Peraturan Dinas SA
(PD SA)
EDISI AGUSTUS 20 1 1
Berlaku
Ditetapkan dengan Surat Keputusan Dikerjakan
No mulai Keterangan
oleh
Dari Nomor Tanggal tanggal
DAFTAR ISi
ii
Bagian Kedua Belas Memuat Barang Berupa Besi Profil, Pipa,
Kayu Panjang, dan Sejenisnya pada Gerbong
Datar ---------------------------------------------------- V-19
Bagian Ketiga Belas Memuat Barang Melebihi Panjang Lantai
Gerbong ------------------------------------------------ V-22
Bagian Keempat Belas Memuat Barang Berbentuk Silinder ------------- V-27
Bagian Kelima Belas Memuat Peti Kemas --------------------------------- V-30
Bagian Keenam Belas Muatan yang Melampaui Profil Ruang
Muatan ------------------------------------------------- V-31
Bagian Ketujuh Belas Pertanggungjawaban terhadap Muatan Luar
Biasa ----------------------------------------------------- V-32
Bagian Kedelapan Belas Ketentuan tentang Penguncian Pintu
Gerbong ------------------------------------------------ V-32
Paragraf 1 Umum --------------------------------------------------- V-32
Paragraf 2 Tindakan untuk Mencegah Jatuhnya Pintu
Gerbong ------------------------------------------------ V-33
Bagian Kesembilan Belas Menyegel Gerbong----------------------------------- V-34
BAB VI KETENTUAN TENTANG MEMASANG BENTUK TEMPELAN
PADA KERETA DAN GERBONG -----------------------------------------------V l-1
Bagian Kesatu Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong -------- Vl-1
Bagian Kedua Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
yang Diperbaiki di Stasiun/Balai Yasa------------- V l-1
Bagian Ketiga Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
yang Diperlakukan Hanya Sebagai
Saluran Udara Tekan (U) ----------------------------- V l-2
BAB VII KETENTUAN TENTANG RANGKAIAN KERETA APl ---------------------- V ll-1
Bagian Kesatu Daya Tarik Lokomotif dan Berat Kereta Api ---- Vll-1
Paragraf 1 Daya Tarik Lokomotif -------------------------------- V I 1-1
Paragraf 2 Berat Kereta dan Gerbong untuk Menentukan
Berat Rangkaian -------------------------------------- V I 1-1
Bagian Kedua Persiapan Serah Terima Kereta/Gerbong------- Vll-2
Paragraf 1 Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api
Penumpang/Bagasi ---------------------------------- V I 1-2
Paragraf 2 Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api
Barang -------------------------------------------------- V I 1-5
Paragraf 3 Pemeriksaan Alat Perangkai ----------------------- V I 1-8
Paragraf 4 Pemeriksaan Ukuran Roda ------------------------- Vll-8
Bagian Ketiga Ketentuan Tentang Penempatan Kereta dan
Gerbong dalam Kereta Api di Berbagai Lintas - V ll-9
iii
Paragraf 1 Pemakaian Kereta atau Gerbong dalam Kereta
Api ------------------------------------------------------- V11-9
Paragraf 2 Jumlah Gandar Maksimum dalam Rangkaian
Kereta Api ---------------------------------------------- V ll-9
Paragraf 3 Berat Rangkaian Maksimum --------------------- V ll-10
Bagian Keempat Susunan Rangkaian Kereta Api ------------------ Vll-11
Paragraf 1 Kereta Api Penumpang --------------------------- V I 1-11
Paragraf 2 Kereta Api Barang ---------------------------------- V I 1-11
Bagian Kelima Pengereman Kereta Api--------------------------- V I 1-16
Paragraf 1 Persyaratan untuk Kereta Api Penumpang--- V ll-16
Paragraf 2 Persyaratan untuk Kereta Api Barang --------- V ll-17
Paragraf 3 Penggunaan Katup Pelepas Rem --------------- V ll-18
Paragraf 4 Percobaan Rem Statis ----------------------------- V ll-18
LAMPIRAN
Lampiran 1 ----------------------------------------------------------------------------- L 1-1
Lampiran 2 ----------------------------------------------------------------------------- L 2-1
Lampiran 3 ----------------------------------------------------------------------------- L 3-1
Lampiran 4 ----------------------------------------------------------------------------- L 4-1
Lampiran 5 ----------------------------------------------------------------------------- L 5-1
Lampiran 6 ----------------------------------------------------------------------------- L 6-1
Lampiran 7 ----------------------------------------------------------------------------- L 7-1
Lampiran 8 ----------------------------------------------------------------------------- L 8-1
Lampiran 9 ----------------------------------------------------------------------------- L 9-1
Lampiran 10 ------------------------------------------------------------------------ L 10-1
iv
PERATURAN DINAS 8A Pasal 1
BAB I
ARTI DAN ISTILAH
Pasal 1
Dalam peraturan dinas ini yang dimaksud dengan:
1. Lokomotif adalah sarana kereta api yang memiliki penggerak sendiri yang
bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau mendorong kereta,
gerbong dan/atau peralatan khusus dan tidak untuk mengangkut
penumpang dan/atau barang.
2. Kereta adalah sarana kereta api yang ditarik dan/atau didorong lokomotif
atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut
orang dan/atau bagasi.
3. Gerbong adalah sarana kereta api yang ditarik dan/atau didorong
lokomotif digunakan untuk mengangkut barang dan/atau hewan.
4. Peralatan khusus adalah sarana kereta api yang tidak digunakan untuk
angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus, antara
lain, kereta inspeksi, kereta penolong, kereta derek ( crane) , kereta ukur,
dan kereta pemeliharaan jalan rel.
5. Kereta Api adalah sarana kereta api dengan tenaga gerak, baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana kereta api lainnya, yang akan
atau sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.
6. Kepala Dipo Traksi, selanjutnya disebut Kdt adalah kepala unit pelaksana
teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan lokomotif dan
kereta rel diesel (KRD), perawatan dan penyiapan lokomotif dan KRD
untuk dinas kereta api.
7. Kepala Dipo Lokomotif,selanjutnya disebut Kdl adalah kepala unit
pelaksana teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan
lokomotif, perawatan dan penyiapan lokomotif untuk dinas kereta api.
8. Kepala Dipo Kereta,selanjutnya disebut Kdk adalah kepala unit pelaksana
teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan kereta, Tka,
perawatan dan penyiapan kereta untuk dinas kereta api.
9. Kepala Dipo Gerbong, selanjutnya disebut Kdg adalah kepala unit
pelaksana teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan
gerbong, Tka, perawatan dan penyiapan gerbong untuk dinas kereta api.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-1
Pasal 1 PERATURAN DINAS BA
10. Puk adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo kereta yang
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan kereta
atau KR L serta mengatur dinasan Tka, menyiapkan dan memeriksa
rangkaian kereta atau KR L untuk dinas kereta api atau pemeriksaan
rangkaian kereta api di stasiun pemeriksa tertentu.
11. adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo gerbong yang
Pug
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan
gerbong serta mengatur dinasan Tka, menyiapkan dan memeriksa
rangkaian gerbong untuk dinas kereta api atau pemeriksaan rangkaian
kereta api di stasiun pemeriksa tertentu.
12. Masinis adalah pegawai yang bertugas mengoperasikan kereta api dan
langsiran serta sebagai pemimpin selama dalam perjalanan kereta api di
luar emplasemen.
13. adalah pegawai yang bertugas membantu masinis dalam
Asisten Masinis
mengoperasikan kereta api dan langsiran.
14. Kondektur adalah pegawai yang diserahi tugas membantu masinis dalam
tertib perjalanan kereta api dan langsiran apabila di suatu tempat tidak
ada juru langsir, serta mengoordinasikan pelaksanaan tugas petugas lain di
kereta api.
15. Urusan Perjalanan Kereta Api adalah segala kegiatan yang berkaitan
dengan pelayanan dan perjalanan kereta api, demikian juga yang
berhubungan dengan perjalanan lori.
16. Teknisi Kereta Api untuk selanjutnya disebut Tka adalah petugas yang
mengoperasikan fasilitas sarana kereta api dan melakukan perbaikan
ringan peralatan atau fasilitas sarana kereta api dan/atau sarana kereta
api.
17. selanjutnya disebut Ppka adalah pegawai
Pengatur Perjalanan Kereta Api,
yang ditugasi untuk mengatur dan melakukan segala tindakan untuk
menjamin keselamatan dan ketertiban berikut segala sesuatu yang
berkaitan dengan urusan perjalanan kereta api dan langsir dalam batas
stasiunnya untuk wilayah pengaturan setempat atau beberapa stasiun
untuk wilayah pengaturan daerah.
18. selanjutnya disebut Pap adalah pembantu Ppka dalam
Pengawas Peron,
melaksanakan tugas pengaturan perjalanan kereta api dan langsir serta
bertanggung jawab atas urusan administrasi perjalanan kereta api.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 1
19. Laporan Kereta Api (bentuk 0.82), selanjutnya disebut Lapka adalah
pedoman dan laporan berisi catatan yang jelas dan lengkap selama masinis
melaksanakan dinas kereta api, sekaligus merupakan surat perintah
perjalanan dinas awak kereta api.
20. Laporan Kondektur (bentuk 0.83), selanjutnya disebut Lkdr adalah adalah
pedoman dan laporan berisi catatan yang jelas dan lengkap selama
kondektur melaksanakan dinas kereta api, sekaligus merupakan surat
perintah perjalanan dinas kondektur.
21. Lokomotif Dingin adalah lokomotif dalam kondisi mesin mati (engine off).
22. Suling lokomotif adalah peralatan operasional lokomotif yang
dipergunakan untuk memperdengarkan semboyan suara.
23. JT Ladalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan lokomotif di pusat.
24. JTK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan kereta dan gerbong di pusat.
25. JPI adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset prasarana
( I nfrastructure assets) di pusat.
26. JPR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset sarana
(rolling stock assets) di pusat.
27. JTJ adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di pusat.
28. JOR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan operasi
dan dinasan sarana di pusat.
29. JO Padalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengendalian operasi
dan dinasan sarana di pusat.
30. JPT Dadalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
keandalan sarana di daerah.
31. JPJD adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di daerah.
32. JPO Dadalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengendalian operasi kereta api di daerah.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
I-3
Pasal 1 PERATURAN DINAS BA
33. JPAK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penugasan awak kereta
api dan kondektur untuk dinas kereta api, langsiran, dan cadangan di
stasiun awal pemberangkatan kereta api atau di stasiun pergantian awak
sarana kereta api.
34. Daera h Operasi/Divisi Regional/Sub- Divisi Regional untuk selanjutnya
disebut Daerah.
35. adalah perorangan, badan usaha, atau institusi lain yang
Pengirim
menggunakan jasa pengiriman barang dengan kereta api.
36. Berat Kosong adalah berat kereta/gerbong tanpa muatan.
37. Berat Total Kereta adalah berat kereta termasuk muatan.
38. PT KERETA A PI IN DONESIA ( PERSERO} untuk selanjutnya disebut
Perusahaan.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 2
BAB II
PETUNJUK UMUM TENTANG SARANA KERETA A PI
Bagian Kesatu
Petunjuk mengenai Lokomotif
Pasal 2
(1) Daftar panjang lokomotif, berat siap, dan daya traksi untuk setiap jenis
lokomotif dapat dilihat dalam lampiran 1.
(2) Penomoran pada lokomotif diatur sebagai berikut.
a. Untuk setiap jenis lokomotif, penomoran ditulis di bagian tengah
kedua dinding kabin masinis pada bagian luar lokomotif.
b. Penomoran lokomotif terdiri atas huruf dan angka. Huruf
menunjukkan jumlah gandar penggerak setiap bogie, sedangkan angka
menunjukkan peralatan penerus daya, seri tipe, tahun mulai
dioperasikan, dan nomor urut armada.
c. Penomoran ditulis dengan jenis huruf dan angka arial, ukuran 140 mm,
warna putih di dalam text box warna hitam (lokomotif milik
perusahaan) dan warna merah (lokomotif milik pihak lain).
d. Angka pengenal peralatan penerus daya untuk penomoran pada
lokomotif:
1 = lokomotif elektrik,
2 = lokomotif diesel elektrik,
3 = lokomotif diesel hidrolik, dan
4 = lokomotif gabungan antara elektrik dan diesel elektrik.
e. Conteh penomoran lokomotif tersebut adalah
BB 201 64 01. Artinya,
BB = Menggunakan 2 bogie dengan masing- masing 2 roda
penggerak.
201 = Lokomotif diesel elektrik seri tipe 01.
64 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1964.
01 = Nomor urut.
BB 301 78 03. Artinya,
BB = Menggunakan 2 bogie dengan masing- masing 2 roda
penggerak.
301 = Lokomotif diesel hidrolik seri tipe 01.
78 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1978.
03 = Nomor urut.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-1
204 08 02. 2
Pasal 2 PERATURAN DINAS BA
0220S 12 02.
penggerak.
= Lokomotif diesel elektrik seri tipe
2
= Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun
= Nomor urut.
02
penggerak.
= Lokomotif diesel elektrik seri tipe
= Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun
= Nomor urut.
(3) Tanda dipo induk tempat kedudukan lokomotif.
a. Tanda dipo induk lokomotif atau tempat kedudukan lokomotif, ditulis
pada kedua dinding luar di bawah nomor lokomotif dengan cat warna
hitam.
b. Tulisan berupa huruf kapital "D I PO L OK" disertai singkatan dari tempat
kedudukan dipo lokomotif, misalnya D I PO L OK YK.
(4)
YK = Singkatan dari Yogyakarta, yaitu tempat kedudukan dipo
lokomotif.
Jadwal pelaksanaan pemeliharaan lokomotif di dipo:
a. Ditulis dengan warna putih pada kedua sisi rangka dasar bagian
tengah, berupa dua buah kotak persegi panjang yang tiap- tiap kotak
terdiri dari 6 kolom memanjang ke samping dan dua kolom ke bawah.
b. Kolom tersebut dipergunakan untuk menulis waktu pelaksanaan
pemeliharaan berkala yang telah dilaksanakan pada lokomotif
tersebut.
2010 2011
c. Conteh penulisan kolom jadwal pelaksanaan pemeliharaan lokomotif
1 24
sebagaimana pada butir a adalah sebagai berikut.
