Makalah
Makalah
SKRIPSI
Oleh :
M. Ali Fikri
A02215008
SURABAYA
2019
ii
iii
iv
v
xi
ABSTRAK
Skripsi yang ditulis dengan judul “Pergolakan Politik Khalifah Ali bin Abi
Thalib (35 H – 40 H / 645 M – 661 M)”. Berfokus pada titik permasalahan : 1.
Bagaimana Perjalanan Hidup Khalifah Ali bin Abi Thalib? 2. Bagaimana Proses
Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah? 3. Bagaimana pergolakan
politik yang terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib?. dengan titik fokus
pada permasalahan ini akan menemukan apa yang menyebabkan perpecahan dan
juga peperangan sesama umat Islam.
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah: Heuristik
(Pengumpulan Data), verifikasi (Kritik Sumber, ekstern dan intern), Interpretasi
(Penafsiran), Historiografi (Penulisan Sejarah). Skripsi ini di teliti menggunakan
kajian literasi dengan pendekatan Historis dan Politik. Penulis meminjam teori
dari Jonathan Turner yaitu teori konflik. Teori ini berangkat dari asumsi bahwa
pemusatan perhatian pada konflik sebagai peristiwa-peristiwa yang mengarah
pada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih. Sehingga
terjadi ketegangan hebat yang menyebabkan mereka mencari jalan pintas dengan
menebarkan fitnah untuk mengorganisir diri guna melawan pemerintahan yang
sah.
Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa : (1) Ali bin Abi Thalib
dilahirkan di Mekkah jum‟at 13 Rajab 600 Masehi, Sejak kecil Ali bin Abi Thalib
diasuh oleh Nabi Muhammad. Kepribadian yang ada pada diri Rasulullah
terpantulkan pada diri Ali. Seiring kedekatakan yang terjalin antara Ali dan
Rasulullah. Ali tumbuh dan berkembang di dalam rumah Islam, dia tahu segala
rahasia-rahasia Islam semenjak usia dini dalam kehidupannya. (2) Pembaiatan Ali
bin Abi Thalib dilakukan mayoritas sahabat, Ali sudah menyadari bahwa
menerima pembai‟atan umat Islam pasti akan mengahadapi berbagai macam
tantangan dan kesulitan. (3) pergolakan politik terjadi pada saat masa trakhir dari
kekhalifahan Utsman. Sehingga kaum Sabaiyah melontarkan api fitnah yang
menyebabkan terbunuhnya Khalifah Utsman. Peperangan sesama kaum muslimin
dan terbukanya pintu fitnah dari zaman khalifah Utsman sampai zaman khalifah
Ali bin Abi Thalib yang melahirkan dua perang besar diantara sesama kaum
muslimin yakni perang Jamal, perang Shiffin serta munculnya kelompok-
kelompok baru dalam Islam seperti Khawarij dan Syiah.
ABSTRACT
This thesis written by the title “The Politics Upheaval of Caliph Ali bin
Abi Thalib (35 H – 40 H / 645 M – 661 M)”. The problems are focusing on: 1.
How the life of the Caliph Ali bin Abi Thalib? 2. How is the process of the oath-
taking of Ali bin Abi Thalib as the Caliph? 3. How is the politics upheaval that
occurred during the Caliph Ali bin Abi Thalib? From these problems will find out
what caused the disunity and also the war of fellow Muslims.
The research methods of this thesis uses Heuristics (Data collection),
Verification (Source criticism, external and internal), Interpretation, and
Historiography (History writing). This thesis was examined by using literacy
studies with a historical approach and politics. The author borrows the theory
from Jonathan Turner, namely the theory of conflict. This theory from the
assumption that the centralization on the conflict as events that the aim to
interaction by violence between two individuals or more. Because that, the great
tension was happen and it caused them to look for the shortcut by spreading the
slander to organize themselves to resist on the legitimate government.
The results of this study concluded that: (1) Ali bin Abi Thalib was born in
Mecca on Friday, 13 Rajab 600 M, since childhood Ali bin Abi Thalib was cared
by the Prophet Muhammad. The personality of the Prophet Muhammad was
reflected on Ali. Along the closeness that exists between Ali and the Prophet. Ali
grew and developed in the house of Islam, he knew all of the secrets of Islam
since early childhood in his life. (2) The oath-taking of Ali bin Abi Thalib was
carried out by the majority of friends, Ali had realized that accepting the oath
from Muslims would certainly face various challenges and difficulties. (3) The
politics upheaval was occurred during the last period of the Utsman Caliphate.
Because that, the Sabaiyah gave the fire of slander which caused the Caliph
Utsman was killed. The war of fellow Muslims and the opening of a slander from
the period of Caliph Utsman until the period of Caliph Ali bin Abi Thalib caused
the two big of wars among fellow Muslims namely Jamal war, Shiffin war and the
emergence of new groups in Islam such as Khawarij and Shia.
DAFTAR ISI
COVER
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
BAB IV : Gejolak Politik Pada Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
A. Pergolakan Politik Islam ........................................ 48
B. Proses Penerimaan Tahkim .................................... 62
C. Munculnya Kelompok-Kelompok
Pasca Tahkim ......................................................... 67
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................ 74
B. Saran....................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 76
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kebutuhan duniawiyah masyarakat. Islam dinilai oleh para ahli politik Islam
klasik sebagai agama yang sejak dari permulaan telah menekankan aspek
solidaritas sosial yang karenanya memiliki sebuah relevansi dengan politik dan
masyarakat.
sebagian pemikiran politik Islam klasik yang realistis atau paling tidak pemikiran
yang bersifat lentur. Kekhawatiran anarki dan pembunuhan kaum muslimin yang
menjadikan cikal bakal lahirnya pemikiran yang melegitimasi otoritar dari realitas
sistem politik demokrasi, yang tidak pernah hidup lagi secara utuh, akan tetapi
masih ada sebagian yang tetap menghidupkannya. Lihat saja para penguasa-
penguasa pada periode monarkial, dari Ummayah hingga Utsmani yang telah
1
Sukron kamil, Pemikiran Politik Islam Tematik (Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2013),12
berarti telah menunjukkan bahwa sekularisasi politik dalam pengertian ini adalah
kekerasan.
terlihat agak terbatas. Selain itu, sistem kekhalifahan juga mempunyai beberapa
kecacatan, salah satunya karena tidak ada sistem pemilihan yang pasti dan teratur,
pertentangan politik dalam pemilihan Khalifah semakin seru pada masa itu,
sehingga pertentangan ini mengarah kepada kekerasan atau perang saudara. Oleh
karena itu masing-masing dari para khalifah tersebut dipilih dengan cara yang
berbeda-beda.2
wafat. Saat itu masih belum diketahui secara jelas siapa yang pantas untuk
sejalan dengan isyarat yang telah diberikan oleh Nabi Muhammad S}halla<llahu
2
Machfud Saefudin, dkk, Dinamika Perdaban Islam Prespektif Historis (Yogyakarta : Pustaka
Ilmu, 2013), 31
Bukti utama tentang sahnya Ali sebagai penerus Rasulullah adalah pada saat
peristiwa Ghadir Ghum. Dalam Tarikh Khulafa Ahmad meriwayatkan dari Abu
Thufail dia berkata : Demi Allah, saya menyeru kepada orang-orang yang
menyaksikan Rasulullah saat bersabda di hari Ghadir Ghum untuk bersaksi. Maka
berdirilah tiga puluh orang yang ada di tempat itu. Mereka menyatakan kesaksian
memilih Ali sebagai penggantinya di hadapan massa yang penuh sesak menyertai
beliau, Rasulullah S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m tidak hanya menetapkan Ali sebagai
pemimpin umat tetapi juga Rasulullah menjadikan Ali Rad}hi<yalla<h „anh sebagai
waktu itu yang membuat dirinya yakin bahwa Ali lah yang pantas untuk
menduduki kursi kekhalifahan. Pada dasarnya kenabian atau kerasulan itu bukan
sebuah jabatan yang bisa diwariskan sebagaimana jabatan raja yang melimpahkan
ke anak cucunya. Sedangkan Nabi atau Rasul itu sebuah amanah yang
Akan tetapi sepeninggal Rasul keadaan itu semakin tidak membaik bahkan boleh
3
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa ; Sejarah Para Penguasa Islam (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar,2000), 197
4
H. Abdul Rozak, Ilmu Kalam (Bandung : Pustaka Setia,2012), 112-113
kekhalifah keempat telah mewarisi situasi dan kondisi yang tidak stabil yang
Setelah Abu Bakar Rad}hi<yalla<h „anh dibaiat menjadi Khalifah, sikap Ali bin
Abi Thalib adalah sangat Ikhlas menerima kenyataannya demi untuk memelihara
Khalifah ketiga yakni Utsman bin Affan sangat menggemparkan kota Madinah.
Tidak seorang pun sahabat pernah membayangkan bahwa para pemberontak akan
nekad membunuh sang Khalifah demi untuk bisa menguasai kota Madinah.5
wahyu. Dan selama itu pula para pemberontak tidak mengangkat salah seorang
Khalifah pun dari mereka. Mereka tahu bahwasannya masalah ini merupakan hak
khusus kaum Muhajirin, sehingga mereka menawarkan hal itu kepada para
sahabat senior : Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh, Thalhah bin Ubaidillah, Az-
Zubair bin Awwam, Abdullah bin Umar, dan Sa‟ad bin Abu Waqqash. Namun,
Setelah Khalifah Utsman bin Affan wafat, kekhalifahan digantikan oleh Ali
bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh. Setelah di baiat menjadi Khalifah Ali naik diatas
5
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah. Terj.
Abu Ziad Dhiaul-Haq dan Abdul Syukur Abdul Razak (Jakarta : Pustaka Azam, 2011), 89.
6
Ibid., 90
khalifah, Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh berada dalam kondisi dan situasi
konflik yang cukup tajam di kalangan kaum muslimin. Akan tetapi pengangkatan
Ali bin Abi Thalib ini dianggap sangat tepat karena beliau mempunyai hubungan
beranggapan bahwa Ali bin Abi Thalib yang pantas untuk menggantikan posisi
dan harta rampasan secara seimbang diantara orang-orang Arab.8 Ali juga
memecat para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia juga menarik kembali
hasil pendapatannya kepada Negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
Umar.9
Hal itu telah dibuktikan dalam beberapa rentetan sejarah Islam bahwa Ali
Rad}hi<yalla<h „anh adalah seorang yang populer akan hal prestasi dan jasa-jasa
dominan dalam masalah keberanian dan kekuatan serta ahli dalam memainkan
7
Muhammad, Abu Ja‟far, Tarikh Ath-Thabari. Terj. Abu Ziad Muhammad Dhiaul-Haq dan Abdul
Syukur Abdul Razak. (Jakarta : Pustaka Azam, 2011), 670.
