Disusun Oleh:
NPM : 202045500095
Kelas : S6A
JAKARTA
2023
ABSTRAK
Saat ini masalah lingkungan cukup sering diperbincangkan. Konstruksi bangunan memiliki pengaruh
yang besar terhadap permasalahan lingkungan. Konstruksi bangunan di Indonesia seharusnya
berorientasi untuk tidak menyumbang pada kerusakan lingkungan sehingga Indonesia memiliki
Agenda Konstruksi Indonesia 2030 sebagai upaya dalam mencapai kontruksi masa depan yang
diinginkan.
Berbagai permasalahan mengenai bangunan saat ini yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan disebabkan oleh orientasi bangunan yang salah, penggunaan kaca yang berlebihan,
penggunaan lahan tanpa adanya penghjijauan dan penggunaan energi yang berlebihan. Namun
permasalahan dapat diselesaikan dengan penghematan energi bangunan, orientasi bangunan
selatanutara, penggunaan material bangunan secara benar, agar tercipta bangunan masa depan
indonesia yang bersinergi dengan lingkungan.
Dalam karya tulis ilmiah ini metode penulisan yang penulis gunakan adalah studi literatur atau kajian
pustaka. Berdasarkan hasil yang di peroleh dari literature, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan yang
mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan
harus mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah, meminimalkan
limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan arsitektur
ramah lingkungan.
i
ABSTRACT
Nowadays environmental issues are discussed often enough. Construction of the building has a
considerable influence on environmental issues. Building construction in Indonesia should not be
oriented to contribute to the environmental damage that Indonesia has the Indonesian Construction
Agenda 2030 as an effort to achieve the desired future construction.
Various issues regarding the current building which has a negative impact on the environment caused
by the wrong building orientation, excessive use of glass, the use of land without penghjijauan and
excessive energy use. However, the problems can be solved by building energy saving, north-south
orientation of the building, use of building materials correctly, in order to create a future building
synergy with environmental Indonesia.
In this scientific paper writing method that I use is the study of literature or literature review. Based on
the results obtained from the literature, the authors conclude that an environmentally friendly building
design and building area considering the physical condition of the local environment. The design and
building of regional architecture must consider the location, climate, conservation of rain water and
ground water, minimize waste, greening the region, and the other corresponding to the design
principles of eco-friendly architecture.
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul bangunan masa depan indonesia yang bersinergi dengan lingkungan.
Karya tulis ilmiah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang
bangunan yang seharusnya bersinergi dengan lingkungan.
Kami mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan laporan praktikum ini, terutama kepada :
1. Ibu Yani Suryani selaku dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam membuat karya tulis ilmiah ini;
2. Orang tua yang telah memberikan dorongan dan do’a sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini;
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, kami berharap pembaca
memberikan kritik dan saran yang membangun, agar laporan ini dapat lebih baik lagi.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
iii
DAFTAR ISI
Hal
• ABSTRAK . ………………………………………………………………………...... i
• KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… iii
• DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iv
• DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………….. v
iv
4. BAB IV. PENUTUP ................................………………………………………….. 24
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………. 24
4.2 Saran …………………………………………………………………………… 24
6. LAMPIRAN................................................................................................................ 26
v
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 3.1 Bangunan dengan penggunaan material kaca yang
berlebihan ……................................................................................ 13
Gambar 3.2 Adanya ruang yang terbuka langsung menuju kolam pada ruang
tamu semakin menambah kenyamanan penghuni rumah ……....... 14
Gambar 3.3 Pemasangan drainase vertical ………………………………….... 15
Gambar 3.4 Penggunaan paving block pada lahan parker bertujuan untuk
menghindari pemanasan udara ………………………………….... 19
Gambar 3.5 Penggunaan cat eksterior rumah berwarna terang bertujuan agar
radiasi matahari tidak memberikan tambahan panas
kepada bangunan ……………………………………………….... 20
Gambar 3.6 Salah satu contoh dari rumah ramah lingkungan …..…………..…. 21
Gambar 3.7 Bangunan ramah lingkungan ………………….…………..…….... 22
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Proses konstruksi pada tahap pelaksanaan pembangunan maupun pada saat bangunan
dimanfaatkan diyakini dapat berdampak negatif pada lingkungan hidup di tempat dan
sekitar bangunan tersebut. Produk bangunan ini memberi konstribusi pada pemanasan
global melalui emisi gas rumah kaca dalam bentuk gas karbon, metana maupun jenis gas
lain yang dihasilkan baik pada tahap konstruksi maupun tahap operasional bangunan.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi lingkungan dan bangunan.
