Anda di halaman 1dari 112

KERETA API

Peraturan Dinas SA
(PD SA)

Penggunaan Sarana pada Lintas


dengan Lehar Jalan Rel 1.067 mm

EDISI AGUSTUS 20 1 1

Ditetapkan dengan Keputusan


Direksi PT KERETA API INDONESIA (PERSERO)
Nomor KEP. U/HK.215/Vlll/1/KA-2011
Tanggal 26 Agustus 2011
PERUBAHAN DAN TAMBAHAN

Berlaku
Ditetapkan dengan Surat Keputusan Dikerjakan
No mulai Keterangan
oleh
Dari Nomor Tanggal tanggal
DAFTAR ISi

BAB I ARTI DAN ISTI LAH -----------------------------------------------------------------1 -1

BAB II PETUNJUK UMUM TENTANG SARANA KERETA APl ---------------------11 -1


Bagian Kesatu Petunjuk mengenai Lokomotif ---------------------- 11-1
Bagian Kedua Kade Sarana pada Kereta dan Gerbong ----------- 11-3
Bagian Ketiga Petunjuk mengenai Kereta --------------------------- 11-5
Bagian Keempat Petunjuk mengenai Gerbong ------------------------ 11-8
BAB Ill KETENTUAN TENTANG PENGO PERASIAN
DAN PENGIRIMAN LOKOMOTi F ---------------------------------------------111 -1
Bagian Kesatu Pembatasan Perjalanan Lokomotif---------------- 111-1
Bagian Kedua Penempatan Lokomotif pada Rangkaian
Kereta Api ----------------------------------------------- 111-1
Bagian Ketiga Pengiriman Lokomotif Dingin ---------------------- 111-2
BAB IV KERETA ----------------------------------------------------------------------------- IV -1
Bagian Kesatu Pembagian Kereta------------------------------------- I V-1
Bagian Kedua Pengoperasian Kereta -------------------------------- I V-1
Bagian Ketiga Pengaturan Dinasan Kereta ------------------------- I V-2
Bagian Keempat Pengawasan Pengoperasian Kereta--------------- I V-3
Bagian Kelima Pengiriman Kereta ke Balai Yasa ------------------- I V-5
Bagian Keenam Pengiriman Kereta setelah Dioperasikan
sebagai Kereta Tambahan--------------------------- I V-6
Bagian Ketujuh Pemeliharaan dan Pengawasan Kebersihan
Kereta ---------------------------------------------------- I V-7
Bagian Kedelapan Penyerahan Kereta dari Balai Yasa ---------------- I V-7
Bagian Kesembilan Pengangkutan Orang dengan Kereta Bagasi ---- I V-8
Bagian Kesepuluh Fumigasi Kereta---------------------------------------- I V-9
BAB V GERBONG --------------------------------------------------------------------------V-1
Bagian Kesatu Umum -----------------------------------------------------V-1
Bagian Kedua Laporan Gerbong --------------------------------------- V-1
Bagian Ketiga Perintah Pembagian Gerbong ----------------------- V-6
Bagian Keempat Gerbong yang Dibutuhkan oleh Dinas----------- V-11
Bagian Kelima Buku Laporan Gerbong dan Perintah
Pembagian Gerbong --------------------------------- V-12
Bagian Keenam Daftar Rencana Perawatan ------------------------ V-12
Bagian Ketujuh Buku Materia I ----------------------------------------- V-13
Bagian Kedelapan Meminta dan Memberi Ruang dalam Kereta
Api ------------------------------------------------------- V-15
Bagian Kesembilan Mengirim dan Menahan Gerbong ---------------- V-16
Bagian Kesepuluh Mengisi Gerbong dengan Muatan---------------- V-17
Bagian Kesebelas Memuat Barang pada Gerbong Datar ----------- V-18

ii
Bagian Kedua Belas Memuat Barang Berupa Besi Profil, Pipa,
Kayu Panjang, dan Sejenisnya pada Gerbong
Datar ---------------------------------------------------- V-19
Bagian Ketiga Belas Memuat Barang Melebihi Panjang Lantai
Gerbong ------------------------------------------------ V-22
Bagian Keempat Belas Memuat Barang Berbentuk Silinder ------------- V-27
Bagian Kelima Belas Memuat Peti Kemas --------------------------------- V-30
Bagian Keenam Belas Muatan yang Melampaui Profil Ruang
Muatan ------------------------------------------------- V-31
Bagian Ketujuh Belas Pertanggungjawaban terhadap Muatan Luar
Biasa ----------------------------------------------------- V-32
Bagian Kedelapan Belas Ketentuan tentang Penguncian Pintu
Gerbong ------------------------------------------------ V-32
Paragraf 1 Umum --------------------------------------------------- V-32
Paragraf 2 Tindakan untuk Mencegah Jatuhnya Pintu
Gerbong ------------------------------------------------ V-33
Bagian Kesembilan Belas Menyegel Gerbong----------------------------------- V-34
BAB VI KETENTUAN TENTANG MEMASANG BENTUK TEMPELAN
PADA KERETA DAN GERBONG -----------------------------------------------V l-1
Bagian Kesatu Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong -------- Vl-1
Bagian Kedua Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
yang Diperbaiki di Stasiun/Balai Yasa------------- V l-1
Bagian Ketiga Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
yang Diperlakukan Hanya Sebagai
Saluran Udara Tekan (U) ----------------------------- V l-2
BAB VII KETENTUAN TENTANG RANGKAIAN KERETA APl ---------------------- V ll-1
Bagian Kesatu Daya Tarik Lokomotif dan Berat Kereta Api ---- Vll-1
Paragraf 1 Daya Tarik Lokomotif -------------------------------- V I 1-1
Paragraf 2 Berat Kereta dan Gerbong untuk Menentukan
Berat Rangkaian -------------------------------------- V I 1-1
Bagian Kedua Persiapan Serah Terima Kereta/Gerbong------- Vll-2
Paragraf 1 Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api
Penumpang/Bagasi ---------------------------------- V I 1-2
Paragraf 2 Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api
Barang -------------------------------------------------- V I 1-5
Paragraf 3 Pemeriksaan Alat Perangkai ----------------------- V I 1-8
Paragraf 4 Pemeriksaan Ukuran Roda ------------------------- Vll-8
Bagian Ketiga Ketentuan Tentang Penempatan Kereta dan
Gerbong dalam Kereta Api di Berbagai Lintas - V ll-9

iii
Paragraf 1 Pemakaian Kereta atau Gerbong dalam Kereta
Api ------------------------------------------------------- V11-9
Paragraf 2 Jumlah Gandar Maksimum dalam Rangkaian
Kereta Api ---------------------------------------------- V ll-9
Paragraf 3 Berat Rangkaian Maksimum --------------------- V ll-10
Bagian Keempat Susunan Rangkaian Kereta Api ------------------ Vll-11
Paragraf 1 Kereta Api Penumpang --------------------------- V I 1-11
Paragraf 2 Kereta Api Barang ---------------------------------- V I 1-11
Bagian Kelima Pengereman Kereta Api--------------------------- V I 1-16
Paragraf 1 Persyaratan untuk Kereta Api Penumpang--- V ll-16
Paragraf 2 Persyaratan untuk Kereta Api Barang --------- V ll-17
Paragraf 3 Penggunaan Katup Pelepas Rem --------------- V ll-18
Paragraf 4 Percobaan Rem Statis ----------------------------- V ll-18

BAB VIII KETENTUAN TENTANG PERALATAN KHUSUS -------------------------- V lll-1


Bagian Kesatu Umum -------------------------------------------------- V I 11-1
Bagian Kedua Petunjuk mengenai Peralatan Khusus ---------- V lll-1
Bagian Ketiga Kesiapan Operasi Peralatan Khusus------------- Vlll-3
Bagian Keempat Kereta I nspeksi--------------------------------------- V I 11-4
Bagian Kelima Kereta Penolong ------------------------------------- V I 11-4
Bagian Keenam Kereta Ukur Sarana --------------------------------- V I I 1-5
Bagian Ketujuh Kereta Ukur Ja I an Rel ------------------------------- V I I 1-6
Bagian Kedelapan Kereta Derek (Crane) ------------------------------- Vlll-7
Bagian Kesembilan Kereta Pemeliharaan Jalan Rel ------------------- Vlll-8
BAB IX GERBONG MILIK BADAN USAHA LAIN ATAU GERBONG YANG
DISEWAKAN ---------------------------------------------------------------------- IX-1
Bagian Kesatu Gerbong Milik Badan Usaha Lain ------------------ IX-1
Bagian Kedua Gerbong yang Disewakan --------------------------- IX-2
BABI X KETENTUAN PEN UTU P ---------------------------------------------------------- X-1

LAMPIRAN
Lampiran 1 ----------------------------------------------------------------------------- L 1-1
Lampiran 2 ----------------------------------------------------------------------------- L 2-1
Lampiran 3 ----------------------------------------------------------------------------- L 3-1
Lampiran 4 ----------------------------------------------------------------------------- L 4-1
Lampiran 5 ----------------------------------------------------------------------------- L 5-1
Lampiran 6 ----------------------------------------------------------------------------- L 6-1
Lampiran 7 ----------------------------------------------------------------------------- L 7-1
Lampiran 8 ----------------------------------------------------------------------------- L 8-1
Lampiran 9 ----------------------------------------------------------------------------- L 9-1
Lampiran 10 ------------------------------------------------------------------------ L 10-1

iv
PERATURAN DINAS 8A Pasal 1

BAB I
ARTI DAN ISTILAH

Pasal 1
Dalam peraturan dinas ini yang dimaksud dengan:
1. Lokomotif adalah sarana kereta api yang memiliki penggerak sendiri yang
bergerak dan digunakan untuk menarik dan/atau mendorong kereta,
gerbong dan/atau peralatan khusus dan tidak untuk mengangkut
penumpang dan/atau barang.
2. Kereta adalah sarana kereta api yang ditarik dan/atau didorong lokomotif
atau mempunyai penggerak sendiri yang digunakan untuk mengangkut
orang dan/atau bagasi.
3. Gerbong adalah sarana kereta api yang ditarik dan/atau didorong
lokomotif digunakan untuk mengangkut barang dan/atau hewan.
4. Peralatan khusus adalah sarana kereta api yang tidak digunakan untuk
angkutan penumpang atau barang, tetapi untuk keperluan khusus, antara
lain, kereta inspeksi, kereta penolong, kereta derek ( crane) , kereta ukur,
dan kereta pemeliharaan jalan rel.
5. Kereta Api adalah sarana kereta api dengan tenaga gerak, baik berjalan
sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana kereta api lainnya, yang akan
atau sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta
api.
6. Kepala Dipo Traksi, selanjutnya disebut Kdt adalah kepala unit pelaksana
teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan lokomotif dan
kereta rel diesel (KRD), perawatan dan penyiapan lokomotif dan KRD
untuk dinas kereta api.
7. Kepala Dipo Lokomotif,selanjutnya disebut Kdl adalah kepala unit
pelaksana teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan
lokomotif, perawatan dan penyiapan lokomotif untuk dinas kereta api.
8. Kepala Dipo Kereta,selanjutnya disebut Kdk adalah kepala unit pelaksana
teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan kereta, Tka,
perawatan dan penyiapan kereta untuk dinas kereta api.
9. Kepala Dipo Gerbong, selanjutnya disebut Kdg adalah kepala unit
pelaksana teknis yang bertanggung jawab atas pengaturan dinasan
gerbong, Tka, perawatan dan penyiapan gerbong untuk dinas kereta api.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-1
Pasal 1 PERATURAN DINAS BA

10. Puk adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo kereta yang
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan kereta
atau KR L serta mengatur dinasan Tka, menyiapkan dan memeriksa
rangkaian kereta atau KR L untuk dinas kereta api atau pemeriksaan
rangkaian kereta api di stasiun pemeriksa tertentu.
11. adalah sub unit di bawah unit pelaksana teknis dipo gerbong yang
Pug
mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan harian dan perbaikan
gerbong serta mengatur dinasan Tka, menyiapkan dan memeriksa
rangkaian gerbong untuk dinas kereta api atau pemeriksaan rangkaian
kereta api di stasiun pemeriksa tertentu.
12. Masinis adalah pegawai yang bertugas mengoperasikan kereta api dan
langsiran serta sebagai pemimpin selama dalam perjalanan kereta api di
luar emplasemen.
13. adalah pegawai yang bertugas membantu masinis dalam
Asisten Masinis
mengoperasikan kereta api dan langsiran.
14. Kondektur adalah pegawai yang diserahi tugas membantu masinis dalam
tertib perjalanan kereta api dan langsiran apabila di suatu tempat tidak
ada juru langsir, serta mengoordinasikan pelaksanaan tugas petugas lain di
kereta api.
15. Urusan Perjalanan Kereta Api adalah segala kegiatan yang berkaitan
dengan pelayanan dan perjalanan kereta api, demikian juga yang
berhubungan dengan perjalanan lori.
16. Teknisi Kereta Api untuk selanjutnya disebut Tka adalah petugas yang
mengoperasikan fasilitas sarana kereta api dan melakukan perbaikan
ringan peralatan atau fasilitas sarana kereta api dan/atau sarana kereta
api.
17. selanjutnya disebut Ppka adalah pegawai
Pengatur Perjalanan Kereta Api,
yang ditugasi untuk mengatur dan melakukan segala tindakan untuk
menjamin keselamatan dan ketertiban berikut segala sesuatu yang
berkaitan dengan urusan perjalanan kereta api dan langsir dalam batas
stasiunnya untuk wilayah pengaturan setempat atau beberapa stasiun
untuk wilayah pengaturan daerah.
18. selanjutnya disebut Pap adalah pembantu Ppka dalam
Pengawas Peron,
melaksanakan tugas pengaturan perjalanan kereta api dan langsir serta
bertanggung jawab atas urusan administrasi perjalanan kereta api.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 1