PEM - PEM -
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal 3
Bagian Kedua
Kode Sarana pada Kereta dan Gerbong
Pasal 3
(1) Kode sarana yang tertulis pada dinding kereta atau rangka dasar gerbong
menunjukkan:
a. Kode kecepatan maksimum pada kereta atau gerbong:
1) A menunjukkan kecepatan maksimum 45 km/jam.
2) B menunjukkan kecepatan maksimum 60 km/jam.
3) C menunjukkan kecepatan maksimum 75 km/jam.
4) D menunjukkan kecepatan maksimum 90 km/jam.
5) E menunjukkan kecepatan maksimum 100 km/jam.
6 ) F menunjukkan kecepatan maksimum 120 km/jam.
b. Kode berat total kereta, sebagai contoh:
1) 37 menunjukkan berat total maksimum 37 ton.
2) 42 menunjukkan berat total maksimum 42 ton.
c. Kode Jenis bogie kereta, sebagai contoh :
1) 1 menunjukkan jenis bogie Kl ( NT- 45);
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-3
Pasal 3 PERATURAN DINAS BA
D
D = Kecepatan maksimum 90 km/jam.
37 = Berat total 37 ton.
S = Jenis bogie KS (NT-11 atau TB-398).
D
F = Kecepatan maksimum 120 km/jam.
43 = Berat total 43 ton.
8 = Jenis bogie K8 (NT-60).
(3) Kode sarana pada gerbong ditulis pada pelat persegi berukuran 200 x 200
mm (warna dasar hitam, tulisan warna putih, jenis huruf arial-bold) dan
dipasang pada rangka dasar ujung sebelah kanan kedua sisi gerbong.
Contoh:
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 4
Bagian Ketiga
Petunjuk mengenai Kereta
Pasal 4
(1) Pada samping setiap pintu masuk bagian luar terdapat petunjuk kelompok
nomor tempat duduk, sedangkan pada bagian dalam kereta di atas pintu
gang ditulis jumlah tempat duduk, kelas kereta dan nomor kereta yang
bersangkutan.
(2) Panjang kereta untuk tiap jenis kereta diukur dari kedua ujung alat
perangkai adalah 21.000 mm.
(3) Jenis kereta, antara lain, terdiri dari:
No Jeni s Uraian
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
1 Kl
kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
2 KMl
ruang makan dan dapur, kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
3 Ml
dapur, kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
4 MPl
dapur kelas eksekutif serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
5 K2
kelas bisnis.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
6 KM2
ruang makan dan dapur, kelas bisnis.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
7 MP2
dapur kelas bisnis serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
8 KMP2 ruang makan dan dapur, kelas bisnis serta ruang pembangkit
listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
9 K3
kelas ekonomi.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
10 KM3
ruang makan dan dapur, kelas ekonomi.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
11 KP3
kelas ekonomi serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
12 KMP3 ruang makan dan dapur, kelas ekonomi serta ruang
pembangkit listrik.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-5
Pasal 4 PERATURAN DINAS BA
No Jenis Uraian
13 B Kereta bagasi.
14 p Kereta pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi fasilitas ruang bagasi dan ruang
15 BP
pembangkit listrik.
(4) Penomoran pada kereta diatur sebagai berikut.
a. Penomoran kereta ditulis pada bagian tengah kedua dinding luar
kereta dengan jenis huruf dan angka arial, ukuran 140 mm, warna
putih di atas warna dasar hitam.
b. Penomoran kereta terdiri atas huruf dan angka. Huruf menunjukkan
jenis kereta, sedangkan angka menunjukkan kelas pelayanan,
klasifikasi kereta, tahun mulai dioperasikan, dan nomor urut.
c. Klasifikasi kereta terdiri dari:
1) Kereta yang ditarik lokomotif menggunakan angka 0.
2) Kereta rel listrik menggunakan angka 1.
3) Kereta rel diesel elektrik menggunakan angka 2.
4) Kereta rel diesel hidrolik menggunakan angka 3.
d. Conteh penomoran kereta adalah sebagai berikut:
K2 0 8612 Artinya,
K2 = Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang
penumpang kelas bisnis.
0 = Ditarik lokomotif.
86 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1986 .
12 = Nomor urut.
KMP3 0 0111 Artinya,
KMP3 = Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang
penumpang dan ruang makan kelas ekonomi serta
ruang pembangkit listrik.
0 = Ditarik lokomotif.
01 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 2001.
11 = Nomor urut.
(S) Tanda dipo induk tempat kedudukan kereta.
a. Tanda dipo induk kereta atau tempat kedudukan kereta, ditulis pada
kedua dinding luar bagian bawah pada penomoran kereta dengan cat
warna putih.
b. Tulisan berupa huruf kapital singkatan dari tempat kedudukan dipo
kereta.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 4
1 1 I I I I I �
I I� II l�I I
PEM - 2010 PEM - 2011
1 124
Keterangan:
1) PEM yang ditulis di atas kolom adalah singkatan dari pemeliharaan
dan tulisan angka 2010 dan 2011 menunjukkan tahun.
2) Kolom bagian atas ke samping menunjukkan bulan Januari s.d.
Juni.
3) Kolom bagian bawah ke samping menunjukkan bulan Juli s.d.
Desember, setiap kolom satu bulan.
4) Angka 1 menunjukkan jenis pemeliharaan berkala satu bulanan
(Pl).
5) Angka 24 menunjukkan tanggal pelaksanaan pemeliharaan, yaitu
tanggal 24.
6 ) Kolom 1 atas menunjukkan bulan Januari.
Jadi, tulisan yang tercantum pada butir 1) sampai dengan 6 )
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan berkala Pl kereta
EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-7
Pasal 5 PERATURAN DINAS 8A
[I ftt••i:�W1!·*-Ktt.WNi'fcla'IUIW....
J � �-- �J + � _J � _J + + �
50 100 100 50 50 1sor 50 so
Keterangan: 8! []]]]]]
�
"o
1. Ukuran dalam milimeter ,., --,. "'
2. F t : arial bold • 300
Bagian Keempat
Petunjuk mengenai Gerbong
Pasal 5
(1) Kodifikasi gerbong berdasarkan kelompok dan jenis terdiri dari:
No Kelompok Gerbong Jenis Gerbong
1. Gerbong terbuka (GB) YY, ZZ, KKB
2. Gerbong datar (GD) PP, PPC, PKPK
3. Gerbong tertutup (GT) GG, TI, KKB Klinker
4. Gerbong Tangki (GK) KK BBM, KK CPO, KK Semen Curah
(2) Daftar panjang dan lebar untuk setiap jenis gerbong dapat dilihat pada
Lampiran 2.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-8
PERATURAN DINAS BA Pasal 5
05 I
= Mulai dioperasikan di ndonesia tahun 2005.
11 = Nomor urut.
(4) Petunjuk lain yang ditempatkan pada rangka dasar gerbong adalah
a. kode sarana,
b. berat kosong,
c. kuat muat,
d. kolom pemeliharaan,
e. pemeriksaan akhir,
f. jenis gerbong, dan
g. tanda kepemilikan daerah berupa pewarnaan pada rangka dasar yang
ditetapkan oleh Direksi.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-9
Pasal 5 PERATURAN DINAS 8A
ii: 140
�: £11l•l•Je"liil
� -
80 80
� ... w
50 80
... �....f".
50
Keterangan :
300
1. Ukuran dalam milimeter
2. Font: arial bold §�I I I I I I l_:y16
2:
ICJ1li1i.JO-Sll
2010 2011
c. Conteh penulisan kolom jadwal pelaksanaan pemeliharaan gerbong
1 24
sebagaimana pada butir a adalah sebagai berikut.
PEM - PEM -
2010 2011
PEM yang ditulis di atas kolom adalah singkatan dari pemeliharaan
dan tulisan angka dan menunjukkan tahun.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
11-10
PERATURAN DINAS BA Pasal 5
EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-11
PERATURAN DINAS 8A Pasal 6
BAB Ill
KETENTUAN TENTANG PENGOPERASIAN
DAN PENGIRIMAN LOKOMOTIF
Bagian Kesatu
Pembatasan Perjalanan Lokomotif
Pasal 6
(1) Untuk pengoperasian dan pengiriman lokomotif harus berpedoman pada
peta izin lokomotif yang berisi tentang jenis lokomotif, lokomotif ganda
atau triple yang diperbolehkan berjalan di berbagai lintas yang dikeluarkan
oleh JTJ.
(2) Setiap dipo dan stasiun pemberangkatan awal harus mempunyai peta izin
lokomotif, Kdl/Kdt dan kepala stasiun harus paham serta melaksanakan
ketentuan pada peta izin lokomotif sesuai dengan tujuan perjalanan
kereta api.
Bagian Kedua
Penempatan Lokomotif pada Rangkaian Kereta Api
Pasal 7
(1) Untuk keperluan keselamatan dan pengoperasian serta memperhatikan
berat rangkaian kereta/gerbong, lokomotif ditempatkan pada bagian
depan rangkaian kereta api.
(2) Penggunaan lebih dari dua lokomotif dengan multiple unit berurutan di
depan atau dua di depan, satu di tengah/belakang diizinkan apabila
ditetapkan oleh Direksi.
(3) Lokomotif kedua atau ketiga dalam kereta api hanya diperbolehkan
ditempatkan di luar ketentuan sebagaimana pada ayat (1), apabila:
a. kekuatan jalan atau jembatan tidak memungkinkan kedua atau ketiga
lokomotif berjalan dirangkai berurutan yang tertuang pada peta izin
lokomotif;
b. pada tanjakan dengan kelandaian tertentu dan/atau kondisi yang
mengharuskan, lokomotif dapat ditempatkan di bagian belakang
rangkaian sebagai lokomotif pendorong;
c. dalam keadaan khusus ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
(4) Menempatkan salah satu lokomotif di belakang lokomotif pertama atau di
tengah/belakang rangkaian pada waktu kereta api berjalan lebih dari satu
lokomotif yang berbeda jenis, harus memperhatikan daya tarik kedua
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
111-1
Pasal 8 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Ketiga
Pengiriman Lokomotif Dingin
Pasal 8
(1) Pengiriman lokomotif dari dipo ke dipo lain atau ke balai yasa diutamakan
dengan memakai tenaga sendiri, kecuali apabila kondisi yang
mengharuskan lokomotif tersebut dirangkaikan pada kereta api barang
atau dengan kereta api luar biasa sebagai lokomotif dingin.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
111-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 8
(2) Lokomotif dingin sebagaimana pada ayat (1) diperlakukan sebagai gerbong
bermuatan dan setiap pengiriman hanya diperbolehkan membawa satu
lokomotif dingin.
(3) Setiap Kdl/Kdt bertanggung jawab atas pelaksanaan pengiriman lokomotif
dingin yang berada dalam wilayahnya ke balai yasa, sedangkan pengiriman
dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan Kdl/Kdt tempat kedudukan
lokomotif. Selanjutnya, Kdl/Kdt pengirim berkoordinasi dengan kepala
stasiun pemberangkatan untuk pengirimannya.
(4) Jika menurut peta izin lokomotif, lokomotif dingin tidak boleh
digandengkan dengan lokomotif penarik, di antara lokomotif kereta api
dan lokomotif dingin harus ditempatkan beberapa gerbong.
(5) Pengiriman lokomotif dingin harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut.
a. Untuk lokomotif diesel hidrolik harus dipastikan hendel transmisi
dalam posisi netral, dan gardan penghubung antara penggerak roda
dengan transmisi harus dilepas pada pihak penggerak roda.
b. Untuk lokomotif diesel elektrik hendel pembalik arah harus diposisikan
pada kedudukan netral.
c. Selama dalam perjalanan, lokomotif dingin harus dijaga oleh petugas
perawatan lokomotif sebagai pengawal yang apabila diperlukan harus
melayani rem parkir dan memeriksa suku-suku/bagian-bagian yang
berada di bawah rangka dasar di stasiun-stasiun pemberhentian.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
III-3
PERATURAN DINAS 8A Pasal 9
BAB IV
KERETA
Bagian Kesatu
Pembagian Kereta
Pasal 9
(1) JPR berkewajiban menyiapkan armada kereta. Selanjutnya, JOR
berkewajiban dan bertanggung jawab menyusun peredaran, pembagian
dan pengiriman kereta kepada semua unit terkait serta melaksanakan
pengawasan peredaran kereta sesuai dengan yang telah ditetapkan.
(2) JTK bertanggung jawab menyiapkan kereta siap operasi sesuai dengan
program jumlah armada kereta yang ditetapkan oleh JPR.
(3) Jumlah kereta untuk setiap daerah diatur berdasarkan kebutuhan kereta
dan diketahui oleh Pimpinan Daerah sebagai berikut.
a. Kereta yang diserahkan kepada stasiun awal pemberangkatan kereta
api:
1) Kereta yang dibutuhkan untuk rangkaian kereta api sesuai dengan
stamformasi yang ditetapkan menurut peredaran kereta.
2) Kereta cadangan yang dibutuhkan untuk menambah stamformasi
apabila diperlukan.
b. Kereta untuk perawatan di dipo dan di balai yasa.
(4) Kdk menyesuaikan "daftar armada kereta" menurut jumlah yang
ditetapkan oleh JPR. Pada daftar tersebut dicatat pembagian kereta
sebagaimana pada ayat (3). Pada daftar tersebut terdapat juga
rekapitulasi "jumlah kereta" menurut jenis dan kelasnya. Selanjutnya, Kdk
mengirimkan "daftar armada kereta" kepada Pimpinan Daerah dan kepala
stasiun yang mendapat pembagian kereta.
(S) Stasiun yang tidak tertulis dalam "daftar armada kereta", tidak
diperbolehkan menahan kereta untuk cadangan, kecuali dengan izin
Pimpinan Daerah.
Bagian Kedua
Pengoperasian Kereta
Pasal 10
(1) Jumlah dan jenis kereta untuk setiap kereta api yang akan disusun di
stasiun (stamformasi), ditetapkan dalam buku pedoman dukungan sarana
yang dikeluarkan oleh Direksi berdasarkan Gapeka, sedangkan untuk
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-1
Pasal 1 1 PERATURAN DINAS 8A
angkutan luar biasa (misalnya: angkutan Lebaran, Natal, dan Tahun Baru),
dibuat buku pedoman dukungan sarana tersendiri yang dikeluarkan oleh
Direksi.
(2) Apabila suatu daerah memerlukan angkutan penting, misalnya, angkutan
tentara yang memerlukan tambahan kereta atau kereta api luar biasa,
Pimpinan Daerah yang bersangkutan harus mengajukan kebutuhan
tersebut kepada Direksi.
