

4.2.3 Kesimpulan Presepsi Orang Tua Tentang faktor yang menyebabkan balita
sindrom gadget di Perumahan Tamansari Kota Bandung

Dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa, balita mengalami sindrom gadget
dikarenakan ada dua faktor, faktor pertama internal yaitu faktor dari orang tua keluarga yang
menyebabkan anak tersebut menjadi sindrom gadget seperti orang tua yang selalu
menggunakan gadget di depan anak. Faktor kedua adalah faktor eksternal yaitu dari
lingkungan perumahan tersebut seperti banyaknya teman sebaya yang menggunakan gadget
saat bermain sehingga balita tersebut menjadi penasaran dan mengikuti temannya bermain
gadget.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai “"Pola pengasuhan orang tua pada balita sindrom
gadget di Perumahan Tamansari Kota Bandung." maka penulis mengambil kesimpulan bahwa

15
1. Sindrom gadget pada balita di Perumahan Tamansari Kota Bandung menjadi masalah serius
yang membutuhkan perhatian dalam pengasuhan anak. Orang tua harus mengatur penggunaan
gadget pada balita dengan bijak, mempertimbangkan tahap perkembangan anak, dan
membatasi waktu serta jenis konten yang dikonsumsi. Pola pengasuhan yang tepat oleh orang
tua memiliki peran krusial dalam mencegah dan mengatasi risiko kecanduan gadget pada
balita. Penting untuk dihindari penggunaan gadget pada balita yang terlalu dini karena dapat
menghambat perkembangan fisik, kognitif, dan sosial-emosional anak.

2. Orang tua memiliki peran penting sebagai teladan dan memberikan perhatian serta interaksi
yang cukup kepada anak, dengan mengarahkan mereka pada kegiatan yang bermanfaat dan
mendukung perkembangan holistik. Penerapan batasan usia dalam penggunaan gadget pribadi
oleh balita di Perumahan Tamansari Kota Bandung menjadi langkah krusial dalam
mengurangi risiko kecanduan serta mengoptimalkan pengembangan anak. Melalui kampanye
edukatif dan penyuluhan kepada orang tua di Perumahan Tamansari Kota Bandung,
kesadaran akan pentingnya pola pengasuhan yang sehat terkait penggunaan gadget pada balita
dapat ditingkatkan. Selain itu, fokus pada permainan yang melatih motorik anak sebagai
alternatif penggunaan gadget dapat memberikan kontribusi positif dalam memaksimalkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.

5.2 Saran
5.2.1 Saran Praktis

1. Bagi orang tua di lingkungan Perumahan Tamansari Kota Bandung, disarankan untuk
menerapkan pola pengasuhan yang baik terkait penggunaan gadget pada anak usia
dini. Pola pengasuhan demokratis dapat digunakan agar tumbuh kembang anak dapat
berkembang dengan baik. Selain itu, penting bagi orang tua untuk menghindari pola
pengasuhan otoriter, karena anak cenderung tidak senang dipaksa. Sebaliknya, orang
tua juga tidak sebaiknya terlalu membebaskan anak dalam penggunaan gadget dengan
menerapkan pola pengasuhan permisif. Keseimbangan dalam penerapan pola asuh
perlu diterapkan, di mana anak diberi kebebasan dengan pengawasan yang tetap
dilakukan oleh orang tua. Hal ini penting untuk menjaga tumbuh kembang anak,
terutama dalam aspek sosial-emosional. Dengan demikian, pola pengasuhan yang
tepat akan membantu menghindari sindrom gadget pada balita.

16
2. Peneliti menyarankan diperlukannya kampanye oleh pemerintah kota Bandung, Jawa Barat,
kepada orang tua terhadap penggunaan gadget pada balita. Hal tersebut bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman orang tua terkait dampak negatif maupun positif dari
penggunaan gadget pada balita. Melalui kampanye ini, orang tua akan diberikan informasi,
saran, dan strategi pengasuhan yang sehat dalam menghadapi tantangan gadget pada anak-
anak, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang sehat dan
optimal bagi balita.

5.2.2 Saran Teoritis

1. Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat keterbatasan dalam penggunaan
sumber-sumber dan referensi yang secara langsung terkait dengan pola pengasuhan orang tua
pada balita dengan sindrom gadget di Perumahan Tamansari Kota Bandung. Oleh karena itu,
disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk menggali lebih banyak sumber dan referensi yang
akurat terkait dengan permasalahan ini guna mendukung pemahaman dan analisis yang lebih
komprehensif.