19. Laporan Kereta Api (bentuk 0.82), selanjutnya disebut Lapka adalah
pedoman dan laporan berisi catatan yang jelas dan lengkap selama masinis
melaksanakan dinas kereta api, sekaligus merupakan surat perintah
perjalanan dinas awak kereta api.
20. Laporan Kondektur (bentuk 0.83), selanjutnya disebut Lkdr adalah adalah
pedoman dan laporan berisi catatan yang jelas dan lengkap selama
kondektur melaksanakan dinas kereta api, sekaligus merupakan surat
perintah perjalanan dinas kondektur.
21. Lokomotif Dingin adalah lokomotif dalam kondisi mesin mati (engine off).
22. Suling lokomotif adalah peralatan operasional lokomotif yang
dipergunakan untuk memperdengarkan semboyan suara.
23. JT Ladalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan lokomotif di pusat.
24. JTK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan kereta dan gerbong di pusat.
25. JPI adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset prasarana
( I nfrastructure assets) di pusat.
26. JPR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penjagaan aset sarana
(rolling stock assets) di pusat.
27. JTJ adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di pusat.
28. JOR adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan operasi
dan dinasan sarana di pusat.
29. JO Padalah pejabat yang bertanggung jawab atas pengendalian operasi
dan dinasan sarana di pusat.
30. JPT Dadalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
keandalan sarana di daerah.
31. JPJD adalah pejabat yang bertanggung jawab atas perawatan dan
kehandalan jalan rel dan jembatan di daerah.
32. JPO Dadalah pejabat yang bertanggung jawab atas perencanaan dan
pengendalian operasi kereta api di daerah.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
I-3
Pasal 1 PERATURAN DINAS BA

33. JPAK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas penugasan awak kereta
api dan kondektur untuk dinas kereta api, langsiran, dan cadangan di
stasiun awal pemberangkatan kereta api atau di stasiun pergantian awak
sarana kereta api.
34. Daera h Operasi/Divisi Regional/Sub- Divisi Regional untuk selanjutnya
disebut Daerah.
35. adalah perorangan, badan usaha, atau institusi lain yang
Pengirim
menggunakan jasa pengiriman barang dengan kereta api.
36. Berat Kosong adalah berat kereta/gerbong tanpa muatan.
37. Berat Total Kereta adalah berat kereta termasuk muatan.
38. PT KERETA A PI IN DONESIA ( PERSERO} untuk selanjutnya disebut
Perusahaan.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
1-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 2

BAB II
PETUNJUK UMUM TENTANG SARANA KERETA A PI

Bagian Kesatu
Petunjuk mengenai Lokomotif

Pasal 2
(1) Daftar panjang lokomotif, berat siap, dan daya traksi untuk setiap jenis
lokomotif dapat dilihat dalam lampiran 1.
(2) Penomoran pada lokomotif diatur sebagai berikut.
a. Untuk setiap jenis lokomotif, penomoran ditulis di bagian tengah
kedua dinding kabin masinis pada bagian luar lokomotif.
b. Penomoran lokomotif terdiri atas huruf dan angka. Huruf
menunjukkan jumlah gandar penggerak setiap bogie, sedangkan angka
menunjukkan peralatan penerus daya, seri tipe, tahun mulai
dioperasikan, dan nomor urut armada.
c. Penomoran ditulis dengan jenis huruf dan angka arial, ukuran 140 mm,
warna putih di dalam text box warna hitam (lokomotif milik
perusahaan) dan warna merah (lokomotif milik pihak lain).
d. Angka pengenal peralatan penerus daya untuk penomoran pada
lokomotif:
1 = lokomotif elektrik,
2 = lokomotif diesel elektrik,
3 = lokomotif diesel hidrolik, dan
4 = lokomotif gabungan antara elektrik dan diesel elektrik.
e. Conteh penomoran lokomotif tersebut adalah
BB 201 64 01. Artinya,
BB = Menggunakan 2 bogie dengan masing- masing 2 roda
penggerak.
201 = Lokomotif diesel elektrik seri tipe 01.
64 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1964.
01 = Nomor urut.
BB 301 78 03. Artinya,
BB = Menggunakan 2 bogie dengan masing- masing 2 roda
penggerak.
301 = Lokomotif diesel hidrolik seri tipe 01.
78 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1978.
03 = Nomor urut.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-1
204 08 02. 2
Pasal 2 PERATURAN DINAS BA

20084 04. 2008.


CC Artinya,
CC = Menggunakan bogie dengan masing- masing 3 roda

0220S 12 02.
penggerak.
= Lokomotif diesel elektrik seri tipe

2
= Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun
= Nomor urut.

20S12 OS. 2012.


CC Artinya,
CC = Menggunakan bogie dengan masing- masing 3 roda

02
penggerak.
= Lokomotif diesel elektrik seri tipe
= Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun
= Nomor urut.
(3) Tanda dipo induk tempat kedudukan lokomotif.
a. Tanda dipo induk lokomotif atau tempat kedudukan lokomotif, ditulis
pada kedua dinding luar di bawah nomor lokomotif dengan cat warna
hitam.
b. Tulisan berupa huruf kapital "D I PO L OK" disertai singkatan dari tempat
kedudukan dipo lokomotif, misalnya D I PO L OK YK.

(4)
YK = Singkatan dari Yogyakarta, yaitu tempat kedudukan dipo
lokomotif.
Jadwal pelaksanaan pemeliharaan lokomotif di dipo:
a. Ditulis dengan warna putih pada kedua sisi rangka dasar bagian
tengah, berupa dua buah kotak persegi panjang yang tiap- tiap kotak
terdiri dari 6 kolom memanjang ke samping dan dua kolom ke bawah.
b. Kolom tersebut dipergunakan untuk menulis waktu pelaksanaan
pemeliharaan berkala yang telah dilaksanakan pada lokomotif
tersebut.

2010 2011
c. Conteh penulisan kolom jadwal pelaksanaan pemeliharaan lokomotif

1 24
sebagaimana pada butir a adalah sebagai berikut.

PEM - PEM -

1 1 1 I I I I 11�1 l�I l�I


1) SO 50
Keterangan:
Ukuran setiap kolom mm x mm,

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal 3

2) PEM yang ditulis di atas kolom adalah singkatan dari


pemeliharaan dan tulisan angka 2010 dan 2011 menunjukkan
tahun.
3) Kolom bagian atas ke samping menunjukkan bulan Januari s.d.
Juni.
4) Kolom bagian bawah ke samping menunjukkan bulan Juli s.d.
Desember, setiap kolom satu bulan.
5) Angka 1 menunjukkan jenis pemeliharaan berkala satu bulanan
(Pl).
6 ) Angka 24 menunjukkan tanggal pelaksanaan pemeliharaan,
yaitu tanggal 24.
7) Kolom 1 atas menunjukkan bulan Januari.
Tulisan yang tercantum pada butir 1) sampai dengan 6 )
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan berkala Pl
lokomotif tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 Januari tahun
2010, dan kolom kosong lainnya untuk penulisan pemeliharaan
bulan berikutnya.
(5) Kdl/Kdt bertanggungjawab atas pelaksanaan perawatan lokomotif untuk
siap operasi dan penulisan jadwal pelaksanaan perawatan pada kolom
sebagaimana pada ayat (4).

Bagian Kedua
Kode Sarana pada Kereta dan Gerbong

Pasal 3
(1) Kode sarana yang tertulis pada dinding kereta atau rangka dasar gerbong
menunjukkan:
a. Kode kecepatan maksimum pada kereta atau gerbong:
1) A menunjukkan kecepatan maksimum 45 km/jam.
2) B menunjukkan kecepatan maksimum 60 km/jam.
3) C menunjukkan kecepatan maksimum 75 km/jam.
4) D menunjukkan kecepatan maksimum 90 km/jam.
5) E menunjukkan kecepatan maksimum 100 km/jam.
6 ) F menunjukkan kecepatan maksimum 120 km/jam.
b. Kode berat total kereta, sebagai contoh:
1) 37 menunjukkan berat total maksimum 37 ton.
2) 42 menunjukkan berat total maksimum 42 ton.
c. Kode Jenis bogie kereta, sebagai contoh :
1) 1 menunjukkan jenis bogie Kl ( NT- 45);

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-3
Pasal 3 PERATURAN DINAS BA

2) S menunjukkan jenis bogie KS (NT-11 dan TB-398);


3) 6 menunjukkan jenis bogie K6 (Ferostal);
4) 7 menunjukkan jenis bogie K7 (Garlitz);
S) 8 menunjukkan jenis bogie K8 (NT-60);
6) 9 menunjukkan jenis bogie K9 (Bolsterless).
d. Kode kuat tarik alat perangkai gerbong, sebagai contoh :
1) 30 menunjukkan kuat tarik maksimum 30 ton.
2) 120 menunjukkan kuat tarik maksimum 120 ton.
3) 2SO menunjukkan kuat tarik maksimum 2SO ton.
(2) Kode sarana pada kereta penumpang dan kereta bagasi ditulis pada pelat
persegi berukuran 200 x 200 mm (warna dasar merah, tulisan warna
hitam, jenis huruf arial-bold) dan dipasang pada pojok atas sebelah kanan
pada kedua dinding bagian luar (dekat pintu masuk kereta).
Contoh :

D
D = Kecepatan maksimum 90 km/jam.
37 = Berat total 37 ton.
S = Jenis bogie KS (NT-11 atau TB-398).

D
F = Kecepatan maksimum 120 km/jam.
43 = Berat total 43 ton.
8 = Jenis bogie K8 (NT-60).

(3) Kode sarana pada gerbong ditulis pada pelat persegi berukuran 200 x 200
mm (warna dasar hitam, tulisan warna putih, jenis huruf arial-bold) dan
dipasang pada rangka dasar ujung sebelah kanan kedua sisi gerbong.
Contoh:

B = Kecepatan maksimum 60 km/jam.


120 = Kuat tarik alat perangkai 120 ton.

C = Kecepatan maksimum 7S km/jam.


30 = Kuat tarik alat perangkai 30 ton.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 4

Bagian Ketiga
Petunjuk mengenai Kereta

Pasal 4
(1) Pada samping setiap pintu masuk bagian luar terdapat petunjuk kelompok
nomor tempat duduk, sedangkan pada bagian dalam kereta di atas pintu
gang ditulis jumlah tempat duduk, kelas kereta dan nomor kereta yang
bersangkutan.
(2) Panjang kereta untuk tiap jenis kereta diukur dari kedua ujung alat
perangkai adalah 21.000 mm.
(3) Jenis kereta, antara lain, terdiri dari:

No Jeni s Uraian
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
1 Kl
kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
2 KMl
ruang makan dan dapur, kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
3 Ml
dapur, kelas eksekutif.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
4 MPl
dapur kelas eksekutif serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
5 K2
kelas bisnis.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
6 KM2
ruang makan dan dapur, kelas bisnis.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang makan dan
7 MP2
dapur kelas bisnis serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
8 KMP2 ruang makan dan dapur, kelas bisnis serta ruang pembangkit
listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
9 K3
kelas ekonomi.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
10 KM3
ruang makan dan dapur, kelas ekonomi.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
11 KP3
kelas ekonomi serta ruang pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang penumpang,
12 KMP3 ruang makan dan dapur, kelas ekonomi serta ruang
pembangkit listrik.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-5
Pasal 4 PERATURAN DINAS BA

No Jenis Uraian

13 B Kereta bagasi.
14 p Kereta pembangkit listrik.
Kereta yang dilengkapi fasilitas ruang bagasi dan ruang
15 BP
pembangkit listrik.
(4) Penomoran pada kereta diatur sebagai berikut.
a. Penomoran kereta ditulis pada bagian tengah kedua dinding luar
kereta dengan jenis huruf dan angka arial, ukuran 140 mm, warna
putih di atas warna dasar hitam.
b. Penomoran kereta terdiri atas huruf dan angka. Huruf menunjukkan
jenis kereta, sedangkan angka menunjukkan kelas pelayanan,
klasifikasi kereta, tahun mulai dioperasikan, dan nomor urut.
c. Klasifikasi kereta terdiri dari:
1) Kereta yang ditarik lokomotif menggunakan angka 0.
2) Kereta rel listrik menggunakan angka 1.
3) Kereta rel diesel elektrik menggunakan angka 2.
4) Kereta rel diesel hidrolik menggunakan angka 3.
d. Conteh penomoran kereta adalah sebagai berikut:
K2 0 8612 Artinya,
K2 = Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang
penumpang kelas bisnis.
0 = Ditarik lokomotif.
86 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 1986 .
12 = Nomor urut.
KMP3 0 0111 Artinya,
KMP3 = Kereta yang dilengkapi dengan fasilitas ruang
penumpang dan ruang makan kelas ekonomi serta
ruang pembangkit listrik.
0 = Ditarik lokomotif.
01 = Mulai dioperasikan di I ndonesia tahun 2001.
11 = Nomor urut.
(S) Tanda dipo induk tempat kedudukan kereta.
a. Tanda dipo induk kereta atau tempat kedudukan kereta, ditulis pada
kedua dinding luar bagian bawah pada penomoran kereta dengan cat
warna putih.
b. Tulisan berupa huruf kapital singkatan dari tempat kedudukan dipo
kereta.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
II-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 4

c. Contoh penulisan tanda dipo induk kereta adalah: S L O


S L O = Singkatan dari Solobalapan, yaitu tempat kedudukan dipo
kereta.
(6 ) ldentitas sumber pembangkit listrik untuk pelayanan listrik pada peralatan
kereta, ditulis pada bagian tengah bawah kedua dinding luar kereta
dengan cat berwarna putih, berupa tulisan TS 220/380 yang berarti:
TS = Singkatan dari Train Set yang menunjukkan bahwa kereta

tersebut menggunakan sumber pembangkit listrik terpusat


(tidak mempunyai pembangkit listrik sendiri).
220/380 = V oltase instalasi listrik, peralatan listrik pada kereta tersebut
adalah 220/380 volt.
(7) Jadwal pelaksanaan pemeliharaan kereta di dipo:
a. Ditulis dengan warna putih pada kedua dinding luar bagian bawah,
berupa dua buah kotak persegi panjang yang tiap- tiap kotak terdiri
dari 6 kolom memanjang ke samping dan dua kolom ke bawah.
b. Kolom tersebut dipergunakan untuk menulis waktu pelaksanaan
pemeliharaan berkala yang telah dilaksanakan pada kereta tersebut.
c. Contoh penulisan kolom jadwal pelaksanaan pemeliharaan kereta
sebagaimana pada butir a adalah sebagai berikut.