8
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Terj. Ghufron A. Mas‟adi (Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), 84
9
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 39.
pedang dan ilmu pengetahuannya pun sangat pandai.10 Tidak lama setelah dibaiat
keduniaan sebagaimana yang telah dicanangkan oleh Khalifah Abu Bakar dan
oleh sang Khalifah diantaranya adalah kelompok Makkah yang dipimpin oleh
Aisyah Rad}hi<yalla<h „anh, Thalhah dan Zubair dan kelompok dari Kubu
berdua datang kehadapan Imam Ali Rad}hi<yalla<h „anh untuk meminta keduanya
membantah dan mengatakan “Tidak!! Kalian kami ikut sertakan dalam hal
Thalhah dan zubair dalam tuntutanya. Kemudian mereka berdua meminta kepada
Khalifah Ali untuk diangkat menjadi kepala daerah Basrah dan Kufah, dengan
singkat Imam Ali menjawab “hal itu akan kupertimbangkan”. Setelah mereka
berdua pergi dari hadapan Khalifah Ali, datanglah Abdullah Bin Abbas untuk
10
Ah. Zakki Fu‟ad, Sejarah Peradaban Islam (Paradigma Teks, Reflektif, dan Filosofis).
(Surabaya : Cv. Indo Pramaha, 2012), 82
merayu Khalifah Ali agar jabatan kepala daerah tersebut diberikan kepada
Thalhah dan Zubair. Akan tetapi, Khalifah Ali menolaknya karena sudah
mengetahui niat Thalhah dan Zubair untuk berkuasa dan mewujudakan ambisinya.
merawankan kedudukan Khalifah Ali sebagai amirul mukminin. Hal tersebut bisa
dilihat ketika Thalhah dan Zubair pergi ke Makkah untuk menemui Aisyah
diselesaikan tanpa harus menumpahkan darah sesama umat Islam. Tugas yang
menghukum para pembunuh, padahal tugas pokok yang juga mendesak harus
diselesaikan adalah masalah keamanan dan ketertiban umum hal ini yang sesuai
dengan program kerjanya. Menurut kaidah hukum Islam kepentingan umum harus
11
Al Hamid Al Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali Bin Abi Thalib (Jakarta : Yayasan Al
Hamidi, 1989), 377-379
12
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husein (Bogor : Pustaka Litera Antar
Nusa,2013), 215
pihak Usman bin Hunaif Gubernur Bashrah dengan kelompok Aisyah. Kedua
mereka beradu argumen untuk berusaha mencari jalan damai yang berakhir
dengan genjatan sejata yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Namun
sayang umur genjatan senjata itu tidak berangsur lama, ternyata dibalik itu ada
sengkuni yang memanfaatkan kondisi tersebut agar jalan perdamaian tidak bisa
terjalin, mereka adalah kaum Sabaiah pengikut Abdullah bin Saba‟ yang bernama
Hakim bin Jabalah seorang ksatria Basrah. Dalam peperangan tersebut pihak
„a<laihi< wa salla<m yang bernama Thalhah dan Zubair. Khalifah Ali sangat sedih
Muawiyah. Peperangan pun tak bisa dihindari mulai dari perang surat menyurat
antara Ali Rad}hi<yalla<h „anh dengan Muawiyah disusul dengan perang delegasi
kekalahan, akan tetapi ditengah kobaran perang Amr bin al-Ash mengusulkan
tanda perdamaian. Cara ini yang kemudian dikenal dengan istilah Tahkim,
Sebenarnya Ali sudah mengetahui sejak awal bahwa itu adalah tipu muslihat
Muawiyah.
13
Ibid.,235
Dari situlah muncul beberapa pendapat dari kelompok Ali ada yang setuju
dan ada yang tidak setuju dengan keputusan Tahkim. Tapi apalah daya demi
menerima Tahkim dengan mengutus Abu Musa Al-Asy‟ari dan dikubu Muawiyah
golongan pendukung Ali menjadi dua kubu yakni Syiah dan Khawarij.
sehingga hal pahit tersebut menghantarkan pada terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi
masa khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh. Dengan mengunakan bahan-
bahan sekunder berupa karya-karya sarjana modern. Tulisan ini berusaha untuk
memotret pergolakan politik Khalifah Ali yang menjadikan keadaan negara tidak
stabil. Sehingga hal yang paling penting dalam pembahasan ini adalah alasan
mereka berperang sesama umat Islam, apakah karena kekuasaan, alasan politik
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah dijelaskan di awal, maka dapat
3. Bagaimana pergolakan politik yang terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi
Thalib ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Praktis
2. Tujuan Teoritis
a. Untuk mengetahui Sejarah Perjalanan Hidup Khalifah Ali bin Abi Thalib.
b. Untuk mengetahui Proses Pembaiatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari Penelitian ini dapat diuraikan seperti dibawah ini :
1. Manfaat Praktis
Satu eksemplar hasil karya Ilmiah ini akan ditempatkan di perpustakaan UIN
2. Manfaat Akademis
Peradaban Islam mengenai Pergolakan Politik Umat Islam Khalifah Ali bin
masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, mulai dari buku-buku, Jurnal dll. Serta
mengenai Sejarah Pergolakan Politik Islam Khalifah Ali bin Abi Thalib.
ilmu lain, seperti Ilmu-ilmu sosial. Karena pada hakikatnya sebuah ilmu tidak
dapat berdiri sendiri oleh karena itu diperlukan ilmu bantu lain. Penggambaran
menyaring data yang diperlukan dan yang tidak diperlukan dalam menghadapi
gejala historis yang serba kompleks. Untuk mendapatkan pemahaman yang utuh,
Kronologis, diakronik, sinkronik, dsb. Maka dalam hal ini akan tergambarkan
bagaimana perjalanan Pergolakan Politik yang terjadi pada masa Khalifah Ali bin
Abi Thalib.14
pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib. mengutip dari bukunya Kuntowijoyo
oleh Jonathan Turner. Teori ini merupakan reaksi dari teori fungsional strukrtural
14
Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Ombak,2016), 190
15
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah (Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya, 2003), 173
yang saling berhubungan satu sama lain; di dalam unit-unit atau kelompok-
kesadaran bahwa mereka harus mengubah sistem alokasi kekuasaan atau sumber-
hebat menyebabkan mereka mencari jalan untuk mengorganisir diri guna melawan
khususnya dalam masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang
F. Penelitian Terdahulu
Tema ini adalah tema besar, karena dalam penulisan skripsi ini penulis
menemukan beberapa topik yang membahas seputar Khalifah Ali bin Abi Thalib.
diantaranya adalah :
16
Elly M. Setiadi, Utsman Kolip, Pengantar Sosiologi; Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial (Jakarta ; Kencana, 2011), 371
Islam di Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Sunan Ampel Surabaya. Karya
2. Imam Ma‟ruf, Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam buku Biografi Ali bin Abi
Tarbiyah dan Keguruan STAIN Ponorogo. Karya ilmiah ini membahas tentang
3. Ita Rostiana, Dakwah Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Konteks Politik (37-40
Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Karya ilmiah ini membahas
tentang segala bentuk usaha Ali sebagai Khalifah untuk mengajak umat Islam
menuju kebaikan bersama sesuai dengan situasi politik yang terjadi pada masa
itu.
17
Afifatun, “Ali bin Abi Thalib dalam pemerintahannya di Madinah (35-60 H/656-661 M) : suatu
tinjauan historis terhadap pelaksanaan kepemimpinan Ali” (Skripsi Fakultas Adab, IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2005)
18
Imam Ma‟ruf, “Khalifah Ali bin Abi Thalib (Dalam buku Biografi Ali bin Abi Thalib karya Ali
Audah” (Skripsi Fakultas Tarbiyah , STAIN Ponorogo, 2016)
19
Ita Rostiana,” Dakwah Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam Konteks Politik (37-40 H)”, (Skripsi
Fakultas Dakwah, UIN Sunan Kali Jaga Yogyakarta,2007)
Dari temuan tersebut peneliti ini akan lebih fokus terhadap pergolakan
G. Metode Penelitian
Metode Penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk mengetahui sesuatu
sumber pustaka (Library Research) baik berupa buku, jurnal, Skripsi, Sirah
diteliti melalui metode sejarah. Proses pengkajian dan menganalisis secara kritis
kejadian dan peninggalan masa lampau berdasarkann data-data yang ada adalah
hal yang paling penting dalam merekonstruksi kejadian masa lampau. Adapapun
Sejarah tanpa sumber maka tidak bisa berbicara, maka sumber dalam
penelitian sejarah merupakan hal yang sangat penting dan paling utama
20
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya, 2001), 94-102
Dalam langkah Ini peneliti mencari dan mengumpulkan berbagai sumber, baik
a. Sumber Primer
Diantara sumber primer yang dimaksud dalam kajian sejarah ini adalah
Nihayah oleh Ibnu Katsir, kitab ini membahas Sejarah Islam Klasik yang
b. Sumber Sekunder
berupa buku, artikel dan jurnal. Sumber-sumber tersebut yang digunakan oleh
penulis adalah Sejarah Peradaban Islam Klasik, Bangkit dan runtuhnya Bani
Ummayah, politik dalam sejarah Islam, History of Arab, kejeniusan Ali bin
2. Kritik Sumber
sumber itu benar-benar akurat dan mempunyai kredibilitas atau tidak. Pada
tahap ini dalam metode sejarah biasa disebut dengan istilah kritik intern
21
Lilik Zulaicha, Metodologi Sejarah (Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2005), 16
dan kritik ekstern. Akan tetapi, peneliti pada tahap ini tidak menggunakan
kritik sumber.
3. Interpretasi
yang lain atau tidak. Hal pertama yang dilakukan adalah menyusun dan
sebab yang sama dapat mengantarkan pada hasil yang berlawanan dalam
lingkungan lain. Oleh karena itu, interpretasi dapat dilakukan dengan cara
4. Historiografi
22
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu,1999), 65.
tulisan yang sesuai denga tema pokok yang berkaitan dengan peristiwa
sejarah.23
H. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang merupakan satu kesatuan yang
utuh. Bab pertama yang merupakan pondasi bagi bab-bab selanjutnya, karena
dalam bab pertama segala hal yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini
telah diatur.
Bab I berisi pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan
pokok bab ini merupakan gambaran secara keseluruhan peneliti secara garis besar,
sedangkan untuk uraian yang lebih rinci akan diuraikan dalam bab-bab
selanjutnya.
Bab II menguraikan tentang awal perjalanan Khalifah Ali bin Abi Thalib itu
sendiri. Tardapat tiga sub bab dalam bab ini, yakni Biografi Khalifah Ali bin Abi
Thalib, kepribadian Khalifah Ali bin Abi Thalib dan jasa-jasa sebelum menjadi
khalifah. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang nasab Khalifah Ali dan
23
Ibid., 67
sifat-sifat kemuliaan yang ada pada diri sang khalifah, sehingga nantinya akan
Bab III berisi tentang Proses Pembaiatan Khalifah Ali yang didalamnya
terdapat pro dan kontra dalam menentukan siapa yang pantas untuk menggantikan
khalifah Utsman bin Affan. Bab ini terdiri dari tiga sub bab yaitu Proses
Ali bin Abi Thalib dan kebijakan Politik setelah menjadi khalifah
Bab IV membahas tentang Pergolakan Politik Islam pada masa Khalifah Ali
bin Abi Thalib yang mengakibatkan perpecahan dikalangan Umat muslim sendiri
serta terjadinya perang saudara. Dalam bab ini terdapat tiga sub bab yaitu
pergolakan politik Islam masa khalifah Ali bin Abi Thalib, proses penerimaan
Tahkim yang berbuntu pada pembunuhan Khalifah Ali dan munculnya kelompok-
kelompok masyarakat.