2. Penting bagi peneliti selanjutnya untuk meluangkan waktu yang cukup untuk penelitian dan
pengumpulan data terkait pola pengasuhan orang tua pada balita dengan sindrom gadget di
Perumahan Tamansari Kota Bandung. Dengan waktu yang diperpanjang, peneliti dapat
melakukan wawancara secara mendalam dengan orang tua untuk mendapatkan wawasan yang
lebih kaya dan detail tentang pengalaman mereka, tantangan yang dihadapi, serta strategi
pengasuhan yang efektif dalam menghadapi sindrom gadget pada balita.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, D. (2015). Metode penelitian kualitatif: Paradigma, teori dan aplikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Strauss, A. L., & Corbin, J. (1998). Basics of qualitative research: Techniques and procedures
for developing grounded theory. Thousand

Haq, T. Z. (2020). Pola Asuh Orang Tua Dalam Perilaku Sosial Generasi Millenial Ditinjau
Dari Neurosains. Al-Mada; Jurnal Agama, Sosial dan Budaya, 3(1), 88-108

Tia, Laila Ramadhani. 2022. Peran Orang Tua Mendampingi Anak Usia Dini Dalam
Penggunaan Teknologi Digital (Gadget) Di Sukaramai Kecamatan Padang Gelugur
Kabupaten Pasaman. Skripsi Batusangkar. UIN Mahmud Yunus Batusangkar

Manzilati, Asfi. Metode Penelitian Kualitatif: Metode, dan Aplikasi. Malang: UB Media
Universitas Brawijaya Malang. 2017

Nithy, Theva. 2023. Hasil Survey Smartphone yang Mengejutkan. Theasianparent

Data Indonesia.id. (2022). "Sebanyak 33,4% Anak Usia Dini di Indonesia Sudah Main
Ponsel".

https://dataindonesia.id/digital/detail/sebanyak-334-anak-usia-dini-di-indonesia-sudah-main-
ponsel.

American Psychological Association. (2017). APA monitor on psychology: How much


screen time is too much?

https://www.apa.org/monitor/2017/10/screen-time

Fahruroji, A. (2022). Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Anak Di Masa Pandemi . Journal
of Islamic Studies , 101-122.
Gultom, G. P. (n.d.). Pemanfaatan Media Sosial Dalam Komunikasi Interpersonal Guru
Dengan Murid Kebutuhan Khusus. journal of communication studies.

Kurniawan.dkk, A. R. (2019). Problematika Guru Dalam Melaksanakan Program Literasi


Kelas Iv Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar.

Mekarisce, A. A. (2020). Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data pada Penelitian Kualitatif di


Bidang Kesehatan Masyarakat. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat .

Rahmat, P. S. (2009). Penelitian Kualitatif. EQUILIBRIUM, 1-8.

Sujerni, W. (n.d.). Metodologi Penelitian Bisnis dan Ekonomi.

Wahidmurni. (2017). Pemaparan Metode Penelitian Kualitatif.

Zellatifanny.dkk, C. M. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal


Diakom, 83-90.

King, A. Laura. 2010. Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika.


Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

DOI: http://dx.doi.org/10.22373/taujih.v2i2.6528
LAMPIRAN

a. Kartu Bimbingan Dan Biodata

Mata Kuliah Riset Profesi Komunikasi

Fikom Unisba Semester Genap Tahun Akademik 2022/2023

Dosen Pengampu : Santi Indra Astuti, S.Sos., M.Si.

Kelas :I

Kelompok : Ultracoffe

Data Kelompok :

No Nama NPM Email No. HP

1 Bayu Maulana 10080019314 Maulanabayu765@gmail.co 089687726384


m

2 Muhammad 10080020385 luthfihardian1@gmail.com 081324621913


Luthfi Hardian

3 Iqbal ramdani 10080020387 iqbalramdani875@gmail.com 089570812006


6

4 Fadlur Rochman 10080020392 frlaudza@gmail.com 085156987572


Laudza

5 Ritzky Rudiyanto 10080021026 ritzkyrudiyanto@gmail.com 08111121817

Judul Proposal :

“Penelitian Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Balita Sindrom Gadget Atau Gawai di
Tamansari Bandung”.