1 1 I I I I I �
I I� II l�I I
PEM - 2010 PEM - 2011
1 124

Keterangan:
1) PEM yang ditulis di atas kolom adalah singkatan dari pemeliharaan
dan tulisan angka 2010 dan 2011 menunjukkan tahun.
2) Kolom bagian atas ke samping menunjukkan bulan Januari s.d.
Juni.
3) Kolom bagian bawah ke samping menunjukkan bulan Juli s.d.
Desember, setiap kolom satu bulan.
4) Angka 1 menunjukkan jenis pemeliharaan berkala satu bulanan
(Pl).
5) Angka 24 menunjukkan tanggal pelaksanaan pemeliharaan, yaitu
tanggal 24.
6 ) Kolom 1 atas menunjukkan bulan Januari.
Jadi, tulisan yang tercantum pada butir 1) sampai dengan 6 )
menunjukkan bahwa pelaksanaan pemeliharaan berkala Pl kereta

EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-7
Pasal 5 PERATURAN DINAS 8A

tersebut dilaksanakan pada tanggal 24 Januari tahun 2010, dan kolom


kosong lainnya untuk penulisan pemeliharaan bulan berikutnya
(periksa gambar 1).
(8) Kdk bertanggungjawab atas pelaksanaan perawatan kereta untuk siap
operasi dan penulisan jadwal pelaksanaan perawatan pada kolom
sebagaimana pada ayat (7).

y:140 yy y:35 y:25 y:25

[I ftt••i:�W1!·*-Ktt.WNi'fcla'IUIW....
J � �-- �J + � _J � _J + + �
50 100 100 50 50 1sor 50 so
Keterangan: 8! []]]]]]

"o
1. Ukuran dalam milimeter ,., --,. "'
2. F t : arial bold • 300

Gambar 1: Penulisan nomor dan beberapa petunjuk pada kereta


(9) Petugas Puk dan petugas stasiun diwajibkan untuk menguasai semua
petunjuk mengenai kereta berikut kelengkapannya agar pada waktu
kebutuhan kereta yang mendadak, misalnya menambah kereta dalam
kereta api atau pada waktu peredaran kereta terganggu, petugas dapat
bertindak dengan tepat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
peredaran kereta.

Bagian Keempat
Petunjuk mengenai Gerbong

Pasal 5
(1) Kodifikasi gerbong berdasarkan kelompok dan jenis terdiri dari:
No Kelompok Gerbong Jenis Gerbong
1. Gerbong terbuka (GB) YY, ZZ, KKB
2. Gerbong datar (GD) PP, PPC, PKPK
3. Gerbong tertutup (GT) GG, TI, KKB Klinker
4. Gerbong Tangki (GK) KK BBM, KK CPO, KK Semen Curah

(2) Daftar panjang dan lebar untuk setiap jenis gerbong dapat dilihat pada
Lampiran 2.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
11-8
PERATURAN DINAS BA Pasal 5

(3) Penomoran gerbong


a. Penomoran gerbong, tertulis pada dinding gerbong sebelah kanan- kiri
bagian bawah atau pada rangka dasar gerbong (periksa gambar 2).
b. Penomoran gerbong terdiri dari huruf dan 6 digit angka, huruf
menunjukkan kelompok gerbong, sedangkan angka menunjukkan
tahun mulai dioperasikan, berat muat, dan nomor urut.
c. Penomoran ditulis dengan jenis huruf dan angka arial, ukuran 140 mm
dengan warna putih di dalam text box warna hitam (gerbong milik
perusahaan) dan warna merah (gerbong milik pihak ketiga)
Contoh penomoran gerbong adalah sebagai berikut.
GT 30 05 11 , yang berarti:
GT = Kelompok gerbong tertutup.

30 = Berat muat gerbong dalam ton.

05 I
= Mulai dioperasikan di ndonesia tahun 2005.

11 = Nomor urut.

(4) Petunjuk lain yang ditempatkan pada rangka dasar gerbong adalah
a. kode sarana,
b. berat kosong,
c. kuat muat,
d. kolom pemeliharaan,
e. pemeriksaan akhir,
f. jenis gerbong, dan
g. tanda kepemilikan daerah berupa pewarnaan pada rangka dasar yang
ditetapkan oleh Direksi.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-9
Pasal 5 PERATURAN DINAS 8A

ii: 140
�: £11l•l•Je"liil
� -
80 80

� ... w
50 80

... �....f".
50
Keterangan :

300
1. Ukuran dalam milimeter
2. Font: arial bold §�I I I I I I l_:y16

2:
ICJ1li1i.JO-Sll

Gambar Penulisan nomor dan beberapa petunjuk pada gerbong


(5) Jadwal pelaksanaan pemeliharaan gerbong :
a. Ditulis dengan warna putih pada rangka dasar, berupa dua buah kotak
persegi panjang yang tiap- tiap kotak terdiri dari 6 kolom memanjang
ke samping dan dua kolom ke bawah.
b. Kolom tersebut dipergunakan untuk menulis waktu pelaksanaan
pemeliharaan berkala yang telah dilaksanakan pada gerbong tersebut.

2010 2011
c. Conteh penulisan kolom jadwal pelaksanaan pemeliharaan gerbong

1 24
sebagaimana pada butir a adalah sebagai berikut.
PEM - PEM -

1 1 1 I I I I I l�I l�I l�I


1)
Keterangan:

2010 2011
PEM yang ditulis di atas kolom adalah singkatan dari pemeliharaan
dan tulisan angka dan menunjukkan tahun.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
11-10
PERATURAN DINAS BA Pasal 5

2) Kolom bagian atas ke samping menunjukkan bulan Januari s.d.


Juni.
3) Kolom bagian bawah ke samping menunjukkan bulan Juli s.d.
Desember, setiap kolom satu bulan.
4) Angka 1 menunjukkan jenis pemeliharaan berkala satu bulanan
(Pl).
5) Angka 24 menunjukkan tanggal pelaksanaan pemeliharaan, yaitu
tanggal 24.
6 ) Kolom 1 atas menunjukkan bulan Januari.
Tulisan yang tercantum pada butir 1) sampai dengan 6 ) menunjukkan
bahwa pelaksanaan pemeliharaan berkala Pl gerbong tersebut
dilaksanakan pada tanggal 24 Januari tahun 2010, dan kolom kosong
lainnya untuk penulisan pemeliharaan bulan berikutnya (periksa
gambar 1).
(6 ) Kdg/Kdk bertanggungjawab atas pelaksanaan perawatan gerbong untuk
siap operasi dan penulisan jadwal pelaksanaan perawatan pada kolom
sebagaimana pada ayat (5).
(7) Petugas Pug/Puk dan petugas stasiun diwajibkan untuk memahami semua
petunjuk mengenai gerbong agar pada saat membutuhkan gerbong yang
mendadak (misalnya memindahkan muatan karena suatu gerbong isi
mengalami kerusakan), petugas dapat bertindak dengan tepat untuk
meminta gerbong pengganti.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
II-11
PERATURAN DINAS 8A Pasal 6

BAB Ill
KETENTUAN TENTANG PENGOPERASIAN
DAN PENGIRIMAN LOKOMOTIF
Bagian Kesatu
Pembatasan Perjalanan Lokomotif
Pasal 6
(1) Untuk pengoperasian dan pengiriman lokomotif harus berpedoman pada
peta izin lokomotif yang berisi tentang jenis lokomotif, lokomotif ganda
atau triple yang diperbolehkan berjalan di berbagai lintas yang dikeluarkan
oleh JTJ.
(2) Setiap dipo dan stasiun pemberangkatan awal harus mempunyai peta izin
lokomotif, Kdl/Kdt dan kepala stasiun harus paham serta melaksanakan
ketentuan pada peta izin lokomotif sesuai dengan tujuan perjalanan
kereta api.

Bagian Kedua
Penempatan Lokomotif pada Rangkaian Kereta Api
Pasal 7
(1) Untuk keperluan keselamatan dan pengoperasian serta memperhatikan
berat rangkaian kereta/gerbong, lokomotif ditempatkan pada bagian
depan rangkaian kereta api.
(2) Penggunaan lebih dari dua lokomotif dengan multiple unit berurutan di
depan atau dua di depan, satu di tengah/belakang diizinkan apabila
ditetapkan oleh Direksi.
(3) Lokomotif kedua atau ketiga dalam kereta api hanya diperbolehkan
ditempatkan di luar ketentuan sebagaimana pada ayat (1), apabila:
a. kekuatan jalan atau jembatan tidak memungkinkan kedua atau ketiga
lokomotif berjalan dirangkai berurutan yang tertuang pada peta izin
lokomotif;
b. pada tanjakan dengan kelandaian tertentu dan/atau kondisi yang
mengharuskan, lokomotif dapat ditempatkan di bagian belakang
rangkaian sebagai lokomotif pendorong;
c. dalam keadaan khusus ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
(4) Menempatkan salah satu lokomotif di belakang lokomotif pertama atau di
tengah/belakang rangkaian pada waktu kereta api berjalan lebih dari satu
lokomotif yang berbeda jenis, harus memperhatikan daya tarik kedua

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
111-1
Pasal 8 PERATURAN DINAS 8A

lokomotif tersebut, lokomotif yang tenaganya lebih besar ditempatkan di


depan, kecuali dalam keadaan tertentu, misalnya untuk keperluan
percobaan lokomotif, dengan ketentuan lokomotif di belakang tidak
memberi tenaga.
(5) Rangkaian kereta api dengan lokomotif yang ditempatkan di belakang
rangkaian disebut kereta api didorong, dan hanya diperbolehkan:
a. Dari stasiun menuju ke jalur simpang di jalan bebas atau sebaliknya;
b. Untuk kereta api pemeliharaan jalan rel dan jembatan dan kereta api
penolong dalam satu petak jalan;
c. Untuk perjalanan kereta api konvoi;
d. Untuk memenuhi ketentuan perjalanan.
(6) Pada kereta api didorong sebagaimana pada ayat (S), lokomotif dan
rangkaian harus digandeng, kecepatan kereta api tidak diperbolehkan
melebihi 30 km/jam pada lintas raya dan 20 km/jam pada lintas cabang,
dan pada kereta atau gerbong yang paling depan harus dipandu oleh
seorang petugas yang membawa bendera merah dan hanya diperlihatkan
saat memberikan "isyarat berhenti" kepada masinis.
(7) Pemakaian lokomotif pendorong hanya diperlukan pada sebagian petak
jalan, digandengkan pada rangkaian kereta api, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Alat perangkai lokomotif pendorong tidak terkunci (kunci klaw tidak
difungsikan);
b. Rantai pengaman tidak difungsikan; dan
c. Slang udara tekan tidak disambung.
Setelah lokomotif pendorong tidak diperlukan lagi harus kembali ke
stasiun pemberangkatan, untuk lokomotif pendorong pada perjalanan
berangkat maupun perjalanan kembali dianggap sebagai kereta api
tersendiri.
(8) Untuk kereta api yang berjalan pada lintas bergigi, ketentuan sebagaimana
pada ayat (7) tidak berlaku.

Bagian Ketiga
Pengiriman Lokomotif Dingin
Pasal 8
(1) Pengiriman lokomotif dari dipo ke dipo lain atau ke balai yasa diutamakan
dengan memakai tenaga sendiri, kecuali apabila kondisi yang
mengharuskan lokomotif tersebut dirangkaikan pada kereta api barang
atau dengan kereta api luar biasa sebagai lokomotif dingin.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
111-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 8

(2) Lokomotif dingin sebagaimana pada ayat (1) diperlakukan sebagai gerbong
bermuatan dan setiap pengiriman hanya diperbolehkan membawa satu
lokomotif dingin.
(3) Setiap Kdl/Kdt bertanggung jawab atas pelaksanaan pengiriman lokomotif
dingin yang berada dalam wilayahnya ke balai yasa, sedangkan pengiriman
dilaksanakan setelah berkoordinasi dengan Kdl/Kdt tempat kedudukan
lokomotif. Selanjutnya, Kdl/Kdt pengirim berkoordinasi dengan kepala
stasiun pemberangkatan untuk pengirimannya.
(4) Jika menurut peta izin lokomotif, lokomotif dingin tidak boleh
digandengkan dengan lokomotif penarik, di antara lokomotif kereta api
dan lokomotif dingin harus ditempatkan beberapa gerbong.
(5) Pengiriman lokomotif dingin harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut.
a. Untuk lokomotif diesel hidrolik harus dipastikan hendel transmisi
dalam posisi netral, dan gardan penghubung antara penggerak roda
dengan transmisi harus dilepas pada pihak penggerak roda.
b. Untuk lokomotif diesel elektrik hendel pembalik arah harus diposisikan
pada kedudukan netral.
c. Selama dalam perjalanan, lokomotif dingin harus dijaga oleh petugas
perawatan lokomotif sebagai pengawal yang apabila diperlukan harus
melayani rem parkir dan memeriksa suku-suku/bagian-bagian yang
berada di bawah rangka dasar di stasiun-stasiun pemberhentian.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
III-3
PERATURAN DINAS 8A Pasal 9

BAB IV
KERETA
Bagian Kesatu
Pembagian Kereta
Pasal 9
(1) JPR berkewajiban menyiapkan armada kereta. Selanjutnya, JOR
berkewajiban dan bertanggung jawab menyusun peredaran, pembagian
dan pengiriman kereta kepada semua unit terkait serta melaksanakan
pengawasan peredaran kereta sesuai dengan yang telah ditetapkan.
(2) JTK bertanggung jawab menyiapkan kereta siap operasi sesuai dengan
program jumlah armada kereta yang ditetapkan oleh JPR.
(3) Jumlah kereta untuk setiap daerah diatur berdasarkan kebutuhan kereta
dan diketahui oleh Pimpinan Daerah sebagai berikut.
a. Kereta yang diserahkan kepada stasiun awal pemberangkatan kereta
api:
1) Kereta yang dibutuhkan untuk rangkaian kereta api sesuai dengan
stamformasi yang ditetapkan menurut peredaran kereta.
2) Kereta cadangan yang dibutuhkan untuk menambah stamformasi
apabila diperlukan.
b. Kereta untuk perawatan di dipo dan di balai yasa.
(4) Kdk menyesuaikan "daftar armada kereta" menurut jumlah yang
ditetapkan oleh JPR. Pada daftar tersebut dicatat pembagian kereta
sebagaimana pada ayat (3). Pada daftar tersebut terdapat juga
rekapitulasi "jumlah kereta" menurut jenis dan kelasnya. Selanjutnya, Kdk
mengirimkan "daftar armada kereta" kepada Pimpinan Daerah dan kepala
stasiun yang mendapat pembagian kereta.
(S) Stasiun yang tidak tertulis dalam "daftar armada kereta", tidak
diperbolehkan menahan kereta untuk cadangan, kecuali dengan izin
Pimpinan Daerah.

