Anda di halaman 1dari 9

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIGA DIMENSI UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN


MATEMATIKA KELAS III SDN 01 BAWANG TIRTO MULYO

Dyah Rahmawati1)
Ria Purnama Sari 2)
1)
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan
Sekolah Dasar Universitas Terbuka
2)
Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Pendidikan
Sekolah Dasar Universitas Terbuka
E-mail: rdyah853@gmail.com

ABSTRAK
Guru harus lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Mereka juga harus tahu apa
yang kurang dan apa yang sulit bagi anak didiknya. untuk memberi tahu guru
bagaimana menggunakan pembelajaran dengan benar, baik dari perspektif guru
maupun dari perspektif siswa. Metode seperti media tiga dimensi dapat membantu
siswa memahami masalah pelajaran sehingga mereka tidak berpikir secara abstrak
atau salah.Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Menentukan
bagaimana penggunaan media tiga dimensi berdampak pada peningkatan hasil
belajar matematika materi volume kubus dan balok pada siswa Kelas III SDN 01
Bawang Tirto Mulyo pada tahun ajaran 2022-2023; 2) Meningkatkan hasil belajar
siswa dengan menggunakan media pembelajaran tiga dimensi dalam pelajaran
matematika materi volume kubus dan balok pada tahun ajaran 2022-2023. Ada tiga
metode pengumpulan data yang digunakan: observasi untuk melacak aktifitas
siswa; tes untuk melacak hasil belajar siswa; dan wawancara untuk melacak
pendapat siswa tentang kepuasan belajar mereka. Siswa kelas III, total 29 siswa,
digunakan sebagai subjek. Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif..
Kata Kunci: Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika,
Sekolah Dasar.

PENDAHULUAN
Pembelajaran adalah proses interaksi seorang siswa dengan seorang guru
dan siswa lainnya dalam suatu lingkungan belajar tertentu. Menurut Apriani (2022),
pendidikan adalah bidang studi yang menitik beratkan pada peningkatan praktik
belajar dan mengajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki rasa spiritualitas yang kuat, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan lain-lain. Keterampilan yang diperlukan untuk diri
mereka sendiri, komunitas mereka, pemerintah mereka, dan negara mereka.
Pembelajaran adalah sarana yang diberikan kepada peserta didik pendidik untuk
mendorong pembelajaran dan pemahaman, membangun kepercayaan, dan
memberikan umpan balik terhadap sesuatu yang lebih bermanfaat bagi peserta didik
pendidik. Sebaliknya, pembelajaran matematika secara keseluruhan berfungsi
sebagai alat dan dorongan bagi guru untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan dan kepercayaan diri yang diperlukan untuk memecahkan masalah
atau menjelaskannya menggunakan matematika.
Sesuai dengan persyaratan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
yang masih digunakan saat ini, yang menuntut peserta didik untuk berpartisipasi
lebih aktif dalam proses pembelajaran. Jadi, sebagai pendidik, mereka harus
merencanakan pembelajaran dari apa yang akan diajarkan hingga media
pembelajaran, yang semua diatur dalam RPP. Dengan demikian, masalah
penggunaan media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika,
menjadi perhatian peneliti. Media pembelajaran adalah komponen penting dari RPP
dan harus ada selama proses pembelajaran di kelas untuk membantu mencapai
tujuan pembelajaran. Namun, terlihat bahwa guru lebih memprioritaskan
menyampaikan pelajaran melalui metode ceramah daripada menggunakan buku
pelajaran, tanpa memperhatikan perkembangan belajar siswa. Hal ini membuat
siswa bosan, jenuh, dan tidak termotivasi untuk belajar. Selain itu, masalah lain
adalah guru sering mengabaikan pentingnya penggunaan media pembelajaran. Ini
terjadi karena berbagai alasan, seperti terbatasnya waktu untuk mempersiapkan
pelajaran, kesulitan menemukan media yang tepat untuk tujuan pembelajaran, dan
biaya yang rendah.
Sari et al. (2019) menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran berkorelasi
positif dengan peningkatan kualitas pembelajaran yang diharapkan. Diharapkan
bahwa penggunaan media pembelajaran oleh guru akan meningkatkan pengalaman
belajar siswa, memfasilitasi interaksi antara siswa dan guru serta sesama siswa, dan
memperkaya pengalaman belajar siswa secara keseluruhan. Melalui penggunaan
berbagai sumber belajar yang tersedia, diyakini bahwa ini memiliki kemampuan
untuk mengubah suasana belajar dari pasif menjadi aktif. Seiring perkembangan
zaman, pendidik harus memiliki banyak pilihan media untuk menyampaikan materi
pelajaran. Akan tetapi pendidik tidak memperhatikan hal ini, khususnya dalam
pembelajaran matematika, di mana materi sebagian besar terdiri dari konsep-
konsep yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa. Akibatnya, suatu media
pembelajaran diperlukan untuk menyampaikan materi pelajaran. Menurut Harahap
(2021) mengatakan bahwa guru dapat menggunakan media tiga dimensi untuk
menunjukkan hal-hal yang masih abstrak menjadi konkrit.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka peneliti melakukan
penelitian mengenai “Penggunaan Media Pembelajaran Tiga Dimensi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas III SDN
01 Bawang Tirto Mulyo”. Berdasarkan alasan tersebut maka paper ini bertujuan
meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan penggunaan media pembelajaran
tiga dimensi untuk siswa pada mata pelajaran matematika kelas III.