FORM BIMBINGAN PENYUSUNAN PROPOSAL

No Hari, Pembahasan dan Next Step Siapa saja yang hadir dalam diskusi
. Tanggal kelompok?
&
Waktu

1. Jumat, 3 -Merevisi judul yang kurang Semua anggota kelompok hadir pada
Maret efektif dalam makna kata saat diskusi sedang berlangsung.
2023 penelitian yang akan dibuat
-Mencari data – data terbaru
terkait penggunaan gadget
pada balita 1 sampai 6 tahunan
-memilih objek dan subjek
yang diteliti secara spesifik
2. Jumat, 17 -Merevisi kerangka pemikiran Yang tidak hadir hanya 1 anggota
Maret karena kurang spesifik mulai yaitu Ritzky Rudiyanto
2023 dari faktor internal hingga
faktor eksternal 
-Teori yang kurang lengkap
b. Refleksi Anggota Kelompok
Refleksi Bayu Maulana

Sebagai peneliti yang tertarik dengan topik penelitian “Pola Pengasuhan Orang Tua Pada
Balita Sindrom Gadget di Tamansari Bandung”. Saya merenungkan pengalaman pribadi saya
dan pengalaman dari orang-orang terdekat saya terkait dengan penggunaan gadget pada
balita. Saya menyadari bahwa hal tersebut bukanlah masalah yang terisolasi, melainkan
fenomena yang semakin umum di masyarakat.

Saya juga menyadari bahwa penelitian ini sangat relevan dengan keadaan sosial saat ini,
dimana penggunaan gadget pada balita menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu, tujuan
utama saya dalam penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan memahami pola asuh orang
tua terhadap sindrom gadget pada balita, serta dampaknya terhadap perkembangan anak.

Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan refleksi pribadi secara teratur terkait dengan
pengalaman saya dalam mengamati, dan berinteraksi pada orang tua asuh balita sindrom
gadget di lingkungan sekitar perumahan Tamansari Kota Bandung.

Saya berusaha untuk menjaga objektivitas dalam penelitian ini, dan tidak terlalu dipengaruhi
oleh pengalaman pribadi saya. Namun, saya juga memahami bahwa refleksi pribadi saya
dapat membantu saya dalam memahami sudut pandang orang tua yang membesarkan anak-
anak mereka dalam era digital ini.

Dalam akhirnya, refleksi pribadi saya dalam penelitian ini membantu saya untuk
memperdalam pemahaman saya tentang kecanduan gadget pada balita, dan dampaknya
terhadap perkembangan anak. Saya juga dapat memahami perspektif orang tua dalam
membimbing anak-anak mereka dalam era digital ini, dan mengeksplorasi bagaimana pola
asuh dapat mempengaruhi penggunaan gadget pada balita. Hal ini dapat membantu saya
untuk menghasilkan penelitian yang bermanfaat dan signifikan bagi masyarakat dan
memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas pola asuh orang tua terhadap anak-anak
mereka.
Refleksi Muhammad Luthfi Hardian

Pada penelitian ini yang membahas topik mengenai “Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Balita
Sindrom Gadget di Tamansari Bandung”. Dalam penelitian ini saya melihat dari sudut
pandang diri saya bahwa fenomena sindrom gadget yang terjadi pada balita di Tamansari
Bandung itu benar adanya. Hal ini terjadi karena perkembangan teknologi yang semakin
cepat sehingga semua orang bisa mengaksesnya secara mudah.

Terkadang hal ini pun bisa menjadi hal yang positif namun bisa juga menjadi hal yang
negative, hal itu tergantung dari pengunanya sendiri. Maka dari itu saya melihat terlebih
dahulu dari sisi orang tua karena mereka berperan penting dalam mengawasi anak-anaknya
dalam penggunaan gadget agar bisa diarahkan ke arah penggunaan gadget yang positif.

Dalam penelitian ini lebih difokuskan pada pola pengasuhan orang tua terhadap anaknya
yang sudah kecanduan bermain gadget. Dari fenomena social yang saya lihat bahwa pola
asuh orang tua sangat berpengaruh dalam karakter anak di era digital ini, dan dari sini saya
memahami sudut pandang dari orang tua yang menerapkan pola asuh terhadap anaknya
dengan cara yang berbeda-beda. Dengan ini saya mendapatkan hasil yang sesuai dengan
topik yang dibahas dan memberikan saran terhadap orang tua dalam meningkatkan pola asuh
terhadap anaknya yang sudah kecanduan bermain gadget.