Bagian Kedua
Pengoperasian Kereta
Pasal 10
(1) Jumlah dan jenis kereta untuk setiap kereta api yang akan disusun di
stasiun (stamformasi), ditetapkan dalam buku pedoman dukungan sarana
yang dikeluarkan oleh Direksi berdasarkan Gapeka, sedangkan untuk

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-1
Pasal 1 1 PERATURAN DINAS 8A

angkutan luar biasa (misalnya: angkutan Lebaran, Natal, dan Tahun Baru),
dibuat buku pedoman dukungan sarana tersendiri yang dikeluarkan oleh
Direksi.
(2) Apabila suatu daerah memerlukan angkutan penting, misalnya, angkutan
tentara yang memerlukan tambahan kereta atau kereta api luar biasa,
Pimpinan Daerah yang bersangkutan harus mengajukan kebutuhan
tersebut kepada Direksi.

Bagian Ketiga
Pengaturan Dinasan Kereta
Pasal 11
(1) Dinasan kereta telah ditetapkan dalam buku pedoman dukungan sarana
sebagaimana pada pasal 10 ayat (1) yang sesuai dengan kebutuhan
operasi kereta api dan perawatan, kemudian didistribusikan ke setiap
daerah dan balai yasa.
(2) Apabila dipandang perlu pengaturan dinasan kereta dapat
diselenggarakan antar JPOD setelah mendapat persetujuan dari JOR, serta
berkewajiban menormalkan dinasan kereta sesuai dengan yang telah
ditetapkan.
(3) Jika perlu, JPOD dapat mengubah pengaturan dinasan kereta di daerahnya
setelah dikoordinasikan dengan JPTD dan mendapat persetujuan dari
Pimpinan Daerah.
(4) Dalam pengaturan dinasan kereta, untuk tiap stasiun awal
pemberangkatan kereta api ditetapkan sebagai berikut.
a. Jumlah minimum dari tiap jenis kereta yang harus tersedia;
b. Jumlah jenis kereta untuk semua kereta api yang harus dijalankan
setiap hari; dan
c. Jumlah kereta cadangan.
(5) Untuk perjalanan kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa,
kebutuhan kereta diatur oleh JPOD setelah berkoordinasi dengan JPTD
yang bersangkutan dan jika perlu dapat berhubungan dengan JPOD yang
akan dilalui kereta api yang bersangkutan dengan persetujuan Direksi.
(6) Untuk angkutan luar biasa secara besar-besaran atau selama jangka waktu
panjang, kebutuhkan tambahan kereta dan kegiatan di bidang operasi
sarana, diatur dan ditetapkan oleh Direksi.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal 12

(7) Dalam keadaan luar biasa (misalnya: rintang jalan, kerusakan pada kereta
atau kelambatan yang luar biasa) penggunaan kereta dapat menyimpang
dari dinasan kereta yang telah ditetapkan, setelah JPOD berkoordinasi
dengan JPTD.
(8) Dinasan kereta untuk esok harinya, setiap hari harus ditulis pada papan
yang disediakan untuk keperluan tersebut, yang digantungkan di dalam
ruang Ppka/Pap, Kdk, dan Puk.

Bagian Keempat
Pengawasan Pengoperasian Kereta
Pasal 12
(1) Kepala stasiun harus mencatat dalam buku material semua kereta yang
ada di stasiunnya termasuk yang berada di emplasemen dipo, di jalur
pencucian kereta, dan balai yasa (untuk stasiun yang dekat dengan balai
yasa).
(2) Jika jumlah kereta tidak sesuai dengan "daftar kereta", harus segera
dilaporkan dalam laporan kereta (lk) dan ditambahkan catatan sebagai
berikut.
Lebih
,,:JumIah kereta: -- .......................... .
11

Kurang

(3) Dalam laporan kereta sebagaimana pada ayat (2) harus memuat juga hal­
hal sebagai berikut.
a. Jika kelebihan tersebut akan digunakan untuk angkutan luar biasa
pada tanggal yang sudah ditentukan, hal tersebut harus dinyatakan
dengan tambahan:
11
"untuk angkutan tanggal ................................

b. Jika kekurangan tersebut terjadi karena kereta digunakan untuk


penambahan rangkaian, harus diterangkan bahwa hal tersebut atas
persetujuan Pimpinan Daerah.
c. Kereta yang dalam perjalanan ke stasiun lain, harus disertakan nama
stasiun tujuannya.
d. Permintaan kereta untuk angkutan khusus yang belum dipenuhi harus
disebutkan juga.
e. Kereta yang sedang diperbaiki di emplasemen stasiun, apabila
menurut Puk tidak dapat diselesaikan lebih dari 2 (dua) hari, harus
dinyatakan sebagai "rsk" (rusak).

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-3
Pasal 12 PERATURAN DINAS BA

f. Kereta yang harus segera dikirim lagi ke stasiun lain dinyatakan


sebagai "dp" (dalam perjalanan) dan disertakan nama stasiun
tujuannya.
(4) Penghapusan perbedaan jumlah kereta yang dilaporkan ditentukan oleh
Pimpinan Daerah melalui warta dinas. Selama belum menerima perintah,
kereta tersebut harus tetap ditempatnya, kecuali kereta tambahan yang
diminta kembali oleh kepala stasiun tempat kedudukan kereta tersebut.
(5) Setiap stasiun harus membuat daftar kereta yang memuat adanya kereta,
dengan menyebutkan jenis dan nomor kereta yang terdapat di
emplasemen (termasuk yang ada di dipo kereta dan jalur pencucian
kereta) pada tanggal 2, 12, dan 22 setiap bulan. Selanjutnya, daftar
tersebut dikirim kepada Pimpinan Daerah pada esok harinya, termasuk
daftar kereta yang berada di balai yasa apabila stasiun yang bersangkutan
merupakan stasiun tempat kedudukan balai yasa kereta tersebut.
(6) Setiap bulan kepala stasiun tempat kereta cadangan harus melaporkan
kepada Pimpinan Daerah tentang pengoperasian kereta cadangan
tersebut selama bu Ian laporan.
Daftar Pengoperasian Kereta Cadangan dalam Bulan........Tahun........
KERETA CADANGAN
Digandeng Dilepas
Tanggal Keterangan
Jenis dan Pada Jenis dan Dari
No. Kereta KA. No. No. Kereta KA. No

........., Tangga I...........................


Kepala Stasiun................

(tanda tangan)
(7) Untuk keperluan pengawasan, di kantor JPOD harus tersedia Buku
Pengawasan Pengoperasian Kereta Cadangan.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 13

Bagian Kelima
Pengiriman Kereta ke Balai Vasa
Pasal 13
(1) Setiap 10 (sepuluh) hari, Kepala unit pelaksana teknis Balai Vasa Sarana
melapor kepada Direksi dan Pimpinan Daerah dengan warta dinas,
mengenai jumlah kereta yang harus dikirim ke balai yasa.
(2) Setiap bulan JTK dan Kepala unit pelaksana teknis Balai Vasa membuat
Daftar Rencana Perawatan Kereta, yang memuat nomor kereta yang harus
dikirim ke balai yasa.
(3) Pengiriman kereta sesuai dengan Daftar Rencana Perawatan sebagaimana
pada ayat (2), hanya dapat dilakukan setelah menerima perintah dari
Pimpinan Daerah, sedangkan pengiriman kereta yang rusak ke balai yasa
dapat dilakukan atas permintaan Kdk jika perbaikan kereta tidak mungkin
dikerjakan di dipo kereta dan kepala stasiun memberitahukan pengiriman
kereta tersebut kepada Pimpinan Daerah.
(4) Kereta yang dikirim ke balai yasa pintunya harus ditutup, dikunci, dan
diberi tempelan (bentuk G.208 atau G.209) dibuat rangkap 3 (tiga), yang
dilekatkan pada kedua belah dinding di sebelah kiri bawah dari kereta,
sedangkan 1 (satu) lembar lainnya dikirim ke balai yasa, dan pada dinding
kereta tidak diperbolehkan adanya tulisan dengan kapur/spidol/cat.
(5) Untuk pengiriman kereta yang sedang tidak digunakan, dilakukan dengan
kereta api penumpang, sedangkan pengiriman dengan kereta api barang
hanya dilakukan jika kondisi kereta tersebut tidak mengizinkan atau
karena kebutuhan masih cukup waktu.
(6) Pengiriman kereta ke balai yasa beserta semua kelengkapan yang harus
ada dalam kereta, diatur sebagai berikut.
a. Pengiriman kereta penumpang atau kereta makan: setelah didata
kerusakan komponen-komponen yang ada di dalam kereta (tempat
duduk, kipas angin, dan sebagainya), jendela-jendela harus ditutup
dan pintu dikunci, serta data kerusakan harus dicatat dalam buku
riwayat dan surat pengantar sebagai kelengkapan dokumen yang
diserahkan ke balai yasa.
b. Pengiriman kereta pembangkit:
1) bahan bakar dikosongkan;
2) saklar-saklar dalam kedudukan off;
3) panel-panel dikunci;
4) tersedia alat pemadam api; dan
5) buku riwayat pembangkit telah diisi lengkap.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-5
Pasal 14 PERATURAN DINAS 8A

c. Jika kereta pembangkit dikirim ke balai yasa untuk PA bogie, PA


lengkap, serta PA pembangkit dan perbaikan, pada waktu penyerahan
kereta pembangkit tersebut, perlu dilengkapi dengan dokumen­
dokumen dan dilakukan pemeriksaan bersama oleh petugas Kdk/Puk
dan petugas balai yasa.
d. Jika terdapat perbedaan atau kekurangan, harus dilaporkan kepada
Kepala unit pelaksana teknis Balai Vasa Sarana dan selanjutnya
diteruskan ke JPTD yang bersangkutan sesuai dengan keadaan yang
telah diperiksa.
e. JPTD harus mencari dan mengusut penyebab perbedaan dan
kekurangan tersebut, kemudian hasil pengusutan tersebut dilaporkan
kepada Pimpinan Daerah yang akan memutuskan siapa yang harus
bertanggung jawab dan membayar ganti rugi kekurangan tersebut.

Bagian Keenam
Pengiriman Kereta setelah Dioperasikan sebagai Kereta Tambahan
Pasal 14
(1) Kepala stasiun tempat kereta cadangan, jika telah mendapat persetujuan
Pimpinan Daerah untuk menambah kereta pada suatu rangkaian kereta
api (bukan tambahan kereta menurut stamformasi) maka untuk setiap
kereta yang ditambahkan tersebut diberikan surat pengantar kereta
kosong (bentuk 79) kepada kondektur kereta api tersebut.
Pada surat pengantar tersebut dituliskan stasiun tujuan, jenis dan nomor
kereta serta keterangan sebagai berikut :
"Guna Tambahan Kereta Api Nomor ............. "

(2) Setelah kereta tambahan tidak dipergunakan lagi, tanpa menunggu


instruksi, kepala stasiun yang menerima kereta tambahan segera
mengirim kembali kereta tersebut ke stasiun tempat kedudukan.
a. Pada surat pengantar pengiriman kembali harus dituliskan :
"Kosong /kembali dari tambahan"
Semua surat pengantar harus dikirimkan kepada Pimpinan Daerah
oleh kepala stasiun
b. Dalam Lkdr kereta api yang membawa kereta tambahan sebagai
kereta luar dinas dicatat jenis dan nomor kereta dilengkapi dengan
tanda kurung garis segi empat seperti contoh di bawah ini:

I K2 0 78 37 I Slo-Yk
Artinya, kereta K2 0 78 37 dari Solobalapan sampai dengan Yogyakarta
berjalan kosong di luar rangkaian pokok.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-6
PERATURAN DINAS 8A Pasal 15

(3) Kereta tambahan yang dikembalikan kosong dapat digunakan untuk


angkutan penumpang pada kereta api yang membawanya sejauh stasiun
tempat kedudukan kereta.
(4) Kereta kosong yang dikirim luar dinas dan dirangkaikan pada kereta api (di
luar stamformasi), semua pintu harus ditutup dan dikunci.

Bagian Ketujuh
Pemeliharaan dan Pengawasan Kebersihan Kereta
Pasal 15
(1) Pemeliharaan kereta di stasiun diserahkan kepada petugas Puk,
sedangkan pekerjaan kebersihan dilakukan oleh petugas kebersihan dalam
pengawasan kepala stasiun, untuk menjamin bahwa kereta yang
berangkat dari stasiunnya dalam keadaan bersih.
(2) Dalam perjalanan, pengoperasian, perbaikan ringan peralatan atau
fasilitas kereta dilakukan oleh TKA, sedangkan untuk kebersihan kereta
penumpang maupun kereta makan dilakukan oleh petugas kebersihan,
yang seluruhnya dalam pengawasan kondektur atau petugas lain yang
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
(3) Jika dalam Lkdr terdapat catatan tentang cacat dan kerusakan pada
kereta, kepala stasiun stasiun akhir harus memberitahukan hal tersebut
kepada Kdk/Puk untuk melaksanakan perbaikan dan mengatur
penggantian kereta.
(4) Kereta di emplasemen stasiun yang tidak dioperasikan, pintu dan
jendelanya harus ditutup dan dikunci oleh petugas Kdk/Puk, dan jika tidak
ada petugas Kdk/Puk, pekerjaan mengunci dan membuka kereta dapat
dilaksanakan oleh petugas yang ditunjuk kepala stasiun.
(5) Pintu Kereta-kereta yang berada dalam rangkaian kereta api harus dibuka
30 menit sebelum kereta api diberangkatkan dari stasiun awal.

Bagian Kedelapan
Penyerahan Kereta dari Balai Vasa
Pasal 16
(1) Sebelum kereta dikeluarkan dari balai yasa dan diserahkan untuk
dioperasikan, perlu dilakukan uji coba jalan terlebih dahulu, dengan
ketentuan sebagai berikut.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-7
Pasal 17 PERATURAN DINAS 8A

a. Untuk mengatur urusan langsir dari jalur balai yasa ke emplasemen


stasiun, petugas balai yasa harus berkoordinasi dengan kepala
stasiun/Ppka.
b. Untuk keperluan kereta yang diujicobakan dibuatkan warta perjalanan
oleh JPOD.
c. Agar tidak digunakan untuk angkutan penumpang, pada kereta yang
diujicobakan diberi tanda dengan papan bertuliskan "PERCOBAAN"
pada dinding kiri dan kanan kereta.
(2) Serah terima kereta dari balai yasa dilakukan oleh Kdk menurut petunjuk
dari JPTD dengan tanda terima kereta menurut bentuk berita acara
penyerahan kereta.
(3) Setelah kereta diterima oleh Kdk dengan kondisi baik, kereta harus segera
dilangsir ke emplasemen stasiun.
(4) Kdk harus melaporkan setiap kereta yang diterima dari balai yasa dengan
warta dinas kepada Pimpinan Daerah dan kepala stasiun yang
bersangkutan, kereta-kereta tersebut dapat segera digunakan dan harus
dimasukkan dalam laporan kereta (lk).