METODE
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas Kelas III SDN 01 Bawang
Tirto Mulyo, tahun ajaran 2022-2023 berjumlah siswa 26 siswa, yaitu 11 putra dan
15 putri yang berusia kurang lebih 9-10 tahun dengan materi pokok volume kubus
dan balok Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK)
dengan masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi. Teknik perolehan data adalah cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data menurut Arikunto (dalam Sukri, 2010:20).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Observasi, (2)
Dokumentasi, (3) Interview, (4) Tes. Data dianalasis dalam penelitian ini adalah.
Menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk menghitung keberhasilan guru
dalam menerapkan media tiga dimensi dapat dihitung dengan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟
Pgr= 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎;x 100%

Untuk menghitung ketuntasan belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:


𝑛
E= 𝑁x 100%

Keterangan:
E = Persentase ketuntasan belajar siswa
n = Jumlah siswa yang tuntas belajar
N = Jumlah seluruh siswa

Tabel 1. Kriteria persentase hasil belajar siswa


Persentase Kriteria
80% ≤ P ≤ 100% Sangat Baik
70% ≤ P < 79% Baik
60% ≤ P < 69% Cukup Baik
P < 59% Tidak Baik

Indikator keberhasilan untuk media tiga dimensi adalah: apabila proses


pembelajaran dengan media tiga dimensi dapat dilaksanakan ≥75% dari rencana
perbaikan pembelajaran yang dibuat atau kategori guru sangat terampil dalam
penggunaan media tiga dimensi. Indikator keberhasilan untuk hasil belajar siswa
menurut Arikunto (dalam Sukri, 2010:20) adalah sebagai berikut:
1) Daya serap perorangan, seorang siswa dikatakan tuntas apabila telah
mencapai hasil ≥ 60 dari nilai maksimal 100.
2) Daya serap klasikal, suatu kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal
80% telah mencapai nilai ≥ 60.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
bagaimana media tiga dimensi mempengaruhi hasil belajar siswa, baik sebelum
maupun setelah menggunakannya. Penelitian ini dilakukan sebelum tindakan
dilakukan dalam dua siklus. Hasil belajar siswa sebelum perbaikan pembelajaran
hanya mencapai 42% dari siswa, menurut data pra siklus.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan kompetensi
dasar mengenal bangun datar belum dikatakan berhasil, dan diperlukan perbaikan.
Media pembelajaran, seperti spidol dan papan, yang digunakan guru tidak dapat
membantu siswa memahami pelajaran. Ini adalah salah satu alasan mengapa hasil
belajar siswa rendah. Guru hanya menggunakan papan tulis untuk menggambar
bangun ruang kubus dan balok selama pembelajaran. Ini menghabiskan lima menit
waktu pembelajaran. Setelah guru menyelesaikan gambar dan mulai menjelaskan
materi, kebanyakan siswa sulit untuk kembali fokus pada pelajaran karena mereka
sudah asyik bercerita dengan temannya. Guru sering menenangkan suasana kelas
yang penuh sesak sehingga waktu pembelajaran tidak terpakai. Hal ini
memengaruhi bagaimana siswa menyelesaikan soal evaluasi. Karena waktu yang
terbatas untuk mengerjakan soal dan kurangnya pemahaman materi, siswa belum
sepenuhnya memahami materi. hasil belajar siswa tidak memuaskan. Melihat hasil
data pra-siklus, tindakan siklus I. Data hasil siklus I dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil belajar siswa siklus 1
Perolehan nilai Siswa Persentase (%)
Tuntas (≥ 60) 17 65
Belum Tuntas (<60) 9 35
Jumlah 26 100

