Anda di halaman 1dari 16

‫الر ِح ْي ِم‬

َّ ‫الر ْحم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬


َّ ‫اهلل‬ ْ
KARYA TULIS ILMIAH
POLA HIDUP SEHAT DI PESANTREN

Disusun oleh:

Nama Kelompok : 1. Aisyah Farhana Firsta (01)


: 2. Fadisha Dzumeyra (06)
: 3. Friska Aulia (07)
: 4. Jihan Aqilah Busyaimah (09)
: 5. Tasya Purti Maharani (25)
Kelas : XI MIPA A
Angkatan : 20 Zenithral
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Guru Pembimbing: Ustadzah Sri Maryanti S.Pd.

MADRASAH ALIYAH MA’HAD AL-ZAYTUN


INDRAMAYU – INDONESIA
TAHUN AJARAN 2022-2023
“Belajar dan berkarya semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.”
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫الر ْحم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫اهلل‬ ْ

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya. Karya tulis ilmiah yang berjudul “POLA HIDUP SEHAT DI PESANTREN”
dapat saya selesaikan dengan baik.

Saya mengucapkan terima kasih Kepada Ustadzah Sri Maryanti, S. Pd. Selaku guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu kami dalam proses pembuatan
karya tulis ilmiah ini dan kami hanturkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu
support dengan memberikan kritik dan saran dalam pembuatan karya tulis ilmiah ini.

Untuk itu peneliti megucapkan terima kasih kepada piha-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini:

1. Syaykh Al Zaytun, Prof. Dr. Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang selaku pimpinan
Ma’had Al-Zaytun.

2. M. Soleh Aceng, S.H. selaku Kepala Madrasah Aliyah Ma’had Al-Zaytun.

3. Seluruh guru pembimbing dalam bidang Bahasa Indonesia.

4. Sahabat-sahabat seperjuangan kelas 11 Zenithral yang telah memberikan


dukungan.

Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu media belajar bagi santri untuk belajar
serta berkeinginan mengamalkan Kalam Ilahi.

Disini kami juga menyampaikan, apabila seandainya dalam penulisan laporan ilmiah
ini terdapat hal-hal yang kurang berkenan atau tidak sesuai dengan harapan, kami
memohon maaf yang sebesar-sebesarnya dan dengan senang hati menerima masukan,
kritikan, dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
laporan ilmiah ini. Semoga apa yang diharapakan oleh kami yang telah dijabarkan diatas,
dapat dicapai dengan sempurna.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.…………………………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………… 2

BAB I: PENDAHULUAN………………………………………………………………………………. 3
1.1 Latar Belakang.……………………………………………..……………………………. 3

1.2 Identifikasi Masalah.……..…………………………………………..………………. 3

1.3 Pembatasan Masalah…………………………….…………………………………… 3

1.4 Rumusan Masalah……………..……...………………………………………………. 4

1.5 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..... 4

BAB II: LANDASAN TEORI………………………………………………………………………….. 5

2.1 Pola Hidup Sehat………………………………………………………………………… 5

2.1.1 Pengertian Pola Hidup Sehat…………..…………………………………. 5

2.1.2 Manfaat Pola Hidup Sehat…………...……………………………………. 6

2.1.3 Cara Penerapan Pola Hidup Sehat…………..……………………….... 7

2.1.4 Faktor Penghambat Pola Hidup Sehat………………………………… 8

2.1.5 4 Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan………………. 8

2.2 Pondok Pesantren………………………………………………………………………. 9

2.2.1. Pengertian Pondok Pesantren…………………..………………………. 9

2.2.2 Kondisi Sanitrasi Pondok Pesantren....….……………………………. 9

2.2.3 Sanitrasi Pondok Pesantren………………….……………………………. 10

2.2.4 Eco-Pesantren……………………………………………………………………. 10

BAB III: PEMBAHASAN………………………………………………………………………………. 11

BAB IV: PENUTUP……………………………………………………………………………………… 12

4.1 Kesimpulan………………………………………………………………...………………. 12

4.2 Saran………………………………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………………………………………… 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola hidup sehat adalah kebiasaan hidup yang terbebas dari masalah kesehatan
fisik dan psikis. Pola hidup di pesantren mungkin memang perlu dipertanyakan. Santri di
pesantren memanglah beraneka ragam karakter contohnya ada yang suka menjaga
kebersihan dan ada juga yang tidak suka memperhatikan kebersihan disekitarnya.
Sehingga timbul berbagai penyakit, contohnya seperti penyakit kulit (panu, kadas, kurap,
gatal-gatal) dan kutu rambut yang akan mengganggu kesehatan psikis (mental). Selain
itu, santri juga ada keinginan untuk memakan makanan selain yang disediakan di
pesantren, seperti mie, makanan pedas, dan lain sebagainya. Sehingga semua hal
tersebut mengakibatkan santri kurang bisa mengatur pola hidup sehat di pesantren.