Bab V berisi penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan keseluruhan pembahasan
Lahir dari keluarga mulia dan terpandang, Ali bin Abi Thalib bin Abdi Manaf
bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah
bin Ka‟ab bin Lu‟ai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhar bin Kinanah bin
Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar, bin Nizar, bin Ma‟ad bin
Adnan.24 Itulah nama dan jalur keturunan Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh,
bertemu pada jalur kakeknya yang pertama yaitu Abdul Muthalib bin Hasyim,
yang memiliki anak yang bernama Abu Thalib saudara laki-laki kandung
Masehi, Tahun ini dihitung berdasarkan catatan sejarah dengan jarak 30 tahun setelah
Ibu beliau bernama Fathimah binti As‟ad bin Hasyim bin Abdi Manaf bin
Qushai, ibunya di beri gelar wanita Bani Hasyim pertama yang melahirkan putera
Thalib, Aqil, dan Ja‟far mereka semua lebih tua dari dari beliau rata-rata terpaut
sepuluh tahun. Ia juga memiliki dua orang saudara perempuan yakni ummu Hani‟
dan Jumanah. Keduanya adalah putri Fatimah binti As‟ad yang telah masuk Islam
dan turut hijrah. Ayahnya bernama Abu Thalib nama sebenarnya adalah Abdi
24
Al-Hafis Ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, Terj. Abu Ihsan Al-
Atsari. (Jakarta: Darul Haq, 2014), 541
25
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2012),
13
26
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, (Bogor : Pustaka Litera
Antarnusa,2013), 27
Manaf bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf, 27 beliau adalah seorang
Nama yang diberikan kepada Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h ‘anh pada saat
kelahirannya adalah Haidarah (Singa). Nama tersebut hasil pemberian sang ibu
sebagai kenangan dari nama bapaknya yang bernama As‟ad bin Hasyim. 29 Ia juga
akrab dipanggil dengan sebutan Abul Hasan oleh para sahabat lainnya. Hal itu
merujuk pada nama anak laki-laki pertama hasil pernikahannya dengan Fatimah
yakni al-Hasan.30 Selain itu Ali bin Abi Thalib mempunyai nama panggilan yang
Imam Muslim meriwayatkan dari Sahl bin Sa‟ad, diceritatakan suatu ketika
rumah, lalu beliau bertanya kepada Fatimah ; “ Dimana suamimu?”. kata Fatimah
; “Tadi ada masalah denganku lalu dia memarahiku kemudian keluar dan tidak
ketika sedang berbaring, dan kain selendangnya jatuh dari lambungnya sehingga
“Bangunlah hai abu Turab! Bangunlah hai Abu Turab”.31 Sejak saat itu Ali tidak
merasa mempunyai nama yang paling baik selain yang diberikan oleh Rasulullah.
27
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, (Jakarta : Pustaka Azam, 2011), 757
28
Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wan Nihayah. Terj. Abu Ihsan al-Atsari, (Jakarta : Darul Haq, 2004),
415
29
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 13
30
Al-Hamid Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, (Jakarta : Yayasan Al-
Hamidi, 1989), 27
31
Imam Al-Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Terj. Ahmad Zaidun, (Jakarta : Pustaka Amani,
2003), 956
Ali bin Abi thalib mempunyai perawakan yang berbadan tambun dengan
disertai bahu yang sebidang, sepasang mata yang lebar menghiasi wajah yang
tidak teralalu putih. Janggut dan cambang serta bulu badannya serba lebat.
Perpaduan kaki dan tangan yang kuat dan kekar di imbangi sosok yang sedang,
tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Cara berjalannya pun mirip dengan
Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h ‘anh sejak kecil hidup dan dibesarkan dalam
bernama Ja‟far bin Abu Thalib diasuh dan dibesarkan oleh pamannya yang
Thalib yang nota bene mempunyai banyak anak mengalami krisis ekonomi yang
yang pernah dilakuakan oleh Abu Thalib kepada dirinya yang telah merawat dan
jalan menuju nikmat Allah yang sangat besar kepada Ali. karena Ali Rad}hi<yalla<h
‘anh dari sini kemudian dirawat dan dididik oleh Rasulullah S}halla<llahu „a<laihi< wa
salla<m yang mendapat didikan, penjagaan, pemeliharaan langsung dari Allah serta
Kepribadian yang ada pada diri Rasulullah terpantulkan pada diri Ali. Seiring
kedekatakan yang terjalin antara Ali dan Rasulullah. Ali tumbuh dan berkembang
32
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 31
33
Al-Hamid Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, 35
34
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 31
di dalam rumah Islam, dia tahu segala rahasia-rahasia Islam semenjak usia dini
dalam kehidupannya. Yang sedemikian itu terjadi sebelum dakwah Islam mulai
melangkah keluar dari rumah Rasul dan mencari pertolongan yang memperkuat
Islam di usianya yang 10 tahun. Hal tersebut sejalah dengan pihak yang
mengatakan bahwa Ali dilahirkan pada waktu Rasulullah berusia 30 tahun, yakni
10 tahun sebelum diangkat Allah menjadi rasul.36 Suatu ketika Rasulullah dan
Khadijah sedang sholat tiba-tiba Ali menyeruak untuk masuk, ia merasa heran dan
kebingungan ketika melihat kedua orang itu melakukan ruku‟ dan sujud serta
waktu itu. Hingga kemudian Ali memberanikan diri untuk bertanya langsung
menyembah Allah serta meninggalkan penyembahan kepada Latta dan Uzza “.37
perkara yang sebelumnya aku tidak mendengarnya sama sekali, tetapi akau
bukanlah orang yang memiliki keputusan atas perkaraku sehingga aku harus
wa salla<m tidak ingin Ali menceritakan apa yang telah disampaikan kepadanya
pada siapa pun termasuk Abu Thalib. Rasul pun berkata kepada Ali dengan lemah
35
Ibid., 32
36
Al-Hamid Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, 37
37
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 28
lembut ; “ Wahai Ali jika engkau tidak berkenan masuk Islam maka jaga rahasia
ini ”. Seketika itu Ali terdiam dan termenung dalam semalam hingga Allah
memberikan hidayah cahaya Islam kepadanya. Dan keesokan harinya Ali bin Abi
Ali bin Abi Thalib selalu mendampingi Rasulullah S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m
dan membela beliau selama 23 tahun. Tidak sedikit suka dan duka derita serta
beban yang dipikul Ali selama 13 tahun bersamanya. Ganguan demi gangguan
telah beliau lalui bersama Ali bin Abi Thalib. berkat jaminan dan perlindungan
yang diberikan oleh Abu Thalib kaum Quraisy tidak ada yang berani menggangu
Rasulullah dan Ali bin Abi Thalib. mengingat kedudukan serta kewibawaan Abu
Mutthalib. Akan tetapi, ketika Abu Thalib wafat kaum Quraisy semakin gencar
Kondisi tersebut sama sekali tidak pernah dihadapi Rasulullah pada saat Abu
untuk menyuruhnya tidur ditempat tidur beliau dan memakai selimut yang
berwarna hijau.
38
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 33
39
Al-Hamid Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, 44
Al-Anshari, wajarlah jika beliau mulai memikirkan kehidupan Ali bin Abi Thalib.
paling tepat menjadi isteri Ali. Tidak ada wanita lain yang lebih memenuhi syarat
dari pada puteri beliau, dan tidak ada pria lain yang lebih afdal untuk menajdi
dengan putrinya yakni Fatimah binti Rasulullah pada tahun kedua setelah hijrah,
yaitu setelah peristiwa perang Badar. Dari pernihakan tersebut Ali dikarunia anak;
Hasan, Husein, Zainab, dan Ummu Kultsum.41 Ali tidak menikahi wanita lain
selama Fatimah masih hidup. Baru setelah pasca wafatnya Fatimah, Ali menikahi
Ummu Banin Binti Hizam Abu Al Majl bin Khalid bin Rabiah bin Walid bin
Kaab bin Kilab. Dari pernikahan tersebut Ali dikarunia empat anak yaitu ; Abbas,
Ja‟far, Abdullah, Utsman. Ali juga menikahi Laila binti Mas‟ud bin Khalid bin
Malik bin Rib‟i bin Salma bin Jandal bin Nahsyal, bin Darim, bin Malik, bin
Hanzhalah bin Malik bin Zain Manat bin Tamim. Dari pernikahan tersebut Ali
dikaruniai dua orang putra, yaitu Yahya dan Muhammad Al Ashghar. Ali juga
menikah dengan Ummu Habib binti Rabiah bin Bujair bin Abdu bin Alqamah bin
Harits bin Utbah bin Saad bin Zubair bin Jasyam bin Bakar bin Habib bin Amru
bin Ghanm bin Taghlib bin Wail. Darinya terlahir dua orang anak yaitu ; Umar
40
Ibid., 47
41
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib , 56
bin Ali dan Quqayah bin Ali. Muhammad Al-Ausath merupakan anak Ali dengan
perkawinannya Umamah binti Abu Al Ash bin Rabi bin Abdul Uzza bin Abdu
Ali juga menikahi Khaulah binti Ja‟far bin Qais bin Maslamah bin Ubaid bin
Tsa‟labah bin Yarbu bin Tsa‟labah bin Ad-Dulu bin Hanifah bin Lujaim bin
Sha‟bu bin Ali bin Bakar bin Wail. Pernikahan tersebut menghasilkan seorang
anak yang bernama Muhammad Al-Akbar yang lebih sering dipanggil dengan
julukan Muhammad bin Al-Hanafiyah. Ali juga menikahi Ummu Said binti
Urwah bin Mas‟ud bin Muattib bin Malik Ats-Tsaqafi. Ali mendapatkan dua
Dalam beberapa hal sifat dan sikap Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h ‘anh sama
dengan para pendahulunya. Bani Hasyim semenjak dulu sudah terkenal sebagai
penengah dan perantara dalam setiap akad yang terjadi diantara suku Quraisy.
tekat yang kuat, ramah, dermawan, pemberani, dan sifat-sifat luhur lain yang
menjadi simbol kepahlawan dan kemuliaan Bangsa Arab waktu itu. Keadaan
lingkungan yang seperti itu membuat Ali bin Abi Thalib memiliki jiwa yang
diwarisi oleh klannya. 43 Ia sangat lemah lembut, rasa kasih sayang pada
sesamanya, terutama pada kaum yang lemah. Beliau selalu beruasaha agar sedapat
42
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 758
43
Ash-Shalabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 18
pribadinya. Akan tetapi beliau tidak ragu bertindak tegas jika keadaan
beliau sendiri lebih miskin. Ia berusaha menolongnya dengan segala daya dan
diantara sepuluh sahabat yang beliau nyatakan sebagai calon penghuni surga. Ali
juga merupakan orang yang berakhlak tinggi dan menekankan supaya setiap
manusia berakhlak mulia. Keilmuan yang dimilikinya sangatlah luas sekali, tutur
menjawab. Ia tidak pernah berbuat batil untuk membela orang yang kuat dan tidak
Ali bin Abi Thalib telah mendapatkan tempat tersendiri di hati umat bukan
sangat khas yang tak luput dari didikan Rasulullah. Ada beberapa ciri dan
keistimewaan Ali yang tidak dimiliki oleh sahabat yang lain. Selain dikenal
sebagai zahid atau menjauhi segala hal yang berbau keduniawian dan kesenangan
semata.
