Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MULOK

EKSISTENSI BEGAWE DI LOMBOK

Di Susun Oleh:

Kelompok 5

1. Eva Febrianti
2. Bq. Nining dwi santika
3. Awandi saputra
4. Nita nurmala
5. wulandari

SMA NEGERI 1 JANAPRIA

TAHUN AJARAN

2021/2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................4

A. Sejarah eksistensi begawe...........................................................................................7


B. Nilai –nilai social dalam eksistensi begawe 4……………………………………….9

BAB III PENUTUP......................................................................................................................10

A. KESIMPULAN.................................................................................................................10
B. SARAN ………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAK……………………………………………………………………………...11

ii
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk social, artinya manusia membutuhkan manusia lainnya


untuk dapat bertahan hidup, maka eseorang harus bisa menjalin hubungan dengan orang lain.
Hubungan antar manusia bisa terjalin dengan adanya komunikasi tidak bisa dibantah bahwa
komunikasi merupakan hal penting agar hubngan manusia dapat berjalan dengan baik.
Komunikasi secara murni baru terjadi bila masing masing pihak tidak saja memberikan makna
terhadap perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang
diberikan oleh pihak lain. Salah satunhabatan dalam berkomunukasi adalah perbedaan budaya.
Perbedaan budaya dapat meliputi bahasa, kepercayaan dan keyakinan serta kebiasaan. Maka
pantas jika seseorang ingin mengunjungi sebuah masyarakat yang memiliki kebudayaan berbeda,
maka orang tersebut berusaha mengikuti budaya masyarakat yang di kunjunginya, meskipun
tentu tidak bisa sepenuhnya.

Suku Sasak dikenal sebagai suku yang bermukim di Pulau Lombok, pulau yang dijuluki
"Pulau Seribu Masjid". Layaknya suku-suku lain yang berada di Indonesia, Suku Sasak juga
memiliki beragam tradisi dan budaya yang unik. Bila kita berkunjung ke Lombok, kita akan
menjumpai sekelompok orang yang sedang melaksanakan nyongkolan atau mengiringi pengantin
dari rumah mempelai laki-laki menuju rumah mempelai perempuan melintasi trotoar jalan. Saat
melaksanakan nyongkolan, ada tradisi gotong-royong yang mengiringi acara, yaitu begawe. Kata
"begawe" merupakan padanan kata dari bega dan gawe. Bega bila diindonesiakan berarti bodoh,
sedangkan gawe berarti memiliki nilai atau berguna. Begawe diartikan oleh masyarakat Suku
Sasak adalah sebuah kegiatan menghambur-hamburkan harta namun memiliki nilai tersendiri.
Secara aplikasi, begawe adalah kegiatan bahu-membahu untuk melancarkan acara atau hajatan
mulai dari persiapan hingga acara selesai. Kegiatan begawe biasanya dilakukan oleh kalangan
keluarga, kerabat, tetangga hingga warga dusun dari Epen Gawe (orang yang memiliki acara).
Tidak hanya acara merarik (pernikahan) yang menggunakan tradisi ini, tetapi acara-acara seperti
nyunatang (sunatan/khitanan), ngurisang (aqiqah), bahkan mate (kematian) menggunakan tradisi

1
begawe. Begawe ini berbagai macam di antaranya begawe merarik nyonkolan (pengantin),
begawe nyunatan, begawe nyiwak orang meninggal dunia.

Uniknya, pada tradisi begawe menggunakan sebutan-sebutan tertentu untuk membagi


tugas, seperti Aman Gawe (orang yang mengontrol jalannya acara), Ran (tukang masak), Inan
Nasiq (tukang menyajikan nasi), Aman Kupi (orang yang menyiapkan minuman seperti kopi dan
minuman lainnya), dan sebutan-sebutan lainnya. Bahkan, tamu yang diundang juga mempunyai
sebutan tersendiri, yaitu Dipesilaq. Acara begawe membutuhkan anggaran biaya yang tidak
sedikit karena akan begitu banyak hidangan yang disajikan. Mulai dari lauk yang sering dijumpai
di Lombok seperti ares, sayur nangka, gulai, sate pusut, urap-urap, pelecing, hingga kerupuk
lendong (kulit sapi) atau terigu. Tak ketinggalan juga berbagai jajanan seperti rengginang, peyek,
wajik, cerorot, abuk, hingga pelemeng. Epen Gawe menyiapkan bahan-bahan materi seperti
beras maupun daging dengan jumlah yang tidak tanggung-tanggung, disusul dengan bahan-
bahan dan perlengkapan lain yang diberikan oleh kerabat maupun tetangga. 