Karena itu penelitian mengenai pola makan sehat penting untuk dilakukan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalahnya yaitu,

1. Apakah santri di setiap pesantren akan terkena penyakit kulit?

2. Apa sajakah penyebab pola hidup santri tidak sehat?

3. Apa dampak bagi santri yang tidak menerapkan pola hidup sehat?

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi tersebut, karena terbatasnya waktu, penulis akan
membahas masalah poin ketiga, yaitu dampak bagi santri yang tidak menerapkan pola
hidup sehat.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, rumusan masalahnya adalah Apa


dampak bagi santri yang tidak menerapkan pola hidup tidak sehat?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin penulis sampaikan melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah santri

2. Para santri agar memperhatikan pola hidup sehat.

3. Mengetahui apa saja akibat tidak menerapkan pola hidup sehat.

4. Mengetahui penyakit-penyakit penyebab tidak menerapkan pola hidup sehat.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pola Hidup Sehat

2.1.1 Pengertian Pola Hidup Sehat

Pengertian pola hidup sehat adalah gaya hidup yang memerhatikan semua aspek kondisi
kesehatan seseorang. Pola hidup sehat penting untuk diterapkan sehingga fungsi tubuh
dapat terjaga secara optimal. Dengan menerapkan pola hidup sehat, berbagai penyakit
dan masalah kesehatan dapat dicegah. Tubuh pun bisa tetap bugar dan mampu
melakukan berbagai aktivitas tanpa hambatan. Tujuan utama dari menjaga pola hidup
sehat adalah untuk menjaga kesehatan fisik baik jasmani maupun rohani.

Pengertian pola hidup sehat menurut para ahli, antara lain:

1. Arimbi Nimpuno

Menurut chef Arimbi Nimpuno, konsep hidup sehat itu apabila segala sesuatunya
dilakukan secara seimbang. Hal itu meliputi makan, olahraga, dan istirahat. Artinya tidak
ada diet ekstrem atau olahraga ekstrem melainkan olahraga sesuai porsinya.

2. Yongky Sentosa

Sementara itu, menurut Head of Personal Health Philips Indonesia, Yongky Sentosa,
pengertian pola hidup sehat adalah saat seseorang mampu berolahraga dan olahraga
sesuai porsinya serta dikombinasikan dengan makan yang sehat dan bergizi.

3. Cindiawaty Pudjiadi (Dokter Spesialis Gizi)

Menurutnya pola hidup sehat tidak cukup hanya dengan makan, tidur dan olahraga.
Lebih dari itu, sehat merupakan kondisi yang baik secara keseluruhan, meliputi fisik,
mental dan spiritual. Itu semua bisa terwujud apabila didukung banyak hal, seperti
makan sehat, olahraga teratur dan istirahat. Selain itu, pikiran juga harus terus dijaga
agar tidak stress.
2.1.2 Manfaat pola hidup sehat, antara lain:

Pola hidup sehat membantu meningkatkan kualitas hidup. Dengan menerapkan


polahidup sehat, kita dapat terhindar dari berbagai penyakit. Penerapan pola hidup
sehat dapatmengurangi resiko jantung,stroke dan penyakit diabetes kemudian
meningkatkan stabilitassendi sehingga meningkatkan dan meningkatkan jangkauan
pergerakan dan mempertahankanfleksibilitas sendi. Makanan yang sehat dan olahraga
teratur dapat menjaga massa tulanghingga kita memasuki masa tua. Hal ini dapat
mencegah osteoporosis dan patah tulang.

Pola hidup yang sehat juga sangat berdampak terhadap kesehatan jiwa
kita.Sehingga berbagai tugas, pekerjaan maupun masalah dapat kita tuntaskan dengan
baik karenapola hidup yang kita terapkan, misalnya olahraga rutin dapat meningkatkan

mood atau memperbaiki suasana hati sehingga mengurangi gejala kecemasan dan
depresi. Kemudianmeningkatkan rasa kepercayaan diri. Selain itu juga meningkatkan
kemampuan mengingatdan mengurangi stress pada orang lanjut usia.
2.1.3 Cara penerapan pola hidup sehat, yaitu:

Sebagai santri, kita perlu nutrisi lengkap supaya bisa bertumbuh optimal, baik
tinggi maupun berat badan, serta mampu melakukan berbagai aktivitas dengan baik.