1
5. Dapat menjelaskan mengenai bangunan yang ramah lingkungan untuk masa depan
Indonesia.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam definisi diatas disebutkan bahwa manusia memiliki peran aktif dalam
menjadikan lingkungan hidupnya seperti apa yang diinginkan. Manusia harus
menyadari bahwa semua sumber daya alam yang ada mempunyai keterbatasan
ketersediaan dalam aspek kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu perlu
harmonisasi antara manusia dengan lingkungan hidup harus tercapai.
1. Populasi Manusia
Overpopulasi adalah suatu kondisi dimana besarnya populasi manusia
lebih besar dari kapasitas lingkungan. Overpopulasi tidak hanya mengenai
jumlah manusia, tetapi merupakan perbandingan antara jumlah manusia
dan sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup.
2. Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan salah satu modal
pembangunan. Oleh sebab itu pemanfaatannya harus diperhatikan
3
keberlanjutannya dan tidak merusaknya. Tetapi dalam kenyataannya
sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan bila benda tersebut merupakan hasil karya
orang dengan tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau lebih dan benda
tersebut tidak dapat dipindahkan kecuali dengan cara membongkar.
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang
didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah
dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau
kehidupan manusia dalam membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam
bentuk, ukuran, dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi
tanah, dan alasan estetika.
Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat
berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi, tempat menyimpan barang, dan
tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia khususnya
sebagai sarana pemberi rasa aman dan nyaman.
Bangunan gedung adalah bangunan yang didirikan dan atau diletakkan dalam suatu
lingkungan sebagian atau seluruhnya pada, di atas, atau di dalam tanah dan atau
perairan secara tetap yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya
(kepmen no.10/KPTS/2000).
4
Berdasarkan definisi bangunan diatas, maka bangunan dibagi menjadi beberapa
kelas sebagai berikut :
1) Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang merupakan:
2) Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang
masingmasing merupakan tempat tinggal terpisah.
3) Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan, termasuk:
• Bagian untuk tempat tinggal dari suatu hotel atau motel; atau
• Bagian untuk tempat tinggal dari suatu bangunan perawatan kesehatan yang
menampung karyawan-karyawannya.
4) Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran, adalah tempat tinggal yang berada di dalam
suatu bangunan kelas 5, 6, 7, 8, atau 9 dan merupakan tempat tinggal yang ada dalam
bangunan tersebut.
5
5) Kelas 5 : Bangunan kantor, adalah bangunan gedung yang dipergunakan untuk
tujuantujuan usaha profesional, pengurusan administrasi, atau usaha komersial, di luar
bangunan kelas 6, 7, 8, atau 9.
6) Kelas 6 : Bangunan Perdagangan, adalah bangunan toko atau bangunan lain yang
dipergunakan untuk tempat penjualan barang-barang secara eceran atau pelayanan
kebutuhan langsung kepada masyarakat, termasuk:
• ruang makan malam, bar, toko atau kios sebagai bagian dari suatu hotel atau
motel
• Gudang, atau tempat pamer barang-barang produksi untuk dijual atau cuci
gudang
6
peribadatan, bangunan budaya atau sejenis, tetapi tidak termasuk setiap
bagian dari bangunan yang merupakan kelas lain
• Kelas 10A : bangunan bukan hunian yang merupakan garasi pribadi, carport, atau
sejenisnya
• Kelas 10B : struktur yang berupa pagar, tonggak, antena, dinding penyangga atau
dinding yang berdiri bebas, kolam renang, atau sejenisnya.
11) Bangunan-bangunan yang tidak diklasifikasikan secara khusus, bangunan atau bagian
dari bangunan yang tidak termasuk dalam klasifikasi bangunan 1 s.d. 10 tersebut,
dalam Pedoman Teknis ini dimaksudkan dengan klasifikasi yang mendekati sesuai
peruntukannya.
13) Klasifikasi jamak, bangunan dengan klasifikasi jamak adalah bila beberapa bagian
dari bangunan harus diklasifikasikan secara terpisah, dan:
• Bila bagian bangunan yang memiliki fungsi berbeda tidak melebihi 10 % dari
luas lantai dari suatu tingkat bangunan, dan bukan laboratorium,
klasifikasinya disamakan dengan klasifikasi bangunan utamanya
• Kelas-kelas 1a, 1b, 9a, 9b, 10a dan 10b adalah klasifikasi yang terpisah
• Ruang-ruang pengolah, ruang mesin, ruang mesin lif, ruang boiler atau
sejenisnya diklasifikasikan sama dengan bagian bangunan di mana ruang
tersebut terletak
7
2.4 Korelasi antara Bangunan dan Lingkungan
Dalam penelitiian yang dilakukan Hendrickson dan Horvath pada tahun 2000
dikatakan bahwa konstruksi berpengaruh secara signifikan terhadap lingkungan.
Hal yang sama juga dinyatakan oleh Abidin dan Jaapar, bahwa sektor konstruksi
merupakan penyumbang pertumbuhan ekonomi suatu negara, namun dampak yang
ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi terhadap lingkungan sangat besar.