Bagian Kesembilan
Pengangkutan Orang dengan Kereta Bagasi
Pasal 17
(1) Dalam keadaan tertentu dapat dilakukan pengangkutan orang dengan
menggunakan kereta bagasi yang bersifat sementara dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. kereta penumpang pada lintas yang bersangkutan tidak tersedia atau
tidak mencukupi,
b. adanya permintaan angkutan yang mendesak, atau
c. keadaan darurat.
(2) Kereta bagasi sebagaimana pada ayat (1) harus tertutup dan memenuhi
persyaratan keselamatan dan keamanan penumpang atau setidaknya
dilengkapi dengan fasilitas berupa:
a. pintu masuk dan pintu keluar,
b. ventilasi udara masuk yang memadai,
c. lantai beralas yang bersih untuk duduk, dan
d. penerangan.
(3) Penggunaan kereta bagasi sebagaimana pada ayat (1), dapat dilakukan
atas persetujuan Direksi.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
IV-8
PERATURAN DINAS 8A Pasal 18

Bagian Kesepuluh
Fumigasi Kereta
Pasal 18
(1) Fumigasi kereta adalah penyemprotan/pengasapan untuk membasmi
serangga dan tikus.
(2) Pelaksanaan fumigasi kereta diatur dan diawasi oleh pejabat daerah
tempat kedudukan kereta yang ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IV-9
PERATURAN DINAS 8A Pasal 19

BAB V
GERBONG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Untuk efektivitas dan efisiensi peredaran gerbong diperlukan suatu sistem
pengendalian gerbong terpusat, yang pelaksanaannya diatur sebagai
berikut.
a. Pusat pengendalian gerbong untuk wilayah Jawa di kantor pusat
Bandung.
b. Pusat pengendalian gerbong untuk wilayah Sumatra di tiap-tiap kantor
daerah (Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Sumatra Selatan)
(2) Untuk keperluan pengawasan peredaran gerbong di Sumatra, pejabat yang
bertanggung jawab atas perencanaan dan pengendalian operasi kereta api
di tingkat regional (JPOR) setiap 10 hari melaporkan ke pusat pengendalian
gerbong sebagaimana pada ayat (1) huruf a tentang ketersediaan dan
penggunaan gerbong.

Bagian Kedua
Laporan Gerbong
Pasal 20
(1) Untuk mencapai sasaran sebagaimana dalam pasal 19 ayat (1), Pimpinan
Daerah menetapkan stasiun-stasiun pengumpul, serta mengatur dan
mengawasi tata laksana dan tata cara laporan gerbong (lg).
(2) Stasiun pengumpul berkewajiban mengumpulkan lg dari tiap-tiap stasiun
di wilayahnya untuk selanjutnya dikirim ke pusat pengendalian gerbong
melalui kantor pelayanan telekomunikasi daerah.
(3) Lg setiap hari dikirim pada pukul 17.00 dan Pimpinan Daerah dapat
membuat ketentuan tersendiri tentang pelaporan lg untuk gerbong pada
rangkaian kereta api yang sedang dalam perjalanan.
(4) Lg sebagaimana pada ayat (3) dilakukan menurut ketentuan sebagai
berikut.
a. Lg dibuat satu kali setiap hari oleh kepala stasiun berdasarkan buku
pungutan gerbong dan buku material sehingga terdapat jaminan
bahwa semua gerbong yang ada di emplasemen (termasuk jalur
simpang, gudang persediaan, dan balai yasa) pada Pukul 17.00 telah
tercatat dan dilaporkan dalam Jg yang bersangkutan.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-1
Pasal 20 PERATURAN DINAS BA

b. Untuk gerbong-gerbong yang berada dalam rangkaian suatu kereta api


ditentukan sebagai berikut.
1) Apabila pada pukul 17.00 kereta api berhenti di suatu stasiun,
kepala stasiun/Ppka tempat kereta api berhenti tersebut harus
memungut dan melaporkan semua gerbong yang berada dalam
rangkaian dengan menyebut nomor kereta apinya.
2) Apabila pada pukul 17.00 kereta api masih dalam perjalanan di
jalan bebas, kepala stasiun/Ppka tempat kereta api tersebut
pertama-tama berhenti sesudah pukul 17.00 harus memungut dan
melaporkannya, dan jika perlu dilaporkan sebagai "lg tambahan"
(/gt) dan dikirim secepatnya, sesuai dengan jurusan pengiriman lg.
3) Untuk menjamin pelaksanaan pemungutan gerbong sebagaimana
pada butir 2) ditetapkan sebagai berikut.
a) JPOD menetapkan stasiun yang harus memungut gerbong
dalam rangkaian suatu kereta api tertentu.
b) Kondektur harus melapor kepada kepala stasiun/Ppka stasiun
pertama berhenti setelah Pukul 17.00, bahwa semua gerbong
dalam rangkaian kereta api belum atau sudah dipungut oleh
stasiun lain.
c) Untuk keperluan memungut gerbong-gerbong tersebut pada
butir a) dan b), kereta api yang bersangkutan diperbolehkan
berhenti paling lama 15 menit, kecuali untuk rangkaian
panjang paling lama 30 menit.
4) Khusus untuk kereta api yang akan berangkat dari suatu stasiun
tertentu antara pukul 16.45--17.00 sebagaimana pada peraturan
perjalanan maka stasiun yang bersangkutan harus memungut dan
melaporkan semua gerbong yang ada dalam rangkaian, dengan
menyebutkan nomor kereta apinya.
5) Untuk mencegah kesalahan dalam mengirim lg maka harus ditulis
dengan jelas, dan jika penerimaan tidak jelas harus dikirim ulang.
6) Gerbong dalam lg disebutkan menurut jenis gerbong sebagaimana
dalam pasal 5 ayat (1), antara lain,
a) VY;
b) GG;
c) KKB;
d) TT; dan
e) PPC;
c. Semua gerbong dari semua jenis harus dilaporkan dalam lg, dalam
keadaan baik maupun rusak, tanpa alat perangkai (tap), PA/PB, yang

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 20

berada di emplasemen, jalur simpang, dipo lokomotif/dipo kereta,


balai yasa, gudang persediaan, dan lain-lain baik gerbong milik
perusahaan maupun milik badan usaha lain.
d. lstilah dalam lg tentang keadaan gerbong beserta urutannya sesuai
dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Kosong (kos), yaitu:
a) Semua gerbong yang benar-benar kosong, tidak dipergunakan,
dan belum masuk dalam ppg.
b) Semua gerbong berisi yang datang dan dapat diharapkan esok
harinya sebelum pukul 12.00 sudah dapat dibongkar menjadi
kosong.
Butir a) dan b) dipersatukan dalam satu kelompok sebagai gerbong
kosong. Selanjutnya, gerbong kosong yang telah dilaporkan dalam
lg, tetapi esok harinya tidak masuk dalam ppg harus dimasukkan
dalam laporan berikutnya, kecuali jika ppg akan memenuhi
kebutuhan gerbong stasiun yang melaporkan.
Conteh : Pada tanggal 1/9 stasiun A mengirim lg kos 3 GG, tanggal
2/9 ppg tidak memerintahkan suatu apa pun tentang 3
GG kosong tersebut. lni berarti bahwa 3 GG kosong
tersebut diberikan pada stasiun A untuk mencukupi
kebutuhannya. Selanjutnya, apabila stasiun A tidak
membutuhkan GG tersebut maka harus dilaporkan kos
pada lg berikutnya.
2) Akan dibongkar (adb), yaitu semua gerbong isi yang datang dan
tidak dapat dibongkar esok harinya sebelum pukul 12.00.
Conteh : Stasiun A terima 5 TT isi, 2 di antara gerbong tersebut
menurut perhitungan kepala stasiun hingga esok harinya
sebelum pukul 12.00 tidak dapat dikosongkan maka
dalam lg dimasukkan dalam golongan "adb" 2 TT dan
"kos" 3 TT.
3) Berisi (isi), yaitu:
a) Semua gerbong yang telah dimuati di stasiun sendiri dan sudah
siap dikirim.
b) Semua gerbong yang sedang dimuati dan telah diketahui
stasiun tujuannya dapat dilaporkan dalam lg sebagai "isi",
dengan menyebutkan singkatan nama stasiun tujuan untuk
tiap-tiap gerbong. Selanjutnya,
1. apabila peng1rim barang mengubah stasiun tujuan,
sedangkan gerbong yang digunakan tersebut telah

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-3
Pasal 20 PERATURAN DINAS BA

dilaporkan dalam lg sebagai "isi" untuk stasiun tertentu, hal


tersebut harus segera dilaporkan melalui warta dinas pada
JPOD yang bersangkutan;
2. apabila gerbong tersebut sebelumnya telah ditetapkan
dalam ppg untuk stasiun tertentu, stasiun tersebut perlu
diberi tahu melalui warta dinas agar tidak menunggu
kedatangan gerbong yang telah diajukan tersebut,
kemudian harus mengajukan permintaan gerbong pada Jg
berikutnya.
4) Untuk dimuati (udm), yaitu semua gerbong yang telah diserahkan
kepada pengirim barang untuk dimuati, tetapi belum dapat
dimuati, tidak perlu disebutkan stasiun tujuannya.
S) Dibutuhkan (db}, yaitu gerbong yang dibutuhkan pada esok
harinya. Selain jumlah dan jenis gerbong juga ditulis komoditi yang
akan diangkut, dengan ketentuan sebagai berikut.
a) Apabila jumlah gerbong yang ditetapkan dalam ppg ternyata
kurang dari jumlah yang dibutuhkan dalam lg hari kemarin,
kekurangan kebutuhan tersebut harus diulangi dalam lg
berikutnya dengan keterangan "kem" (kemarin) di belakangnya
(db kem).
b) Gerbong untuk keperluan dinas prasarana, sarana, dan
persediaan hanya boleh diminta dalam Jg dengan persetujuan
JPOD yang bersangkutan, dan dalam keadaan tertentu,
misalnya, kecelakaan, permintaan tersebut dapat diajukan
melalui warta dinas.
c) Gerbong cadangan hanya boleh diminta untuk keperluan dinas
dengan izin JPOD, dan harus disebutkan tersendiri.
6) Dalam perjalanan kosong (dpk}, yaitu:
a) semua gerbong kosong yang berasal dari stasiun lain yang akan
diteruskan ke stasiun tujuan pada saat lg dikirimkan masih
berada di emplasemen;
b) semua gerbong kosong dari stasiun sendiri yang menurut ppg
harus dikirim ke stasiun lain, tetapi pada saat lg dikirim,
gerbong yang bersangkutan belum dapat dikirim;
c) jika gerbong sebagaimana pada butir a) dan b) karena sesuatu
hal belum dapat dikirim juga esok harinya pada saat lg dikirim,
gerbong tersebut dimasukkan dalam lg berikutnya, dengan
tambahan catatan "kem", serta disebutkan nama stasiun
tujuan untuk setiap gerbong.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-4
PERATURAN DINAS BA Pasal 20

7) Dalam perjalanan isi (dpi), yaitu :


a) Semua gerbong isi yang berasal dari stasiun lain yang akan
diteruskan ke stasiun tujuan pada saat lg dikirimkan masih
berada di emplasemen.
b) Semua gerbong isi dari stasiun sendiri yang telah dimasukkan
dalam lg.
c) Jika gerbong sebagaimana pada butir a) dan b) karena sesuatu
hal belum dapat dikirim juga esok harinya pada saat lg dikirim,
gerbong tersebut dimasukkan dalam Jg berikutnya, dengan
tambahan catatan "kem", serta disebutkan nama stasiun
tujuan untuk setiap gerbong.
8) Rusak (rsk), yaitu gerbong yang ditandai dengan bentuk tempelan
pada gerbong oleh Pug/Puk, yaitu :
a) bentuk T.142 untuk gerbong yang tidak boleh dimuati,
b) bentuk T.143 untuk gerbong yang tidak boleh jalan.
9) Tanpa atau kekurangan alat perangkai (tap), yaitu gerbong yang
tidak boleh dirangkaikan dalam kereta api karena kekurangan
salah satu atau beberapa bagian alat perangkai, misalnya klauw
dan rantai pengaman.
10) Dipergunakan (dip), yaitu gerbong yang telah selesai dimuati dan
telah dibukukan dalam "daftar bulanan analisis kirim" (buku no.
380) dan "daftar bulanan kiriman dinas" (buku no. 453) sesudah
pukul 17.00 hari kemarin sampai pukul 17.00 pada hari pembuatan
lg.
11) Belum diterima (btr), yaitu gerbong yang telah ditentukan dalam
ppg, tetapi pada hari kedua setelah diterima ppg belum juga
diterima kiriman gerbong.
12) Sisa ppg, yaitu apabila suatu stasiun mendapat ppg untuk kirim
gerbong ke stasiun lain, tetapi pada saat pembuatan lg belum
dapat mengirim sesuai dengan ppg karena sesuatu hal, misalnya,
belum selesai bongkar.
(5) Permintaan dan pemberian gerbong, diatur sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut.
a. Gerbong untuk mengirim barang yang dimuat sendiri oleh pengirim
harus diajukan permintaan kepada kepala stasiun dengan bentuk no.
392.
b. Untuk memenuhi permintaan gerbong dari pengirim barang, kepala
stasiun harus memasukkan permintaan gerbong dalam lg dan tidak
diperbolehkan menetapkan sendiri walaupun di stasiunnya terdapat

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-5
Pasal 21 PERATURAN DINAS 8A

gerbong jenis yang sama dalam keadaan kosong dan tidak


dipergunakan.
c. Semua permintaan gerbong harus dicatat dalam "buku pengawasan"
dan diberi nomor urut setiap bulan dimulai dari no. 1 (untuk setiap
gerbong yang diserahkan kepada pengirim untuk dimuati).
d. Setiap gerbong yang diminta oleh pengirim barang dapat dipenuhi,
pengirim barang harus diberi tahu dengan bentuk No. 393 sesuai
dengan gerbong yang diterima dan dalam bentuk tersebut harus
ditetapkan waktu selesainya pemuatan.
e. Gerbong yang selesai dibongkar muatannya harus dibersihkan kembali
karena gerbong yang diserahkan kepada pengirim harus dalam
keadaan bersih.