Bagian Ketiga
Pengaturan Dinasan Kereta
Pasal 11
(1) Dinasan kereta telah ditetapkan dalam buku pedoman dukungan sarana
sebagaimana pada pasal 10 ayat (1) yang sesuai dengan kebutuhan
operasi kereta api dan perawatan, kemudian didistribusikan ke setiap
daerah dan balai yasa.
(2) Apabila dipandang perlu pengaturan dinasan kereta dapat
diselenggarakan antar JPOD setelah mendapat persetujuan dari JOR, serta
berkewajiban menormalkan dinasan kereta sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
(3) Jika perlu, JPOD dapat mengubah pengaturan dinasan kereta di daerahnya
setelah dikoordinasikan dengan JPTD dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan Daerah.
(4) Dalam pengaturan dinasan kereta, untuk tiap stasiun awal
pemberangkatan kereta api ditetapkan sebagai berikut.
a. Jumlah minimum dari tiap jenis kereta yang harus tersedia;
b. Jumlah jenis kereta untuk semua kereta api yang harus dijalankan
setiap hari; dan
c. Jumlah kereta cadangan.
(5) Untuk perjalanan kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa,
kebutuhan kereta diatur oleh JPOD setelah berkoordinasi dengan JPTD
yang bersangkutan dan jika perlu dapat berhubungan dengan JPOD yang
akan dilalui kereta api yang bersangkutan dengan persetujuan Direksi.
(6) Untuk angkutan luar biasa secara besar-besaran atau selama jangka waktu
panjang, kebutuhkan tambahan kereta dan kegiatan di bidang operasi
sarana, diatur dan ditetapkan oleh Direksi.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal 12
(7) Dalam keadaan luar biasa (misalnya: rintang jalan, kerusakan pada kereta
atau kelambatan yang luar biasa) penggunaan kereta dapat menyimpang
dari dinasan kereta yang telah ditetapkan, setelah JPOD berkoordinasi
dengan JPTD.
(8) Dinasan kereta untuk esok harinya, setiap hari harus ditulis pada papan
yang disediakan untuk keperluan tersebut, yang digantungkan di dalam
ruang Ppka/Pap, Kdk, dan Puk.
Bagian Keempat
Pengawasan Pengoperasian Kereta
Pasal 12
(1) Kepala stasiun harus mencatat dalam buku material semua kereta yang
ada di stasiunnya termasuk yang berada di emplasemen dipo, di jalur
pencucian kereta, dan balai yasa (untuk stasiun yang dekat dengan balai
yasa).
(2) Jika jumlah kereta tidak sesuai dengan "daftar kereta", harus segera
dilaporkan dalam laporan kereta (lk) dan ditambahkan catatan sebagai
berikut.
Lebih
,,:JumIah kereta: -- .......................... .
11
Kurang
(3) Dalam laporan kereta sebagaimana pada ayat (2) harus memuat juga hal
hal sebagai berikut.
a. Jika kelebihan tersebut akan digunakan untuk angkutan luar biasa
pada tanggal yang sudah ditentukan, hal tersebut harus dinyatakan
dengan tambahan:
11
"untuk angkutan tanggal ................................
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-3
Pasal 12 PERATURAN DINAS BA
(tanda tangan)
(7) Untuk keperluan pengawasan, di kantor JPOD harus tersedia Buku
Pengawasan Pengoperasian Kereta Cadangan.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 13
Bagian Kelima
Pengiriman Kereta ke Balai Vasa
Pasal 13
(1) Setiap 10 (sepuluh) hari, Kepala unit pelaksana teknis Balai Vasa Sarana
melapor kepada Direksi dan Pimpinan Daerah dengan warta dinas,
mengenai jumlah kereta yang harus dikirim ke balai yasa.
(2) Setiap bulan JTK dan Kepala unit pelaksana teknis Balai Vasa membuat
Daftar Rencana Perawatan Kereta, yang memuat nomor kereta yang harus
dikirim ke balai yasa.
(3) Pengiriman kereta sesuai dengan Daftar Rencana Perawatan sebagaimana
pada ayat (2), hanya dapat dilakukan setelah menerima perintah dari
Pimpinan Daerah, sedangkan pengiriman kereta yang rusak ke balai yasa
dapat dilakukan atas permintaan Kdk jika perbaikan kereta tidak mungkin
dikerjakan di dipo kereta dan kepala stasiun memberitahukan pengiriman
kereta tersebut kepada Pimpinan Daerah.
(4) Kereta yang dikirim ke balai yasa pintunya harus ditutup, dikunci, dan
diberi tempelan (bentuk G.208 atau G.209) dibuat rangkap 3 (tiga), yang
dilekatkan pada kedua belah dinding di sebelah kiri bawah dari kereta,
sedangkan 1 (satu) lembar lainnya dikirim ke balai yasa, dan pada dinding
kereta tidak diperbolehkan adanya tulisan dengan kapur/spidol/cat.
(5) Untuk pengiriman kereta yang sedang tidak digunakan, dilakukan dengan
kereta api penumpang, sedangkan pengiriman dengan kereta api barang
hanya dilakukan jika kondisi kereta tersebut tidak mengizinkan atau
karena kebutuhan masih cukup waktu.
(6) Pengiriman kereta ke balai yasa beserta semua kelengkapan yang harus
ada dalam kereta, diatur sebagai berikut.
a. Pengiriman kereta penumpang atau kereta makan: setelah didata
kerusakan komponen-komponen yang ada di dalam kereta (tempat
duduk, kipas angin, dan sebagainya), jendela-jendela harus ditutup
dan pintu dikunci, serta data kerusakan harus dicatat dalam buku
riwayat dan surat pengantar sebagai kelengkapan dokumen yang
diserahkan ke balai yasa.
b. Pengiriman kereta pembangkit:
1) bahan bakar dikosongkan;
2) saklar-saklar dalam kedudukan off;
3) panel-panel dikunci;
4) tersedia alat pemadam api; dan
5) buku riwayat pembangkit telah diisi lengkap.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-5
Pasal 14 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Keenam
Pengiriman Kereta setelah Dioperasikan sebagai Kereta Tambahan
Pasal 14
(1) Kepala stasiun tempat kereta cadangan, jika telah mendapat persetujuan
Pimpinan Daerah untuk menambah kereta pada suatu rangkaian kereta
api (bukan tambahan kereta menurut stamformasi) maka untuk setiap
kereta yang ditambahkan tersebut diberikan surat pengantar kereta
kosong (bentuk 79) kepada kondektur kereta api tersebut.
Pada surat pengantar tersebut dituliskan stasiun tujuan, jenis dan nomor
kereta serta keterangan sebagai berikut :
"Guna Tambahan Kereta Api Nomor ............. "
I K2 0 78 37 I Slo-Yk
Artinya, kereta K2 0 78 37 dari Solobalapan sampai dengan Yogyakarta
berjalan kosong di luar rangkaian pokok.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-6
PERATURAN DINAS 8A Pasal 15
Bagian Ketujuh
Pemeliharaan dan Pengawasan Kebersihan Kereta
Pasal 15
(1) Pemeliharaan kereta di stasiun diserahkan kepada petugas Puk,
sedangkan pekerjaan kebersihan dilakukan oleh petugas kebersihan dalam
pengawasan kepala stasiun, untuk menjamin bahwa kereta yang
berangkat dari stasiunnya dalam keadaan bersih.
(2) Dalam perjalanan, pengoperasian, perbaikan ringan peralatan atau
fasilitas kereta dilakukan oleh TKA, sedangkan untuk kebersihan kereta
penumpang maupun kereta makan dilakukan oleh petugas kebersihan,
yang seluruhnya dalam pengawasan kondektur atau petugas lain yang
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
(3) Jika dalam Lkdr terdapat catatan tentang cacat dan kerusakan pada
kereta, kepala stasiun stasiun akhir harus memberitahukan hal tersebut
kepada Kdk/Puk untuk melaksanakan perbaikan dan mengatur
penggantian kereta.
(4) Kereta di emplasemen stasiun yang tidak dioperasikan, pintu dan
jendelanya harus ditutup dan dikunci oleh petugas Kdk/Puk, dan jika tidak
ada petugas Kdk/Puk, pekerjaan mengunci dan membuka kereta dapat
dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk kepala stasiun.
(5) Pintu Kereta-kereta yang berada dalam rangkaian kereta api harus dibuka
30 menit sebelum kereta api diberangkatkan dari stasiun awal.
Bagian Kedelapan
Penyerahan Kereta dari Balai Vasa
Pasal 16
(1) Sebelum kereta dikeluarkan dari balai yasa dan diserahkan untuk
dioperasikan, perlu dilakukan uji coba jalan terlebih dahulu, dengan
ketentuan sebagai berikut.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-7
Pasal 17 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Kesembilan
Pengangkutan Orang dengan Kereta Bagasi
Pasal 17
(1) Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pengangkutan orang dengan
menggunakan kereta bagasi yang bersifat sementara dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kereta penumpang pada lintas yang bersangkutan tidak tersedia atau
tidak mencukupi,
b. adanya permintaan angkutan yang mendesak, atau
c. keadaan darurat.
(2) Kereta bagasi sebagaimana pada ayat (1) harus tertutup dan memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan penumpang atau setidaknya
dilengkapi dengan fasilitas berupa:
a. pintu masuk dan pintu keluar,
b. ventilasi udara masuk yang memadai,
c. lantai beralas yang bersih untuk duduk, dan
d. penerangan.
(3) Penggunaan kereta bagasi sebagaimana pada ayat (1), dapat dilakukan
atas persetujuan Direksi.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-8
PERATURAN DINAS 8A Pasal 18
Bagian Kesepuluh
Fumigasi Kereta
Pasal 18
(1) Fumigasi kereta adalah penyemprotan/pengasapan untuk membasmi
serangga dan tikus.
(2) Pelaksanaan fumigasi kereta diatur dan diawasi oleh pejabat daerah
tempat kedudukan kereta yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-9
PERATURAN DINAS 8A Pasal 19
BAB V
GERBONG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Untuk efektivitas dan efisiensi peredaran gerbong diperlukan suatu sistem
pengendalian gerbong terpusat, yang pelaksanaannya diatur sebagai
berikut.
a. Pusat pengendalian gerbong untuk wilayah Jawa di kantor pusat
Bandung.
b. Pusat pengendalian gerbong untuk wilayah Sumatra di tiap-tiap kantor
daerah (Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan)
(2) Untuk keperluan pengawasan peredaran gerbong di Sumatra, pejabat yang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian operasi kereta api
di tingkat regional (JPOR) setiap 10 hari melaporkan ke pusat pengendalian
gerbong sebagaimana pada ayat (1) huruf a tentang ketersediaan dan
penggunaan gerbong.
Bagian Kedua
Laporan Gerbong
Pasal 20
(1) Untuk mencapai sasaran sebagaimana dalam pasal 19 ayat (1), Pimpinan
Daerah menetapkan stasiun-stasiun pengumpul, serta mengatur dan
mengawasi tata laksana dan tata cara laporan gerbong (lg).
(2) Stasiun pengumpul berkewajiban mengumpulkan lg dari tiap-tiap stasiun
di wilayahnya untuk selanjutnya dikirim ke pusat pengendalian gerbong
melalui kantor pelayanan telekomunikasi daerah.
(3) Lg setiap hari dikirim pada pukul 17.00 dan Pimpinan Daerah dapat
membuat ketentuan tersendiri tentang pelaporan lg untuk gerbong pada
rangkaian kereta api yang sedang dalam perjalanan.
(4) Lg sebagaimana pada ayat (3) dilakukan menurut ketentuan sebagai
berikut.
a. Lg dibuat satu kali setiap hari oleh kepala stasiun berdasarkan buku
pungutan gerbong dan buku material sehingga terdapat jaminan
bahwa semua gerbong yang ada di emplasemen (termasuk jalur
simpang, gudang persediaan, dan balai yasa) pada Pukul 17.00 telah
tercatat dan dilaporkan dalam Jg yang bersangkutan.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-1
Pasal 20 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 20
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-3
Pasal 20 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-4
PERATURAN DINAS BA Pasal 20
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-5
Pasal 21 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Ketiga
Perintah Pembagian Gerbong
Pasal 21
(1) Berdasarkan lg yang diterima, pusat pengendalian gerbong mengatur
pembagian gerbong kosong dengan membuat perintah pembagian
gerbong (ppg), guna memenuhi permintaan stasiun pengumpul dan
stasiun-stasiun yang membutuhkan.
(2) Pembagian gerbong kosong harus berdasarkan atas kebutuhan
penggunaannya dengan urutan sebagai berikut.
a. Kebutuhan untuk memenuhi keperluan ppg
b. Kebutuhan untuk pengiriman barang cepat
c. Kebutuhan untuk pengiriman barang biasa
(3) Semua kepala stasiun menerima warta dinas tentang pembagian gerbong
untuk tiap-tiap stasiunnya dalam ppg sesuai dengan kelompok "kir"
(kirim), "tri" (terima), dan apabila gerbong yang diminta tidak tersedia,
dalam ppg tertulis dengan "ttsd" (tidak tersedia).
(4) Pemberian gerbong tergantung pada adanya gerbong yang ditetapkan
dalam ppg dengan memperhatikan nomor urut pada bentuk permintaan.
(5) Karena ppg pada prinsipnya harus dipenuhi dan diutamakan
pengirimannya,
a. tiap stasiun harus memastikan kedatangan gerbong yang telah
ditetapkan dalam ppg.
b. Apabila sampai pukul 07.00 esok harinya ppg belum dipenuhi dan
pengiriman secara cepat tidak mungkin dilakukan karena gerbong yang
akan dikirim belum datang/belum dibongkar, kepala stasiun yang
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 21
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-7
Pasal 21 PERATURAN DINAS BA
2) Tanggal 7-7-2010:
Rewulu membutuhkan 10 KK untuk BBM dengan tujuan
Madiun yang akan dimuati tanggal 8-7-2010
Madiun ada bongkaran 5 KK
Lg Rewulu berbunyi: db 1 0 kk bbm mn
Lg Madiun berbunyi: adb 5 kk
Pada pengunjukkan ppg tanggal 7-7-2010
Ppg Rewulu berbunyi sebagai berikut. tri 5 kk mn
Ppg Madiun berbunyi sebagai berikut. kir 5 kk rwl dari adb
Apabila tanggal 8-7-2010 Rewulu tahap pengisian 5 KK,
Lg Rewulu sebagai berikut.
db kem 5 kk bbm mn
udm 5 kk bbm mn
(Db kem ialah db kemarin dan sebelumnya yang belum ada
ppg-nya)
b. Gerbong-gerbong yang dilaporkan dalam isi dan/atau dpi harus diikuti
keterangan singkat nama stasiun tujuan.
c. Gerbong-gerbong dpk harus disebut stasiun asal dan tujuan.