44
Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 63
45
Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, 59
Ali adalah seorang yang wara‘, orang yang menjauhi segala macam dosa dan
syubhat. Ia juga orang yang sarat akan hal keilmuan tempat para sahabat
tentang makna sebuah ayat dalam al-Qur‟an atau tafsirnya.46 Tidak hanya itu
mereka juga meminta untuk memutuskan sebuah perkara yang sulit secara adil.47
Ibnu asakir meriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud dia berkata : penduduk
Madinah yang paling tahu tentang masalah waris dan yang paling pandai dalam
Ali bin Abi Thalib merupakan sosok yang punya pendirian sangat keras untuk
keadaan ikhlas semata-mata untuk mencari ridha Allah. Ali selalu memberikan
motivasi kepada semua orang terutama para penuntut ilmu agar dalam melakukan
Dalam hal memainkan pedang Ali sangat pandai dan berani melawan musuh-
musuh Islam. Ia tidak pernah lari dari medan pertempuran, setiap berperang
namun Ia tidak pernah lepas dari keimanannya. Menurut Ali bin Abi Thalib lisan
yang telah dianugerahkan Allah kepada seseorang itu lebih baik dari pada harta.
46
Mehdi Faqih Imani, Mengapa Harus Ali ?, (Jakarta : Citra,2006), 8
47
Ibid., 35
48
Imam Suyuthi, Tarikh Khulafa‟; Sejarah Para Penguasa Islam, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar,2000), 199
49
Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 287
Dengan semua itu, maka janganlah diri kalian menambah kekhusyuan dalam
kesombongan. Ingatlah bahwa balasan kemenangan itu adalah surga dan balasan
nafsu adalah neraka.50 Sifat-sifat rendah hati yang dimilinya serta kedudukan dan
kekuasaan, semua itu tidak ada nilainya kalau tidak dijadikan sebuah sarana untuk
membenarkan yang benar dan menyalakan yang salah. Keberanian Khalifah Ali
Keberaniannya telah diuji pada malam Hijrah, ketika Rasulullah bersama Abu
Bakar hendak hijrah ke Goa Tsur. Rasulullah membisikkan kepada Ali untuk
memakai mantel hadraminya yang berwarna hijau dan meminta untuk berbaring
di tempat tidur Rasulullah, dengan pesan bahwa beliau tidak akan mengalami
gangguan. Ali yang telah mendapat bimbingan rohani dan akhlak yang mantap
dari Rasulullah sudah merasakan betapa jiwanya merasa tenang. Ali rela
mempertaruhkan nyawa dan hidupnya, sebab Ali sudah percaya penuh terhadap
kerasulan Muhammad.52
Kecintaan Ali kepada Allah dan Rasul-Nya begitu menusuk kuat dalam
‘anh di tempat tidur Rasulullah dalam situasi dan kondisi demikian menunjukkan
kedalaman imannya terhadap qadha dan qadar Allah. Sikap itu menunjukkan
keimanan yang sejati. Padahal Ali sebenarnya tau resiko tinggi dari tugas tersebut
50
Ibnu Qutaibah, Politik dan Kekuasaan Dalam Sejarah Para Khalifah, (Jakarta : Pustaka Al-
Kautsar,2016), 84
51
Al-Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali bin Abi Thalib, 81
52
Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 48
tak lain adalah kematian. Ali memang telah dikenal oleh orang-orang musyrik
ketika itu sebagai sosok pemuda Quraisy yang pemberani. Ali faham bahwa tugas
berat tersebut adalah tugas mulia yang tidak bisa didapatkan dari jalan manapun.53
muhajirin dan ansor, membangun masjid sebagai pusat kajian atau kegiatan umat
situasi dan kondisi itulah, Ali bin Abi Thalib memliki peran sangat penting yang
Islam.54
Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h ‘anh memiliki catatan sebagai pahlawan
Islam yang cemerlang dalam setiap peristiwa peperangan. Semua peristiwa perang
telah diikuti Ali bersama Rasulullah S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m kecuali perang
Tabuk, karena pada saat itu Ali bin Abi Thalib disuruh Rasulullah untuk tetap
Ada sebuah hadis shahih yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Abu Hazim,
dia berkata : Sahl bin Sa‟ad memberitahukan kepadaku bahwa ketika perang
Khaibar Rasulullah berdiri dan berpidato ; “ Esok hari aku akan memberikan
53
Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 48
54
Ibid., 51
55
Ibid., 85
bendera ini kepada seseorang yang akan memimpin kaum muslim saat Allah
memberikan kemenangan. Dia mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan begitu pula
sebaliknya “.
Pada malam itu para sahabat bertanya-tanya siapa yang besok akan diserahi
Dimana Ali bin Abi Thalib? “. Kemudian para sahabat menjawab ; “Wahai
Rasulullah, Ali sedang mengeluh kesakitan pada kedua matanya”. Setalah sahabat
mendoakan agar Ali disembuhkan dari penyakitnya dan kedua mata Ali pun
sembuh total. Setelah itu Rasulullah memberikan bendera itu kepada Ali bin Abi
Thalib. dan pada hari itu juga Ali bin Abi Thalib bersama para sahabat serta
dua yang bernama Dzulfikar. Apabila pedang itu dikeluarkan dari jubah Ali maka
Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h ‘anh juga mempunyai peran dalam ibadah
haji yang dilakukan Abu Bakar beserta rombongan kaum muslim. Suatu ketika
Abu Bakar dalam perjalanan bersama kaum muslimin guna menunaikan ibadah
Ali dan menyuruh untuk menyusul Abu Bakar beserta rombongan kaum
56
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 665
berbagai manasik haji kepada manusia. Abu Bakar menjelaskan cara Wukuf,
Thawaf, penyembelihan, melempar jumrah, dan lain sebagainya. Ali bin Abi
masuk surga kecuali orang yang beriman, tidak boleh Thawaf di ka‟bah dengan
keadaan telanjang, barangsiapa yang antara dirinya dengan diri Rasulullah ada
perjanjian maka perjanjiannya sampai batas waktu yang telah ditentukan, dan
orang musyrik tidak boleh haji setelah tahun ini. Inilah sesungguhnya sebab utama
kenapa Rasulullah mengutus Ali bin Abi Thalib untuk menyampaikan sebuah misi
yang terkandung dalam surat Al-Bara‟ah (nama lain dari Surat At-Tubah).57
Jasa-jasa yang telah diukir Ali bin Abi Thalib selain berperang untuk
mengakkan agama Islam serta dalam hal ibadah haji, beliau juga menjadi Dai dan
57
Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 112
mengutus para sahabat diantaranya, Abu musa Al-Anshari, Muadz bin Jabal dan
Tidak hanya berhenti disitu saja, prestasi Ali bin Abi Thalib sangat besar
dalam setiap pemerintahan yang dijalankan oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman.
Pada masa Umar menjadi Khalifah, Ali bin Abi Thalib merupakan salah seorang
anggota inti dalam dewan shura. Umar memahami betul keutamaan yang ada pada
diri Ali sebagai seorang yang ahli dalam bidang Fiqih dan Ahli hikmah. Beliau
Dalam memahami jasa-jasa Ali bin Abi Thalib sebelum menjadi Khalifah.
Serta berbagai kondisi dan keadaan yang telah dilaluinya. Kaum syiah Rafidhah
yang di perintah langsung oleh Rasulullah itu semua merupakan sebuah bukti dan
dasar bahwa Ali lebih berhak untuk menjadi seorang Khalifah bagi kaum
muslimin setelah wafatnya Rasulullah bila dibandingkan dengan Abu Bakar Ash-
Shiddiq.
58
Ibid., 117
59
Ibid., 164
A. Pra Pembaitan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah pengganti Utsman
seseorang atau menentukan kriteria-kriterianya secara jelas. Karena pada saat itu,
perhatian penuh umat Islam kepada dakwah, maka masalah penggantian ini tidak
difikirkan secara khusus dan mendalam. Hal inilah yang kemudian hari
S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m, yakni tentang siapa yang mesti menjadi pengganti
Madinah. Pertemuan itu secara spontanitas diadakan dan pertama muncul wacana
pengangkatan salah seorang sahabat Anshar yang bernama Saad bin Ubadah
yang pada waktu itu masih berada di dalam rumah duka untuk diajak ikut dalam
Sabda Rasul S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m ketika hendak menulis surat wasiat
bahwa Abu Bakar yang akan menggantikan kedudukan beliau sebagai khalifah,
tetapi tidak jadi, karena beliau tahu bahwasannya para sahabat tidak akan
60
Moh. Nurhakim, Jatuhnya Sebuah Tamadun (Jakarta : Kementrian Agama RI, 2012), 46
yang ada pada diri Abu Bakar Rad}hi<yalla<h „anh Ada sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Bukhari melalui jalur Aisyah Rad}hi<yalla<h „anha sebagai berikut
; “Panggilkan kepadaku Abu Bakar dan saudaramu agar aku bisa tulis surat.
Karena sesungguhnya aku khawatir akan ada seseorang yang berambisi (menjadi
khalifah), lalu ada yang lain lagi mengatakan, “Aku lebih patut (menjadi
Dalam Tarikh Khulafa Ibnu Sa‟ad meriwayatkan dari Al Hasan, dia berkata,
Ali Rad}hi<yalla<h „anh berkata ; “Tatkala Rasulullah wafat kita melihat bagaimana
yang harus kita lakukan setelah meninggalnya Rasul. Setelah kita memandang
dengan seksama maka kami dapatkan Rasulullah telah mengutamakan Abu Bakar
menyerahkan segala urusan dunia kami kepada orang yang Rasulullah sendiri rela
menyerahkan urusan agama kami kepadanya lalu kami ajukan Abu Bakar sebagai
Khalifah pertama yakni Abu Bakar Rad}hi<yalla<h „anh dipilih menjadi khalifah
perselisihan dan adu argumen secara sengit dan memanas antara pemimpin kaum
Anshar dan kaum Muhajirin. Yang menjadi fokus dalam perdebatan tersebut
dikutip pada waktu itu menyebutkan bahwa “pemimpin adalah dari kaum
sekitar dua tahun Abu Bakar wafat dan sebelum wafat Abu Bakar telah menulis
surat wasiat untuk menunjuk Umar bin Khattab menjadi Khalifah kedua.
politiknya tentang situasi yang ada dan menganggap tidak ada untungnya
menyerahkan pemilihan kepada rakyat seperti yang dilakukan oleh Nabi pada
zamannya. Ini membuktikan bahwa negara yang baru berdiri ini hanya dalam
kurun waktu dua tahun telah mengalami perubahan persyaratan sehingga Abu
wafat khalifah kedua didesak oleh para sahabat untuk menulis surat wasiat tentang
siapa yang akan menggantikannaya. Awalnya Umar menolak usulan dari para
sahabat, akan tetapi melihat kondisinya yang sudah tua tidak memungkinkan lagi
Khattab. Akhirnya Umar bin Khattab membentuk sebuah panitia atau komisi yang
beranggotakan enam orang sahabat Rasulullah untuk memilih salah seorang dari
enam anggota tersebut untuk menjadi Khalifah penerus Umar bin Khattab.