Refleksi Fadlur Rochman Laudza

Sebagai salah satu peneliti dalam kasus ini, saya merasa bahwa pola pengasuhan pada balita
dengan sindrom gadget merupakan suatu topik yang penting dan perlu mendapat perhatian
lebih dari masyarakat. Sindrom gadget pada anak balita dapat mengakibatkan dampak buruk
pada perkembangan fisik, kognitif, dan emosional anak jika tidak ditangani dengan baik.

Dalam penelitian yang saya lakukan, saya menemukan bahwa pola pengasuhan yang baik dan
efektif pada balita sindrom gadget adalah dengan menghindari penggunaan gadget pada anak,
memberikan stimulasi pada anak dengan cara yang lebih sehat seperti dengan bermain dan
mengajak anak berinteraksi secara langsung dengan lingkungan sekitarnya, serta memberikan
perhatian dan kasih sayang yang cukup kepada anak.
Serta peran orang tua dalam kesadaran mengenai bahaya sindrom gadget pada anak balita
sangat penting untuk mencegah terjadinya sindrom tersebut. Orang tua perlu memahami
pentingnya membatasi penggunaan gadget pada anak dan memberikan alternatif kegiatan
yang lebih sehat untuk anak.

Dalam refleksi saya sebagai peneliti, saya merasa perlu untuk terus mengedukasi masyarakat
mengenai bahaya penggunaan gadget pada anak balita dan mempromosikan pola pengasuhan
yang lebih sehat dan efektif bagi anak. Saya juga merasa perlu untuk terus melakukan
penelitian yang lebih dalam dan komprehensif mengenai sindrom gadget pada anak balita,
sehingga dapat memberikan solusi dan rekomendasi yang lebih baik dalam mengatasi
masalah ini.

Refleksi Ritzky Rudiyanto

Sebagai peneliti yang tertarik dengan topik penelitian “Pola Pengasuhan Orang Tua Pada
Balita Sindrom Gadget di Tamansari Bandung” ini menurut saya merupakan topik
pembahasan yang menarik untuk diteliti, apalagi terbilang di Indonesia sendiri blm begitu
banyak pemahaman parenting yang baik dan benar. Oleh karena itulah semoga hasil
penelitian ini nanti dapat membantu banyak orang tua diluar sana bagaimana pengasuhan
yang baik dan benar untuk anak atau balita usia golden age yang terkena dampak sindrom
gawai. Tentu saja di era globalisasi ini sangat sulit melarang anak dengan keingintahuanya
terhadap teknologi tetapi peran orang tua hanyalah membatasi. Karena di internet bukan
hanya hal positif saja melainkan begitu banyak hal-hal negatif lainya.

Refleksi Iqbal Ramdani

Sebagai salah satu peneliti yang membahas kasus “Pola Pengasuhan Orang Tua Pada Balita
Sindrom Gadget di Tamansari Bandung”. Penulis berpandangan bahwa kecanduan gawai
pada anak usia dini merupakan hal yang sering terjadi pada masyarakat, mengingat dizaman
sekarang semua orang memiliki gawai dimulai dari anak-anak hingga orang dewasa,
teknologi dan komunikasi setiap hari semakin berkembang cepat maka tak heran jika gawai
sudah merupakan bagian dari kehidupan, hal ini tentunya memiliki dampak yang besar
terhadap pola asuh orang tua dan tentunya pada tumbuh kembang anak.
Dari penelitian ini, penulis melakukan refleksi pribadi dengan cara mengamati dan juga
berinteraksi pada orang tua asuh balita sindrom gadget di lingkungan sekitar perumahan
Tamansari Kota Bandung, refleksi ini terbentuk selama Penulis berproses mengerjakan
penelitian ini. Masih banyak orang tua dengan mudahnya memberikan gawai pada anak-anak,
mereka lebih memilih memberikan gawai kepada anaknya daripada melihat anaknya menagis
atau juga sebagai pengganti pengasuh anaknya karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja.

Hingga pada akhirnya refleksi penulis sebagai peneliti perlu diadakannya edukasi kepada
masyarakat terkait penggunaan gawai pada anak usia dini serta menghimbau kepada orang
tua agar melakukan pola asuh yang positif agar tidak mengalami kecanduan pada gawai.

Penulis juga merasa perlu untuk melanjutkan penelitian yang lebih dalam dan lebih luas  hal
ini dapat membantu penulis untuk menghasilkan penelitian yang bermanfaat dan signifikan
bagi para orang tua.

Anda mungkin juga menyukai