Terlepas dari itu, siapa saja bisa dan berhak untuk menyelenggarakan begawe, mulai dari
masyarakat kelas menengah ke bawah atau masyarakat kelas menengah ke atas. Konon, begawe
inilah yang menjadi simbol dari nilai harga diri seseorang apabila bisa mengadakan begawe
besar-besaran. Selain itu, begawe juga dapat menjadi media penghubung dengan kerabat maupun
keluarga yang jarang berjumpa, begawe menjadi momentum yang pas untuk mendekatkan dan
mempererat hubungan timbal-balik antar sesama. Terdapat pula harapan-harapan tersendiri bagi
setiap kerabat maupun tetangga yang saling membantu. Selain sebagai bentuk solidaritas,
terdapat pula kerabat atau tetangga yang ikut membantu karena dahulu pernah dibantu saat
kesusahan oleh Epen gawe. Momen begawe inilah yang menjadi balas budi berkat kebaikan yang
pernah dilakukan oleh Epen Gawe hingga terciptanya persaudaraan yang tetap harmonis dan
saling menguntungkan.

Sayangnya, sejak tahun 2020 lalu, eksistensi begawe mulai memudar di tengah-tengah
masyarakat. Begawe yang diadakan tidak semeriah tahun-tahun yang lalu. Sejak pandemi Covid-
19 memasuki Pulau Lombok, masyarakat mulai dibatasi untuk mengadakan acara-acara yang
menimbulkan kerumunan dan melibatkan banyak orang. Walaupun masih ada masyarakat yang
tetap mengadakan acara begawe, tetapi suasananya tidak seperti tahun-tahun lalu. Selain itu, ada

2
beberapa masyarakat yang mulai memberanikan diri untuk mengadakan begawe dengan protokol
kesehatan yang cenderung longgar.

Hal ini tentunya berbahaya. Kegiatan begawe apabila terus dipaksakan untuk
dilaksanakan tanpa protokol kesehatan yang ketat, kegiatan ini dapat menjadi klaster baru virus
Covid-19. Masyarakat harus diberikan kesadaran lebih lagi terkait bahayanya virus Covid-19.
Peran kepala desa maupun lingkungan sangat dibutuhkan untuk mempersuasi masyarakat agar
taat dengan protokol kesehatan. Selain itu, untuk mempertahankan tradisi ini, kegiatan begawe
tetap dapat dilaksanakan dengan hanya melibatkan keluarga terdekat saja. Epen Gawe dapat
membagikan makanan-makanan kepada kerabat dan warga dusun. Cara ini tetap mempererat
kekerabatan dan persaudaraan meskipun dengan kondisi yang terbatas.

Kegiatan acara dan hajatan juga dapat dilaksanakan secara virtual dengan keluarga dan
kerabat yang jauh. Hal ini dapat meningkatkan keamanan untuk menjaga keluarga agar tetap
sehat namun tetap bisa merayakan hajatan sekalipun tidak bertatap muka secara langsung.

Dengan begitu, tradisi begawe tetap dapat dilaksanakan meskipun di tengah wabah
Covid-19 yang semakin membludak. Kesadaran masyarakat akan bahayanya virus ini harus tetap
didorong mengingat angka kematian akibat virus ini sudah melonjak naik. Risiko-risiko akibat
tidak taat protokol kesehatan harus diperingatkan sesering mungkin. Sehingga saya berharap
masyarakat tetap menjaga kesehatan sekaligus menjaga eksistensi tradisi begawe tanpa
kehilangan esensinya. Akan tetapi untuk sekarang sudah mulai normal sejak Covid 19 tidak
menyebar lagi atau bisa dekatakan sudah pulih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Bagaimana eksistensi begawe sebagai symbol komunikasi social?
2. Nilai- nilai apa saja yang terkandung dalam eksistensi begawe sebagai symbol
komunikasi?

3
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang telah ditemukakan diatas maka tujuan penulisan
makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui Sejarah eksistensi begawe sebagai symbol komunikasi social.
2. Untuk menegtahui Nilai- nilai apa saja yang terkandung dalam eksistensi begawe sebagai
simbol komunikasi.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Eksistensi begawe sebagai simbol komunikasi social


Begawe merupakan sebuah tradisi masyarakat Sasak yang dilaksanakan pada hari
tertentu. Tradisi ini masih ada dan terus dilaksanakan oleh masyarakat terutama di pedesaan.
Begawe merupakan gabungan dari kata bega dan gawe, yang artinya kegiatan menghamburkan
harta untuk hal yang memiliki banyak nilai. Simbol dalam komunikasi sosial tidak hanya
membahas lambang-lambang tradisional dalam masyarakat. Namun simbol komunikasi juga
membahas tentang ekspresi, gerak tubuh dan juga ucapan dari objek dimana di sini objeknya
adalah manusia.
1. Pemberian Kelapa dan Beras

Begawe merarik biasanya dilaksanakan kan setelah proses memaling atau melamar. Satu
minggu atau tiga hari sebelum proses begawe biasanya masyarakat khususnya ibu-ibu akan
mendatangi rumah si epen gawe dengan membawa satu kilo beras dan satu buah kelapa. Hal ini
sebagai bentuk peduli antar sesama masyarakat juga untuk membantu meringankan epen gawe
dalam begawe. "Pemberian beras dan kelapa pada keluarga pengantin baru berjalan sekitar 5
tahun ini atas usul dari beberapa warga perempuan.

2. Tetaring

Tetaring ini merupakan proses pemasangan atap yang biasanya menggunakan telpar di
halaman rumah epen gawe. Ini menandakan akan adanya kesibukan untuk acara gawe.

“Tetaring itu untuk bebao (berteduh), karna halaman rumah akan digunakan juga untuk begawe,
untuk menghindari dari cuaca yang terlalu panas atau hujan, maka dibuatlah tetaring. Tetaring,
selain berfungsi sebagai tanda akan adanya begawe juga berfungsi melindungi dari cuaca yang
panas atau hujan. Pemasangan tetaring dilaksanakan dua minggu sebelum acara begawe.
Pembuatan tetaring pada begawe merupakan simbol diadakannya begawe. Pada begawe merariq
sekeq gubuk, jika pemasangan tetaring sudah dilakukan maka ini tanda bahwa satu minggu lagi
begawe akan dilaksanakan.

5
3. Ran

Ran adalah sebutan untuk tukang masak pada acara begawe. Ran ini juga disebut sebagai
tukang embuq ragi. Artinya mereka yang menentukan bumbu, apa saja yang dimasak serta
jumlah dulang yang akan dibuat, tentunya setelah berdiskusi dengan epen gawe. Posisi Ran tidak
dipilih secara resmi namun biasanya di dalam suatu desa dan dusun ada beberapa orang
perempuan yang terkenal pandai dalam memasak dengan ragi beleq. Seperti yang dituturkan
Sabariah berikut ini: "Ran tidak dipilih secara resmi, Ran orang yang dikenal punya masakan
enak dan bisa buat makanan untuk begawe.

. 4. Mesilaq
Mesilaq adalah kegiatan mengundang tamu. Tukang pesilaq atau tukang undang biasanya
adalah anggota remaja masjid. Tukang pesilaq ini akan mendatangi rumah warga yang diundang
oleh epen gawe. Bila yang dilaksanakan adalah begawe beleq maka tukang pesilaq biasanya
lebih dari satu orang. Tugasnya pun dibagi per rukun tetangga.
4. Anemin

Anemin memiliki arti menemani. Pada saat para tamu undangan hadir. Epen gawe harus
menyapa para tamu undangan dan meluangkan waktu untuk mengajaknya mengobrol. Walaupun
sebentar. Hal ini harus dilakukan sebagai bentuk menghargai tamu walaupun pembicaraannya
hanya sekedar basa basi. sebagai bentuk menghargai tamu yang hadir, seperti yang dipaparkan
oleh Sabariah: "Tamu yang hadir harus dianemi supaya tamu merasa kedatangan mereka
dihargai. Tamu yang datang, setelah disuruh duduk, kemudian akan dibawakan jajan. Pemilik
gawe setelah itu harus datang mengajak ngobrol atau hanya sekedar menyapa, sedikit basa basi
tidak masalah.