Bagian Ketiga
Perintah Pembagian Gerbong
Pasal 21
(1) Berdasarkan lg yang diterima, pusat pengendalian gerbong mengatur
pembagian gerbong kosong dengan membuat perintah pembagian
gerbong (ppg), guna memenuhi permintaan stasiun pengumpul dan
stasiun-stasiun yang membutuhkan.
(2) Pembagian gerbong kosong harus berdasarkan atas kebutuhan
penggunaannya dengan urutan sebagai berikut.
a. Kebutuhan untuk memenuhi keperluan ppg
b. Kebutuhan untuk pengiriman barang cepat
c. Kebutuhan untuk pengiriman barang biasa
(3) Semua kepala stasiun menerima warta dinas tentang pembagian gerbong
untuk tiap-tiap stasiunnya dalam ppg sesuai dengan kelompok "kir"
(kirim), "tri" (terima), dan apabila gerbong yang diminta tidak tersedia,
dalam ppg tertulis dengan "ttsd" (tidak tersedia).
(4) Pemberian gerbong tergantung pada adanya gerbong yang ditetapkan
dalam ppg dengan memperhatikan nomor urut pada bentuk permintaan.
(5) Karena ppg pada prinsipnya harus dipenuhi dan diutamakan
pengirimannya,
a. tiap stasiun harus memastikan kedatangan gerbong yang telah
ditetapkan dalam ppg.
b. Apabila sampai pukul 07.00 esok harinya ppg belum dipenuhi dan
pengiriman secara cepat tidak mungkin dilakukan karena gerbong yang
akan dikirim belum datang/belum dibongkar, kepala stasiun yang
EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 21

bersangkutan harus segera mencari penyebab keterlambatan


pengiriman tersebut, serta harus berusaha untuk mengatasinya.
c. Apabila gerbong yang harus dikirim menurut ppg, tidak dapat dikirim
karena rusak, harus dilaporkan melalui warta dinas kepada JPOD,
untuk diteruskan ke pusat pengendalian gerbong agar segera dapat
diatur penggantinya dari tempat lain.
d. Apabila karena banyaknya gerbong yang datang sehingga emplasemen
stasiun kemungkinan tidak dapat menampung, kepala stasiun yang
bersangkutan harus memberitahukan hal tersebut kepada JPOD
melalui warta dinas.
e. Apabila di emplasemen stasiun tidak mencukupi sehingga sebagian
gerbong yang akan di tempatkan di stasiun tersebut dari rangkaian
kereta api yang datang tidak dapat ditempatkan seluruhnya, kepala
stasiun/Ppka harus melakukan tindakan sebagai berikut.
1) Berkoordinasi dengan kepala stasiun/Ppka stasiun sebelumnya
untuk melepas sebagian gerbong dari rangkaian kereta api
(terutama gerbong kosong), untuk ditempatkan sementara di
stasiun sebelumnya.
2) Apabila keadaan tersebut baru diketahui saat kereta api datang di
stasiunnya.
a) Berusaha melepas gerbong (terutama yang isi) untuk stasiun
sendiri;
b) Memerintahkan masinis untuk meneruskan sebagian gerbong
dari rangkaian kereta api ke stasiun berikutnya yang masih
mempunyai tempat untuk menyimpan sementara yang
seharusnya untuk stasiunnya.
(6) Penjelasan pada lg/ppg.
a. Dalam Laporan "Db" dan "Db kem" harus disebutkan jumlah dan jenis
gerbong, nama barang, dan stasiun tujuan yang dikehendaki, contoh:
1) Tanggal 1-3-2009:
Kemiri membutuhkan 10 YY untuk balas dengan tujuan Gundih
yang akan dimuati tanggal 2-3-2009
Gundih ada bongkaran 5 YY
Lg Kemiri berbunyi: db 10 yy bolas g d
Lg Gundih berbunyi: adb 5 yy
Gundih karena belum dapat memenuhi ppg yang disebabkan oleh
belum selesai bongkar maka lg gd berbunyi:
adb 5 yy (dpk kmr)

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-7
Pasal 21 PERATURAN DINAS BA

2) Tanggal 7-7-2010:
Rewulu membutuhkan 10 KK untuk BBM dengan tujuan
Madiun yang akan dimuati tanggal 8-7-2010
Madiun ada bongkaran 5 KK
Lg Rewulu berbunyi: db 1 0 kk bbm mn
Lg Madiun berbunyi: adb 5 kk
Pada pengunjukkan ppg tanggal 7-7-2010
Ppg Rewulu berbunyi sebagai berikut. tri 5 kk mn
Ppg Madiun berbunyi sebagai berikut. kir 5 kk rwl dari adb
Apabila tanggal 8-7-2010 Rewulu tahap pengisian 5 KK,
Lg Rewulu sebagai berikut.
db kem 5 kk bbm mn
udm 5 kk bbm mn
(Db kem ialah db kemarin dan sebelumnya yang belum ada
ppg-nya)
b. Gerbong-gerbong yang dilaporkan dalam isi dan/atau dpi harus diikuti
keterangan singkat nama stasiun tujuan.
c. Gerbong-gerbong dpk harus disebut stasiun asal dan tujuan.
Gerbong-gerbong PA/PB dalam perjalanan kosong harus diberi
keterangan pa/pb di belakang stasiun tujuan.
Contoh : di stasiun Pekalongan ada 3 GG dalam perjalanan kosong
dari Brebes menuju Sgu untuk PA/PB.
Lg Pk: dpk 3 gg bb/sg u (pa/pb)
d. Gerbong-gerbong yang dilaporkan dalam "dip" harus diikuti nama
komoditi dan singkatan stasiun tujuannya.
Misalnya : /g stasiun lpn berbunyi :
dip 4 pp rel kta
e. Mengingat pentingnya "dip" untuk bahan penilaian efisiensi, yaitu
untuk menghitung waktu peredaran gerbong (WPG) maka harus
diusahakan agar tidak ada gerbong yang seharusnya dilaporkan
sebagai "dip" sampai tidak terlapor.
f. Tentang gerbong-gerbong KK, PP, dan ZZ:
1) Untuk gerbong-gerbong ini perlu dilaporkan dalam "db" dan
ditetapkan dalam ppg.
2) Dalam istilah-istilah lg lainnya harus selalu disebutkan kecuali "dip"
untuk KK dinas.
3) Di belakang gerbong-gerbong KK, PP, dan ZZ harus diberi
keterangan badan usaha atau instansi yang memiliki atau
pengguna, misalnya: KK Pertamina, KK Dinas, dan ZZ Dinas.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-8
PERATURAN DINAS BA Pasal21

g. Untuk semua gerbong harus dilaporkan sesuai istilah dalam lg


sebagaimana dalam pasal 20 ayat (4) huruf d.
h. Gerbong umum yang dipakai dinas harus disebutkan jenis gerbong,
nama dinas yang bersangkutan, nama barang, dan stasiun tujuan.
Misalnya: di stasiun Kiaracondong terdapat 1 PP yang dimuati (isi)
jembatan tujuan Yogyakarta, lg Kiaracondong berbunyi:
"isi 1 pp resort jembatan yk".
(7) Jurusan Pengiriman Lg/Ppg
a. Lg dari stasiun-stasiun pengumpul dikirim pada pukul 17.00.
Ke JPOD untuk selanjutnya diteruskan ke pusat pengendalian gerbong
sesuai dengan jalur pengiriman dari stasiun-stasiun yang diatur oleh
tiap-tiap JPOD.
b. Ppg dari pusat pengendalian gerbong dikirim pada hari itu juga ke
JPOD untuk kemudian diteruskan ke stasiun-stasiun pengumpul.
Selanjutnya, diteruskan ke stasiun-stasiun dalam wilayahnya pada
kesempatan pertama.
(8) Untuk pengiriman lg/ppg atau warta dinas yang ada hubungannya dengan
urusan gerbong dapat digunakan semua alat telekomunikasi yang terdapat
di stasiun-stasiun, kantor daerah, dan pusat pengendalian gerbong.
(9) Pengawasan lg/ppg
a. Pengawasan lg/ppg di tingkat pusat.
1) JOP/JPO R harus meneliti peredaran gerbong dan menjaga
keseimbangan jumlah gerbong untuk tiap-tiap stasiun pengumpul
dalam mengatur ppg, dan setiap hari memperagakan lg/ppg di
pusat pengendalian gerbong, serta sekali seminggu menyiapkan
laporan evaluasi langsung kepada Direksi.
2) Memeriksa kebenaran lg dan menegur apabila terdapat lg yang
kurang/tidak benar.
3) Mengawasi pelaksanaan ppg dan peredaran gerbong kosong/isi.
4) Segera mengambil tindakan penyelesaian apabila terdapat suatu
hambatan atau penyimpangan.
b. Pengawasan di tingkat daerah.
1) JPOD harus selalu meneliti peredaran gerbong dan menjaga
keseimbangan jumlah gerbong untuk tiap-tiap stasiun pengumpul
dalam mengatur ppg dan setiap hari memperagakan lg/ppg di
pusat pengendalian gerbong di kantor daerah serta sekali
seminggu menyiapkan laporan evaluasi langsung kepada Pimpinan
Daerah.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-9
Pasal21 PERATURAN DINAS BA

2) JPOD harus memeriksa kebenaran lg dan menegur apabila


terdapat lg yang kurang/tidak benar.
3) JPOD harus mengawasi pelaksanaan ppg dan jalannya gerbong­
gerbong kosong/isi.
4) JPOD harus segera mengambil tindakan penyelesaian apabila
terdapat suatu hambatan atau penyimpangan.
5) lnspektor operasi harus memeriksa buku urusan material secara
rutin dan membubuhi paraf disertai tanggal:
a) Untuk stasiun besar dan kelas I paling sedikit sebulan sekali.
b) Untuk stasiun kelas II dan kelas Ill paling sedikit 2 bulan sekali.
6) Apabila ada keraguan/kekeliruan dalam ppg segera menanyakan
ke pusat pengendalian gerbong, dan bila tidak berhasil
menghubungi, dapat melalui JOP untuk dapat mengambil tindakan
seperlunya.
7) JPOD harus berusaha agar ppg dapat dilakukan dengan segera
tepat pada waktunya, dan harus memeriksa urusan material secara
rutin.
8) Tiap bulan para JPOD melaporkan langsung kepada Pimpinan
Daerah dan tembusan kepada JOP.
c. Pengawasan oleh kepala stasiun
Apabila pekerjaan urusan material tidak dikerjakan oleh kepala stasiun
sendiri, kepala stasiun diwajibkan:
1) memeriksa buku material serta pelaksanaan ppg tiap hari dan
paling sedikit 1 minggu sekali memeriksa lg,
2) khusus stasiun besar dan kelas I pemeriksaan dapat ditugaskan
kepada wakilnya, tetapi kepala stasiun sendiri harus memeriksa
paling sedikit sebulan dua kali, dan harus membubuhkan paraf
disertai tanggal.
d. Salinan lg/ppg
1) salinan lg/ppg untuk Pimpinan Daerah
untuk pengawasan di kantor-kantor daerah, setiap kantor
pelayanan telekomunikasi daerah harus mengirimkan salinan
lg/ppg kepada Pimpinan Daerah yang bersangkutan setiap pagi,
kemudian Pimpinan Daerah menetapkan cara pengiriman salinan
lg/ppg tersebut untuk tiap-tiap stasiun di wilayahnya.
2) Salinan lg untuk pusat pengendalian gerbong.
Untuk pengawasan di pusat pengendalian gerbong, lg harus
diterima oleh JOP dengan baik dan lengkap. Apabila diterima tidak

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-10
PERATURAN DINAS 8A Pasal22

lengkap/cacat, kantor pelayanan telekomunikasi daerah agar


mengirim ulang salinan lg tersebut.
{10) Kepala stasiun dilarang:
a. memuati/mengirim gerbong ke stasiun lain tanpa izin/ppg baik dari
stasiunnya sendiri maupun dari melepas gerbong dpk, kecuali jika
gerbong kosong tersebut sangat dibutuhkan oleh stasiun lain, dan
pengiriman tersebut harus diberitahukan melalui surat kepada
Pimpinan Daerah.
b. menahan gerbong-gerbong dpi/dpk tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.

Bagian Keempat
Gerbong yang Dibutuhkan oleh Dinas
Pasal 22
(1) Apabila suatu dinas, selain gerbong yang telah diserahkan, masih juga
membutuhkan tambahan gerbong, dinas yang bersangkutan harus
mengirimkan permintaan gerbong secara tertulis (rangkap dua) kepada
JPOD dengan menyebutkan:
a. jumlah dan jenis gerbong yang diperlukan;
b. lamanya waktu pemakaian gerbong; dan
c. jenis barang yang akan diangkut; dan
d. stasiun tujuan,
Selanjutnya, apabila JPOD menyetujui, satu lembar tembusan surat
permintaan dikirim kepada kepala stasiun yang bersangkutan.
(2) Kepala stasiun apabila menerima permintaan gerbong dari suatu dinas
maka dalam lg harus dijelaskan: jumlah dan jenis gerbong, jenis barang
yang diangkut, dan stasiun tujuan.
Conteh:
a. Kepala unit pelaksana teknis perawatan jalan rel di Kutoarjo
membutuhkan 1 YY untuk angkutan bantalan dinas tujuan Kroya maka
yang bersangkutan mengajukan permintaan gerbong secara tertulis
(bentuk no. 392) melalui kepala stasiun Kutoarjo.
b. Kepala Stasiun Kutoarjo segera meneruskan permintaan tersebut
kepada JPOD Purwokerto.
c. Apabila JPOD Purwokerto menyetujui permintaan tersebut,
permintaan gerbong (bentuk no. 392) dikirim kembali kepada kepala
stasiun Kutoarjo untuk dilaporkan dalam lg sebagai berikut.
db 1 yy bantalan dinas kya.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-11
Pasal23 PERATURAN DINAS 8A

d. Oleh karena itu, ppg dari pusat pengendalian gerbong sebagai berikut.
kta tri 1 yy (asal gerbong dikirim)
..........

(3) Dalam keadaan darurat (kecelakaan), kepala stasiun diperbolehkan segera


memberi gerbong yang dibutuhkan oleh dinas lain atau meminta kepada
stasiun lain untuk segera mengirim gerbong ke stasiun yang
membutuhkan, kemudian kepala stasiun yang bersangkutan harus
melaporkan hal tersebut kepada Pimpinan Daerah.

