Anda di halaman 1dari 2

UJIAN AKHIR SEMESTER

NAMA : YEMIMA KRISALITA GO’U


NIM : A3 11 19 080
MATA KULIAH : SEJARAH KETATANEGARAAN
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN SEJARAH
KELAS/ SEMESTER : B/ IV

1. Identitas Buku
 Judul Buku : Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia
 Nama Penulis : Dr. Aman, M.Pd. dan Muhammad Fendi Aditya,
M.Pd.
 Tahun Terbit : 2019
 Penerbit : Ombak ( Anggota IKAPI )
 Jumlah Halaman : 198 hlm
 Harga Buku : Rp. 59.000,00
 Nomor ISBN : 978-602-258-547-3

2. Review Buku
Buku ini membahas tentang sejarah tata negara baik secara makro maupun mikro,
berarti masuk ke Kawasan politik yang dapat dikaji dari segi: Sejarah Politik, Sosiologi
Politik, Antropologi Politik dan Ilmu Politik. Artinya, tata negara tidak dapat berdiri
sendiri melainkan membutuhnya terminology yang lebih multidimensional. Pengertian
negara sampai kepada fungsi negara dijelaskan secara rinci dalam pembahasannya.
Namun, hal yang menarik dalam buku ini adalah terdapat pada BAB III yaitu Konsep
Negara Dalam Masyarakat Primitif. Jika kita membahas perkembangan negara dari satu
organisasi yang sangat sederhana sampai dengan yang modern, pada umumnya ahli- ahli
ilmu politik selalu berpijak dalam bidang antropologi. Oleh karena itu bidang antropologi
politik sebagai pendekatan untuk menjelaskan ketatanegaraan , tidak terlepas dari
kerangka politik yang mendukungnnya.
Masyarakat kesukuan atau primitife ini oleh antropologi dinamakan dengan tribe.
Dari pendekatan antropologi sosial politik tribe sudah mempunyai sistem politik.
Masyarakat kesukuan berdasarkan kajian antropologi mempunyai ciri- ciri : (1) jumlah
penduduknya biasanya sedikit dibandingkan dengan masyarakat modern, hanya ada
beberapa keluarga yang mendiami wilayah- wilayah kesukuan; (2) Masayarakat kesukuan
sangat bergantung kepada alam, bahkan masyarakat tersebut mengisolasi di alam.
Masyarakat primitive budayanya mencakup tahap ontology, yaitu tahap Ketika hakikat
dasar hidupnya sangat bergantung pada alam. Jika dalam masyarakat modern, tahapannya
sudah masuk dalam tahapan fungsional, yaitu logika, nalar, pikiran dan mulut yang
digunakan untuk menguasai alam, dan tidak bergantung pada alam. Namun, dalam
beberapa kasus masyarakat modern malahan lari pada tahap mistis.
Di Indonesia, masyarakat yang masih dianngap primitf atau kesukuan berada di
Papua. Adapun alasannya adalah : (1) di Papua hingga saat ini, masyarakat kesukuan
masih bisa dilacak ciri- ciri aslinnya (2) ada Sebagian masyarakat di Papua, misalnya di
daerah Jaya Wijaya yang merupakan wilayah perbatasan dengan Papua Nugini yang
meninggalkan zaman Neolitikum baru sekitar dua decade atau 20 tahun. Ini berarti
masyarakat kesukuan dapat direkam ciri- ciri kepemimpinan kesukuan yang dalam
beberapa literatur disebut “ primus interpares “ yaitu satu- satunya tokoh dari sekian
banyak orang. Pada umunya konsep kepemimpinan primus interpares tidak dianut oleh
masyarakat demokratis dan juga modern (3) Suku- suku di Papua, dibandingkan dengan
suku- suku lain di Indonesia masih dapat menunjukan hubungan yang erat dengan
lingkungan sekitarnya sehingga tahap pemikirannya dapat dimasukan dalam tahap mistis
dan ontologis, sedangkan suku bangsa lainnya yang sudah modern dapat digolongkan
dalam tahap fungsional.
Beberapa masyarakat di belahan dunia, masyarakat kesukuan berkembang menjadi
masyarakat kerajaan, misalnya masyarakat kesukuan di benua Afrika. Di Indonesia
pengertian masyarakat kerjaan bukan merupakan perkembangan langsung dari
masyarakat kesukuan, misalnya pertumbuhan dan perkembangan kerajaan- kerajaan di
Jawa Tengah dan bergerser ke Jawa Timur, tidak dapat disebut sebagai perkembangan
masyarakat kesukuan. Hingga saat ini, masyarakat kesukuan di Papua tidak membentuk
masyarakat kerajaan meskipun sudah di zaman modern. Berpuluh- puluh suku di Papuan
dengan Bahasa lokalnya yang berbeda- beda tetap menjadi masyarakat kesukuan dengan
ciri- ciri berburu, beternak, dan Sebagian ada yang berpindah- pindah.
Dalam bab ini juga, penulis memberikan informasi tentang Patronase dan
Paternalistik Masyarakat Kesukuan di Afrika. Mereka memiliki karakteristik yang sangat
menarik. Mereka menyebut benua Afrika ini sebagai “ Benua Gelap “ sebab secara
keseluruhan masyarakat di Benua Afrika ini baru mengenal tulisan pada akhir abad ke-
19. Tidak hanya itu, dinamakan benua gelap sebab ciri- ciri masyarakat disana yang
berkulit gelap. Afrika juga mempunya keunikan secara geografi yang menempatkan
Afrika sebagai benua sendiri di dunia. Keunikan itu adalah terbentuknya gurun pasir yang
oleh para pakar Barat disebut Laut Patih. Di pedalaman Afrika juga diwarnai dengan
kekayaan flora dan faunanya.
Dalam buku ini, yang dikarang oleh Dr. Aman M.Pd. dan Muhammad Fendi Aditya,
M.Pd. yang berjudul “ Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia “ ini menguraikan
secara rinci pada setiap babnya, tersusun secara sistematis dan terstruktur dan peristiwa
sejarahnya seputar munculnya negara atau bangsa yang bercorak modern. Tidak hanya
itu, penulis juga menggunakan Bahasa yng mudah dipahami sehingga pesan- pesan yang
terkandung dalam buku ini tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Menurut saya,
hanya satu dari kekurangan buku ini yaitu kertas yang digunakan terlalu mudah sobek.
Terlepas dari itu, buku ini sangat cocok untuk menjadi pegangan dosen, mahasiswa,
untuk siswa sekolah menengah baik untuk masyarakat yang ingin menambah
wawasannya yang terkait dengan sejarah ketatanegaraan di Indonesia dan di negara
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai