Anda di halaman 1dari 2

Nama: Rifqiyama Pawana Hamdi (28) X-A

Tema: Pendidikan

Pendidikan yang Kami Nantikan


Pendidikan menjadi kebutuhan non materi setiap manusia untuk
medewasakan seseorang melalui sebuah pengajaran untuk mencari ilmu,
kebanyakan Pendidikan diberlangsungkan disekolah untuk memudahkan para
siswanya. Namun pada kenyataanya tidak semua orang dapat merasakan
Pendidikan di sekolah karena suatu kendala, salah satu yang paling sering
ditemui adalah harus mencari rezeki. Ya, hal itu juga ada pada diriku dan Yama,
itulah nama panggilanku dan aku adalah salah satu dari sekian banyak anak
yang tidak dapat merasakan bersekolah.

Disaat anak lain masih bersenang-senang dan belajar di lingkungan sekolah


yang menyenangkan, belajar dengan tenang unuk mempersiapkan masa
depannya. Diumurku yang ke 11 tahun, mereka bilang seharusnya aku sudah
kelas 4 atau 5 SD jika bersekolah. Tapi karena kondisi ekonomi yang tidak
memungkinkan, aku berusaha berkerja mencari uang demi memenuhi
kebutuhan aku dan adikku yang berusia 5 tahun.

Rumah yang kami tinggali sangat mewah. Orang bilang saking mewahnya samai
tak terlihat. Kami tinggal di rumah berukuran 4x4 meter persegi dan itu pun
milik orang lain. Tak terbayangkan jika tak ada rumah ini, mungkin saja aku dan
adikku harus tidur di teras mushola dan merasakan dinginnya lantai tak beralas
setiap malam. Pernah dimalam yang dingin, kami tidak memiliki selimut dan
hanya memiliki satu sarung, sarung itu ku berikan pada adikku. Rasa ini tak
sanggup melihat orang yang ku sayang kedinginan.

Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena motor yang dikendarai
ayahku jatuh disaat hujan sedang turun dengan deras. Kedua orang tuaku
sempat dibawa kerumah sakit, tetapi apa hendak dikata, orang tuaku
meninggal dunia dan aku yang mendengar kabar itu merasakan sedih yang
mendalam.

Pernah disuatu sore hari, aku melihat adikku menangis. Seketika aku
menghampiri dia dan bertanya “dik, kenapa kamu menangis?”. Sambil
mengusap air mata dia pun menjawab “kak, pagi tadi saat kita memungut
sampah botol, aku melihat anak-anak sekolah bisa bermain bola Bersama
teman temannya dengan senang, mereka terlihat gembira sekali”. Lalu aku
duduk disebelahnya dan memberikan pengertian kepada adikku untuk terus
bersabar disaat kondisi yang memprihatinkan seperti ini. Aku yakin bahwa
tuhan itu maha adil dan maha mengetahui, termasuk mengetahui kondisi kami.

Hingga pada suatu hari di tahun ketiga, ada dari pemerintah dinas memberikan
kami sebuah bantuan berupa pembiayaan untuk bersekolah sampai lulus SMA
dari lembaga pemerintah. Setelah mendengar kabar itu, aku sangat senang
karena bisa mencari banyak ilmu di sekolah. Aku juga ikut bahagia karena
adikku dapat menempuh Pendidikan yang layak.

Sejak saat itu aku dan adikku mendapat banyak ilmu pengetahuan yang
bermanfaat, bahkan aku juga berhasil melanjukan pendidikan sarjana dengan
beasiswa yang aku peroleh.

Anda mungkin juga menyukai