Bagian Kelima
Buku Laporan Gerbong dan Perintah Pembagian Gerbong
Pasal 23
(1) Seluruh stasiun harus mempunyai buku lg dan ppg (buku no. 77).
(2) Dalam buku sebagaimana pada ayat (1) dapat diketahui gerbong yang
belum dikirim atau belum diterima menurut ppg pada hari sebelumnya.
(3) Setiap hari kepala stasiun harus memeriksa buku sebagaimana pada ayat
(2), apakah lg tersusun dengan baik dan benar, sedangkan untuk stasiun
besar maupun untuk stasiun kelas I pemeriksaan tersebut dapat
diserahkan kepada petugas lain. Akan tetapi, kepala stasiun diharuskan
memeriksa paling sedikit dua kali sebulan.
(4) Pemeriksaan mengenai penyelesaian ppg harus dilakukan sendiri oleh
kepala stasiun.

Bagian Keenam
Daftar Rencana Perawatan
Pasal 24
(1) Siklus perawatan gerbong di balai yasa ditetapkan setiap kilometer
tempuh mencapai 700.000 km atau jangka waktu 6 tahun. Dalam
pelaksanaannya mana yang terlebih dahulu dicapai atau berdasar pada
keputusan Direksi tersendiri.
(2) Setiap bulan JPTD mengeluarkan "Daftar Rencana Perawatan"
berdasarkan siklus perawatan sebagaimana ayat (1) dan kesiapan balai
yasa.
(3) Seluruh gerbong yang telah masuk dalam daftar rencana perawatan yang
terdapat di suatu dipo gerbong harus segera dikirim ke balai yasa yang
ditentukan.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-12
PERATURAN DINAS 8A Pasal25

(4) Untuk gerbong yang telah masuk daftar rencana perawatan harus dikirim
dalam keadaan kosong ke stasiun tujuan yang sesuai dengan tempat
kedudukan balai yasa yang sudah ditentukan.
(S) Sebelum jatuh tempo pengiriman ke balai yasa untuk perawatan, gerbong
yang digunakan untuk sementara waktu oleh dinas, harus segera
diupayakan gerbong pengganti.
(6) Gerbong yang sudah mendekati siklus perawatan di balai yasa, tetapi
masih dipergunakan untuk angkutan, Kdg/Kdk yang bersangkutan segera
memanggil dengan warta dinas.
(7) Gerbong tangki BBM sebelum dikirim ke balai yasa untuk perbaikan PA/PB
harus bebas gas.
(8) Setelah gerbong dikirim ke balai yasa, nomor gerbong tersebut pada
daftar rencana perawatan harus dicoret.

Bagian Ketujuh
Buku Material
Pasal 25
(1) Guna memudahkan pendataan kereta/gerbong di emplasemen,
pemeriksaan pembuatan lg dan juga untuk mengetahui efisiensi
penggunaan kereta/gerbong, setiap stasiun harus mempunyai buku
material untuk mencatat semua kereta/gerbong yang ada di emplasemen
baik yang diterima maupun yang dikirim.
(2) Buku material sebagaimana pada ayat (1), terdiri dari:
a. Buku material A, berisi catatan tentang:
1) Kereta penumpang dan kereta bagasi
2) Gerbong rusak, afkir, dan yang dirucat.
3) Gerbong yang akan masuk balai yasa untuk PA/PB.
4) Gerbong yang digunakan oleh dinas secara terus-menerus
berdasarkan ketentuan atau keputusan pusat pengendalian
gerbong, misalnya, gerbong yang digunakan untuk menyimpan
barang inventaris suatu dinas, dan gerbong penolong.
S) Gerbong milik badan usaha lain atau gerbong yang memerlukan
pengawasan ketat harus dilaporkan dalam lg, misalnya:
a) gerbong tangki untuk angkutan BBM Pertamina dan dinas;
b) gerbong untuk angkutan semen Gresik dan Holcim;
b. Buku material B, hanya digunakan di stasiun-stasiun tertentu, yaitu
stasiun-stasiun tempat kedudukan gerbong-gerbong milik badan usaha

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-13
Pasal25 PERATURAN DINAS BA

lain sebagaimana pada huruf a butir 5), sedangkan stasiun lainnya


(yang bukan tempat kedudukan gerbong tersebut) mencatat gerbong­
gerbong tersebut dalam buku material A.
c. Buku material C, berisi catatan tentang:
1) Gerbong terusan, baik dalam keadaan isi maupun kosong,
termasuk gerbong yang untuk sementara waktu digunakan oleh
dinas, misalnya, gerbong PP untuk mengangkut bantalan dinas dan
gerbong VY untuk mengangkut pasir dinas jalan rel dan jembatan.
2) Gerbong terusan, yang terdapat dalam rangkaian suatu kereta api
yang menurut ketentuan perjalanan lewat di stasiun yang
bersangkutan pada pukul 16.00, pencatatan kereta api tersebut
ditetapkan oleh Pimpinan Daerah.
d. Buku material D, berisi catatan tentang :
1) gerbong untuk stasiun sendiri (yang tidak termasuk dalam buku
material A), baik dalam keadaan isi maupun dalam keadaan
kosong;
2) gerbong cadangan.
(3) Buku material ditutup setiap hari, kecuali di stasiun kelas II dan Ill
penutupan dapat dikerjakan 5 hari atau 10 hari sekali menurut penetapan
JPOD.
(4) Catatan dalam buku material digunakan sebagai dasar pembuatan laporan
gerbong (lg) dan laporan kereta (/k).
(5) Setiap hari kepala stasiun harus memeriksa kesesuaian pencatatan
gerbong dalam buku material dengan pungutan gerbong yang ada di
emplasemen, termasuk surat permintaan gerbong yang tercatat dalam
buku permintaan gerbong sebagai dasar pembuatan lg, sedangkan pada
stasiun besar dan stasiun kelas I pekerjaan tersebut dapat dilimpahkan
kepada seorang petugas stasiun yang ditunjuk.
(6) Jika terdapat gerbong yang harus dikirim ke balai yasa sesuai dengan
"tanggal rencana perawatan ke balai yasa", dan telah diberi bentuk
tempelan (G.208) pada setiap gerbong, pada buku material dalam kolom
"keterangan" dicantumkan:
a. Jika gerbong tersebut harus dikirim langsung ke balai yasa:
"Dikirim ke balai yasa ........................................ untuk perawatan"
b. Jika gerbong tersebut dikirim ke salah satu stasiun tujuan yang sesuai
dengan jurusan tempat kedudukan balai yasa yang sudah ditentukan:
"Dikirim ke stasiun......... supaya diteruskan ke balai yasa..........
untuk perawatan"

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-14
PERATURAN DINAS 8A Pasal26

c. Jika gerbong tersebut datang dan sudah dipasang tempelan oleh


stasiun lain:
''Terima dari stasiun................... sudah dipasang tempelan dan
dikirim terus ke balai yasa ................untuk perawatan"
d. Jika ternyata gerbong tersebut belum lama keluar dari balai yasa:
"pemeriksaan terakhir menurut kolom jadwal pelaksanaan
perawatan gerbong ....................... (nama balai yasa dan tanggal)"

Bagian Kedelapan
Meminta dan Memberi Ruang dalam Kereta Api
Pasal 26
(1) Guna menjamin kelancaran perjalanan gerbong angkutan barang dan
sesuai dengan rencana pengoperasiannya, JPOD menetapkan stasiun yang
harus mengatur penyediaan ruang dalam kereta api yang berangkat dari
stasiun pemberangkatan untuk memenuhi kebutuhan ruang yang diminta
oleh beberapa stasiun. Jika perlu, kepala stasiun dapat menjalankan
kereta api fakultatif atau kereta api luar biasa.
(2) Agar stasiun sebagaimana pada ayat (1) dapat melaksanakan
kewajibannya, stasiun yang akan mengirim gerbong, baik isi maupun
kosong, harus meminta ruang kepada stasiun yang akan memberi ruang
melalui warta dinas.
(3) Gerbong yang akan dikirim harus dijelaskan segala sesuatunya melalui
warta dinas, antara lain, jumlah gerbong dan berat gerbong dalam ton
agar stasiun yang menyediakan ruang dalam kereta api dapat mengatur
pemberian ruang tersebut dengan baik.
(4) Apabila stasiun tujuan gerbong tidak berada di lintas yang dilalui kereta
api yang menyediakan ruang, ditetapkan stasiun tujuan sementara sebagai
stasiun penghubung yang berkewajiban melepas gerbong yang diminta.
Selanjutnya, stasiun tujuan sementara mengirim gerbong yang dimaksud
dengan kereta api sesuai tujuan gerbong.
(S) Untuk mencegah pemberian ruang dua kali atas satu permintaan ruang
dalam suatu rangkaian kereta api maka warta dinas permintaan pertama
tidak boleh diperlakukan sebagai warta dinas permintaan baru.
(6) Untuk mengirim gerbong yang telah ditentukan pengirimannya atau telah
diperintahkan kepada kepala stasiun pemberi ruang dalam kereta api
maka tidak boleh meminta ruang lagi.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-15
Pasal27 PERATURAN DINAS 8A

(7) Permintaan ruang harus segera dijawab melalui warta dinas dan
disebutkan pada kereta api mana ruang tersebut disiapkan dan sebelum
memberi ruang harus diperhatikan kemungkinan:
a. langsiran di stasiun yang meminta ruang,
b. memberhentikan luar biasa kereta api yang menurut peraturan
perjalanan tidak berhenti di suatu stasiun untuk melepas atau
menambah gerbong.
(8) Di stasiun, sebagaimana pada ayat (1), harus ada buku pemberian ruang
untuk mencatat permintaan dan pemberian ruang dan nomor warta dinas
yang bersangkutan.
(9) Ruang yang disediakan sebagaimana pada ayat (8) harus dicatat dalam
Lapka dan Lkdr dengan menyebutkan nama stasiun yang diberi ruang,
kondektur harus memastikan bahwa ruang tersebut tidak dipergunakan
oleh stasiun lain.
(10) Jika kepala stasiun sebagaimana pada ayat (1), berdasar atas peraturan
perjalanan dan daya tarik lokomotif tidak dapat memenuhi semua
permintaan ruang, yang bersangkutan harus mengajukan permintaan
kepada JPOD untuk menjalankan kereta api dengan lokomotif ganda atau
kereta api luar biasa.
(11) JPOD berusaha agar dapat mengetahui banyaknya sisa muatan di suatu
stasiun yang harus dikirim ke stasiun tujuan, dan berdasarkan warta dinas
tentang sisa muatan dari stasiun yang bersangkutan, JPOD dapat
mengambil tindakan untuk mengatur dan mempercepat pengiriman sisa
muatan ke stasiun tujuan.

Bagian Kesembilan
Mengirim dan Menahan Gerbong
Pasal 27
(1) Setiap berlakunya Gapeka baru, JO R membuat "Ketentuan Pengangkutan"
tentang susunan kereta api barang, serta menentukan stasiun yang
diizinkan menambah gerbong atau yang akan menerima gerbong dari
kereta api tersebut, dan dalam peraturan tersebut diatur juga
pengangkutan khusus, misalnya, angkutan BBM dan pasir kuarsa.
(2) Gerbong kosong yang dikirim harus disertai surat pengantar (bentuk 79),
dan surat pengantar tersebut disimpan di stasiun tujuan selama satu
tahun dan kemudian dimusnahkan.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-16
PERATURAN DINAS 8A Pasal28

(3) Jika gerbong milik suatu badan usaha lain baik isi maupun kosong, karena
rusak atau karena hal lain, harus ditahan di salah satu stasiun, kepala
stasiun harus segera melaporkannya melalui warta dinas kepada:
a. Pimpinan Daerah;
b. Kepala stasiun tempat kedudukan gerbong maupun stasiun tujuan
muatan;
c. Kepala stasiun penghubung tempat balai yasa (jika perlu) apabila atas
permintaan Kdg harus dikirim ke balai yasa.
(4) Gerbong yang memakai tanda tempat kedudukan gerbong, tanpa
menunggu instruksi, harus dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan
gerbong, kecuali ditetapkan lain dalam ppg.

Bagian Kesepuluh
Mengisi Gerbong dengan Muatan
Pasal 28
(1) Mengisi gerbong dengan muatan harus memperhatikan berat muat dan
kuat muat yang tertera pada gerbong maka gerbong yang telah dimuati
harus dilakukan penimbangan terlebih dahulu sebelum dikunci dan
disegel.
(2) Berat muat dan kuat muat sebagaimana pada ayat (1) adalah sebagai
berikut.
a. Berat muat adalah berat muatan yang boleh dimuat dalam gerbong
sebagaimana tercantum pada nomor gerbong, untuk:
1) gerbong bergandar empat, misalnya 30 ton atau 40 ton;
2) gerbong bergandar enam, yaitu 45 ton.
b. Kuat muat adalah berat muatan maksimum yang boleh dimuat dalam
gerbong sebagaimana tertulis pada rangka dasar gerbong atau berat
muat ditambah 5%, untuk:
1) gerbong bergandar empat, misalnya 31, 5 ton atau 42 ton;
2) gerbong bergandar enam, yaitu 47,25 ton.
(3) Pada waktu memuat harus memperhatikan ketentuan sebagai berikut.
a. Muatan harus tersusun rapi dan rapat sehingga tidak dapat bergerak.
b. Perbedaan beban muatan antar-bogie tidak lebih dari 2 ton.
(4) Muatan diusahakan terbagi secara merata agar beban pada pegas gerbong
sama yang dapat dilihat pada tinggi pegas spiral.
(5) Pemuatan pada gerbong terbuka (GB) harus memperhatikan sifat barang
yang dimuat, barang yang mudah menyerap air pada waktu hujan

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-17
Pasal29 PERATURAN DINAS 8A

sehingga dapat menambah berat (misalnya, pasir, pasir kuarsa, dan


batubara), berat muatan harus dikurangi di bawah berat muat
sesungguhnya atau sesuai dengan garis duga pada gerbong, kecuali jika
muatan ditutup dengan kain terpal atau sejenis yang kedap terhadap air.
(6) Garis duga sebagaimana pada ayat (S) adalah garis batas muatan
maksimum yang boleh dimuat dan telah memperhitungkan muatan dalam
keadaan basah agar tidak melampaui berat muat.