Kontribusi sektor konstruksi terhadap kerusakan alam disebabkan oleh:
1. Pengambilan material
4. Proses konstruksi
8
persada Indonesia, yang dialami oleh manusia dan seluruh makluk lainnya
secara bersimbiosis mutualisme (LPJKN, 2007, h-37).
1. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2017, disebut dengan agenda jangka
pendek, berisi agenda yang harus segera dilakukan untuk penciptaan
kondisi lingkungan
2. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2024 disebut dengan agenda jangka
menengah, berisi agenda yang bertujuan untuk melaksanakan
implementasi konstruksi berkelanjutan termasuk dampaknya.
3. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2030 disebut dengan agenda jangka
panjang berisi agenda yang bertujuan menciptakan paradigma baru
dalam impelementasi kontruksi berkelanjutan.
9
6. Pengurangan polusi
10
• Terdapat fasilitas,sarana, dan prasarana pengelolaan air limbah domestik
pada bangunan gedung antara lain: (1) melengkapi bangunan gedung
dengansistem pengolahan air limbah domestik pada bangunan gedung
fungsi usaha dan fungsi khusus; (2) melengkapi bangunan gedung
dengansistem pemanfaatan kembali air limbah domestik hasil pengolahan
pada bangunan gedung fungsi usaha dan fungsi khusus.
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
Atap bangunan yang 80% terbuat dari bahan transparan (poly carbonat)
secara tidak di sadari menmbiarkan radiasi matahari langsung masuk ke
dalam bangunan. Gedung tiga lantai dengan tata luas sekitar 23.000m 2 di
antaranya digunakan untuk area peraga ilmu pengetahuan dan teknologi
akhirnya tidak dapat berfungsi sebagaimana yang direncanakan semula
akibat panasnya udara ruang peraga yang dapat melebihi 36o C (tanpa AC)
sementara suhu luar sekitar 32o C
13
Penggunaan material kaca
sebagai pembalut bangunan
atau sebagai atria (atrium)
di Indonesia menyebabkan
ruang bangunan menjadi
panas. Akumulasi panas
terhadap bangunan
mengakibatkan penggunaan AC yang
berlebihan, maka energi yang di
Gambar 3.1 Bangunan dengan penggunaan
material kaca yang berlebihan konsumsi untuk pendinginan
Sumber:
membengkak karena panas yang harus
mon-lama31.jpg
http://farianto.files.wordpress.com/2010/03/dana dibuang semakin membesar.
14
b) Kenyamanan Sirkulasi Udara, Cahaya dan Visual
Gambar 3.2 Adanya ruang yang terbuka langsung menuju alami, sehingga
kita kolam pada ruang tamu semakin menambah
dapat menekan
kenyamanan penghuni rumah
penggunaan energi
Sumber: http://architectaria.com/wp-
15
penyerapan air hujan. Material berpori, coneblock, grassblock
merupakan material yang direkomendasikan.
d) Konservasi Air
• Perumahan/permukiman
Kawasan permukiman atau perumahan perlu dirancang untuk
mampu mengonservasi air, baik air tanah maupun air hujan kawasan
permukiman atau perumahan dapat dilengkapi dengan danau-danau
kecil sebagai tempat penampungan air. Penempatan kolam
sedemikian rupa di tempat yang paling rendah di kawasan
perumahan dapat digunakan sebagai penampungan air hujan dan
mencegah genangan atau banjir
16
terjadinya erosi dan kerusakan infrastruktur dan berdaya guna sangat
lama.
e) Penggunaan Material
Bahan bangunan lebih disarankan agar menggunakan material local
seperti halnya kayu, bamboo karena ditinjau dari sisi keberlanjutannya
dapat di tanam kembali namun maraknya kasus penebangan liar dan
pengerusakan hutan, penggunaan kayu untuk bahan bangunan menjadi
hal yang “sensitif’ di Indonesia. Material yang bersifat reusable, dapat
digunakan atau dipasang kembali jika bangunan diruntuhkan lebih di
sarankan untuk digunakan.
• Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit langit (pada
bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut
17
selatan bangunan tidak akan mendapatkan cahaya langsung matahari
antara bulan april hingga September. Sementara sisi utara bangunan
tidak akan mendapatkan cahaya langsung antara bulan oktober hingga
maret. Hal ini perlu di pertimbangkan arsitek dalam merancang
bangunan.