Berikut contoh penerapannya:

1. Makanlah sesuai waktunya. Makan tiga kali sehari dengan cemilan di antaranya
adalah caraterbaik untuk mempertahankan berat badan dengan sehat. Kalau
kita melewatkan sarapanatau makan malam, kita justru akan lebih kelaparan
dan cenderung makan lebih banyak dengan makanan yang tidak sehat.

2. Mengemil dengan sehat. Salah satu cemilan sehat adalah buah dan sayur. Selain
kaya serat, buah dan sayur mengandung vitamin dan mineral yang baik untuk
kesehatan kita.

3. Hindari soft drink. Minuman ini tidak mengandung vitamin, mineral, protein
atau serat. Daripada minum soft drink dengan hanya mendapatkan asupan
karbohidrat, lebih baik minum susu dengan kandungan nutrisi yang lebih
beragam, terutama nutrisi kalsium yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan
tulang.

4. Olahraga yang teratur. Olahraga adalah hal yang termudah untuk dilakukan agar
tubuh kita tetap sehat. Karena olahraga inilah yang membantu kita untuk
pembakaran metabolisme didalam tubuh.

5. Istirahat yang cukup. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk
memulihkan kembali kesehatannya. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa
sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus
yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan
fisik yang berbeda (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2.1.4 Faktor Penghambat Pola Hidup Sehat

Pola hidup tidak sehat tentunya membawa dampak buruk bagi kehidupan santri.
Berikut beberapa factor-faktor penghambat pola hidup sehat:

1. Tidur larut malam. Kebiasaan begadang sangat buruk sekali bagi kesehatan,
hal ini dikarenakan begadang akan mengurangi daya tahan tubuh atau
stamina santri.

2. Stress. Dengan berbagai aktifitas di pondook pesantren yang secara terus


menerus membuat tubuh dan otak bekerja terus sehingga stress.

3. Pengawasan: kurangnya pengawasan dari diri santri yang belum bisa


mengatur pola hidup sehatnya sehingga menimbulkan berbagai keluhan.

2.1.5. Teori klasik H. L. Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu:

1. Gaya hidup (life style)

2. Lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya)

3. Pelayanan Kesehatan

4. Faktor genetik (keturunan)

5. Determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan


seseorang.
2.2. Pondok Pesantren

2.2.1. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan


pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan

agama Islam. Sebuah pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah

asrama pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama

dan belajar di bawah bimbingan seorang atau lebih dari seorang guru

yang dikenal dengan sebutan seorang Kyai.

Ada beberapa pendapat tentang asal muasal kata-kata

“pesantren”. Johns berpendapat bahwa, “kata pesantren berasal dari

term santri dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.” Sedangkan

C.C. Berg berpendapat bahwa, kata santri berasal dari term “smastri”

yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau sarjana

ahli kitab suci agama Hindu.”

Tetapi menurut Ranson berpendapat bahwa, “kata santri berasal

dari term sattiri yang berarti orang yang tinggal disebuah rumah miskin

atau bangunan keagamaan secara umum.”

Sedangkan Imam Bawani dalam bukunya menyatakan, “Pesantren

adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam, umumnya

dengan cara non klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu

agama Islam kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis

dalam Bahasa Arab oleh ulama abad pertengahan, dan para santri

tinggal dipondok (asrama) dalam pesantren tersebut.”


2.2.2. Kondisi Sanitrasi Pondok Pesantren:

Kondisi lingkungan, bangunan, dan fasilitas sanitasi antara satu pesantren


dengan pesantren lainnya berbeda-beda. Perbedaan ini bisa jadi berasal dari sejarah
pendirian masing-masing pesantren. Ada pesantren yang sejak awal pendiriannya
memang dirancang, seperti lokasinya ditentukan, letak bangunannya ditata, dan fasilitas
sanitasinya direncanakan, sebaliknya ada juga pesantren yang didirikan karena tuntutan
kebutuhan masyarakat akan sebuah lembaga pendidikan keagamaan sehingga lokasi
pesantren seperti itu berada di lingkungan padat penduduk. Karenanya bangunan
pesantren dibangun di tengah keterbatasan lahan, dan fasilitas sanitasinya pun terbatas.
Karena itu, hasil studi terhadap sanitasi pesantren dapat menghasilkan simpulan yang
berbeda-beda.