Dengan demikian Umar telah menciptakan sebuah metode baru dalam memilih
pemimpin. Hasil dari penggunaan metode baru tersebut Utsman bin Affan
63
Syed Hussain Mohammad Jafri, Moralitas Politik Islam ; Belajar dari Prilaku Politik Khalifah
Ali bin Abi Thalib (Jakarta : Pustaka Zahra, 2003), 42
64
Ibid., 43
rencana yang diam-diam dimainkan oleh Abdurrahman bin Auf. Setelah Umar
wafat, lima dari enam orang tersebut segera berunding untuk membicarakan
pengisian jabatan Khalifah. Awal jalannya pertemuan tersebut sangat alot dan
kesempatan kepada orang yang betul-betul paling memenuhi syarat untuk dipilih
menjadi seorang Khalifah. Hingga akhirnya hanya tersisa dua calon yakni Ali bin
Abi Thalib dan Utsman bin Affan yang masih bertahan. Kemudian Abdurrahman
bin Auf memanggil Ali dan menanyakan kepadanya, seandainya dia dipilih
Sunnah Rasul, dan kebijaksanaan dua Khalifah sebelumnya. Ali Rad}hi<yalla<h „anh
pertanyaan yang sama. Utsman Rad}hi<yalla<h „anh menjawab dengan tegas ; “Ya
Dalam hubungan tersebut patut dikemukakanan bahwa Ali sangat kecewa atas
cara yang dipakai oleh Abdurrahman dan menuduhnya sejak semula telah
65
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara ; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran ( Jakarta : UI Press,
dengan sangat tragis di tangan para pemberontak yang datang dari Mesir, Kufah,
untuk suksesi setelahnya. Karena itu, Ali bin Abi Thalib kemudian mendapat
desakan dari para sahabat untuk menjadi Khalifah keempat pengganti Utsman bin
Affan.66
kota Madinah tidak ada seorang pun yang mengangkat seorang khalifah. Mereka
tahu bahwa masalah ini merupakan hak khusus kaum Muhajirin. Sehingga mereka
menawarkan hal itu kepada para sahabat senior : Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin
Ubaidillah, Az-Zubair bin Awwam, Abdullah bin Umar, dan Sa‟ad bin Abu
tanggung jawab yang harus mereka pikul. Dalam situasi dan kondisi yang sensitif
ini, harus ada pemberani yang maju dan memimpin umat ini serta menyelamtkan
Para ulama sirah dari kaum Salaf berbeda pendapat mengenai hal ini,
sebagian dari mereka mengatakan bahwa para sahabat Nabi meminta Ali untuk
menjadi pemimpin bagi mereka dan bagi seluruh kaum muslim. Namun Ali
menolak permintaan mereka dengan jawaban ; “Tidak, aku tidak bersedia menjadi
1990), 27
66
Syed Hussain Mohammad Jafri, Moralitas Politik Islam, 44
67
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah. Terj.
Abu Ziad Dhiaul-Haq dan Abdul Syukur Abdul Razak (Jakarta : Pustaka Azam, 2011), 89.
pemimpin kalian. Namun aku tetap mendukung kalian, siapa pun yang kalian pilih
maka aku ridha. Demi Allah, seleksilah dengan baik!”. Mendengar jawaban Ali
seperti itu nampaknya para sahabat masih bersikukuh ingin membait Ali dengan
berkata ; “Kami tidak akan memilih orang lain selain engkau!”. Menurut para
sahabat tidak ada yang sepadan kedudukan, ilmu, ketakwaan, dan agamanya
selain Ali bin Abi Thalib. hingga akhirnya Ali bin Abi Thalib mau menerima
desakan para sahabat untuk menjadi Khalifah dengan satu syarat yang
aku hanya ingin mengatur Baitul Maa<l,68 dan aku bersumpah tidak akan
mengambil satu dirham pun tanpa sepengetahuan kalian”. Setelah itu kaum
muslimin membaiat Ali dengan menyertakan sumpah setia terhadap syarat yang
Pembaiatan Ali bin Abi Thalib dilakukan mayoritas sahabat, baik dari kaum
amanah menjadi Khalifah pada awal tahun 36 H. Akan tetapi dalam proses
Thalhah dan Zubair kepada Ali bin Abi Thalib. mereka berdua melakukakn ba‟ait
dengan dipaksa. Kata dipaksa dengan terpaksa sangat jelas berbeda, walaupun ada
68
Baitul Maal dalam bahasa arab mempunyai arti sebagai Rumah Harta atau tempat menyimpan
harta. Pada masa sahabat Baitul Maal merupakan sebuah lembaga yang mempunyai tugas khusus
untuk menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.
mislanya harta ghanimah atau rampasan perang.
69
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 670
mengajukan syarat dalam bai‟at itu yaitu Khalifah Ali harus menegakkan keadilan
bagi pembunuh Utsman, akhirnya keduanya menarik sumpah setia mereka, ada
yang mengatakan bahwa mereka menarik sumpah setia karena tidak terpenuhinya
Seandainya pembunuhan itu tidak terjadi atau sudah teratasi pasti mereka
berdua langsung membai‟at Ali, karena menurutnya tidak ada yang meragukan
Khalifah. Jika pernyataan mereka itu keluar dari mulut mereka dikarenakan
Pembaiatan Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh berlangsung atas dasar
wilayah Islam lainnya untuk berbai‟at kepada Ali kecuali penduduk Syam yang
Muawiyah menentang Ali untuk menuntut balas atas darah sepupunya yakni
Utsman bin Affan, dan menurutnya Ali membiarkan para pemberontak itu
belas atau dua puluh orang sahabat Nabi terutama Muawiyah, Amr bin Al-Ash, dll
yang tidak mau berbai‟at kepada Ali bin Abi Thalib, maka penolakan tersebut
70
Ibid., 673
71
Ah. Zakki Fuad, Sejarah Peradaban Islam., 98.
72
Ibid., 674
73
Ibnu Kasir, Bidayah Wa An-Nihayah., 443
berkaitan dengan masalah Khalifah. Dengan pengangkatan Ali bin Abi Thalib
Rad}hi<yalla<h „anh sebagai Khalifah oleh umat pada waktu itu telah memperoleh
Rad}hi<yalla<h „anh.74
Pada waktu itu, Ali sudah menyadari bahwa menerima pembai‟atan umat
Islam pasti akan mengahadapi berbagai macam tantangan dan kesulitan. Namun
dikarenakan para sahabat telah meyakinkan Ali bahwa kaum muslimin sangat
pembaiatan mereka. Salah satu alasan yang kuat mendorong Ali untuk menerima
baiat adalah demi kejayaan umat Islam, keutuhan persatuan, keadilan dan
kebutuhan bagi umat Islam. Untuk mengangkat seorang Khalifah yang akan
Khalifah harus bisa membawa umat Islam ke jalur yang baik dan benar serta
74
Abul A‟la al Maududi, Khilafah dan kerajaan., 158
75
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta : Pustaka Book, 2007),
106
sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum dalam Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi
Muhammad76.
Setelah dibai‟at oleh kaum muslimin pada hari Jum‟at di masjid Nabawi,
Khalifah Ali bin Abi Thalib menyerukan pidato pertamanya yang mengatakan
bahwa Allah telah menurunkan Al-Qur‟an yang menjelaskan tentang hal-hal yang
baik dan yang buruk, dan Ia mengajak rakyat untuk mengambil mana yang baik
banyak macam perlindungan yang dijamin Allah yang paling utama adalah
perlindungan atas umat Islam, dan haram hukumnya melukai atau merugikan
Dalam hal pemerintahan, sikap Khalifah Ali ketat terhadap pejabat yang
korup, berkhianat, memakan harta umat, seperti yang terjadi pada masa
sebelumnya yakni masa Khalifah Utsman bin Affan. Ali memang melarang keras
banyak yang dalam kekurangan. Inilah prinsip yang dipegang teguh oleh Khalifah
pemahaman atau penerapan akurat akan ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi.
Khalifah Ali luar biasa dalam memperjuangkan keadilan bagi semua rakyatnya,
baik yang muslim maupun yang non-muslim. Bagi Ali, kelas atas maupun kelas
76
Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Bandung : Sinar Baru,2013), 493
77
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara ; Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, 29
78
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 197
bawah, si kuat dan si lemah semuanya harus diperlakukan dengan baik dan adil
Naiknya Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh sebagai Khalifah dalam
keadaan umat Islam yang terpecah belah dan tidak menjadikan penghalang bagi
masalah hukum peradilan. Hal tersebut dibuktikan melalui beberapa surat yang
untuk berlaku adil pada Allah, kepada rakyat, serta kerabat dan diri sendiri.
Karena apabila tidak berlaku adil, maka dia akan menjadi penindas dan
bagi rakyatnya dan berusaha berbuat adil dalam mengendalikan wilayah yang
dikuasainya.80
„anh melakukan strategi politik damai dengan mengirimkan surat yang telah
dilakukan demi menjaga keamanan dan keutuhan dalam negeri. Jika terjadi
sesuatu yang dapat membahayakan keamanan dalam negeri, maka tugas kepala
negara atau gubernur berupaya mencari jalan damai dan berusaha keras untuk
79
Syed Hussain Mohammad Jafri, Moralitas Politik Islam, 77
80
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 364
81
Ibid., 510
Selain itu, Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh juga membentuk lembaga
memperhatikan dan mengayomi para hakim yang telah diangkat, agar mereka
Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh telah membuat keputusan yang besar.
Khalifah keempat ini memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke Kufah.
Tindakan ini sangat luar biasa berani, karena tindakan ini tidak pernah dilakukan
sebelumnya oleh Rasulullah dan ketiga Khalifah awal. Ini merupakan cara
Khalifah Ali memisahkan urusan politik dan agama. Latar belakang pemindahan
pusat kota pada masa Khalifah Ali adalah dengan melihat kondisi sosial politik di
Madinah yang telah mengotori kesuciannya. Secara tidak langsung Khalifah Ali
kekuatan yang muncul akibat terbentuknya kelas dan kelompok baru, walaupun
lagi. Ali sebenarnya ingin menjalankan kebijakannya selaras dengan ajaran Islam,
terbentuknya kelompok Tuan tanah yang kuat, menyudahi struktur kesukuan non-
82
Ibid., 511
83
Nadirsyah Hosen, Islam yes Khilafah No Jilid 1 (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga Prees,
2018), 90
kelas masyarakat Arab 84. Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh ingin meneruskan
cita-cita Abu Bakar dan Umar dalam menggenggam erat prinsip-prinsip Baitul
Maa<l.85
Abi Thalib berusaha keras untuk memulihkan keamanan yang tidak stabil.
Pengangkatan Ali menjadi Khalifah berada dalam kondisi dan situasi yang amat
kesulitan yang tidak sedikit. Beratnya tugas pemerintahan yang mengharuskan Ali
Ibukota Negara Islam, Madinah. Para penasehat Khalifah memandang apa yang
terjadi pasca terbunuhan Khalifah Utsman bin Affan sudah sangat serius. Meraka
datang kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk memberikan masukan agar
segera mengambil kebijakan terkait para gubernur yang ada diwilayah kekuasaan
masing-masing.87
84
Sjechul Hadi Permono, Islam Dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan (Surabaya : CV. Aulia,
2004), 132.