3. Organisasi ruang
Dalam pengorganisasian ruang di bangunan rumah, ruang ruang yang
digunakan untuk aktivitas penting atau utama di letakkan di tengah,
kemudian di apit oleh ruang ruang yang berfungsi sebagai penunjang
atau servis di sisi timur atau barat. Hindarkan penempatan ruang ruang
utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga, dan lainnya pada sisi barat,
kecuali jika ada pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada
sisi tersebut. Dinding ruang di bagian barat akan mendapatkan radiasi
matahari siang dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang di
dalamnya panas. Sebaiknya sisi barat rumah digunakan untuk ruang
ruang servis. Seperti kamar mandi, wc, gudang, tangga, terutama jika sisi
ini tidak mendapat pembayangan.
18
dan udara dalam ruang atap. Plafon merupakan benda dengan suhu lebih
tinggi dari suhu ruang di bawahnya. Untuk itu plafon perlu dijauhkan
dari kepala manusia. Agar kenyamanan termal leebih mungkin di capai
19
bangunan jika lahan memungkinkan agar terjadi aliran udara silang
dengan baik.
20
Warna terang cenderung
memantulkan panas
sementara
warna gelap
menyerap
lebih banyak
panas. Agar radiasi matahari
tidak memberikan tambahan
Gambar 3.5 Penggunaan cat eksterior rumah
berwarna terang bertujuan agar radiasi matahari panas kepada
bangunan, tidak memberikan tambahan panas kepada
bangunan
dinding luar dan atap Sumber: bangunan di daerah beriklim
http://www.gmtproperty.com/img/1086_gambar_Tips_Men
ahan_Debu_untuk_Rumah_di_Pinggir_Jalan_1.jpg panas atau tropis perlu berwarna
terang. Sementara untuk wilayah beriklim dingin dengan suhu rata-rata
rendah, warna dinding dan atap bangunan sebaiknya gelap. Hal ini
dimaksudkan agar lebih banyak radiasi matahari yang dapat diserap
bangunan sehingga bangunan menjadi lebih hangat.
3.3.1 Rumah
21
Gambar 3.6 Salah satu contoh dari rumah ramah lingkungan
Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-N4M4p-qORho/UntVnVFV5wI/AAAAAAAAADg/0XP3oD7Phl4/s1600/anatomy-of-green-
1. Ventilasi silang
Pada gambar di atas, seluruh lahan tidak hanya digunakan untuk
bangunan saja, tetapi sebagian lahan tersebut digunakan untuk tanaman
agar terciptanya pemanasan di permukaan sekitar bangunan
22
Dengan adanya penampungan air hujan tersebut dapat mencegah
terjadinya genangan air dan air tersebut dapat kita gunakan contohnya
untuk menyiram tanaman
5. Orientasi bangunan
Orientasi bangunan tersebut memanjang dari barat ke timur yang berarti
bangunan tersebut mendapatkan cahaya matahari yang maksimal
3.3.2 Gedung
Sumber: http://www.imagebali.net/images/artikel/304.jpg
1. Penghijauan atap
Dengan adanya penghijauan atap, hal ini dapat mengurangi pemanasan
bangunan dan pemanasan kawasan. Selain itu, penghijauan atap ini pun dapat
digunakan sebagai aktivitas manusia dan dapat ditumbuhi tanaman-tanaman
lainnya yang membuat bangunan tersebut nampak
asri
23
3. Ventilasi silang
Pada gambar di atas, seluruh lahan tidak hanya digunakan untuk
bangunan saja, tetapi sebagian lahan tersebut digunakan untuk tanaman
agar terciptanya pemanasan di permukaan sekitar bangunan
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan bangunan
yang mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat, dan menjawab
permasalahan iklim tropis. Rancangan arsitektur kawasan dan bangunan harus
mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi air hujan dan air tanah,
meminimalkan limbah, penghijauan kawasan, dan lainnya yang sesuai dengan
kaidah-kaidah perancangan arsitektur ramah lingkungan.
Apabila kedua hal ini dapat bersinergi dengan baik, tidak dapat dipungkiri lagi
jika pembangunan di Indonesia mengikuti peraturan menteri negara lingkungan
hidup no.8 tahun 2010 maka agenda konstruksi 2030 dapat terlaksana
24
4.2 Saran
Dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan yang bersinergi dengan
lingkungan yang terdapat pada agenda konstruksi 2030 dan dalam hal
pembangunannya mengikuti peraturan menteri negara lingkungan hidup no.8
tahun diharapkan semua pihak dapat saling berkerja sama. Mulai dari pemilik
bangunan, perencana dan pelaksana.
DAFTAR PUSTAKA
Harso, Tri (2013), Arsitektur dan Kota Tropis Dunia Ketiga suatu bahasan
tentang indonesia. Depok: Penerbit PT. Rajagrafindo Persada
Ervianto, Wulfram (2012), Selamatkan Bumi Melalui Konstruksi Hijau.
Yogyakarta: ANDI OFFSET
Frick, Heinz., Suskiyatno, Bambang (1998), Dasar-dasar Eko-arsitektur.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
25
LAMPIRAN
26
RIWAYAT HIDUP
27