Gerbong-gerbong PA/PB dalam perjalanan kosong harus diberi
keterangan pa/pb di belakang stasiun tujuan.
Contoh : di stasiun Pekalongan ada 3 GG dalam perjalanan kosong
dari Brebes menuju Sgu untuk PA/PB.
Lg Pk: dpk 3 gg bb/sg u (pa/pb)
d. Gerbong-gerbong yang dilaporkan dalam "dip" harus diikuti nama
komoditi dan singkatan stasiun tujuannya.
Misalnya : /g stasiun lpn berbunyi :
dip 4 pp rel kta
e. Mengingat pentingnya "dip" untuk bahan penilaian efisiensi, yaitu
untuk menghitung waktu peredaran gerbong (WPG) maka harus
diusahakan agar tidak ada gerbong yang seharusnya dilaporkan
sebagai "dip" sampai tidak terlapor.
f. Tentang gerbong-gerbong KK, PP, dan ZZ:
1) Untuk gerbong-gerbong ini perlu dilaporkan dalam "db" dan
ditetapkan dalam ppg.
2) Dalam istilah-istilah lg lainnya harus selalu disebutkan kecuali "dip"
untuk KK dinas.
3) Di belakang gerbong-gerbong KK, PP, dan ZZ harus diberi
keterangan badan usaha atau instansi yang memiliki atau
pengguna, misalnya: KK Pertamina, KK Dinas, dan ZZ Dinas.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-8
PERATURAN DINAS BA Pasal21
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-9
Pasal21 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-10
PERATURAN DINAS 8A Pasal22
Bagian Keempat
Gerbong yang Dibutuhkan oleh Dinas
Pasal 22
(1) Apabila suatu dinas, selain gerbong yang telah diserahkan, masih juga
membutuhkan tambahan gerbong, dinas yang bersangkutan harus
mengirimkan permintaan gerbong secara tertulis (rangkap dua) kepada
JPOD dengan menyebutkan:
a. jumlah dan jenis gerbong yang diperlukan;
b. lamanya waktu pemakaian gerbong; dan
c. jenis barang yang akan diangkut; dan
d. stasiun tujuan,
Selanjutnya, apabila JPOD menyetujui, satu lembar tembusan surat
permintaan dikirim kepada kepala stasiun yang bersangkutan.
(2) Kepala stasiun apabila menerima permintaan gerbong dari suatu dinas
maka dalam lg harus dijelaskan: jumlah dan jenis gerbong, jenis barang
yang diangkut, dan stasiun tujuan.
Conteh:
a. Kepala unit pelaksana teknis perawatan jalan rel di Kutoarjo
membutuhkan 1 YY untuk angkutan bantalan dinas tujuan Kroya maka
yang bersangkutan mengajukan permintaan gerbong secara tertulis
(bentuk no. 392) melalui kepala stasiun Kutoarjo.
b. Kepala Stasiun Kutoarjo segera meneruskan permintaan tersebut
kepada JPOD Purwokerto.
c. Apabila JPOD Purwokerto menyetujui permintaan tersebut,
permintaan gerbong (bentuk no. 392) dikirim kembali kepada kepala
stasiun Kutoarjo untuk dilaporkan dalam lg sebagai berikut.
db 1 yy bantalan dinas kya.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-11
Pasal23 PERATURAN DINAS 8A
d. Oleh karena itu, ppg dari pusat pengendalian gerbong sebagai berikut.
kta tri 1 yy (asal gerbong dikirim)
..........
Bagian Kelima
Buku Laporan Gerbong dan Perintah Pembagian Gerbong
Pasal 23
(1) Seluruh stasiun harus mempunyai buku lg dan ppg (buku no. 77).
(2) Dalam buku sebagaimana pada ayat (1) dapat diketahui gerbong yang
belum dikirim atau belum diterima menurut ppg pada hari sebelumnya.
(3) Setiap hari kepala stasiun harus memeriksa buku sebagaimana pada ayat
(2), apakah lg tersusun dengan baik dan benar, sedangkan untuk stasiun
besar maupun untuk stasiun kelas I pemeriksaan tersebut dapat
diserahkan kepada petugas lain. Akan tetapi, kepala stasiun diharuskan
memeriksa paling sedikit dua kali sebulan.
(4) Pemeriksaan mengenai penyelesaian ppg harus dilakukan sendiri oleh
kepala stasiun.
Bagian Keenam
Daftar Rencana Perawatan
Pasal 24
(1) Siklus perawatan gerbong di balai yasa ditetapkan setiap kilometer
tempuh mencapai 700.000 km atau jangka waktu 6 tahun. Dalam
pelaksanaannya mana yang terlebih dahulu dicapai atau berdasar pada
keputusan Direksi tersendiri.
(2) Setiap bulan JPTD mengeluarkan "Daftar Rencana Perawatan"
berdasarkan siklus perawatan sebagaimana ayat (1) dan kesiapan balai
yasa.
(3) Seluruh gerbong yang telah masuk dalam daftar rencana perawatan yang
terdapat di suatu dipo gerbong harus segera dikirim ke balai yasa yang
ditentukan.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-12
PERATURAN DINAS 8A Pasal25
(4) Untuk gerbong yang telah masuk daftar rencana perawatan harus dikirim
dalam keadaan kosong ke stasiun tujuan yang sesuai dengan tempat
kedudukan balai yasa yang sudah ditentukan.
(S) Sebelum jatuh tempo pengiriman ke balai yasa untuk perawatan, gerbong
yang digunakan untuk sementara waktu oleh dinas, harus segera
diupayakan gerbong pengganti.
(6) Gerbong yang sudah mendekati siklus perawatan di balai yasa, tetapi
masih dipergunakan untuk angkutan, Kdg/Kdk yang bersangkutan segera
memanggil dengan warta dinas.
(7) Gerbong tangki BBM sebelum dikirim ke balai yasa untuk perbaikan PA/PB
harus bebas gas.
(8) Setelah gerbong dikirim ke balai yasa, nomor gerbong tersebut pada
daftar rencana perawatan harus dicoret.
Bagian Ketujuh
Buku Material
Pasal 25
(1) Guna memudahkan pendataan kereta/gerbong di emplasemen,
pemeriksaan pembuatan lg dan juga untuk mengetahui efisiensi
penggunaan kereta/gerbong, setiap stasiun harus mempunyai buku
material untuk mencatat semua kereta/gerbong yang ada di emplasemen
baik yang diterima maupun yang dikirim.
(2) Buku material sebagaimana pada ayat (1), terdiri dari:
a. Buku material A, berisi catatan tentang:
1) Kereta penumpang dan kereta bagasi
2) Gerbong rusak, afkir, dan yang dirucat.
3) Gerbong yang akan masuk balai yasa untuk PA/PB.
4) Gerbong yang digunakan oleh dinas secara terus-menerus
berdasarkan ketentuan atau keputusan pusat pengendalian
gerbong, misalnya, gerbong yang digunakan untuk menyimpan
barang inventaris suatu dinas, dan gerbong penolong.
S) Gerbong milik badan usaha lain atau gerbong yang memerlukan
pengawasan ketat harus dilaporkan dalam lg, misalnya:
a) gerbong tangki untuk angkutan BBM Pertamina dan dinas;
b) gerbong untuk angkutan semen Gresik dan Holcim;
b. Buku material B, hanya digunakan di stasiun-stasiun tertentu, yaitu
stasiun-stasiun tempat kedudukan gerbong-gerbong milik badan usaha
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-13
Pasal25 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-14
PERATURAN DINAS 8A Pasal26
Bagian Kedelapan
Meminta dan Memberi Ruang dalam Kereta Api
Pasal 26
(1) Guna menjamin kelancaran perjalanan gerbong angkutan barang dan
sesuai dengan rencana pengoperasiannya, JPOD menetapkan stasiun yang
harus mengatur penyediaan ruang dalam kereta api yang berangkat dari
stasiun pemberangkatan untuk memenuhi kebutuhan ruang yang diminta
oleh beberapa stasiun. Jika perlu, kepala stasiun dapat menjalankan
kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa.
(2) Agar stasiun sebagaimana pada ayat (1) dapat melaksanakan
kewajibannya, stasiun yang akan mengirim gerbong, baik isi maupun
kosong, harus meminta ruang kepada stasiun yang akan memberi ruang
melalui warta dinas.
(3) Gerbong yang akan dikirim harus dijelaskan segala sesuatunya melalui
warta dinas, antara lain, jumlah gerbong dan berat gerbong dalam ton
agar stasiun yang menyediakan ruang dalam kereta api dapat mengatur
pemberian ruang tersebut dengan baik.
(4) Apabila stasiun tujuan gerbong tidak berada di lintas yang dilalui kereta
api yang menyediakan ruang, ditetapkan stasiun tujuan sementara sebagai
stasiun penghubung yang berkewajiban melepas gerbong yang diminta.
Selanjutnya, stasiun tujuan sementara mengirim gerbong yang dimaksud
dengan kereta api sesuai tujuan gerbong.
(S) Untuk mencegah pemberian ruang dua kali atas satu permintaan ruang
dalam suatu rangkaian kereta api maka warta dinas permintaan pertama
tidak boleh diperlakukan sebagai warta dinas permintaan baru.
(6) Untuk mengirim gerbong yang telah ditentukan pengirimannya atau telah
diperintahkan kepada kepala stasiun pemberi ruang dalam kereta api
maka tidak boleh meminta ruang lagi.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-15
Pasal27 PERATURAN DINAS 8A
(7) Permintaan ruang harus segera dijawab melalui warta dinas dan
disebutkan pada kereta api mana ruang tersebut disiapkan dan sebelum
memberi ruang harus diperhatikan kemungkinan:
a. langsiran di stasiun yang meminta ruang,
b. memberhentikan luar biasa kereta api yang menurut peraturan
perjalanan tidak berhenti di suatu stasiun untuk melepas atau
menambah gerbong.
(8) Di stasiun, sebagaimana pada ayat (1), harus ada buku pemberian ruang
untuk mencatat permintaan dan pemberian ruang dan nomor warta dinas
yang bersangkutan.
(9) Ruang yang disediakan sebagaimana pada ayat (8) harus dicatat dalam
Lapka dan Lkdr dengan menyebutkan nama stasiun yang diberi ruang,
kondektur harus memastikan bahwa ruang tersebut tidak dipergunakan
oleh stasiun lain.
(10) Jika kepala stasiun sebagaimana pada ayat (1), berdasar atas peraturan
perjalanan dan daya tarik lokomotif tidak dapat memenuhi semua
permintaan ruang, yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
kepada JPOD untuk menjalankan kereta api dengan lokomotif ganda atau
kereta api luar biasa.
(11) JPOD berusaha agar dapat mengetahui banyaknya sisa muatan di suatu
stasiun yang harus dikirim ke stasiun tujuan, dan berdasarkan warta dinas
tentang sisa muatan dari stasiun yang bersangkutan, JPOD dapat
mengambil tindakan untuk mengatur dan mempercepat pengiriman sisa
muatan ke stasiun tujuan.
Bagian Kesembilan
Mengirim dan Menahan Gerbong
Pasal 27
(1) Setiap berlakunya Gapeka baru, JO R membuat "Ketentuan Pengangkutan"
tentang susunan kereta api barang, serta menentukan stasiun yang
diizinkan menambah gerbong atau yang akan menerima gerbong dari
kereta api tersebut, dan dalam peraturan tersebut diatur juga
pengangkutan khusus, misalnya, angkutan BBM dan pasir kuarsa.
(2) Gerbong kosong yang dikirim harus disertai surat pengantar (bentuk 79),
dan surat pengantar tersebut disimpan di stasiun tujuan selama satu
tahun dan kemudian dimusnahkan.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-16
PERATURAN DINAS 8A Pasal28
(3) Jika gerbong milik suatu badan usaha lain baik isi maupun kosong, karena
rusak atau karena hal lain, harus ditahan di salah satu stasiun, kepala
stasiun harus segera melaporkannya melalui warta dinas kepada:
a. Pimpinan Daerah;
b. Kepala stasiun tempat kedudukan gerbong maupun stasiun tujuan
muatan;
c. Kepala stasiun penghubung tempat balai yasa (jika perlu) apabila atas
permintaan Kdg harus dikirim ke balai yasa.
(4) Gerbong yang memakai tanda tempat kedudukan gerbong, tanpa
menunggu instruksi, harus dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan
gerbong, kecuali ditetapkan lain dalam ppg.
Bagian Kesepuluh
Mengisi Gerbong dengan Muatan
Pasal 28
(1) Mengisi gerbong dengan muatan harus memperhatikan berat muat dan
kuat muat yang tertera pada gerbong maka gerbong yang telah dimuati
harus dilakukan penimbangan terlebih dahulu sebelum dikunci dan
disegel.
(2) Berat muat dan kuat muat sebagaimana pada ayat (1) adalah sebagai
berikut.
a. Berat muat adalah berat muatan yang boleh dimuat dalam gerbong
sebagaimana tercantum pada nomor gerbong, untuk:
1) gerbong bergandar empat, misalnya 30 ton atau 40 ton;
2) gerbong bergandar enam, yaitu 45 ton.
b. Kuat muat adalah berat muatan maksimum yang boleh dimuat dalam
gerbong sebagaimana tertulis pada rangka dasar gerbong atau berat
muat ditambah 5%, untuk:
1) gerbong bergandar empat, misalnya 31, 5 ton atau 42 ton;
2) gerbong bergandar enam, yaitu 47,25 ton.
(3) Pada waktu memuat harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Muatan harus tersusun rapi dan rapat sehingga tidak dapat bergerak.
b. Perbedaan beban muatan antar-bogie tidak lebih dari 2 ton.
(4) Muatan diusahakan terbagi secara merata agar beban pada pegas gerbong
sama yang dapat dilihat pada tinggi pegas spiral.
