Anda di halaman 1dari 4

TUGAS Pengauditan Internal

Kasus LPD di Bali

Dosen Pengampu

AA. Putu Gede Arie Susandya, SE, Msi,Ak,Ca

Oleh :

Nama : Ni Kadek Silvia Ardilla

NIM / No : 2002622010151 / 03

Kelas : Akuntansi A Malam

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AJARAN 2023


Kasus Korupsi LPD di Sangeh

Mantan Ketua LPD Sangeh I Nyoman Agus Aryadi, ditahan atas kasus dugaan korupsi
dana Lembaga Perkreditan Desa (LPD). Dimana mantan Ketua LPD Sangeh I Nyoman Agus
Aryadi memakai duit untuk kebutuhan sendiri dengan bermain saham trading. Kasus dengan
kerugian Rp130 Miliar lebih itu sampai saat ini masih dalam proses penyelidikan hingga
dilakukan pendalaman. Adapun penanganan terhadap perkara dugaan tindak pidana korupsi yang
terjadi di LPD Desa Adat Sangeh ini telah dimulai oleh tim penyelidik dari awal tahun 2022
yakni pada Bulan Januari 2022. Berdasarkan hasil penyelidikan dugaan sementara kerugian
keuangan negara berdasarkan hasil audit yang diserahkan oleh Bendesa Adat Sangeh, kurang
lebih sebesar Rp 130.869.196.075,68 (seratus tiga puluh miliar delapan ratus enam puluh
sembilan juta seratus sembilan puluh enam ribu tujuh puluh lima rupiah).

Selama penyelidikan, tim penyelidik telah memeriksa sebanyak 18 orang saksi, antara
lain dari pihak Ketua LPD, pengurus LPD, Badan Pengawasas periode terdahulu serta badan
pengawasa yang menjabat saat ini. Dari hasil penyelidikan ditemukan beberapa kelemahan yang
membuat LPD Sangeh menderita kerugian antara lain, LPD Desa Adat Sangeh tidak memiliki
SOP secara tertulis baik dalam hal pemberian pinjaman, simpanan berjangka dan tabungan,
kurangnya kompetensi dan kejujuran SDM di LPD Desa Adat Sangeh dalam menyusun laporan
keuangan. LPD Desa Adat Sangeh dalam menyusun laporan keuangan tidak mencatat secara real
time. LPD Desa Adat Sangeh tidak berpedoman pada prinsip kehati-hatian dalam melakukan
pemberian kredit. Temuan lainnya adalah lemahnya pengendalian prosedur pemberian kredit
oleh LPD Desa Adat Sangeh, LPD Desa Adat Sangeh tidak melaksanakan Peraturan Gubernur
Bali Nomor 14 Tahun 2017 tentang Peraturan Pelaksana Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor
3 Tahun 2017 tentang Lembaga Perkreditan Desa dalam mengelola likuiditas keuangannya.

Bentuk-bentuk penyimpangan yang terjadi di LPD Sangeh antara lain terdapat beberapa
kredit fiktif, adanya pencatatan selisih tabungan antara neraca dan daftar nominative, serta
adanya kredit macet yang tidak disertai dengan anggunan. Atas temuan fakta-fakta tersebut tim
penyelidik pada tanggal 23 Februari 2022 telah menggelar ekspose dan disepakati untuk
meninggkatkan penyelidikan LPD Sangeh ke tahap penyidikan untuk dapat lebih mendalami
serta mengumpulkan bukti dan alat bukti guna menentukan siapa tersangka dalam kasus ini.

Menurut keterangan saksi Suwerni mengatakan biaya LPD Desa Adat Sangeh dipakai
oleh terdakwa untuk upaya trading dengan menggunakan nama-nama family terdakwa sebagai
pihak pengaju kredit.Saksi Suwerni nan menjabat sebagai Sekretaris sejak tahun 2006 hingga
2019 mengaku mengetahui adanya angsuran fiktif pada tahun 2016 dari bagian admin
kredit.Dalam persidangan, saksi Made Suwerni mengungkapkan peran terdakwa I Nyoman
Aryadi nan memutuskan secara sepihak bahwa peminjaman boleh dilakukan oleh orang di luar
Krama alias penduduk desa Adat Sangeh, Badung. Saksi Suwerni juga mengungkapkan bahwa
terdakwa juga mengeluarkan 30 sampai 40 angsuran fiktif menggunakan biaya Rp40 miliar
dicairkan tanpa persetujuan badan pengawas LPD Desa Adat Sangeh. Saksi Suwerni terdiam
ketika pengadil menanyakan terkait training sebagai seorang sekretaris terkait tupoksinya untuk
melarang terdakwa Agus Aryadi memberikan angsuran nan diketahuinya sebagai angsuran fiktif.

Hakim kemudian mencerca saksi dengan beberapa pertanyaan lain nan tidak bisa dijawab oleh
saksi. Sebagai sekretaris, kata pengadil Nelson, semestinya melaporkan kejadian tersebut untuk
mencegah kolapsnya biaya LPD, bukan didiamkan begitu saja hingga akhirnya finansial LPD
menjadi kolaps. Saksi lain nan dihadirkan dalam persidangan hari ini adalah I Gusti Ayu
Ariwikani selaku bendaharawan LPD Sangeh. Dalam persidangan, dia mengaku mengetahui
bahwa ada angsuran fiktif. Dia mengetahui adanya angsuran fiktif dari bagian angsuran nan saat
itu bermaksud untuk menambah laba.

Seperti diketahui tersangka Agus Ariadi selama kurun waktu 2016 hingga 2020 diduga
melakukan tindak pidana korupsi sebagaimana pasal sangkaan yaitu : Primair : Pasal 2 ayat (1)
Jo. Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP, Subsidiair : Pasal 3 Jo. Pasal 18 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20 Tahun 2001 Jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. ATAU Kedua : Pasal 9 UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor 20
Tahun 2001 Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Anda mungkin juga menyukai