85
Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam ; Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakata : Lesfi,
2002), 49
86
H.A Djazuli, Fiqih Siyasah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2003), 21
87
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 487
terhadap pejabat pemerintah yang baru. Ternyata para pejabat baru yang diangkat
oleh Khalifah Ali menimbulkan pro dan kontra dikalangan rakyat daerah. Ada
yang menerima dan ada yang menolak, serta ada yang bersikap netral seperti
Mesir dan Bashrah. Pengiriman para pejabat baru itu dilakukan oleh Khalifah Ali
menggantikan Ya‟la bin Umayyah, Qais bin Sa‟ad bin Ubadah sebagai gubernur
Abdullah bin Amir al-hadrami yang terlebih dahulu pergi ke Makkah dengan
harta yang dapat dibawanya. Kemudian Umarah bin Shihab yang ditunjuk oleh
Khalifah Ali sebagai gubernur Kufah akan tetapi kedatangan Umarah bin Shihab
karena mereka masih mempertahankan gubernur yang lama yakni Abu Musa Al-
mengirimkan surat kepada Khalifah Ali yang menyatakan baiatnya dan juga
Sedangkan Sahl bin Hunaif sebagai gubernur Syam yang baru tidak bisa
memasuki negeri tersebut. Sikap itu sejak awal sudah terprediksi oleh Khalifah
sudah terjadi. Surat Khalifah Ali tidak kunjung di balas oleh Muawiyah, barulah
beberapa bulan kemudian Muawiyah mengirim surat kepada Ali yang berisi
Khalifah Ali.91
semua itu tidak membuahkan hasil yang maksimal. Khalifah Ali tetap bersikukuh
bersikeras menuntut bela atas kematian Utsman dan menghukum para pembunuh
dengan hukuman Qisa<s} atau agar para pembunuh itu diserahkan kepada dirinya
yang merupakan wali atas darah Utsman sebelum membicarakan masalah bai‟at.92
propinsi dan cenderung kepada sistem penyaluran pendapatan pajak dan harta
91
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 92
92
Ibid., 93
93
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Terj. Ghufron A. Mas‟adi (Jakarta PT. Raja
Grafindo Persada, 2000), 84
94
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 39.
Sistem yang diterapkan oleh Ali adalah sistem dekat kepada persamaan dan
perlindungan terhadap kaum yang lemah. Sebab setiap manusia memiliki hak-hak
yang sama diantara mereka. Tidak memihak kepada yang kuat dan tidak menekan
dibagi-bagikan sebelumnya kepada mereka yang dekat dengan penguasa dan para
berlaku baik (adil) terhadap rakyat, tidak menekan dan tidak mengeksploitir
sah. Mereka tidak suka dengan cara pengawasan Khalifah Ali yang ketat dalam
95
Abbas Mahmud Al Aqqad, Kejeniusan Ali bin Abu Thalib, Terj. Gazirah Abdi Ummah ( Jakarta
: Pusaka Azzam, 2002 ), 157
96
Rasul Ja‟farian. Sejarah Islam ; Sejak Wafat Nabi Saw Hingga Runtuhnya Dinasti Bani
Umayyah (11-132 H). Terj. Ilyas Hasan (Jakarta : Lentera Basritama, 2004), 298.
Ali merupakan masa-masa yang paling kritis karena pertentangan kelompok yang
97
Shonhadji Sholeh, Politik Dalam Sejarah Islam, 118
A. Pergolakan Politik
tahun trakhir kekhalifahan Utsman bin Affan Rad}hi<yalla<h „anh saat itu kondisi
masyarakat dari level sosial yang beragam dan banyak orang awam yang tidak
mengobarkan fitnah. Di antara mereka adalah Abdullah bin Saba‟ yang dijuluki
Ibnu Sauda. Orang yang berasal dari S}an’a< (Yaman) ini menebarkan benih-benih
fitnah dikalangan kaum muslimin agar mereka benci kepada Utsman. Inti dari apa
Yamaniyah atas para sahabat tua dari kalangan Quraisy yang tidak termasuk
angkatan pertama Islam. Mereka iri kepada para sahabat angkatan pertama dari
Quraisy atas harta rampasan perang yang syar‟i yang mereka dapatkan sebagai
imbalan atas jihad dan penaklukan mereka. Maka orang-orang itu ingin diri
mereka mendapatkan hasil yang sama tanpa harus berjihad dan juga tanpa harus
98
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 546
99
Ibnul Arabi, Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah Sejak Rasulullah Wafat, 41
mengajak masyarakat kepada apa yang telah disampaikan Ibnu Saba‟. Seolah-olah
mereka sedang melancarkan gerakan amar ma‟ruf nahi munkar dengan cara
membuat tulisan-tulisan aib dan kesalahan para gubernur di wilayah. 100 Para
utusan yang dikirimkan oleh Ibnu Saba‟ ke daerah disuruh untuk membuat surat-
surat palsu yang berisikan sebuah provokasi. Hal ini telah membuktikan bahwa
Amar ma‟ruf nahi mungkar yang dibawah kaum sabaiyah ini telah mengakibatkan
terbukanya pintu fitnah dari zaman Khalifah Utsman sampai zaman Khalifah Ali
bin Abi Thalib yang melahirkan dua perang besar diantara sesama kaum muslimin
berdua datang kehadapan Imam Ali Rad}hi<yalla<h „anh untuk meminta keduanya
sedikit hasrat Thalhah dan zubair dalam tuntutanya. Kemudian mereka berdua
meminta kepada Khalifah Ali untuk diangkat menjadi kepala daerah Basrah dan
Kufah, dengan singkat Khalifah Ali Rad}hi<yalla<h „anh menjawab “Hal itu akan
datanglah Abdullah Bin Abbas untuk merayu Khalifah Ali agar jabatan kepala
100
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 547
101
Ibid.,550
daerah tersebut diberikan kepada Thalhah dan Zubair. Akan tetapi, Khalifah Ali
menolaknya karena sudah mengetahui niat Thalhah dan Zubair untuk berkuasa
menginginkannya.102
Hal tersebut bisa dilihat ketika Thalhah dan Zubair pergi ke Makkah untuk
wafatnya Utsman yakni pada bulan Rabiul Akhir tahun 36 H. Mereka membuat
bekata “ Sesungguhnya Utsman telah dibunuh secara zalim, demi Allah aku akan
mereka tahu bahwa tidak ada pembatalan tuntutan atas darah Utsman. Karena
102
Al Hamid Al Husaini, Imamul Muhtadin Sayyidina Ali Bin Abi Thalib, 377
103
Ibid., 379
104
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 552
mengeluarkan mereka dari zona nyaman dan kestabilan. Semua orang keluar dari
rumahnya tanpa bisa memastikan apakah masih bisa kembali lagi. Hari
Mereka telah menyusun strategi dan pembagian tugas yang jelas sejak dari
Utsman yang berlindung di balik pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib
dan tujuan tersembunyi dari kaum Sabaiyah dan para pemberontak yang datang
dari berbagai daerah untuk memecah belah kabilah. Kebanyakan mereka adalah
orang-orang badui (Arab Pegunungan) dan hamba sahaya. Para sahabat dan
masyarakat mulai melihat titik terang dan sepakat dengan pendapat Aisyah yang
105
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husein, 228
106
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 98
dalam pasukan Ali. Kondisi seperti ini membuat posisi Ali semakin rumit dan
Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh untuk meninggalkan Madinah. Hal tersebut
tampak jelas pada saat Ali berkeinginan untuk berangkat ke Syam dalam rangka
wilayah lainnya. Gejolak politik yang ada tidak pernah stabil sehingga
sebagian besar penduduk Madinah memandnag bahwa fitnah belum berakhir dan
akan terus berlanjut. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang memilih hati-
hati hingga kondisinya semakin jelas. Menurut Tarikh Ath-Thabari bahwa Ali bin
107
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 555
108
Nadirsyah Hosen, Islam yes Khilafah No Jilid 1, 91
Abi Thalib keluar bersama-sama dengan orang yang akan berangkat ke Syam,
yaitu para aktifis dari Kufah dan Bashrah yang berjumlah sekitar 700 orang. 109
Di dalam pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh bersembunyi
para pemberontak dari kalangan Sabaiyah. Para pengikut Ibnu Saba memiliki
keinginan yang kuat untuk menyulut api fitnah sehingga mereka terbebas dari
hukum Qis}a<s}. Pada saat orang-orang telah menuju rumah mereka masing-masing
dan kondisinya telah tenang, keluarlah Ali, Thalhah, dan Zubair. Mereka saling
yang telah menyelimutinya. Inilah rekonsialiasi yang paling optimal dari kedua
belah pihak, mereka berpisah; Ali menuju Barak pasukannya, sedangkan Thalhah
utusan kepada para komandan lapangannya, demikian pula Khalifah Ali bin Abi
damai.110
Pada malam harinya itu kaum pemberontak melakukan diskusi untuk mencari
solusi atas kondisi genting yang di hadapinya. Mereka telah berdiskusi dan
tidak ada kemenangan bagi kalian kecuali berbaur dengan orang-orang. Jika
109
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabar Jilid 3, 690
110
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husein, 236
mereka bertemu maka nyalakan api peperangan di antara mereka, Jangan biarkan
mereka berdamai”.111 Mereka pun sepakat dengan ide tersebut lalu membubarkan
diri sementara orang-orang tidak mengetahui ide busuk yang dibangun oleh
Akhir tahun 36 H. Mereka bangun sebelum terbit fajar tanpa disadari oleh orang-
Khalifah Ali untuk memberitahukan apa yang mereka inginkan. Ketika Khalifah
Ali bertanya, “Ada apa gerangan”. Seseorang menjawab, “Kami dikejutkan oleh
kaum yang menyerangan tempat istirahat kami, maka kami pun membalas
meraka!”112
Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh langsung memberikan perintah
kepada pasukannya yang ada di sayap kanan, “Siapkan pasukan kanan.” Ia pun
berkata kepada pasukan kiri, “Siapkan pasukan kiri.” Sedangkan kaum Sabaiyah
kedua belah pihak masih memiliki pandangan yang jelas. Ali dan pasukan yang
bersamanya telah bersepakat untuk tidak memulai perang hingga mereka memulai
dengan alasan yang jelas. Oleh karena itu mereka tidak langsung memerangi.
peperangan hingga akhirnya pertempuran yang sengit dan kejam sesama umat
111
Sebagaimana dikutip oleh, Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 590
112
Sebagaimana dikup oleh, Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya
Khalifah Bani Umayyah, 102
113
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husein, 229
Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh sangat bersedih ketika melihat
dari peperangan wahai manusia”114. Namun tidak ada seorang pun yang
Perang Jamal berlangsung selama dua babak; pada babak pertama pasukan
Bashrah dipimpin oleh Thalhah dan Zubair. Pertempuran berlangsung dari pagi
menyingkirnya Zubair dari medan peperangan adalah karena nasehat dari Ibnu
Abbas yang mengingatkan hubungan kekerabatan yang sangat dekat dan kuat
antara Zubair dengan Ali bin Abi Thalib. Zubair sangat sadar sekali tentang tujuan
yang sama dengan zubair. Ia tidak ikut berperang sejak terjadinya peperangan.
tiba-tiba panah beracun menghujamnya. Tidak diketahui siapa pun pelakunya dari
tindakan tersebut. Darahnya mengalir deras dari lubang panah yang menganga.
terbunuh. Dengan jatuhnya korban tewas dan luka-luka dari kedua belah pihak,
berarti babak pertama dari perang jamal telah selesai. Kemenangan berada
114
Sebagaimana dikutip oleh, Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 598
115
Ibid., 598
116
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 126
dipasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh. Sang Khalifah sangat
sedih dan terenyuh dengan semua yang sudah terjadi dihadapan matanya. Ali
berkata kepada anaknya Al-Husain, “Aku tidak pernah mengira bila semua ini
akan terjadi seperti ini. Apa indahnya hidup setelah peristiwa ini, kebaikan apa
yang bisa aku harapkan setelah ini?!”. Kemudian Al-Hasan menjawab; “Wahai
ini?”.117
Aisyah Rad}hi<yalla<h „anha. Beliau pun keluar bersama ontanya dengan diiringi
oleh kabilah Azdiyah. Di dalam pasukan Aisyah ada Ka‟ab bin Suur. Ia yang
dihentikan. Ia menyeruh pasukan Ali dengan berteriak, “Wahai kaum, Aku Ka‟ab
bin Suur, Qa<d}i< (hakim) Basrah, Aku mengajak kalian agar kembali kepada
Para pengikut Abdullah bin Saba‟ merasa sangat khawatir dengan usaha yang
dilakukan oleh Ka‟ab. Salah seorang Sabaiyah yang berada di barisan paling
Ka‟ab gugur dalam perang Jamal babak kedua dengan kondisi mushaf masih
terpegang di tangannya”.118
Anak panah dan tombak berterbangan menuju onta yang ditunggangi Aisyah
dan bersarang di pelana yang berada di punuk onta. Melihat kondisi tersebut
117
Sebagaimana dikutip oleh, Ibnul Arabi, Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah Sejak
Rasulullah Wafat, 182
118
Ibid., 194
Allah dan hari perhitungan nanti. Tahanlah diri kalian untuk tidak berperang.” 119
Ali bin Abi Thalib yang berada di barisan paling belakang meminta agar
Namun kelompok Sabaiyah tidak memperdulikan seruan Ali bin Abi Thalib.