(5) Pemuatan pada gerbong terbuka (GB) harus memperhatikan sifat barang
yang dimuat, barang yang mudah menyerap air pada waktu hujan
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-17
Pasal29 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Kesebelas
Memuat Barang pada Gerbong Datar
Pasal 29
(1) Memuat barang pada gerbong datar, harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut.
a. Barang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berat muatan
seimbang antara kanan, kiri, depan, dan belakang.
b. Barang harus diganjal dengan balok pengganjal dan diikat dengan baik
sehingga tidak dapat bergerak ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke
belakang.
c. Pengikatan dan pengganjalan harus tidak menyebabkan kerusakan
pada barang.
(2) Balok pengganjal yang dipergunakan untuk mengganjal muatan yang
diletakkan pada lantai gerbong datar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Bahan pengganjal harus utuh, kuat, dan terbuat dari jenis kayu keras.
b. Balok pengganjal harus cukup besar, dan lebar dasar pengganjal
minimum harus sama dengan tebalnya.
c. Balok pengganjal harus sesuai dengan bentuk barang yang akan
diganjal dan bagian dasar dari pengganjal harus rata.
d. Balok pengganjal harus diberi besi siku ukuran 80 x 80 x 8 mm,
sedangkan panjangnya disesuaikan dengan balok pengganjal, yang
diikat dengan kawat seng.
(3) Mengikat muatan pada gerbong datar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Kawat pengikat harus tegang dan diikat kuat pada rangka dasar
gerbong, tidak boleh diikat pada tiang penahan (rang), karena tiang
penahan tidak dapat dipergunakan sebagai pegangan kawat pengikat.
b. Pengikat harus berfungsi sebagai penahan dan penekan muatan pada
lantai gerbong dengan mempergunakan:
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-18
PERATURAN DINAS 8A Pasal30
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-19
Pasal30 PERATURAN DINAS BA
d. Kedua ujung balok pengganjal harus diikat dengan kuat pada rangka
dasar gerbong agar balok pengganjal tersebut tidak dapat bergerak.
e. Jika dikhawatirkan muatan tersebut akan melengkung di bagian
tengahnya, di bawah bagian yang mungkin melengkung tersebut harus
diganjal secukupnya.
(4) Memuat batang besi, besi profil, atau pipa besi dapat disusun, dan setiap
susunan harus diletakan di atas papan kayu lunak agar muatan tidak
mudah bergerak dan tergelincir.
(5) Memuat rel dengan panjang kurang dari panjang gerbong datar harus
dengan cara sebagai berikut.
a. Rel ditata berjajar membujur pada lantai gerbong pada balok
pengganjal dengan kepala rel di atas dan dapat dimuat berlapis selama
tidak melebihi berat muat gerbong.
b. Antara lapisan rel harus diberi papan dari kayu lunak agar setiap
lapisan rel tidak bersinggungan dan tergelincir.
c. Setiap lapisan rel harus diikat dengan kawat seng dan diikatkan pada
rangka dasar gerbong.
d. Muatan rel harus ditahan oleh paling sedikit 2 (dua) pasang tiang
penahan gerbong dan pada kedua ujung setiap lapisan rel harus diikat
dengan kawat diameter minimal 4 mm dan diikatkan ke rangka dasar
gerbong.
(6) Memuat balok, papan, dan kayu gelondongan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut
a. Muatan disusun di atas lantai gerbong di antara tiang penahan kanan
dan kiri serta harus diikat menjadi satu dengan tali atau kawat.
b. Pada waktu mengangkut kayu gelondongan, ujung tiang penahan
kanan dan kiri harus dirangkai dengan kawat agar tiang penahan kuat
menahan tekanan muatan.
(7) Memuat kayu pendek ukuran 2 sampai dengan 4 meter (misal, bantalan
rel), diusahakan dimuat dengan gerbong tertutup dan jika muatan kayu
tersebut akan diangkut dengan gerbong datar, maka
a. untuk muatan berukuran kurang lebih 2 meter:
1) muatan diletakkan membujur pada lantai gerbong dan pada sisi
kanan maupun kiri sedikitnya harus ditahan oleh 2 tiang penahan
gerbong, seperti terlihat pada gambar 3a, sedangkan meletakkan
muatan hanya pada 1 tiang penahan gerbong, seperti pada gambar
3b tidak dibenarkan;
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-20
PERATURAN DINAS BA Pasal30
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-21
Pasal31 PERATURAN DINAS 8A
(8) Memuat kayu dengan ukuran berbeda pada gerbong datar hanya
diperbolehkan dengan cara sebagai berikut.
a. Harus memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (6) dan (7).
b. Kayu (balok, bulat, papan, dan sebagainya) yang terpanjang harus
dimuat terlebih dahulu di bawah sendiri (periksa gambar 5).
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-22
PERATURAN DINAS BA Pasal31
c<--=�---- Panjang-Muatan-Maksimum-12.BOOmm-------��___,,
i--".P
..--- anjang-Lantai-Gerbong-12.300-mm-------�..__.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-23
Pasal31 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-24
ll
fT1
�
c
�z
g
z
)>
([)
g;
fT1
0
�
)>
G"l
c
�c
Seling/Rantai
(j)
N
0
Balok Kayu
Ukuran Minimal 50 mm
-0
!ll
"'
!ll
�I
IJJ
.....
Gambar 7: Contoh muatan melebihi panjang gerbong dengan sekamel
"
�I
QJ
-- anjang muatan maksimum
..---P 25000 mm-------., Vl
QJ
l>J
�
......
I
i 1_
I I
i 150 mm
1 1
! -- 151- EM I-�-- ·· T
I
�------�--
"'"""·" ------
' ··-i· -·- · � · -....
i
\_ -- -- --------- ------
-----�·-------
·
·- -·- -· -·
�· )
-·- -· ....
fTI
,- -.:4- ---�--- -·-·-·-·
0
�\ii Papan
----''----
kayu
� -=--��. �---,
-----·�
c Papan pengganJal I \
�c
(/)
N
0
Baut pengikat
Besi siku
Keterangan : ll
Balok pengganjal rri
-·- - : Sumbu jalan rel ::u
Kawat pengikat 4x4 mm -·- : Sumbu lebar lantai gerbong �
c
· ::u
:t>
z
0
Gambar 8: Contoh muatan melebihi panjang gerbong dengan gerbong pemisah z
�
CXJ
)>
PERATURAN DINAS 8A Pasal32
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-27
Pasal32 PERATURAN DINAS BA
:·-·:
....
= Dilas
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-28
PERATURAN DINAS BA Pasal32
(3) Memuat barang berbentuk silinder, pendek, dan berat, misalnya, baja coil
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Dimuat melintang pada bagian tengah lantai gerbong.
b. Di sebelah muka dan belakang harus diganjal dengan balok kayu yang
diletakkan pada dua buah plat besi dengan lebar 100 mm dan tebal
minimum 10 mm dan diberi siku ukuran 50 x 50 x 5 mm panjang 100
mm pada sisi kiri dan kanan yang dilas menjadi satu sebanyak empat
pasang.
c. Balok kayu pengganjal dengan ukuran 120 x 220 mm dipasang
membujur di bawah samping silinder di bagian depan dan belakang.
d. Silinder diikat dengan rantai berukuran 10 mm antara lantai dasar di
bagian muka dan bagian belakang gerbong kiri dan kanan yang melalui
bagian dalam silinder, serta menggunakan draad spanner.
e. Adapun ketentuan penempatan baja coil adalah sebagai berikut:
1) Apabila dimuati satu buah baja coil, barang tersebut harus
diletakkan di tengah-tengah gerbong datar.
2) Apabila dimuati dua buah baja coil, barang tersebut masing-masing
harus diletakkan di atas bogie gerbong datar.
3) Apabila dimuati tiga buah baja coil, barang tersebut harus
diletakkan:
a) satu buah di tengah-tengah gerbong datar ; dan
b) dua buah masing-masing di atas bogie gerbong datar.
f. Semua tiang penahan pada gerbong tersebut harus dicabut (periksa
gambar lOa dan lOb).
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-29
Pasal33 PERATURAN DINAS 8A
(4) Memuat barang cair dengan menggunakan gerbong tangki (GK) harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a. Perapat tutup flen keran muat/bongkar tidak boleh ada kebocoran,
b. Bahan perapat harus sesuai dengan sifat barang yang dimuat.
c. Barang cair yang dimuat harus ditandai dengan jelas pada gerbong
tangki untuk membedakan antara barang cair yang mudah menguap
dan yang tidak mudah menguap.
d. gerbong tangki yang memuat barang cair yang mudah menguap
(berbahaya) harus dilengkapi dengan katup pengaman.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-30
PERATURAN DINAS 8A Pasal34
d. Untuk peti kemas 20 feet isi yang mempunyai berat lebih dari separuh
berat muat gerbong maka harus dimuat pada gerbong datar tersendiri
dan ditempatkan sebagaimana pada huruf b.
(5) Gerbong datar untuk angkutan peti kemas harus dilengkapi dengan
pengunci (twist lock) sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
(6) Mengingat penempatan muatan dalam peti kemas tidak dapat dipastikan
karena telah dikunci dan disegel sebelumnya maka Pug harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Twist-lock harus berfungsi dengan baik.
b. Jika ada kerusakan pada twist-lock yang terpasang, harus segera
diganti dengan twist-lock yang memenuhi spesifikasi teknis.
(7) Pemuatan barang yang berada di wilayah perusahaan harus diawasi
langsung oleh petugas perusahaan yang ditunjuk, kecuali barang yang
dimuat dari pabrik sudah disegel oleh petugas bea cukai di tempat
pemuatan.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-31
Pasal35 PERATURAN DINAS 8A
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-32
PERATURAN DINAS 8A Pasal37
(S) Gerbong yang tidak dapat dikunci, tidak diperbolehkan untuk digunakan
sebagai angkutan dan untuk memenuhi ppg.
(6) Apabila salah satu gerbong dalam perjalanan kehilangan/kerusakan kunci,
hal tersebut harus dicatat dalam Lkdr dan surat pengantar angkutan. Jika
memungkinkan, agar diperbaiki dan dilengkapi pengunci pintu gerbong.
(7) Setiap kehilangan/kerusakan kunci, kepala stasiun harus melaporkan
secara tertulis kepada JPOD dan segera dikunci kembali dan selanjutnya
dilakukan pengusutan.
(8) Gerbong yang dimasukan ke balai yasa untuk perawatan harus diserahkan
tersendiri dengan buku penyerahan kepada petugas balai yasa yang
menerima gerbong tersebut.
Paragraf 2
Tindakan untuk Mencegah Jatuhnya Pintu Gerbong
Pasal 37
(1) Untuk mencegah jatuhnya pintu tingkap atau pintu dorong pada gerbong
perlu dilakukan tindakan sebagai berikut.
a. Membuka dan menutup pintu tingkap harus dilakukan perlahan-lahan
atau tidak dibanting.
b. Membuka pintu dorong tidak dipaksa dengan linggis atau alat lain.
c. Barang muatan supaya diatur agar tidak menekan pintu.
d. Pintu gerbong baik dalam keadaan isi maupun kosong harus terikat
dan di-krul.
e. Memberi petunjuk kepada pengirim dan penerima barang tentang
yang disebutkan dalam huruf a, b, c, dan d apabila perlu memberikan
contoh kepada pengirim/penerima.
(2) Gerbong tertutup tidak perlu dikunci, jika gerbong tersebut:
a. Digunakan sebagai kereta penolong dalam rangkaian kereta api.
b. Digunakan sebagai gerbong tata usaha (kabus) dalam rangkaian kereta
api barang atau konvoi.
c. Ditarik ke jalur simpang atau dari jalur simpang, jika gerbong tersebut
isi, harus diterima dengan segel yang dicatat dalam buku penyerahan
dan pintu gerbong, seperti pada butir a dan b harus tertutup dengan
cara mengaitkan alat pengait pada tempatnya.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-33
Pasal38 PERATURAN DINAS 8A
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-34
PERATURAN DINAS 8A Pasal39
BABVI
KETENTUAN TENTANG MEMASANG BENTUK TEMPELAN
PADA KERETA DAN GERBONG
Bagian Kesatu
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
Pasal 39
(1) Kereta/gerbong yang akan dikirim, pada kedua dinding harus dipasang
bentuk tempelan yang telah ditentukan dan harus ditulis tanggal
pengiriman serta stasiun tujuannya.
(2) Jika muatan pada gerbong untuk beberapa stasiun tujuan, setiap stasiun
tujuan harus dibuatkan bentuk tempelan tersendiri dan harus tersusun
dari atas ke bawah mulai dari stasiun tujuan yang terdekat (pada gerbong
datar bentuk tempelan dipasang berjajar dari pinggir ke tengah).
(3) Gerbong yang harus ditimbang di stasiun antara atau di stasiun tujuan
harus dipasang juga dengan bentuk tempelan dengan tulisan "timbang".
Bagian Kedua
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong yang Diperbaiki
di Stasiun/Balai Vasa
Pasal 40
(1) Bentuk tempelan putih harus dipasang pada kereta/gerbong yang akan
dikirim ke balai yasa untuk PA, SPA atau perbaikan dan harus dibuatkan
bentuk pemberitahuan tentang pengiriman tersebut sebagai surat
pengantar dari dipo pengirim ke stasiun tujuan tempat kedudukan balai
yasa. Untuk selanjutnya, pada bentuk pemberitahuan tersebut harus
dijelaskan sebab-sebab pengiriman kereta/gerbong tersebut, misalnya:
a. atap bocor;
b. pintu rusak; dan
c. cat rusak.
(2) Bentuk tempelan putih dengan garis diagonal merah (T.142) untuk
dipasang pada kereta/gerbong rusak yang akan dikirim ke balai yasa guna
perbaikan akibat anjlokan atau tabrakan dan sebagainya.
(3) Bentuk tempelan merah dengan tulisan "tidak boleh jalan" (T.143) untuk
dipasang pada kereta/gerbong yang rusak dan dapat membahayakan
perjalanan apabila dirangkaikan dalam rangkaian kereta api, dengan
demikian,
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VI-1
Pasal 41 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Ketiga
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong yang Diperlakukan Hanya Sebagai
Saluran Udara Tekan (U)
Pasal 41
(1) Kereta/gerbong yang peralatan remnya mengalami kerusakan, tetapi
masih dapat digunakan sebagai saluran udara tekan, harus dipasang
tempelan biru bertuliskan huruf "U" berwarna putih.