2.2.3. Sanitrasi Pondok Pesantren:

Secara sederhana sanitasi dapat diartikan sebagai usaha pemeliharaan


kesehatan. Bisa juga diartikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan lingkungan (Marsanti, 2018: 12). Menurut Chandra (2007: 2) sanitasi
merupakan upaya-upaya yang dilakukan individu atau masyarakat untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan yang disebabkan faktor-faktor lingkungan eksternal
manusia. Studi-studi tentang sanitasi pesantren menjelaskan bahwa ada tiga aspek
utama yang ditelaah dalam konteks sanitasi pesantren, yakni lingkungan, bangunan, dan
fasilitas sanitasi. Telaah terhadap tiga aspek itu dalam studi-studi sanitasi pesantren
ditujukan untuk mendeskripsikan bahwa lingkungan, bangunan, dan fasilitas sanitasi
yang ada di pesantren telah memenuhi syarat kesehatan, atau sebaliknya tiga aspek itu
justru belum memenuhi syarat kesehatan.

Penilaian aspek kesehatan lingkungan, difokuskan pada lokasi dan lingkungan


pesantren. Pada kedua aspek tersebut dilihat apakah lokasi pesantren terhindar dari
pencemaran dan tidak terletak di daerah banjir, apakah lingkungan pesantren bersih dan
indah, tidak memungkinkan menjadi tempat bersarang atau berkembang biak serangga
dan tikus, pesantren memiliki pagar atau batas yang jelas, dan memiliki tempat parkir.
2.2.4 Eco-Pesantren

Pesantren Eco-Pesantren merupakan model pendidikan lingkungan hidup di


lingkungan pondok pesantren. Eco-Pesantren bertujuan meningkatkan kesadaran bahwa
ajaran Islam merupakan pedoman yang sangat penting dalam mewujudkan sikap dan
perilaku ramah lingkungan, mendorong penerapan ajaran Islam dalam kegiatan sehari-
hari, sosialisasi materi lingkungan hidup dalam aktivitas pondok pesantren, mewujudkan
kawasan pondok pesantren yang baik, bersih, dan sehat, memberdayakan komunitas
pondok pesantren untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang Islami, berdasarkan al-
Quran dan al-Sunnah, meningkatkan aktivitas yang mempunyai nilai tambah baik nilai
ekonomi, sosial, dan ekologi; menjadikan pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran
(central of excellence) yang berwawasan lingkungan bagi komunitas pesantren dan
masyarakat sekitar (Aulia, Narulita, Firdaus, dan Mardiah, 2018: 79).
BAB III

PEMBAHASAN

Salah satu gangguan kesehatan yang paling sering dialami santri yang
mengenyam proses pendidikan di pesantren adalah gangguan kesehatan kulit berupa
sakit skabies, atau yang populer dikenal dengan sebutan kudis, yakni penyakit infeksi
kulit menular. Gejala orang yang didera sakit kudis menurut Slamet (1994: 103-104),
kulitnya terasa sangat gatal pada malam hari, pada kulit ditemukan bintik-bintik kecil
yang berisi cairan bening. Penyakit ini diakibatkan oleh tungau Sarcoptes Scabiei yang
memasuki kulit, memakan jaringan kulit dan menaruh telur-telurnya di dalam kulit. Telur
akan menetas dalam waktu 4-8 hari, dan nympha-nya menjadi dewasa dalam waktu dua
minggu. Karena sangat gatal, penderita terus menggaruk-garuk kulitnya, karena terus
digaruk kulit kemudian didera infeksi sekunder.

Karena sakit skabies banyak diderita santri di pesantren, banyak peneliti yang
tertarik untuk menjelaskan sebab-sebabnya. Mayrora dkk (2018: 100) misalnya
menyimpulkan bahwa salah satu penyebab munculnya sakit kudis di pesantren adalah
sanitasi pesantren yang belum memenuhi syarat kesehatan. Sementara secara spesifik
Ibadurrahmi, Veronica, dan Nugrohowati (2016: 33) melihat bahwa kepadatan hunian
asrama pesantren merupakan salah satu faktor penyebab penularan skabies di kalangan
santri.