Dari tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan


belajar sebanyak 17 siswa. Hal ini berarti ketuntasan belajar individual mencapai
65%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 9 siswa
dengan persentase sebesar 35%. Jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum
dilakukan tindakan, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat
signifikan. Akan tetapi, hasil tersebut masih belum mencapai ketuntasan klasikal
seperti yang telah ditetapkan yaitu 80%. Setelah dilaksanakan perbaikan
pembelajaran pada siklus I, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang baik.
Hasil refleksi pada pelaksanaan siklus I menunjukkan bahwa masih ada
kelemahan yang menyebabkan hasil siklus I tidak optimal. Berikut ini adalah
beberapa contohnya:
1) Beberapa tantangan masih dihadapi oleh peneliti dan guru kelas. Perencanaan
masih kurang, seperti kurangnya instruksi guru dan sanksi bagi siswa yang
tidak disiplin. sebagai akibatnya, beberapa siswa bergurau saat menyelesaikan
tugas. berdampak pada hasil belajar siswa yang belum memenuhi kriteria.
2) Siswa kurang memanfaatkan waktu guru, sehingga masih ada soal yang belum
terselesaikan.
3) Kegiatan presentasi menjadi kurang hidup dan bertepuk sebelah tangan karena
orang merasa malu dan ragu untuk mengatakan pendapatnya dan meminta
pertanyaan.
Dengan mempertimbangkan kelemahan-kelemahan yang ada peneliti
percaya bahwa siklus II harus dimulai berdasarkan kekurangan yang ada untuk
meningkatkan pelaksanaan pembelajaran dan meningkatkan ketuntasan belajar
siswa. Data hasil pelaksanaan tindakan siklus II dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil belajar siswa Siklus II
Perolehan nilai Siswa Persentase (%)
Tuntas (≥ 60) 21 81
Belum Tuntas (<60) 5 19
Jumlah 26 100

Tabel di atas menunjukkan jumlah siswa yang mengalami ketuntasan


belajar sebanyak 21 siswa. Hal ini berarti ketuntasan belajar individual mencapai
81%. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar sebanyak 5 siswa
dengan persentase sebesar 19%. Jika dibandingkan dengan hasil belajar sebelum
dilakukan tindakan, hasil belajar siswa mengalami peningkatan yang sangat
signifikan.
Berdasarkan analisis data presentase aktivitas siswa secara klasikal pada
siklus I yaitu mencapai 65%, sedangkan hasil belajar siswa secara klasikal siklus II
yaitu mencapai 81%. Hasil refleksi pada siklus II dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat oleh peneliti maka penelitian ini dinyatakan telah
selesai dan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar
siswa siswa mengalami peningkatan. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya 11
orang dengan persentase 42%, untuk siklus I siswa yang tuntas 17 orang dengan
persentase 65%. sedangkan pada siklus II meningkat, siswa yang tuntas menjadi 21
orang dengan persentase 81%. Jadi siswa dapat dikatakan tuntas karena terdapat ≥
80% siswa yang telah mencapai nilai ≥ 60.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Rata-Rata Hasil Belajar (%)

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Gambar 1. Data grafik peningkatan rata-rata hasil belajar per siklus

