Note:
Uji kepekaan dengan pemberian 1 tetes antitoksin pengenceran 1:10 pada konjungtiva atau 0,02 ml penyuntikan
intradermal pengenceran 1:1000.
ADS
• Pemberian ADS intravena dalam larutan garam fisiologis atau
100 ml glukosa 5% dalam 1-2 jam.
• Pengamatan terhadap kemungkinan efek samping obat
dilakukan selama pemberian antitoksin dan selama 2 jam
berikutnya.
• Monitor terjadinya reaksi hipersensitivitas lambat (serum
sickness).
ADS
• Antitoksin(ADS) diberikan segera setelah ditegakkan
diagnosis difteri.
• Dengan pemberian antitoksin pada hari pertama, angka
kematian pada penderita kurang dari 1%
• Dengan penundaan lebih dari hari ke-6, angka kematian ini
bisa meningkat sampai 30%.
Kortikosteroid
• TATALAKSANA: Keterangan:
• Stabilisasi (Pastikan Airway, Breathing dan Circulation aman)** * Notifikasi internal ke DPJP poli DPJP
• Berikan anti difteri serum Infeksi Tropis
• Jika terdapat warning signs (stridor, napas cepat, tarikan dinding dada, gelisah/letargi, bullneck, CRT memanjang, takikardia, sianosis
** Hubungi TS THT dan Anestesi untuk
sentral dan ekstremitas dingin berikan antibiotik penicilline procaine (PP) 25.000 U/kg tiap 6 jam selama 14 hari, ketika pasien sudah
tatalaksana patensi jalan napas (Jika
mampu menelan, dapat diubah ke antibiotik oral hingga hari ke 14.
• Eritromisin 10 mg/kg tiap 6 jam. Maksimum 500 mg per kali.
terdapat gangguan patensi jalan napas,
• Azitromisin 10 mg/kg tiap 24 jam. rawat di ruang isolasi intensif)
• Jika tidak ditemui warning sign dapat antibiotik oral selama 14 hari. *** Hubungi TS THT untuk pengambilan
• Eritromisin 10 mg/kg tiap 6 jam. Maksimum 500 mg per kali. SWAB tenggorokan dan kirim sampel ke
• Azitromisin 10 mg/kg tiap 24 jam. bagian mikrobiologi klinik.
• Lakukan SWAB*** **** Notifikasi ke DINKES
• Lapor Dinkes****
• Pasien dirawat selama 2-3 minggu
• Evaluasi swab tenggorok setelah 2 minggu pemberian antibiotika. Jika hasil negatif 2 x berturut-turut dalam rentang waktu 24 jam Pasien
boleh keluar dari ruang isolasi
Alur Penanganan Pasien Difteri (Rujukan)
Tersangka/Terbukti pasien difteri dirujuk ke Cek list: Keterangan:
RSUP Sanglah melalui telpon • Hubungi admission * Notifikasi internal ke DPJP Infeksi-tropis
untuk kesiapan ruang
** Hubungi TS THT dan Anestesi untuk tatalaksana
isolasi di Nusa Indah
Hubungi Chief IKA* • Siapkan APD Lengkap patensi jalan napas (Jika terdapat gangguan patensi
jalan napas, rawat di ruang isolasi intensif)
*** Hubungi TS THT/ mikrobiologi untuk pengambilan
Pasien datang langsung menuju SWAB
ruang isolasi Nusa Indah **** Notifikasi ke DINKES
TATALAKSANA:
Pemeriksaan klinis (buka tenggorok: apakah ada pseudomembran)
Stabilisasi (Pastikan Airway, Breathing dan Circulation aman)**
Berikan anti difteri serum
Jika terdapat warning signs (stridor, napas cepat, tarikan dinding dada, gelisah/letargi, bullneck, CRT memanjang, takikardia, sianosis sentral dan ekstremitas dingin berikan
antibiotik penicilline procaine (PP) 25.000 U/kg tiap 6 jam selama 14 hari, ketika pasien sudah mampu menelan, dapat diubah ke antibiotik oral hingga hari ke 14.
Eritromisin 10 mg/kg tiap 6 jam. Maksimum 500 mg per kali.
Azitromisin 10 mg/kg tiap 24 jam.
Jika tidak ditemui warning sign dapat antibiotik oral selama 14 hari.
Eritromisin 10 mg/kg tiap 6 jam. Maksimum 500 mg per kali.
Azitromisin 10 mg/kg tiap 24 jam.
Lakukan SWAB***
Lapor Dinkes****
Pasien dirawat selama 2-3 minggu
Evaluasi swab tenggorok setelah 2 minggu pemberian antibiotika. Jika hasil negatif 2 x berturut-turut dalam rentang waktu 24 jam Pasien boleh keluar dari ruang isolasi
Note:
Uji kepekaan dengan pemberian 1 tetes antitoksin pengenceran 1:10 pada konjungtiva atau 0,02 ml penyuntikan
intradermal pengenceran 1:1000.
Alur Penanganan Specimen Difteri
Suspek pasien difteri
Kirim ke Litbangkes
TATALAKSANA PETUGAS MEDIS YANG
KONTAK DENGAN KASUS DIFTERI
Perawat jaga
(amprah obat)
Farmasi