Pertempuan kian semakin sengit. Mereka saling serang dan saling membalas
dengan anak panah. Setelah persediaan anak panah semakin menipis, kini mereka
saling mengayunkan pedang dan berupaya saling memukul, posisi mereka saling
mendekat satu sama lain. Para pengikut Abdullah bin Saba berupaya
„anha dan berusaha membunuhnya. Melihat kondisi seperti itu, pasukan Basrah
membuat pagar betis guna melindungi Aisyah dan onta yang ditungganginya.
Ummul Mukminin Aisyah merasa sangat heran dan terganggu dengan kondisi
peperangan itu terjadi tanpa diduga sebelumnya. Amirul Mukminin Ali bin Abi
berlanjut selagi onta ini masih berdiri tegak disini. Mereka yang berada didekat
onta tidak akan pernah menyerah kalah selama Aisyah Rad}hi<yalla<h „anha masih
119
Sebagaimana dikutip oleh, Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 126
120
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 102
prajuritnya; diantaranya Muhammad bin Abu Bakar dan Abdullah bin Badil untuk
pertempuran.121
melarikan diri, jangan dibantai orang yang sudah terluka, jangan masuk ke dalam
rumah. Ali melarang mereka untuk mengambil selain yang telah disebutkan.
Mengenai jumlah korban yang tewas akibat perang Jamal masih berbeda-beda
mencapai 15.000 orang, 5000 dari penduduk Kufah, sedangkan 10.000 orang dari
penduduk Basrah. Sebagian dari mereka terbunuh pada saat perang putaran
Muawiyah dan penduduk Syam menolak berbai‟at kepada Ali bin Abi Thalib
selagi pembunuh Utsman diberikan hukuman Qi<s}a<s}. Setelah itu mereka akan
berbai‟at kepada Ali. Mereka mengatakan, “Kami tidak akan membai‟at orang
yang melindungi pembunuh”. Mereka khawatir terhadap diri mereka dari para
121
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 604
122
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari Jilid 5. Terj. Abu Ziad Muhammad Dhiaul-Haq
dan Abdul Syukur Abdul Razak. (Jakarta : Pustaka Azam, 2011), 555
pembunuh Utsman yang masih berada dalam barisan pasukan Ali. Oleh karenya
mereka beranggapan bahwa membai‟at Ali bin Abi Thalib tidak wajib.123
Sebenarnya Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh ingin mengusut
kondisi negara aman dan stabil dulu. Namun para kelompok penuntut balas atas
darah Utsman tidak mau bersabar akan hal itu. Tugas yang dipikul oleh Khalifah
padahal tugas pokok yang juga mendesak harus diselesaikan adalah masalah
keamanan dan ketertiban umum hal ini yang sesuai dengan program kerjanya.
Menurut kaidah hukum Islam kepentingan umum harus didahulukan dari pada
kepentingan khusus.124
secara zalim oleh orang-orang munafik yang tidak mengenal darah yang telah
Keputusan Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh untuk menyerang
Syam mendapatkan penentangan dari anaknya sendiri yakni Al-Hasan bin Ali.
Hal tersebut diputuskan ketika mendengar balasan surat yang telah disampaikan
oleh utusan Muawiyah. Surat tersebut sama sekali tidak berisikan apapun, oleh
123
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 168
124
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husein, 215
karena itu, pasukan Ali telah sepakat bahwa Muawiyah ingin berperang melawan
Pasukan tetap telah dipersiapkan oleh Khalifah Ali bin Abi Thalib, panji
perang diberikan kepada putranya yakni Muhammad Ibnul Hanafiah, sayap kanan
mengambil jalur utama Aljazirah di tepian Sungai Eufrat sebelah timur, sampai ke
keluar dari Syam untuk menghadang pasukan Ali. Mereka berkemah di Shiffin.
(kini kota tersebut terletak di Suriah di sebelah timur sungai Eufrat) hingga
dilakukan agar tidak terjadi peleburan pasukan secara total dan berlangsung
esok hari, yaitu hari rabu adalah hari meleburnya pasukan secara total. Instruksi
tengah, sayap kanan, dan sayap kiri. Adapun posisi pasukan Ali sebagai berikut;
Ali bin Abi Thalib berada di posisi tengah, Abdullah bin Abbas sayap kiri,
125
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari Jilid 5, 604
Ammar bin Yasir memimpin para pejuang handal, Muhammad Ibnu Al-
Hanafiyah. Pembawa bendera, Hisyam bin Utbah membawa panji perang, Al-
pemimpin pasukan berada dalam batalyon di sebuah bukit yang tinggi. Sedangkan
Amr bin Al-Ash memimpin pasukan berkuda di Syam. Kedua pasukan tersebut
saling berhadapan sesama pasukan Islam. peperangan sudah mulai, mereka saling
menyerang satu sama lain. Karena saking banyaknya massa sehingga menutupi
ufuk. Untuk sementara pasukan Irak unggul dan berhasil memukul mundur
pasukan Muawiyah yang dipimpin oleh Habib bin Maslamah. Mereka semakin
Pasukan Syam bertahan dan melakukan sumpah setia untuk mati dalam
diantaranya ada Ubaidillah bin Khattab. Keadaan kini menjadi terbalik, pasukan
Kondisi tersebut berlangsung hingga Jum‟at pagi. Matahari mulai terbit dan
126
Ali Muhammad Ash-Shallabi, Biografi Ali bin Abi Thalib, 640
dan panji-panji perang bertumbangan. Perang berakhir karena para prajurit sudah
Dalam perang Siffin sebelumnya telah terlihat bahwa peperanagan itu hampir
dimenangkan oleh pihak Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dalam hal ini muncul
politikus ulung yang terkenal di jazirah Arab yang bernama Amr-bin al-Ash
waktu itu . Ia ikenal dengan orang yang cerdik karena Ia dapat menemukan jalan
keluar dalam keadaan apapun. Ia menyarankan agar pasukan yang berada di garis
depan mengikat Mushaf Al-Qur‟an di ujung tombak agar menjadi tanda bahwa
peperangan harus dihentikan dan mengadakan diplomasi antar kedua belah pihak
Tahkim.128
Maka dari itu benar adanya dilakukan taktik itu oleh pihak Muawiyah.
pernah dilakukan dalam peperangan Unta dan Khalifah Ali pun melihat peristiwa
tersebut dengan itikad baik demi selesainya peperangan tersebut dan tidak ada
lagi pertumpahan darah, tetapi Khalifah Ali juga juga berfikiran bahwa peristiwa
Tetapi dalam pihak Khalifah Ali Rad}hi<yalla<h „anh yang terkenal dengan pasukan
yang baik hati menerima genjatan senjata yang ditawarkan oleh Muawiyah karena
127
Ibid., 643
128
Ali Audah, Ali bin Abi Talib, 262
129
Abdussyafi Muhammad Abdul Latif, Bangkit Dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah,
(Jakarta: PustakaAl-Kautsar, 2014). 108
merekah telah jenuh, selama tiga hari mereka berperang terhadap sesama muslim.
Disisi lain juga terdapat perbedaan dalam kelompok Khalifah Ali yang
Khawarij atau dikenal dengan kelompok yang keluar dari barisan Ali.130
Dalam hal ini Khalifah Ali Rad}hi<yalla<h „anh menanggapi dengan cepat dan
tidak begitu merespon perpecahan itu. Khalifah Ali meminta penjelasan kepada
wasit yang netral untuk mawakili dua pihak untuk melakukan diplomasi. Maka
diterimlah cara itu dan kemudian Khalifah Ali mencalonkan Abdullah bin Abbas
yang terkenal cerdik dalam permainan politik.131 Tetapi ada beberapa kelompok
karena dia juga terkenal bersifat keras sehingga ditakutkan tidak menemukan jalan
keluar dan menimbulkan peperangan kembali. Maka dari itu menurut pendapat
kelompok Khalifah Ali, Abdullah bin Abbas digagalkan dan mencari pengganti
yang lain yeng lebih baik, sabar, rendah hati yang jatuh kepada Abdullah bin Qais
atau dikenal dengan nama Abu Musa Al-Asy‟Ari yang mendapat julukan orang
Calon yang lain yang disebutkan dan ditolak ialah Malik bin al-Haris karena
ambisinya yang besar dalam peperangan dan ditakutkan tidak menimbulkan titik
terang dalam usaha perdamaian, begitu juga pencalonan Ahnaf bin Qais, yang
menentang keras pencalonan Abu Musa. Ahnanaf bin Qais adalah orang yang
130
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 223
131
Ibnul Arabi, Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah, 223
132
Ali Audah, Ali bin Abi Talib, 263
mendukung Khalifah Ali yang terkuat dan penting, seperti yang telah terlihat
Perundingan pertama Abu Musa dengan Amr bin Al-Ash dalam bertahkim
kepada Al-Qur‟an pada 13 Shafar telah tercapai untuk itu mereka membuat
Bismilla<hir-rah}ma<nir-rah}i<m
1. Ini adalah perjanjian yang ditanda tangani oleh Khalifah Ali dan
orang-orang yang bersamanya serta kaum muslimin dan
Muawiyah bin Abi Sufyan dan orang-orang yang bersamanya
dari kalangan kaum muslimin. Kami bersepakat berhukum
kepada hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.134
2. Ali mewakili penduduk Irak, baik yang hadir maupun yang
berhalangan hadir dan Muawiyah mewakili penduduk Syam baik
yang hadir ataupun yang tidak hadir.
3. Kami ridha atas hukum Al-Qur‟an dari mulai Al-Fatihah hingga
akhirnya. kami menjunjung tinggi apa yang dijunjung tinggi oleh
Allah dan merendahkan apa yang direndahkan oleh Allah. Atas
hal itulah kami berhakim dan meridhai semua keputusnnya.