(2) Tempelan sebagaimana pada ayat (1), harus dipasang pada kedua sisi
dinding/rangka dasar di samping nomor kereta/gerbong.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VI-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 41
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VI-3
PERATURAN DINAS 8A Pasal 42
BAB VI I
KETENTUAN TENTANG RANGKA IAN KERETA API
Bagian Kesatu
Daya Tarik Lokomotif dan Berat Kereta Api
Paragraf 1
Daya Tarik Lokomotif
Pasal 42
(1) Daya tarik (hauling load) setiap jenis lokomotif dalam menarik beban pada
berbagai landai penentu dan kecepatan, dapat dilihat pada Lampiran 5.
(2) Daya tarik untuk jenis lokomotif yang belum diatur pada ayat (1) akan
ditetapkan oleh JTL.
Paragraf 2
Berat Kereta dan Gerbong untuk Menentukan Berat Rangkaian
Pasal 43
(1) Berat kereta dapat diketahui dari kode berat total pada kode sarana yang
terdapat pada dinding kereta sebelah kanan atas sebagaimana dalam
pasal 3 ayat (1) huruf b.
(2) Berat kereta dalam ton dan bersifat tetap. Artinya, tidak bergantung pada
keadaan muatan.
(3) Berat rangkaian kereta merupakan penjumlahan dari setiap berat total
kereta pada rangkaian kereta tersebut. Sebagai contoh,
Rangkaian kereta terdiri dari 3KI, 4 K2, dan 1 KMP2, berat total tiap-tiap
kereta adalah Kl= 40 ton, K2= 37 ton, dan KMP2= 40 ton.
Jumlah dan jenis kereta Berat total
3 Kl 120 ton
4 K2 148 ton
1 KMP2 40 ton
+
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-1
Pasal 44 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Kedua
Persiapan Serah Terima Kereta/Gerbong
Paragraf 1
Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api Penumpang/Bagasi
Pasal 44
(1) Rangkaian kereta yang akan digunakan untuk dinas kereta api harus
dipastikan memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam Undang
Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaannya.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 44
(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan check list dan jadwal pelaksanaan
perawatan di dipo oleh petugas perawatan dipo kereta, antara lain,
a. badan kereta,
1) dinding,
2) rubber bellow, dan
3) plat sambungan rangkaian.
b. ruang penumpang,
1) pintu-pintu
2) jendela, termasuk garden
3) tempat duduk:
a) ruang penumpang dan
b) ruang makan
4) rak bagasi
5) pegangan tangan
6) alat sirkulasi udara, dapat berupa:
a) kipas angin;
b) penghisap udara; dan/atau
c) alat penyejuk udara (air conditioning).
7) lampu penerangan, meliputi:
a) lampu ruang penumpang;
b) lampu darurat;
c) lampu baca; dan
d) lampu bordes.
8) informasi penumpang, meliputi:
a) media audio dan
b) media visual.
9) stop kontak di tiap tempat duduk penumpang (apabila ada)
c. toilet:
1) pintu dan petunjuk isi atau kosong;
2) pengatur sirkulasi udara;
3) closet, kran air, air, wastafel, cermin, dan pegangan tangan;
4) tangki penampung limbah;
S) lampu penerangan.
d. rangka dasar, meliputi:
1) balok penyangga,
2) balok ujung;
3) balok samping;
4) balok melintang; dan
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-3
Pasal 44 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 45
1) ruang bagasi
a) pengatur sirkulasi udara dan
b) lampu penerangan.
2) Pintu dan jendela.
k. peralatan keselamatan, meliputi:
1) alat pemadam api, sekurang-kurangnya 1 (satu) unit untuk setiap
ruang penumpang, ruang dapur, ruang pembangkit, dan ruang
bagasi serta dalam keadaan tersegel dan tidak kadaluarsa,
kemudian ditempatkan pada dudukan yang terpendam pada
bagian dinding salah-satu gang ke ruang penumpang dan ditutup
kaca (tempered glass).
2) palu pemecah kaca, sekurang-kurangnya 2 (dua) unit untuk setiap
ruang penumpang dan diletakkan pada tengah-tengah dinding
ruang penumpang sisi kanan dan kiri.
3) Pengganjal roda (stopblok) sekurang-kurangnya 4 (empat) buah
untuk setiap kereta dan diletakkan pada tempat penyimpan yang
dikonstruksi pada rangka dasar.
I . Peralatan semboyan, meliputi:
1) 2 (dua) buah bendera merah,
2) 1 (satu) buah bendera kuning,
3) 2 (dua) buah skip semboyan 21, dan
disimpan pada kotak peralatan petugas TKA.
m. Kelengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). Sekurang
kurangnya, 1 (satu) unit ditempatkan di kereta makan (untuk kereta
api penumpang) dan di salah satu kereta bagasi (untuk kereta api
barang bagasi).
Paragraf 2
Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api Barang
Pasal 45
(1) Rangkaian gerbong yang akan digunakan untuk dinas kereta api harus
dipastikan memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam Undang
Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaannya.
(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan pedoman yang dituangkan dalam
lembar pemeriksaan (checklist) dan jadwal pelaksanaan perawatan di dipo
oleh petugas perawatan gerbong, antara lain,
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-5
Pasal 45 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 45
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-7
Pasal 46 PERATURAN DINAS 8A
Paragraf 3
Pemeriksaan Alat Perangkai
Pasal 46
(1) Rantai pengaman harus lengkap dan berfungsi, kecuali gerbong yang
menggunakan alat perangkai tight lock coupler dan rotary coupler.
(2) Perbedaan tinggi alat perangkai antara sarana yang satu dan yang lain
dalam satu rangkaian kereta api tidak boleh lebih dari 90 mm.
(3) Tinggi alat perangkai (boper) 760 mm, diukur dari kepala rel ke sumbu
boper, dengan toleransi :
Batas atas : + 25 mm (760 +25 = 785 mm)
Batas bawah : - 80 mm (760 - 80 = 680 mm) untuk kereta/gerbong
dimuati.
(4) Keausan claw maksimum 21 mm.
Paragraf 4
Pemeriksaan Ukuran Roda
Pasal 47
(1) Sarana yang akan dioperasikan harus dipastikan bahwa diameter roda
memenuhi persyaratan sebagaimana pada lampiran 6.
(2) Ketentuan selisih diameter roda yang terpasang baik untuk lokomotif
maupun kereta/gerbong yang keluar balai yasa adalah sebagai berikut.
a. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
dalam satu bogie diperbolehkan maksimal 1 mm.
b. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
berlainan bogie diperbolehkan maksimal 4 mm.
(3) Ketentuan selisih diameter roda yang terpasang untuk kereta/gerbong
yang digunakan dalam operasional di lintas adalah sebagai berikut.
a. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
dalam satu bogie diperbolehkan maksimal 10 mm.
b. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
berlainan bogie diperbolehkan maksimal 20 mm.
(4) Keausan di bagian flens roda (rad kran) maksimum yang diperbolehkan
adalah 8 mm.
(5) Setiap rangkaian kereta harus diputar setiap 6 (enam) bulan sekali atau
berdasarkan hasil pemeriksaan atas terjadinya keausan flens roda yang
tidak merata kiri dan kanan.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-8
PERATURAN DINAS 8A Pasal 48
Bagian Ketiga
Ketentuan Tentang Penempatan Kereta dan Gerbong
dalam Kereta Api di Berbagai Lintas
Paragraf 1
Pemakaian Kereta atau Gerbong dalam Kereta Api
Pasal 48
(1) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan tidak
lebih dari 45 km/jam dapat menggunakan kereta/gerbong dengan kode
kecepatan maksimum A dan/atau B.
(2) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 45 km/jam, tetapi tidak lebih dari 60 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum B dan/atau C.
(3) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 60 km/jam, tetapi tidak lebih dari 75 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum C dan/atau D.
(4) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 75 km/jam, tetapi tidak lebih dari 90 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum D dan/atau E.
(5) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 90 km/jam, tetapi tidak lebih dari 100 km/jam, harus menggunakan
kereta dengan kode kecepatan maksimum E dan/atau F .
(6) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 100 km/jam, tetapi tidak lebih dari 120 km/jam, harus menggunakan
kereta dengan kode kecepatan maksimum F .
(7) Jika pada waktu peredaran kereta atau gerbong terganggu sehingga
terpaksa harus merangkaikan kereta atau gerbong dalam kereta api yang
kecepatan maksimumnya lebih tinggi daripada kecepatan maksimum bagi
kereta atau gerbong tersebut, kecepatan kereta api harus dikurangi dan
disesuaikan dengan kode sarana pada kereta atau gerbong yang paling
rendah, dan harus dicatat dalam Lapka dan Lkdr.
Paragraf 2
Jumlah Gandar Maksimum dalam Rangkaian Kereta Api
Pasal 49
(1) Dalam penetapan pembatasan jumlah gandar dalam rangkaian kereta api
atau panjang rangkaiannya tidak didasarkan pada berat kereta api, tetapi
dibatasi oleh panjang emplasemen terpendek pada lintas tertentu,
sedangkan gandar lokomotif dalam rangkaian kereta api tidak dihitung.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-9
Pasal S O PERATURAN DINAS 8A
kecuali pada:
a. lintas Lampegan - Padalarang = 16 gandar
(4) Panjang rangkaian kereta api sebagaimana pada ayat (1) dan (2) masih
memungkinkan berubah apabila ada perubahan panjang emplasemen dan
kemampuan daya tarik lokomotif.
Paragraf 3
Berat Rangkaian Maksimum
Pasal 50
(1) Berdasarkan kuat tarik alat perangkai terhadap landai penentu maka berat
rangkaian kereta/gerbong maksimum yang ditarik pada suatu lintas dapat
dilihat pada lampiran 7.
(2) Apabila dalam suatu rangkaian gerbong terdapat dua jenis alat perangkai
yang berbeda, berat rangkaian kereta/gerbong maksimum ditentukan
berdasarkan kuat tarik alat perangkai yang terendah, misalnya, rangkaian
kereta api Babaranjang terdapat dua jenis alat perangkai dengan kuat tarik
120 ton dan 250 ton maka berat rangkaian kereta/gerbong maksimum
ditentukan berdasarkan alat perangkai dengan kuat tarik 120 ton
sebagaimana pada lampiran 7 kolom (4).
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-10
PERATURAN DINAS 8A Pasal51
Bagian Keempat
Susunan Rangkaian Kereta Api
Paragraf 1
Kereta Api Penumpang
Pasal 51
(1) Kereta makan ditempatkan di antara kereta yang paling tinggi dan kereta
yang lebih rendah kelasnya, sedangkan untuk kereta api yang terdiri dari
satu jenis kereta yang kelasnya sama, kereta makan di tempatkan di
tengah-tengah rangkaian.
(2) Penempatan kereta pembangkit (P atau BP) pada rangkaian kereta api
disusun paling ujung, sedangkan kereta begasi ( B), jika ada, ditempatkan
di ujung lainnya.
(3) Kereta makan yang dilengkapi pembangkit ( K MP, MP) disusun di tengah
rangkaian atau di antara kereta yang kelasnya lebih tinggi dan kelas di
bawahnya.
(4) Susunan rangkaian kereta api penumpang yang terdiri dari dua kelas atau
lebih serta urutan penomorannya ditetapkan dengan keputusan direksi
tersendiri.
(5) Kereta yang tidak dapat dipasang tanda akhiran tidak boleh ditempatkan
sebagai kereta yang terakhir pada rangkaian kereta api.
(6) Alat pengereman kereta yang terakhir pada rangkaian kereta api harus
berfungsi. Oleh karena itu, kereta yang peralatan remnya tidak berfungsi
dilarang ditempatkan sebagai akhiran pada rangkaian kereta api.
Paragraf 2
Kereta Api Barang
Pasal 52
(1) Penyusunan rangkaian kereta api barang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.
a. Untuk gerbong gandar 4 (empat) maupun gerbong gandar 6 (enam)
penempatannya diperlakukan sama.
b. Gerbong isi harus ditempatkan di bagian paling depan (di belakang
lokomotif).
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-11
Pasal52 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-12
PERATURAN DINAS BA Pasal52
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-13
Pasal52 PERATURAN DINAS BA
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-14
1J
rri
Gerbong KKBW dengan alat perangkai putar tunggal Gerbong KKBW dengan alat perangkai putar ganda
Tanda Garis Kuning Tanda G a ri s Kun i ng
�
c
;u
;I>
z
0
z
;I>
en
(X)
r -i r -i )>
Alat perangkai putar Alat perangkai tetap Alat perangkai putar Alai pe ran g kai putar
(Rotary automatic coupl e r) (fixed automatic coupler) (Rotary automatic coupler) (Rota ry automatic coupler)
Susunan rangkaian d e ngan alat perangka i an tung ga l tersusun ke arah belakang atau kabus
gerbong de n g a n alat perangkai ganda harus ditempatkan di ba g ia n rangkaian paling belaka ng atau di b elakan g lokomotif
fT1
0
� -- - - - -- l1abus
)>
Gl
c
� Susunan rangkaian dengan alat perangkai a n tungg al tersusun ke arah depan atau lokomotif
c
(j)
I\) -- -
gerbong dengan alat perangkai ganda harus ditempatkan di bagian rangkaian paling belakang atau di b e laka ng kabus
- - l1abus
0
.=r
Bagian Kelima
Pengereman Kereta Api
Paragraf 1
Persyaratan untuk Kereta Api Penumpang
Pasal 53
(1) Kdk/Puk harus memastikan bahwa kereta api penumpang yang akan
menjalani dinas kereta api telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. terdiri dari kereta yang dilengkapi peralatan rem udara tekan yang
berfungsi dengan baik;
b. dalam satu rangkaian kereta api harus dipergunakan blok rem yang
sejenis (metalik atau komposit);
c. ketebalan blok rem harus dapat memenuhi kebutuhan untuk sampai
di stasiun tujuan.
(2) Ketebalan blok rem yang telah mencapai 10 mm merata harus diganti,
demikian juga apabila disatu ujung kurang dari 10 mm dan ujung lainnya
lebih dari 10 mm.