Beberapa hasil penelitian dihasilkan dari proses penelitian, yang dimulai


dengan observasi awal dan berlangsung selama siklus penelitian. Secara umum,
hasil penelitian adalah:
1) Proses pembelajaran, terutama dalam mata pelajaran Matematika, yang
materinya sangat luas, tidak dapat mengoptimalkan hasil belajar jika hanya
diberikan melalui metode ceramah dan tanpa melibatkan siswa secara aktif. Hal
ini didasarkan pada hasil belajar siswa yang belum mencapai standar belajar
klasik, yaitu lebih dari 80%. Penilaian dan evaluasi juga dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana siswa belajar.
2) Penggunaan media tiga dimensi memiliki dampak yang positif terhadap proses
pembelajaran. Siswa tampak bersemangat dan aktif saat belajar, dan mereka
dapat menyelesaikan soal matematika untuk mencapai target ulangan harian.
Pengaruh penggunaan media tiga dimensi terhadap hasil belajar yang lebih
baik adalah signifikan. Dengan menggunakan media tiga dimensi, perubahan
tingkah laku dan antusiasme siswa jelas terlihat. Salah satu contohnya adalah
siswa lebih aktif mendengarkan penjelasan guru karena media yang dibuat
berwarna sangat menarik. Selain itu, menggunakan media ini membantu siswa
memahami bangun datar.
3) Berdasarkan hasil post-test I pada siklus I setelah penerapan media tiga
dimensi, persentase 65% dari 26 siswa telah menyelesaikan, 17 siswa telah
menyelesaikan, dan 9 siswa belum menyelesaikan. Siklus kedua mencapai 81%
setelah tes kedua, diikuti oleh 26 siswa, 21 siswa telah selesai, dan 5 siswa
belum selesai. Ada peningkatan dalam hasil setelah tes pada siklus I dan II,
yang menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi pelajaran.
Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa penggunaan media
tiga dimensi dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa juga memiliki
keterlibatan langsung dalam proses pembelajaran, yang membuat proses belajar
menjadi menyenangkan bagi mereka. Siswa akan lebih mudah mengingat dan
memahami materi yang dipelajari jika mereka belajar dengan cara yang
menyenangkan dan tidak jenuh.

SIMPULAN
Menurut penelitian ini, hasilnya adalah sebagai berikut: pembelajaran
dengan media tiga dimensi meningkatkan hasil belajar siswa, yang ditunjukkan
dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa di setiap siklus, khususnya di siklus I
(65%) dan siklus II (81%). Ini menunjukkan bahwa penerapan media tiga dimensi
dalam materi pengenalan bangun datar memiliki efek positif, karena dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, seperti yang ditunjukkan oleh hasil
wawancara dengan beberapa siswa dalam siklus Dengan demikian, penggunaan
media tiga dimensi dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pelajaran matematika kelas III materi pembelajaran
menggunakan media tiga dimensi memiliki efek positif pada pengenalan bangun
datar di SDN 1 Bawang Tirto Mulyo tahun pelajaran 2022/2023, dengan lebih dari
80% siswa mencapai nilai minimal 60.

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, Y & Safrida, N. (2022). Implementasi Model Pembelajaran Inquiry


Learning Dengan Menggunakan Media Pembelajaran Tiga Dimensi Pada
Pembelajaran IPS Kelas III SDN 12 Tanah Tinggi. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 1(1), 86-93.
Harahap, E.H. (2021). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning
Berbantukan Media Tiga Dimensi Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar
Matematika. Journal Of Education, Humaniora And Social Sciences
(JEHSS), 3(3), 829-835.
Jonkenedi. (2017). Penggunaan Media Tiga Dimensi untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, 6 (6), 590-598.
Lestari, Indri. (2016). Hubungan Keterampilan Mengelola Kelas dan Mengadakan
Variasi dengan Minat Belajar Siswa Kelas III SD. Jurnal Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, 5 (2), 112-120.
Ratnasari, S.F., & Saefudin, A.A. (2018). Efektivitas Pendekatan Contextual
Teaching And Learning (CTL) Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi
Matematika Siswa. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 6 (1), 119-127.
Sari, E., Sumarno, & Putri A.D.S. (2019). Pengaruh Penggunaa Media Tiga
Dimensi Terhadap Kemampuan Berpikir Analisis Siswa Pembelajaran
Tematik. Jurnal ilmiah sekolah dasar, 3(2), 150-157.
Septia, A. dan Tampubolon, J. (2015). Pengaruh Pembelajaran Menggunakan
Media Tiga Dimensi (3D) terhadap Hasil Belajar Menggambar dengan
Perangkat Lunak Kelas XI Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan
SMK Negeri 2 Meulaboh, Jurnal Educational Building Volume 1 (1), 70 –
78.
Marno dan Idris. (2014). Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta:
ArRuzz Media.
Yolanda, R., Rejeki, S. I., & Salsabilah, L. S. (2021). Alternatif Pembelajaran
Matematika Menggunakan Media Online. Jurnal Pendidikan Dan
Pembelajaran Terpadu (JPPT), 3(1), 73-82
Zubaidi, A., & Reki, L. (2013). Penggunaan Media Pembelajaran Tiga Dimensi
Untuk Meningkatkan Hasil Pembelajaran Matematika Para Siswa Kelas V
SDN 1 Alas Tengah Situbondo. Jurnal IKA PGSD (Ikatan Alumni PGSD),
1(1), 1-16.

Anda mungkin juga menyukai