4. Khalifah Ali dan kelompoknya ridha dengan pengankatan
Abdullah bin Qais sebagai pengawas dan hakim, sedangkan
Muawiyah ridha terhadap Amr bin As sebagai pengawas dan
hakim.
5. Khalifah Ali dan Muawiyah mengambil janji Abdullah bin Qais
dan Amr bin As untuk bersumpah kepada Allah dan menjadikan
Al-Qur‟an sebagai panduan dan tidak mengambil hukum yang
selain padanya, perkara yang tidak ditemukan di kitabbullah
maka ditetapkan melalui sunnah yang adil yang menyatukan
kaum muslimin dan tidak mencerai-beraikan.
6. Abdullah bin Qais dan Amr bin As mengambil sumpah Khalifah
dan Muawiyah atas nama Allah dan untuk ridha atas hukum yang
ditetapkan oleh kedua hakim berdasarkan kitab Allah dan Sunah
133
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 141
134
Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Ali Bin Abi Thalib, 671
menyampaikan hasil dari keputusan itu. Tetapi Amr yang konon banyak
memperlihatkan sikap rendah hati dan hormat kepada Abu Musa seperti pada
pertemuan pertama-bahwa ia lebih tua, lebih dulu dalam Islam dan lebih dulu
135
Ibid., 673
dulu menyampaikan hasil persetujuan itu. Abu Musa pun maju dan berkata di
jalan keluar yang lebih baik guna mengatasi kemelut ini selain mengambil
langkah ini demi kebaikan kita semua, yaitu kami sudah sama-sama untuk
memecat Ali dan Muawiyah, dan selanjutnya kita kembalikan kepada Majlis
Melihat tipu daya Amr itu Abdullah bin Abbas juga merasa risau sekali. Ia
lebih dulu, baru kemudian dia. Tetapi tampaknya orang tua ini kurang
memperhatikan nasihat Ibn Abba itu, dan langsung saja maju. Ia menyerahkan
persoalan pimpinan umat kepada Muslimin sendiri, siapa yang akan mereka
pilih.137
Setelah itu Amr bin Ash maju dan berkata “Abu Musa telah memecat
sahabatnya itu, dan saya ikut memecat orang yang telah dipecatnya, tetapi saya
akan mengukuhkan sahabat saya Muawiyah. Ia adalah wakil dari Utsman bin
Affan Rad}hi<yalla<h „anh dan yang berhak menuntut itu. Dialah yang paling tepat
untuk kedudukan itu. Abu Musa memprotes tindakan Amr itu dan dianggapnya
Allah tidak merestui anda. Anda telah berkhianat dan melakukan kejahatan. Anda
136
Ibnul Arabi, Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah, 226
137
Ibnu Kasir, Bidayah Wa An-Nihayah, 423
seperti anjing, jika di halau menjulurkan lidah, atau jika dibiarkan juga
menjulurkan lidah.
Kata-kata Abu Musa kemudian dibalas oleh Amr “Tetapi anda sama saja
seperti keledai yang membawa lembaran-lembaran besar.” Dalam hal itu pihak
Khalifah.
menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan
Rad}hi<yalla<h „anhum karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thalib
menerima Ali bin abi Thalib. Pada saat itu Nabi S}halla<llahu „a<laihi< wa salla<m
biasa.138
138
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, 112
keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan penguburan dan
kabar adanya kegiatan kelompok lain telah pergi ke masjid tempat umat
kemudian menjadi mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat tergesa-
gesa memilih kaum muslim dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan
memecahkan masalah mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding
Dengan demikian, kawan-kawan Ali dihadapkan pada suatu keadaan yang sudah
dalam sejarah Islam di masa pemerintahan Khalifah Ali bin abi Thalib
Rad}hi<yalla<h „anh, yaitu peristiwa yang dikenal dengan perang Jamal (perang unta)
dan kemudian dilanjutkan dengan peristiwa perang Shiffin. Perang Shiffin adalah
suatu peristiwa pergolakan antara pasukan Ali dan pasukan Muawiyah. 140 Dalam
peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap Arbitrase yang
kelompok Syiah dan Khawarij. Syiah adalah kelompok yang mendukung ataupun
139
Imam As-Suyuthi, Tarikh Khulafa‟, 7
140
Ali Audah, Ali bin Abi Thalib sampai kepada Hasan dan Husein, 253
Ali dan Muawiyah mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan Khalifah Ali
Ali dan pasukannya berada pada pihak yang benar karena Ali merupakan Khalifah
yang sah yang telah di baiat mayoritas umat Islam, sementara Muawiyah berada
di pihak yang salah karena memberontak kepada Khalifah yang sah. Lagi pula,
menerima tipu daya ajakan damai dari Muawiyah, kemenangan yang hampir
„anh sudah mencium tipu daya di balik ajakan damai kelompok Muawiyah,
sehingga pada mulanya Khalifah Ali sempat menolak permintaan tersebut. Akan
tetapi, karena ada desakan dari sebagian pengikutnya, terutama dari para ahli
qurra, seperti Al-Asy‟ats bin Qais, Mas‟ud bin Fudaki at-Tamimi, dan Zaid bin
Abdullah bin Abbas sebagai delegasi juru bicara dalam berdamai, tetapi sebagian
orang-orang dari pasukan Khalifah Ali maupun Muawiyah ada yang menolaknya
141
Ibid., 263
142
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, 64
dengan alasan bahwa Abdulllah bin Abbas adalah orang yang berasal dari
kelompok ali. Mereka lalu mengusulkan agar Khalifah Ali mengirim Abu Musa
Al-Asy‟ari dengan harapan dapat memutuskan perkara atas dasar akan kitab Allah
“mengapa kalian berhukum kepada manusia? Tidak ada hukum selain hukum
yang ada pada sisi Allah.” Dengan demikian kemudian Ali merespon perkataan
mereka dengan menjawab, “ itu adalah ungkapan yang benar, tetapi mereka
artikan dengan keliru.” Sehingga bertepatan pada waktu itulah mereka menjadi
keluar dari pasukan ali dan kemudian pergi menuju Harura. Dengan demikian,
permasalahan, juga tentang makna ayat Al-Qur‟an, serta minimnya ilmu fikih dan
sehatnya. Pertempuran tak mesti dicegah hanya dengan sekedar dugaan politik
yang tak jelas. Karena itu mereka masuk dan terjebak pada sebuah kondisi dimana
143
Ibnul Arabi, Meluruskan Sejarah Menguak Tabir Fitnah, 224
144
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 116
145
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 742
dikatakan kelompok sesat pikir. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h
orang yang senantiasa mencari kebenaran namun mereka telah keliru dalam
kelompok ini tidak berhenti sebatas di stasiun Shiffin saja, mereka terus
Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh bergerak maju, hingga tiba di
menemui kaum Khawarij, begitu pula kaum Khawarij yang menemui utusan
Khalifah Ali bin Abi Thalib. mereka saling berhadap-hadapan hingga terjadi adu
argumen antara pasukan Ali dan kaum Khawarij. Mereka saling berseteru hingga
akhirnya kaum Khawarij memanggil satu sama lain dan berseru, “Jangan
Dibagian kiri Syabats bin Rib‟i, pasukan kuda dipimpin oleh Abu Ayyub Al-
Anshari. Pasukan Madinah dari unsur sahabat yang jumlahnya 800 orang
dipimpin oleh Qais bin Sa‟ad bin Ubadah. Khalifah Ali sendiri memimpin
146
Syed Hussain Mohammad Jafri, Moralitas Politik Islam, 4
147
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 234
148
Ibid., 235
kaum Khawarij, “Siapa saja yang mendekati bendera damai ini, maka dia aman.
Siapa saja yang meninggalkan jamaah Khawarij, maka dia aman. Kami tak butuh
depan. Ketika berada di dekat pasukan Ali, mereka berkata; “Tidak ada hukum
selain hukum Allah!!”. Mereka nekat menerjang pasukan Khalifah Ali dengan
berjatuhan.149 Peperangan tersebut dimenangkan oleh pihak Khalifah Ali bin Abi
Haji dan bermukim di Makkah. Kemudian mereka berkata, “Dulu ka‟bah ini
ada satu kaum yang rela mengorbankan diri, lalu membunuh dua lelaki ini Ali bin
Abi Thalib dan Muawiyah yang menyebkan manusia membuat kerusakan di muka
bumi, yang telah menistakan kehormatan Ka‟bah niscaya akan tenanglah umat ini.
inisiatif diri pribadi. Abdurrahman bin Muljam, “Berkata cukuplah aku yang akan
membunuh Ali”. Al Hajjaj bin Abdillah Ash Shuraimi yang dikenal dengan
149
Ibnu Kasir, Bidayah Wa An-Nihayah, 431
150
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 747
151
Ibnu Qutaibah, Politik dan kekuasaan, 250
sebutan Barak berkata, “Aku akan membunuh Muawiyah”. Kemudian Amr bin
Bakr berkata, “Demi Allah, kesalahan Amr bin Al-Ash tidaklah lebih ringan
Amr bin Al-Ash pada hari yang sama. Setelah itu, mereka pergi ke negeri tempat
mereka melaksanakan rencananya. Pada hari yang telah ditentukan, musuh Allah
telah meninggalkan rumahnya. Pada hari Jum‟at tepatnya malam kesepuluh bulan
Ramadhan tahun 40 H.153 Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib Rad}hi<yalla<h „anh
dari belakang dan menebas kepala Ali hingga Ia wafat. Namun Al-Hajjaj dan Amr
bin Bakr tidak berhasil membunuh Muawiyah dan Amr bin Al-Ash, dikarenakan
keduanya gagal dalam menjalankan misinya. Amr bin Bakr salah membunuh
orang, karena pada saat itu Amr bin Al-Ash tidak keluar rumah dikarenakan sakit
perut. Sehingga tugas Amr sebagai imam Sholat digantikan oleh Kharijah.
Disangkanya Kharijah adalah Amr bin Al-Ash. Akhirnya orang Khawarij itu
152
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 127
153
Abu Ja‟far Muhammad, Tarikh Ath-Thabari, 752
154
Abdussyafi‟i Muhammad Abdul Lathief, Bangkit dan Runtuhnya Khalifah Bani Umayyah, 128
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah jum‟at 13 Rajab 600 Masehi,
Sejak kecil Ali bin Abi Thalib diasuh oleh Nabi Muhammad.
Kepribadian yang ada pada diri Rasulullah terpantulkan pada diri Ali.
Seiring kedekatakan yang terjalin antara Ali dan Rasulullah. Ali tumbuh
Islam semenjak usia dini dalam kehidupannya. Ali bin Abi Thalib
2. Pembaiatan Ali bin Abi Thalib dilakukan mayoritas sahabat, baik dari
Salah satu alasan yang kuat mendorong Ali untuk menerima baiat adalah
kaum muslimin.
kondisi masyarakat dari level sosial yang beragam, banyak orang awam
bin Saba‟ yang dijuluki Ibnu sauda. Orang yang berasal dari S}an’a<’a
Hal ini telah membuktikan bahwa Amar ma‟ruf nahi mungkar yang
dari zaman khalifah Utsman sampai zaman khalifah Ali bin Abi Thalib
yang melahirkan dua perang besar diantara sesama kaum muslimin yakni
perang jamal dan perang shiffin. Tidak hanya berhenti di situ saja, pada
B. Saran
3. Penulis juga berharap bagi para peneliti Sejarah Islam Klasik, sekiranya
DAFTAR PUSTAKA