5. Begibung

Begibung termasuk dalam rangkaian acara begawe. Begibung adalah kegiatan makan
bersama. Dimana nasi akan di letakkan di atas nare. Kemudian lauk pauknya diletakkan dipiring.
Lauk pauknya di sini khas begawe seperti ares, nangka, pepaya, daging ayam, daging sapi serta

6
serebuk yang telah dimasak oleh Ran. Satu nare biasanya dimakan oleh tiga orang. Begibung
dalam begawe dilaksanakan dengan meletakkan nasi dan lauk pauk dalam wadah lingkaran
terbuat besi yang di sebut nare. Begibung merupakan simbol dari persaudaraan dan kasih sayang.
Sebab makan bersama dalam satu wadah dipercaya meningkatkan rasa sayang antar satu sama
lain.

6. Berkat

Pemberian berkat biasanya menandai usainya begawe yang kemudian menandai akan
masuknya proses terakhir yakni Nyongkolan. Tamu undangan akan berbondong hadir sesuai
dengan undangan yang diterima. Dalam acara ada istilah temue nine dan temue mame. Temue
nine artinya tamu perempuan

7. Nyongkolan

Nyongkolan merariq sekeq gubuk di Dusun penanggak dilaksanakan pada malam hari.
Suasana begitu meriah. Warga akan berbondong-bondong ikut dan menyaksikan. Pada
nyongkolan ini tidak ada istilah berhias bagi penganten. Mereka hanya akan mengenakan
pakaian biasa kemudian diarak keliling kampung.

8. Kuwade

Kewade atau kuwadean adalah hiasan dari batang pohon pisang yang telah dibersihkan.
Nantinya di batang itu akan ditusukkan berbagai macam buah dan bunga sebagai hiasan. Buah
seperti salak, jeruk bahkan nanas akan ditusuk dengan lidi yang sudah ditajamkan. Kemudian
buah tersebut di tusuk dibatang pohon pisang yang telah dibersihkan. Selain buah, hiasan yang
khas dari kuwade adalah daun pohon kelapa muda yang sudah permak sedemikian rupa. Kuwade
pengantin laki-laki biasanya lebih besar dari kuwade perempuan.

B. Nilai- Nilai Social Yang Terkandung Dalam Ekstensi Begawe Sebagai Symbol
Komunikasi Social
Begawe merupakan bagian dari tradisi. Dan tradisi merupakan bagian dari budaya.
Keberadaan budaya tak lepas dari interaksi dan interaksi tak lepas dari komunikasi. Komunikasi
antar budaya tidak hanya mempelajari tentang perbedaan kebudayaan antara satu orang dengan
yang lain. Pun antara masyarakat dengan masyarakat lain. Tetapi perbedaan status sosial dan

7
ekonomi. Begawe merupakan sebuah tradisi yang memiliki nilai sosial tinggi. Dari awal acara
hingga selesai acara menampilkan kehidupan masyarakat yang begitu rukun dan hidup saling
membantu. Hampir keseluruhan dari proses begawe memiliki nilai sosial yang dapat diambil
baiknha.

Nilai-nilai sosial yang terkandung dalam begawe di antaranya.

Tiap proses dari begawe mengandung nilai sosial sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
masyarakat. Pada dasarnya, manusia menuntut kesempurnaan termasuk dalam hubungannya
dengan orang lain. Salah satu alasan manusia menjaga hubungan baik dengan orang lain tak lain
karena kodrat manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial, yang selalu membutuhkan orang lain
termasuk dalam proses begawe.