(3) Dalam keadaan darurat, apabila pada rangkaian kereta api penumpang di
tengah perjalanan terdapat kereta yang mengalami kerusakan pada
peralatan rem atau blok rem hilang/patah, tetapi saluran udaranya masih
berfungsi dengan baik, kereta tersebut dapat diikutkan terus sampai
mencapai stasiun akhir dengan cara memindahkan posisi tuas penutup
katup pengatur rem (shut off device) pada kedudukan yang hanya
berfungsi sebagai saluran udara tekan ( U), yang berarti bahwa rem pada
kereta tersebut tidak bekerja, dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kecepatan kereta api dan jumlah maksimum kereta dengan peralatan
rem yang tidak berfungsi, hanya sebagai saluran udara tekan ( U), yang
diizinkan dalam satu rangkaian kereta api penumpang dapat dilihat
pada lampiran 8.
b. Kereta yang peralatan remnya tidak berfungsi tidak boleh ditempatkan
sebagai kereta terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah rangkaian
atau di belakang lokomotif.
c. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kereta yang berfungsi sebagai
saluran udara tekan (U), penempatan dalam rangkaian kereta api
tidak diperbolehkan berurutan.
d. Untuk kereta api barang yang menggunakan kereta bagasi (B)
mengikuti ketentuan sebagaimana pada huruf a.
e. Setelah sampai di stasiun tujuan, kereta yang remnya tidak berfungsi
harus dilepas dari rangkaian untuk diperbaiki.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-16
PERATURAN DINAS 8A Pasal54
Paragraf 2
Persyaratan untuk Kereta Api Barang
Pasal 54
(1) Kdg/Pug harus memastikan bahwa kereta api barang yang akan menjalani
dinas kereta api telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. terdiri dari gerbong yang dilengkapi peralatan rem udara tekan yang
berfungsi dengan baik;
b. dalam satu rangkaian kereta api harus dipergunakan blok rem yang
sejenis (metalik atau komposit);
c. ketebalan blok rem harus dapat memenuhi kebutuhan untuk sampai
di stasiun tujuan.
(2) Ketebalan blok rem yang telah mencapai 10 mm merata harus diganti,
demikian juga apabila disatu ujung kurang dari 10 mm dan ujung lainnya
lebih dari 10 mm.
(3) Apabila pada rangkaian kereta api barang dalam perjalanan terdapat
gerbong yang mengalami kerusakan pada peralatan rem atau blok rem
hilang/patah, tetapi saluran udaranya masih berfungsi dengan baik,
gerbong tersebut dapat diikutkan terus sampai stasiun akhir dengan cara
memindahkan posisi tuas penutup katup pengatur rem (shut off device)
pada kedudukan yang hanya berfungsi sebagai saluran udara tekan (U),
yang berarti bahwa rem pada gerbong tersebut tidak bekerja, dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Kecepatan kereta api dan jumlah maksimum gerbong dengan
peralatan rem yang tidak berfungsi, hanya sebagai saluran udara tekan
(U), yang diizinkan dalam satu rangkaian kereta api barang dapat
dilihat pada lampiran 9 dan 10.
b. Gerbong yang peralatan remnya tidak berfungsi tidak boleh
ditempatkan sebagai gerbong terakhir, tetapi harus ditempatkan di
tengah rangkaian atau di belakang lokomotif.
c. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi sebagai
saluran udara tekan (U), penempatan dalam rangkaian kereta api
tidak diperbolehkan berurutan.
d. Setelah sampai di stasiun tujuan, gerbong yang remnya tidak berfungsi
harus dilepas dari rangkaian untuk diperbaiki.
(4) Khusus untuk lintas bergigi, gerbong U tidak diizinkan terdapat pada
rangkaian kereta api barang.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-17
Pasal55 PERATURAN DINAS 8A
Paragraf 3
Penggunaan Katup Pelepas Rem
Pasal 55
Pada saat rangkaian kereta atau gerbong sudah selesai menjalani dinas
operasi dan akan dilangsir dengan lokomotif langsir yang tidak
menggunakan rem udara tekan, Petugas Puk/Pug harus menarik katup
pelepas rem yang ada di setiap kereta atau gerbong paling sedikit 8
(delapan) detik untuk membuang udara yang ada di silinder rem sehingga
blok rem tidak mengikat.
Paragraf 4
Percobaan Rem Statis
Pasal 56
(1) Percobaan rem statis harus selalu dilakukan pada saat
a. penggandengan lokomotif dengan rangkaian,
b. perubahan susunan rangkaian,
c. penggantian lokomotif, dan
d. terjadi pelepasan saluran rem guna pemeriksaan.
(2) Adapun prosedur percobaan rem statis adalah sebagai berikut.
a. Setelah lokomotif digandeng pada rangkaian dan slang udara
dihubungkan, keran udara pada lokomotif dan kereta/gerbong harus
dibuka.
b. Petugas Puk/Pug memasang manometer pada slang udara tekan
kereta/gerbong paling belakang dan memberitahukan kepada petugas
Puk/Pug yang berada di samping lokomotif dengan cara sebagai
berikut.
1) Pada siang hari petugas melambaikan bendera putih, sedangkan
pada malam hari menggerakkan lentera bercahaya putih.
2) Apabila diperlukan, pemberitahuan disampaikan langsung secara
lisan atau melalui alat komunikasi, menerangkan bahwa
manometer telah dipasang, kran udara sudah dibuka, dan
percobaan pengereman dapat dimulai. lnformasi tersebut
disampaikan secara lisan kepada masinis. Selanjutnya, masinis
memperdengarkan tanda dari suling lokomotif untuk
memberitahukan bahwa percobaan rem akan dimulai dan hendel
rem digerakkan untuk pengereman.
c. Selama percobaan pengereman dilakukan, manometer yang dipasang
pada kereta paling ujung belakang rangkaian oleh petugas Puk/Pug
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-18
PERATURAN DINAS BA Pasal56
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-19
PERATURAN DINAS 8A Pasal57
BAB VIII
KETENTUAN TENTANG PERALATAN KHUSUS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 57
(1) Peralatan khusus merupakan sarana kereta api yang tidak digunakan
untuk angkutan penumpang atau barang tetapi untuk keperluan khusus.
(2) Pera Iatan khusus menurut jenisnya terdiri atas:
a. peralatan khusus yang ditarik lokomotif, yaitu peralatan khusus yang
tidak mempunyai penggerak sendiri;
b. peralatan khusus dengan penggerak sendiri, yaitu peralatan khusus
yang menggunakan peralatan penggerak dengan sumber tenaga
motor diesel atau listrik.
(3) Peralatan khusus sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas :
a. kereta inspeksi,
b. kereta penolong,
c. kereta ukur yang meliputi:
1) kereta ukur sarana;
2) kereta ukur jalan rel,
d. kereta derek (crane), dan
e. kereta pemeliharaan jalan rel.
(4) Peralatan khusus sebagaimana pada ayat (2) yang akan dioperasikan harus
dipastikan sudah memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaanya.
Bagian Kedua
Petu njuk mengenai Peralatan Khusus
Pasal 58
(1) Peralatan khusus sarana kereta api terdiri atas lima jenis.
No Jenis Uraian
1 SI Kereta inspeksi
2 SN Kereta penolong
3 SU Kereta ukur
4 SC Kereta derek (Crane)
5 SR Kereta pemeliharaan jalan rel
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-1
Pasal58 PERATURAN DINAS BA
(2) Semua peralatan khusus mempunyai kode sarana pada kedua dinding luar
dan harus diberi tulisan dalam tanda kurung pada bidang empat persegi
panjang berukuran 1.000 x 250 mm, misalnya:
(3)
I KERETA DEREK (tempat kedudukan)
...................
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal59
Bagian Ketiga
Kesiapan Operasi Peralatan Khusus
Pasal 59
(1) Sebelum keluar dari dipo, baik peralatan khusus yang ditarik lokomotif
maupun peralatan khusus dengan penggerak sendiri harus memenuhi
jadwal pelaksanaan perawatan dan pengecekan, termasuk kelengkapan,
sesuai dengan lembar pengecekan (checklist). Kelengkapan yang harus
dipenuhi, antara lain:
a. peralatan keselamatan yang meliputi:
1) 1 (satu) buah alat pemadam api dalam keadaan tersegel dan tidak
kedaluwarsa,
2) 1 (satu) buah palu pemecah kaca, dan
3) 4 (empat) buah pengganjal roda (stopblok);
b. peralatan semboyan yang meliputi:
1) 2 (dua) buah bendera merah,
2) 1 (satu) buah bendera kuning, dan
3) 2 (dua) buah skip semboyan 21;
c. kelengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
(2) Peralatan khusus dengan penggerak sendiri harus dilengkapi peralatan
penunjang, sekurang-kurangnya:
a. Klakson,
b. lampu utama dan lampu semboyan,
c. deadman device, serta
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-3
Pasal60 PERATURAN DINAS 8A
Bagian Keempat
Kereta lnspeksi
Pasal 60
(1) Kereta inspeksi sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf a merupakan
perlatan khusus untuk pemeriksaan jalan rel, pengangkutan petugas, dan
peralatan kerja.
(2) Kdt tempat kedudukan kereta inspeksi sebagaimana pada ayat (1) huruf c
bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta inspeksi agar selalu siap
dioperasikan jika sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(3) Penggunaan kereta inspeksi diatur oleh JPR dan perjalanannya
diperlakukan sebagai kereta api luar biasa.
(4) Kelengkapan kereta inspeksi sebagaimana pada ayat (1) huruf c ditetapkan
oleh JPR dan dicatat dalam daftar inventaris yang harus selalu ada di
kereta inspeksi, serta harus diperiksa oleh Kdt sekurang-kurangnya dua
kali dalam satu tahun, harus dilaporkan kepada JPR melalui JPTD.
(5) Pengoperasian dan perawatan kereta inspeksi harus mengacu kepada
ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang
bersangkutan, yang dikeluarkan oleh pabrikan.
Bagian Kelima
Kereta Penolong
Pasal 61
(1) Kereta penolong sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf b merupakan
peralatan khusus untuk membawa alat kerja yang digunakan untuk
mengevakuasi sarana kereta api yang keluar rel dan dalam gapeka
ditetapkan tempat kedudukan kereta penolong.
(2) Kereta penolong terdiri atas kereta penolong yang mempunyai tenaga
gerak sendiri dan kereta penolong yang tidak mempunyai tenaga gerak
sendiri.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal62
Bagian Keenam
Kereta Ukur Sarana
Pasal 62
(1) Kereta ukur sarana sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf c butir 1)
merupakan peralatan khusus yang dilengkapi dengan instrumen
pengukuran untuk pengujian daya tarik lokomotif, kualitas pengendaraan
(riding quality), dan performansi pengereman pada kereta dan gerbong.
(2) Pengukuran daya tarik lokomotif dilakukan dengan merangkaikan kereta
ukur di belakang lokomotif, kemudian dirangkaikan dengan sejumlah
kereta atau gerbong. Pengukuran dilakukan pada saat kereta api berjalan
sampai pada kecepatan maksimum pada suatu lintas.
(3) Pengukuran performansi pengereman secara individual maupun dalam
rangkaian dilakukan secara statis dan dinamis.
(4) Hasil pengukuran kereta ukur sarana, antara lain adalah:
a. diagram daya tarik lokomotif,
b. kualitas pengendaraan, dan
c. performansi pengereman.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-5
Pasal63 PERATURAN DINAS 8A
(S) Kdt tempat kedudukan kereta ukur sarana bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi kereta ukur sarana agar selalu siap dioperasikan jika
sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(6) Kelengkapan kereta ukur sarana ditetapkan oleh JPR dan dicatat dalam
daftar inventaris yang harus selalu ada di kereta ukur sarana. Kdt tempat
kedudukan kereta ukur sarana harus memeriksa inventaris tersebut
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JPR melalui JPTD.
(7) Pengoperasian dan perawatan kereta ukur sarana harus sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang
bersangkutan.
(8) Penggunaan kereta ukur diatur oleh JPR dan perjalanannya diperlakukan
sebagai kereta api luar biasa.
Bagian Ketujuh
Kereta Ukur Jalan Rel
Pasal 63
(1) Kereta ukur jalan rel sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf c butir 2)
merupakan peralatan khusus yang dilengkapi dengan instrumen
pengukuran kualitas jalan rel.
(2) Kereta ukur jalan rel terdiri atas:
a. kereta ukur dengan penggerak sendiri;
b. kereta ukur yang ditarik lokomotif.
(3) Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta ukur
bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta ukur agar selalu siap
dioperasikan jika sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(4) Kelengkapan kereta ukur ditetapkan oleh JPI dan dicatat dalam daftar
inventaris yang harus selalu ada di kereta ukur, harus diperiksa oleh
Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta ukur
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JPI melalui JPJD yang bersangkutan.
(S) Pengoperasian dan perawatan kereta ukur harus sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang bersangkutan.
(6) Penggunaan kereta ukur diatur oleh JPI dan perjalanannya diperlakukan
sebagai kereta api luar biasa serta harus melalui jalur lurus pada waktu
melakukan pengukuran ketika melewati emplasemen.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-6
PERATURAN DINAS 8A Pasal64
(7) Kereta ukur yang ditarik lokomotif harus diberi kereta pemisah dan
ditempatkan pada bagian rangkaian yang paling belakang.
(8) Hasil pengukuran kereta ukur jalan rel meliputi:
a. ketidakrataan rel akibat amblesan rel kanan, amblesan rel kiri, dan
skilu;
b. lebar jalan rel;
c. kelurusan rel kiri dan rel kanan; serta
d. akselerasi getaran horizontal dan vertikal.
Bagian Kedelapan
Kereta Derek (Crane)
Pasal 64
(1) Kereta derek sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf d merupakan
peralatan khusus yang digunakan untuk mengangkat sarana kereta api dan
dalam gapeka ditetapkan tempat kedudukan kereta derek.
(2) Untuk pengiriman dari tempat kedudukan ke lokasi kejadian, kereta derek
dapat digandengkan dengan kereta api barang atau kereta api luar biasa
dengan kecepatan tidak melebihi kecepatan kode sarana terendah pada
rangkaian kereta api tersebut.
(3) Kereta derek boleh ditempatkan langsung di belakang lokomotif penarik
apabila jumlah berat lokomotif dan kereta derek tidak melebihi
kemampuan dukung jalan dan bangunan hikmat (jembatan) sebagaimana
tertuang dalam peta izin lokomotif.
(4) Apabila dalam peta izin lokomotif, kereta derek tidak boleh digandengkan
dengan lokomotif penarik, di antara lokomotif dan kereta derek harus
ditempatkan beberapa gerbong.
(S) Kdl/Kdt tempat kedudukan kereta derek bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi kereta derek agar selalu siap dioperasikan jika sewaktu
waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya dan kesiapan pengiriman
ke lokasi kejadian.