Dari hasil studi di atas dapat dikatakan bahwa sanitasi yang tidak memenuhi
syarat kesehatan memberikan dampak terhadap kesehatan santri di pesantren. Santri
yang hidup dengan sanitasi yang belum memenuhi syarat kesehatan rentan terkena
skabies dan jenis sakit lainnya seperti diare, maag, sesak nafas (Bahraen, 2012) serta
ISPA (Astuti, 2018).

Selain sanitasi, hal lain yang berdampak bagi kesehatan santri adalah Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di pesantren. Ramdan, Iswari, dan Wijaya (2013: 1)
menjelaskan bahwa sebagian besar santri belum memiliki kesadaran untuk mencegah
dirinya agar tidak sakit. Hal demikian tampak pada sikap santri yang tak terlalu peduli
akan PHBS.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan.

Santri yang mengenyam proses pendidikan di pesantren adalah gangguan kesehatan


kulit berupa penyakit kulit. Tidak semua santri yang tinggal di pesantren kemudian
otomatis terkena beberapa penyakit tersebut, hal seperti itu bisa jadi karena mereka
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik, atau bisa juga karena mereka sudah
mengalami proses adaptasi. Santri telah beradaptasi dengan sanitasi pesantren yang
belum memenuhi syarat kesehatan tersebut sehingga tubuhnya menjadi kebal terhadap
skabies.

Sebagian besar fasilitas sanitasi yang ada pada beberapa pesantren yang menjadi
fokus dalam kajian ini belum memenuhi syarat kesehatan. Sebagian pesantren tersebut
bahkan belum memandang bahwa fasilitasi sanitasi sebagai aspek penting bagi proses
belajar di pesantren. Gangguan kesehatan yang acap kali menimpa santri di antaranya
adalah skabies, diare, dan ISPA. Ada kebijakan yang digulirkan pemerintah untuk
membantu pesantren keluar dari masalah sanitasi, yaitu Pos Kesehatan Pesantren dari
Kementerian Kesehatan dan Eco-Pesantren dari Kementerian Lingkungan Hidup.

4.2 Saran.

Pola hidup sehat harus diterapkan oleh para santri agar mereka tidak menderita
penyakit kulit.

Kesadaran diri para santri dalam mengatur pola hidup sehatnya.

Program pengawasan terhadap pola hidup santri.


DAFTAR PUSTAKA

Adapun Daftar Rujukan Berbagai Sumber diatas, adalah sebagai berikut:

http://etheses.iainkediri.ac.id/509/3/5_BAB%202_FARID%20BAGUS
%20W_931305212.pdf
http://www.polahidupsehat.org/pola-hidup-sehat.html
https://www.scribd.com/doc/123143565/Makalah-Pola-Hidup-
Sehat#:~:text=Penutup%20Kesimpulan%20Pola%20hidup%20sehat,tubuh
%20menjadi%20sehat%20dan%20bugar.
https://www.volimaniak.com/2014/09/faktor-faktor-penghalang-dalam-
menjaga.html
Adriansyah, A. A. (2017). Keterkaitan antara sanitasi pondok pesantren dengan
kejadian penyakit yang dialami santri di Pondok Pesantren Sunan
Drajat.Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 4
MTPH Journal, 01(01).

Bahraen, R. (2012). Beberapa Masalah Kesehatan yang sering Muncul di Pondok


Pesantren. Diakses dari https://muslimafiyah.com/beberapa-masalah-
kesehatan-yang-sering-muncul-di-pondok-pesantren.html, pada 6 Mei 2019.

Ibadurrahmi, H., Veronica, S., & Nugrohowati, N. (2016). Faktor-faktor yang


Berpengaruh Terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Santri di Pondok
Pesantren Qotrun Nada Cipayung Depok Februari Tahun 2016. Jurnal Profesi
Medika, 10(1), 33-45.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2014). Eco-pesantren Bergerak: Bismillah.
Diakses dari http://www.menlh.go.id/eco-pesantren-bergerakbismillah/,
pada 30 Oktober 2015.

Kusnawati, E. (2013). Pemberdayaan Masyarakat Pondok Pesantren Melalui Pos


Kesehatan Pesantren Di Kabupaten Tulungagung (Tesis). Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.

‫هَ َذا َوهَّللا ُ يَرْ َعانَا َويَحْ فَظُنَا َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمي َْن‬
“Mendidik dan membangun semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah SWT".

Anda mungkin juga menyukai