1. Kerjasama dan gontong royong

Kerjasama merupakan bentuk pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
(berkelompok), untuk mencapai tujuan yang sama. Kerjasama berfungsi untuk mempererat
hubungan antar individu juga masyarakat. Kerjasama juga berfungsi mempersatukan,
menguatkan persatuan antar masyarakat. Adanya kerjasama juga dapat meringankan pekerjaan
hingga mempercepat selesainya pekerjaan. Tak salah jika peneliti katakan bahwa salah satu nilai
sosial dalam begawe yakni kerjasama dan gotong royong. Sebab, begawe memang tidak terlepas
dari dua hal tersebut.

2. Mempererat Tali Silaturahmi

Dalam melakukan komunikasi, salah satu tujuan kita yang paling kuat adalah
berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita
ingin merasa dicintai dan disukai, kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang
lain.54 Komunikasi cenderung menjadi landasan utama dalam sebuah hubungan. Manusia
merupakan makhluk sosial. Hidup di tengah masyarakat yang saling membutuhkan satu sama
lain. Interaksi merupakan hal yang wajar terjadi. Menjalin hubungan untuk mempererat tali
silaturrahmi.Islam juga menegaskan tentang pentingnya menjaga dan mempererat tali
silaturrahmi.

8
3. Begawe Sebagai Bentuk Rasa Syukur dan Sedekah

Nilai sosial merupakan nilai yang dianggap baik oleh masyarakat yang tersebar diantara
warga dan melalui proses sosialisasi. Nilai sosial keagamaan merupakan salah satu bentuk nilai
sosial yang mempengaruhi kehidupan individu dengan yang lainnya. Dalam agama Islam
diajarkan tentang berbagi antar sesama manusia atau bersedekah. Begawe juga mendukung
proses nilai sosial keagamaan ini.

4. Begawe Sebagai Bentuk Eksistensi Diri

Teori interaksi symbol menjelaskanbahwa manusia membentuk makna melalui proses


komunikasi. Teori ini juga menjelaskan pentingnya konsep diri dan persepsi yang dimiliki
individu berdasarkan interaksi dengan individu lain. Keberadaan seseorang dalam masyarakat
akan diakui ketika seorang individu mampu berbaur dan berinteraksi dengan baik di tengah
masyarakat. Orang berkomunikasi untuk menunjukan dirinya eksis. Apabila kita berdiam diri,
orang lain akan memperlakukan kita seolah-olah kita tidak ada. Tradisi begawe dapat menjadi
ajang menonjolkan diri, memperlihatkan keberadaan diri di tengah masyarakat sebab komunikasi
yang besar terjadi dalam tradisi tersebut.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Ada beberapa prosesi dalam begawe yang merupakan simbol dari komunikasi sosial. Di
antaranya Pemberian beras dan kelapa, tetaring, ran, mesilaq, anemin, begibung, berkat,
nyongkolan, dan kuwade.
2. Ada empat nilai sosial yang terkandung dalam begawe, yaitu: Kerjasama dan gotong
royong, mempererat tali silaturrahmi, begawe sebagai bentuk rasa syukur dan sedekah,
dan terakhir begawe sebagai bentuk eksistensi diri atau dapat disebut sebagai simbol
keberadaan diri seseorang di tengah masyarakat.

Saran

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari uraian di atas, maka saran yang dapat
peneliti berikan yakni, Begawe sebuah tradisi di kalangan masyarakat Sasak yang harus
dilestarikan. Ini sebagai salah satu warisan dari kebudayaan yang harus dijaga. Begawe juga
syarat akan nilai-nilai yang positif dan memiliki nilai sosial yang tinggi. Peneliti berharap
semoga tradisi ini terus dilestarikan, serta mendapat perhatian lebih dari para orangtua dan tokoh
masyarakat agar bisa memberikan pendidikan untuk para kaum muda tentang pentingnya
menjaga kebudayaan yang dalam hal ini adalah tradisi begawe.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rumah Sosiologi, Karakteristik Kebudayaan, diakses dari


https://www.rumahsosiologi.com/tulisan/konsep-dasar/32-karakteristik-kebudayaan. pada
tanggal 09 Desember 2019, pukul 18.00.

Susilawarni, Eksistensi Cilokaq Sebagai Komunikasi Budaya (Studi Pada Cilokaq Patimura
Kelurahan Gerantung Praya Tengah Lombok Tengah), Mataram: UIN Mataram, 2013

11

Anda mungkin juga menyukai