(6) Kelengkapan kereta derek dicatat dalam daftar inventaris yang ditetapkan
oleh JPR. Kdl/Kdt harus memeriksa inventaris tersebut sekurang
kurangnya dua kali dalam satu tahun dan melaporkannya kepada JPR
melalui JPTD.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-7
Pasal65 PERATURAN DINAS SA
Bagian Kesembilan
Kereta Pemeliharaan Jalan Rel
Pasal 65
(1) Kereta pemeliharaan jalan rel sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf
e merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk perawatan jalan rel
yang terdiri dari:
a. MTI (Multi Tie Tamper Machine) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk perawatan geometri jalan rel, meliputi pengangkatan,
pelestrengan, pemecokan/pemadatan balas di bawah bantalan.
b. PBR (Profile Ballast Regulator) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk memprofil balas.
c. USP (Universal Schoter Proniermaschine) adalah kereta pemeliharaan
jalan rel untuk mendistribusikan dan memprofil balas.
d. SSP (Schnell Schoter Proniermaschine) adalah kereta pemeliharaan
jalan rel untuk memprofil balas.
e. VDM (Vehicle Dumping Machine) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk memadatkan balas di antara bantalan.
f. TG (Track Garbage) adalah kereta pemeliharaan jalan rel multiguna
untuk membuat drainase, mengeruk tanah dan/atau mengangkut,
menarik rangkaian peralatan seberat 130 ton dengan kecepatan 5
km/jam.
g. FBW (Flash Butt Welding) adalah kereta pemeliharaan jalan rel untuk
mengelas/menyambung rel.
h. BC (Ballast Cleaner) adalah kereta pemeliharaan jalan rel untuk
menggorek, membersihkan dan memasukkan kembali balas ke jalan
rel.
(2) Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta
pemeliharaan jalan rel bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta
pemeliharaan jalan rel agar selalu siap dioperasikan jika sewaktu-waktu
diperlukan beserta kesiapan petugasnya dan kesiapan pengiriman ke
lokasi perawatan jalan rel.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-8
PERATURAN DINAS BA Pasal65
(3) Kelengkapan kereta pemeliharaan jalan rel ditetapkan oleh JTJ dan dicatat
dalam daftar inventaris yang harus selalu ada di kereta pemeliharaan jalan
rel, dan harus diperiksa oleh kepala unit pelaksana teknis dipo mekanik
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JTJ melalui JPJD.
(4) Pengoperasian dan perawatan kereta pemeliharaan jalan rel harus sesuai
dengan ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta
yang bersangkutan.
(5) Penggunaan kereta pemeliharaan jalan rel diatur oleh JPJD dan
perjalanannya diperlakukan sebagai kereta api fakultatif atau kereta api
luar biasa.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-9
PERATURAN DINAS 8A Pasal66
BAB IX
GERBONG MILIK BADAN USAHA LAIN ATAU GERBONG YANG DISEWAKAN
Bagian Kesatu
Gerbong Milik Badan Usaha Lain
Pasal 66
(1) Untuk mengangkut barang tertentu, peng1rim diizinkan menggunakan
gerbong miliknya sendiri yang ditandai dengan identitas pemilik dan
pengoperasiannya dilakukan oleh perusahaan dan diatur dalam perjanjian
antara Direksi dan pengirim barang.
(2) Pengelolaan gerbong milik badan usaha lain sebagaimana pada ayat (1)
ditentukan sebagai berikut.
a. Gerbong dimasukkan dalam daftar jumlah armada gerbong
Perusahaan.
b. Gerbong ditempatkan di stasiun tempat kedudukan yang sudah
ditentukan. Pada dinding gerbong ditulis nama singkatan stasiun
tempat kedudukan, logo pemilik, dan logo Perusahaan.
c. Di stasiun tempat kedudukan, setelah selesai dimuati, gerbong harus
secepat mungkin dikirim ke stasiun tujuan dan setelah dibongkar
segera dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan.
d. Setelah tiba di stasiun tempat kedudukan, gerbong harus ditahan
hingga diterima permintaan untuk dimuati dari badan usaha yang
bersangkutan.
(3) Setiap perubahan tempat kedudukan harus dilaporkan tersendiri dengan
surat permohonan kepada Direksi.
(4) Gerbong tangki yang digunakan untuk angkutan barang cair yang mudah
terbakar, dalam keadaan kosong maupun berisi di emplasemen atau pada
rangkaian kereta api, harus memenuhi ketentuan di bawah ini.
a. Dom harus tertutup dengan baik.
b. Baut penutup luar harus diputar kencang dan diplombir.
c. Kran pada pipa saluran harus ditutup rapat dan flens lengkap dengan
paking dibaut kencang serta diplombir.
d. Dinding tangki tidak boleh bocor.
(5) Pug/Puk dan petugas stasiun harus memastikan bahwa ketentuan
sebagaimana pada ayat (4) telah dipenuhi dan harus melarang
penggunaan gerbong tangki yang tidak memenuhi ketentuan tersebut.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IX-1
Pasal67 PERATURAN DINAS 8A
(6) Penyerahan gerbong tangki dari pemilik kepada petugas Pug/Puk atau
sebaliknya harus dicatat, dalam buku penyerahan, gerbong tangki tersebut
dalam keadaan lengkap dan baik atau tidak.
(7) Pembedaan barang cair yang diangkut dalam setiap gerbong tangki
ditunjukkan dengan warna tertentu. Selain itu, pada tangki tersebut ditulis
jenis barang cair dengan huruf yang jelas.
Bagian Kedua
Gerbong yang Disewakan
Pasal 67
(1) Untuk mengangkut barang tertentu, perusahaan dapat menyewakan
gerbong untuk sementara waktu dan mengizinkan penyewa memasang
bak atau alat lain di gerbong tersebut untuk tempat barang yang akan
diangkut.
(2) Untuk setiap gerbong, ditetapkan stasiun tempat kedudukan dan pada
dinding tiap-tiap gerbong ditulis nama singkatan stasiun tempat
kedudukan tersebut.
(3) Di stasiun tempat kedudukan, setelah selesai dimuati, gerbong harus
secepat mungkin dikirim ke stasiun tujuan dan setelah dibongkar segera
dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan.
(4) Untuk mengangkut dengan menggunakan gerbong yang disewakan
digunakan bentuk 384 yang dipakai untuk angkutan biasa.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
IX-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal68
BABI X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
(1) Peraturan Dinas 8A ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi PT
KERETA API INDONESIA (PERSERO) Nomor KEP. U/HK.215/Vlll/1/KA-2011
Tanggal 26 Agustus 2011.
(2) Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan sarana pada
lintas dengan lebar jalan rel 1.067 mm masih tetap berlaku selama tidak
bertentangan dan/atau diganti dengan ketetapan khusus sebagai
perubahan dan tambahan peraturan dinas ini.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
X-1
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
z
PANJANG, BERAT, DAN DAYA LOKOMOTIF UNTUK TIAP JENIS LOKOMOTIF 0
z
p
en
No Jenis Lokomotif Panjang (mm) Berat Siap (ton) Daya (hp) OJ
)>
1 cc 204 15.214 84 1.988
��
r" ::g
1--'
::0
I
p
1--'
z
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
z
0
z
p
en
PANJANG GERBONG YANG DIUKUR DARI KEDUA UJUNG ALAT PERANGKAI
OJ
)>
2,40
5 Gerbong lekuk (GL) 16,70
��
1l
r" ;a
N p
I z
......
N
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
z
0
z
p
UKURAN DAN KAPASITAS PETI KEMAS STAN DAR en
OJ
)>
Kapasitas - -
24.000 liter
��
r" ::g
VJ
::0
I
p
......
z
w
PERATURAN DINAS BA LAMPIRAN 4
I
�-- 1275 ---�i.c --
1275 - ....
+ 4000 ·>-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-�· .
-;£_ · 0-.
·
· - - · - · -· - - · - ·
+4050
7T-----------------;-------------------T,-��
-- . . .
/ 'i
+ 3820 ---
.,,,
+ 3700
+3550 ----
-1200 •i
....--- 1200-
i 1I
!
!
......
I I I
+ 3000 ---__.
I !
+ 3000
I1 1·-,
I I
--=..±. �
� ' .= +40
1.. I +0 - +O
--
i 1950 i-i �.
I j 1
: : 1700-------
l... I
I
1540 � ...
I
f<i--- 1350---....
I -----1350
i
+1100 I I i L
+ 1 0 50 -- --- · - '-· - · -·Mll.--- 1230
I
I
+ 1000 i!i -<1- - 1600- <- -
Keterangan:
. 1300 ...
-- --
!j�l---------------,----------------------
1260
-<1;---- 1540 +
+600
750
Profil Ruang Bebas
I
i ""--1000 � i- · -· ' ---tfil!.Q.._ +450 Profil Ruang Kelonggaran
! 1� 980 !-c 1530---i '
1·-·-·U
_.,.
+250 ------
-
+200 ·"" 1300 j ·-·- .
--- +200
+250 Profil Ruang Kelonggaran
I
,..
--- -
4 CC201 0 < i $5 2000 1710 1220 930 730 590 470 3 80 310 250
5<iS10 1250 1110 1000 720 540 420 340 270 220 180
10 < i $ 15 850 79 0 690 4 90 370 280 220 180 140
15 <i $ 20 530 370 280 2 10 160
20 < i $ 25 420 290 210 1 60 120
EDISI AGUSTUS 20 1 1
LS-2
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
z
0
z
p
en
OJ
)>
fTI
0
Q:j JENIS DIAMETER (mm)
)> NO PERUNTUKAN
Gl R ODA BARU MINIMA L OPERASI
c
--- -- -
�c 1 L . DE 920 817 Lokomotif CC 201, 203, 204
(f) - - -- -- -- -
I\) 2 L.DH 910 825 Lokomotif DH, BB 301, 302, 303, 304
0 - -- -- -
3 0 1020 914 Lokomotif DE CC 202
��
r" ::g
::0
0\
I
p
......
z
())
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
z
0
z
p
en
BERAT KERETA API BERDASARKAN KUATTARIK ALAT PERANGKAI DAN LERENG PENENTU OJ
)>
(TIDAK BERDASARKAN KEKUATAN LOKOMOTIF).
��
r" ::g
::0
'-::)
I
p
......
z
'1
-0
fT1
::0
�
c
::0
p
JUMLAH MAKSIMUM KER ETA YANG BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN (U ) DALAM SUATU RANGKAIAN KERETA API z
0
PENUMPANG PADA LANDA! DAN KECEPATAN TERTENTU z
p
en
i V m aks Jumlah Maksimum Kereta yang Berfungsi sebagai Saluran Udara Tekan (U) OJ
No )>
(%0) (km/jam) N=4 N =5 N=6 N=7 N =8 N=9 N= 10 N= 11 N = 12
1 0<i.,10 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 0 0 0 0 0 1 1 1 1
70 0 0 0 1 1 1 2 2 2
fTI
0 60 0 0 0 1 1 2 2 2 2
Q:j
2 10 < i., 15 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0
)>
Gl 70 0 0 0 0 0 1 1 1 1
c
�c 60 0 0 0 0 1 1 1 1 1
(f) 3 15 < i., 20 60 0 0 0 0 1 1 1 1 1
I\)
0 50 0 0 0 1 1 1 1 1 1
40 0 0 0 1 1 1 1 1 1
4 20 < i., 25 50 0 0 0 0 0 1 1 1 1
40 0 0 0 0 0 1 1 1 1
5 25 < i., 40 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Ket e r angan :
Catatan :
= Landai Penentu 1. Kereta yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U) tidak boleh
N = Jumlah Kereta dalam Rangkaian ditempatkan sebagai kereta terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah
rangkaian atau di be lakang lokomotif.
2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kereta yang berfungsi sebagai saluran ��
r" udara tekan (U), penempatan da lam rangkaian tidak diperbolehkan ::g
00 berurutan. ::0
I
p
......
z
OJ
-0
fT1
JUMLAH MAKSIMUM GERBONG YANG BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN ( U ) DALAM SUATU RANGKAIAN KERETA API ::0
BARANG PADA LANDAI DAN KECEPATAN TERTENTU UNTUK LINTAS DENGAN BEBAN GANDAR 14 TON �
c
::0
p
i Vmaks Jumlah Maksimum Gerbong yang Berfungsi sebagai Saluran Udara Tekan (U)
z
NO 0
(%0) (km/jam) N=7 N=8 N=9 N= 10 N= 11 N = 12 N= 13 N= 14 N = lS lS < N s 20
z
0 p
1 0<is 6 70 0 0 0 0 0 0 0 0 1 en
6S 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 OJ
)>
60 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
1 6<is10 6S 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2
60 0 0 0 1 1 1 2 2 2 2
SS 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
fTI
0 2 10 <is lS 60 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2
Q:j
SS 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2
)>
Gl 50 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
c
�c 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
(f) 3 15 <is 20 5S 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
I\)
0 50 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
4S 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
40 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
4 20 <is 2S 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
40 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
3S 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
Keterangan :
= La nda i Penentu Catatan :
N = Jumlah Gerbong dalam Rangkaian
1. Gerbong yang berfungsi sebagai sa luran udara tekan (U) tidak boleh ditempatkan sebagai
gerbong terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah rangkaian atau di be lakang lokomotif.
��
2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U),
r" ::g
\0
penempatan da lam rangkaian tidak diperbolehkan berurutan. ::0
I
p
......
z
<O
PERATURAN DINAS BA LAMPIRAN 10
2 10 < i::; 15 40 3 4 5 7
35 4 5 6 8
30 4 5 6 8
3 15 < i::; 20 35 3 4 5 7
30 4 5 6 8
25 4 5 6 8
4 20 < i::; 25 30 3 4 5 7
25 4 5 6 8
20 4 5 6 8
Keterangan : Catatan :
I Landai Penentu 1. Gerbong yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U)
N = Jum lah Gerbong da lam tidal< boleh ditempatkan sebagai gerbong terakhir, tetapi
Rangkaian harus ditempatkan di tengah rangkaian atau di be lakang
lokomotif.
2. Apabi la terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi
sebagai saluran udara tekan (U), penempatan da lam
rangkaian tidak diperbolehkan berurutan.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
L 10-1
PERATURAN DINAS 8A LAMPIRAN 10
I
0
Ci)
I
-'---
I
-•-
---.,- l()
I
Keterangan :
Warna Dasar : Biru
Warna Tulisan : Putih
Jen is Huruf : Arial - Bold
Satuan : Milimeter
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
L 11-1