Bagian Kesebelas
Memuat Barang pada Gerbong Datar
Pasal 29
(1) Memuat barang pada gerbong datar, harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut.
a. Barang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berat muatan
seimbang antara kanan, kiri, depan, dan belakang.
b. Barang harus diganjal dengan balok pengganjal dan diikat dengan baik
sehingga tidak dapat bergerak ke kiri, ke kanan, ke depan, dan ke
belakang.
c. Pengikatan dan pengganjalan harus tidak menyebabkan kerusakan
pada barang.
(2) Balok pengganjal yang dipergunakan untuk mengganjal muatan yang
diletakkan pada lantai gerbong datar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Bahan pengganjal harus utuh, kuat, dan terbuat dari jenis kayu keras.
b. Balok pengganjal harus cukup besar, dan lebar dasar pengganjal
minimum harus sama dengan tebalnya.
c. Balok pengganjal harus sesuai dengan bentuk barang yang akan
diganjal dan bagian dasar dari pengganjal harus rata.
d. Balok pengganjal harus diberi besi siku ukuran 80 x 80 x 8 mm,
sedangkan panjangnya disesuaikan dengan balok pengganjal, yang
diikat dengan kawat seng.
(3) Mengikat muatan pada gerbong datar harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut.
a. Kawat pengikat harus tegang dan diikat kuat pada rangka dasar
gerbong, tidak boleh diikat pada tiang penahan (rang), karena tiang
penahan tidak dapat dipergunakan sebagai pegangan kawat pengikat.
b. Pengikat harus berfungsi sebagai penahan dan penekan muatan pada
lantai gerbong dengan mempergunakan:

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-18
PERATURAN DINAS 8A Pasal30

1) kawat seng berdiameter minimum 4 mm dengan pengikatan


muatan pada bagian gerbong harus dilakukan secara baik dan
kawat pengikat harus membentuk sudut maksimal 45 derajat
terhadap lantai gerbong, untuk muatan dengan diameter
maksimal 1 meter.
2) rantai besi minimum berdiameter 10 mm dengan menggunakan
drat spanner dan anting-anting dipasang pada rangka dasar
(tempat kedudukan), untuk muatan dengan diameter lebih besar
dari 1 meter, tetapi lebih kecil dari lebar lantai dasar gerbong yang
digunakan.

Bagian Kedua Belas


Memuat Barang Berupa Besi Profil, Pipa,
Kayu Panjang, dan Sejenisnya pada Gerbong Datar
Pasal 30
(1) Memuat barang berupa besi profil, pipa, kayu panjang, dan sejenisnya
pada gerbong datar harus memenuhi ketentuan sebagaimana dalam pasal
29.
(2) Batang besi kecil, lentur, dan panjang, baik terlepas maupun terikat harus
dimuat dengan cara sebagai berikut.
a. Diletakkan di atas balok pengganjal yang dipasang pada kedua ujung
lantai gerbong dengan jarak antara 0,5 sampai dengan 1 meter dari
ujung lantai gerbong, supaya barang panjang tersebut di bagian
tengah antara kedua balok pengganjal, melengkung dan menempel
pada lantai gerbong, sehingga tidak dapat tergelincir atau merosot.
b. Tebal balok pengganjal minimum 10 cm dan harus diikat kuat pada
rangka dasar gerbong dengan kawat seng diameter minimum 4 mm.
(3) Batang besi atau besi profil yang panjang dan lentur atau pipa panjang
dengan diameter kurang lebih 50 mm dimuat dengan cara sebagai
berikut.
a. Diletakkan di atas balok pengganjal yang dipasang pada kedua ujung
muatan dan harus dirapatkan dengan tiang penahan (rong) paling
ujung.
b. Bagian muatan yang berada di luar balok pengganjal harus diikat kuat
dengan kawat seng agar muatan yang diletakan di atas balok
pengganjal pada waktu melewati jalan turun tidak merosot.
c. Tebal balok pengganjal minimum 10 cm.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-19
Pasal30 PERATURAN DINAS BA

d. Kedua ujung balok pengganjal harus diikat dengan kuat pada rangka
dasar gerbong agar balok pengganjal tersebut tidak dapat bergerak.
e. Jika dikhawatirkan muatan tersebut akan melengkung di bagian
tengahnya, di bawah bagian yang mungkin melengkung tersebut harus
diganjal secukupnya.
(4) Memuat batang besi, besi profil, atau pipa besi dapat disusun, dan setiap
susunan harus diletakan di atas papan kayu lunak agar muatan tidak
mudah bergerak dan tergelincir.
(5) Memuat rel dengan panjang kurang dari panjang gerbong datar harus
dengan cara sebagai berikut.
a. Rel ditata berjajar membujur pada lantai gerbong pada balok
pengganjal dengan kepala rel di atas dan dapat dimuat berlapis selama
tidak melebihi berat muat gerbong.
b. Antara lapisan rel harus diberi papan dari kayu lunak agar setiap
lapisan rel tidak bersinggungan dan tergelincir.
c. Setiap lapisan rel harus diikat dengan kawat seng dan diikatkan pada
rangka dasar gerbong.
d. Muatan rel harus ditahan oleh paling sedikit 2 (dua) pasang tiang
penahan gerbong dan pada kedua ujung setiap lapisan rel harus diikat
dengan kawat diameter minimal 4 mm dan diikatkan ke rangka dasar
gerbong.
(6) Memuat balok, papan, dan kayu gelondongan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut
a. Muatan disusun di atas lantai gerbong di antara tiang penahan kanan
dan kiri serta harus diikat menjadi satu dengan tali atau kawat.
b. Pada waktu mengangkut kayu gelondongan, ujung tiang penahan
kanan dan kiri harus dirangkai dengan kawat agar tiang penahan kuat
menahan tekanan muatan.
(7) Memuat kayu pendek ukuran 2 sampai dengan 4 meter (misal, bantalan
rel), diusahakan dimuat dengan gerbong tertutup dan jika muatan kayu
tersebut akan diangkut dengan gerbong datar, maka
a. untuk muatan berukuran kurang lebih 2 meter:
1) muatan diletakkan membujur pada lantai gerbong dan pada sisi
kanan maupun kiri sedikitnya harus ditahan oleh 2 tiang penahan
gerbong, seperti terlihat pada gambar 3a, sedangkan meletakkan
muatan hanya pada 1 tiang penahan gerbong, seperti pada gambar
3b tidak dibenarkan;

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-20
PERATURAN DINAS BA Pasal30

2) pada setiap susunan harus terikat kuat ke rangka dasar gerbong


dengan memakai kawat seng;
3) balok pengganjal ujung dan balok pengganjal antarsusunan harus
terikat kuat ke rangka dasar gerbong.

Gambar 3a: Conteh penempatan muatan yang dibenarkan.

Gambar 3b: Conteh penempatan muatan yang tidak dibenarkan.


b. untuk muatan berukuran kurang lebih 4 meter:
1) ujung susunan muatan depan dan belakang harus diganjal dengan
balok tebal minimum 10 cm, sedangkan ujung susunan tengah
diletakkan di lantai gerbong sehingga kedua ujung susunan
tersebut lebih tinggi daripada susunan yang di tengah gerbong
(periksa gambar 4);
2) setiap balok pengganjal tersebut harus diletakkan pada jarak lebih
kurang 0,8 panjang muatan, dihitung dari tengah gerbong.
3) pada setiap ujung susunan harus terikat kuat ke rangka dasar
gerbong dengan memakai kawat seng;
4) balok pengganjal harus sedikit lebih panjang daripada lebar lantai
gerbong dan kedua ujungnya diikat dengan kawat pada rangka
dasar gerbong agar balok pengganjal tersebut tidak bergerak.

Gambar 4: Gerbong datar dengan muatan balok kayu

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-21
Pasal31 PERATURAN DINAS 8A

(8) Memuat kayu dengan ukuran berbeda pada gerbong datar hanya
diperbolehkan dengan cara sebagai berikut.
a. Harus memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (6) dan (7).
b. Kayu (balok, bulat, papan, dan sebagainya) yang terpanjang harus
dimuat terlebih dahulu di bawah sendiri (periksa gambar 5).

Gambar 5: Tata cara memuat balok kayu campuran


(9) Muatan pada gerbong datar tidak boleh melebihi tinggi tiang penahan
gerbong, kecuali jika muatan yang melewati tinggi tiang penahan dapat
diikat menjadi satu dengan muatan yang ada di antara tiang penahan
tersebut dan apabila muatan terdiri dari balok, papan, bambu, dan
sejenisnya, yang terlepas antara satu dan yang lainnya, balok, papan, dan
bambu yang terletak melampaui tinggi tiang penahan tidak boleh kurang
dari 4 meter panjangnya.

Bagian Ketiga Belas


Memuat Barang Melebihi Panjang Lantai Gerbong
Pasal 31
(1) Muatan yang panjangnya melebihi panjang lantai gerbong datar yang
tidak memerlukan gerbong pemisah, kelebihan panjang muatan dari ujung
lantai gerbong tidak boleh melebihi 250 mm agar alat perangkai tidak
terhalang/tertutup oleh muatan pada waktu akan melepas atau
merangkai gerbong tersebut (periksa gambar 6) dan cara pemuatannya
sebagai berikut.
a. Muatan harus diganjal dengan balok pengganjal tebal minimum 12 cm
dan diikat kuat pada rangka dasar gerbong sehingga tidak bergerak.
b. Semua tiang penahan pada gerbong tidak difungsikan.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-22
PERATURAN DINAS BA Pasal31

c<--=�---- Panjang-Muatan-Maksimum-12.BOOmm-------��___,,

i--".P
..--- anjang-Lantai-Gerbong-12.300-mm-------�..__.

Gambar 6: Conteh muatan melebihi panjang gerbong yang


tidak memerlukan gerbong pemisah
(2) Dua gerbong datar dengan muatan yang melampaui ujung lantai gerbong
sebagaimana pada ayat (1) boleh digandengkan secara berhadapan satu
dan lainnya.
(3) Memuat muatan yang panjangnya melebihi panjang gerbong datar,
dilakukan sebagai berikut.
a. Menggunakan sekamel dan
b. Menggunakan gerbong pemisah.
(4) Memuat muatan yang panjangnya melebihi panjang gerbong datar
dengan menggunakan sekamel sebagaimana pada ayat (3) huruf a,
dilakukan sebagai berikut.
a. Gerbong yang dibutuhkan untuk mengangkut muatan barang panjang
sebanyak 2 (dua) gerbong datar yang sejenis dan tiap-tiap gerbong
dilengkapi 1 (satu) buah sekamel.
b. Sekamel adalah tumpuan tambahan yang dapat berputar horizontal
pada porosnya dan dipasang pada gerbong datar sehingga muatan
barang panjang pada dua gerbong tidak mempengaruhi gerakan
gerbong pada saat melalui jalur lengkung.
c. Sekamel dipasang di tengah-tengah lantai setiap gerbong dan dudukan
sekamel terikat pada rangka dasar dengan menggunakan baut, serta
lebar efektif sekamel tidak lebih dari 1. 600 mm.
d. Di kedua ujung sekamel harus dipasang rang untuk mencegah
pergeseran muatan dan bagian atas kedua rang harus saling terikat
dengan seling atau rantai.
e. Barang yang dimuat harus terikat kuat menjadi satu bagian.
f. Jarak antara bagian muatan yang melendut dan lantai gerbong,
minimal 150 mm dan panjang ujung muatan dari sekamel minimal
1.000 mm.
g. Berat barang yang dimuat maksimal sama dengan berat muat 1 (satu)
gerbong dan diatur merata untuk setiap sekamel (periksa gambar 7).

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-23
Pasal31 PERATURAN DINAS BA

(S) Memuat muatan yang panjangnya melebihi panjang gerbong datar


dengan menggunakan gerbong pemisah sebagaimana pada ayat (3) huruf
b, dilakukan sebagai berikut.
a. Gerbong yang dibutuhkan untuk mengangkut:
1) 1 (satu) gerbong datar untuk memuat barang,
2) 2 (dua) gerbong datar sebagai gerbong pemisah.
b. Muatan harus diletakkan di atas balok pengganjal dan diikat kuat pada
rangka dasar gerbong sehingga tidak bergerak.
c. Muatan tidak diperbolehkan bersinggungan dengan lantai gerbong
pemisah dan jarak antara muatan dengan lantai gerbong pemisah
minimum 15 cm baik dalam keadaan statis maupun dinamis.
d. Lantai di bawah muatan pada gerbong pemisah harus bebas dan
bersih dari ganjal kayu dan lain-lain.
e. Agar muatan di atas gerbong pemisah pada waktu kereta api melewati
lengkungan tidak bersinggungan dengan tiang penahan, semua tiang
penahan pada gerbong pemisah harus dilepas.
f. Agar muatan tidak melampaui profil ruang muatan, sebagai contoh
untuk panjang muatan 25 meter pada lengkungan radius 300 meter,
lebar muatan tidak diperbolehkan melebihi 1, 6 meter (periksa gambar
8).
g. Apabila bagian muatan yang berada di atas gerbong pemisah akan
melengkung, tinggi pengganjal harus diatur dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana pada huruf b.
(6) Pug/Puk yang bersangkutan harus memastikan bahwa bagian-bagian
gerbong (pegas dan lain lain) dalam kondisi baik dan tidak membahayakan
perjalanan kereta api.
(7) Muatan panjang yang melebihi panjang gerbong datar dan memerlukan
gerbong pemisah harus diangkut dengan kereta api luar biasa dengan
kecepatan tidak melebihi 45 km/jam dan harus dikawal oleh petugas
Pug/Puk.
(8) Untuk memuat barang panjang yang lebih dari 20 meter harus seizin
Pimpinan Daerah.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-24
ll
fT1


c
�z
g
z
)>
([)

g;

fT1
0

)>
G"l
c
�c
Seling/Rantai
(j)
N
0

Balok Kayu
Ukuran Minimal 50 mm

-0
!ll
"'
!ll

�I
IJJ
.....
Gambar 7: Contoh muatan melebihi panjang gerbong dengan sekamel
"

�I
QJ
-- anjang muatan maksimum
..---P 25000 mm-------., Vl
QJ
l>J


......
I

i 1_
I I

i 150 mm
1 1
! -- 151- EM I-�-- ·· T
I

Gerbong Pemisah Gerbong Pemisah

�------�--
"'"""·" ------
' ··-i· -·- · � · -....
i

\_ -- -- --------- ------
-----�·-------
·
·- -·- -· -·
�· )
-·- -· ....

lebar muatan maksimum 1600 mm

fTI
,- -.:4- ---�--- -·-·-·-·
0
�\ii Papan
----''----
kayu
� -=--��. �---,
-----·�
c Papan pengganJal I \
�c
(/)
N
0

Baut pengikat

Besi siku

Keterangan : ll
Balok pengganjal rri
-·- - : Sumbu jalan rel ::u
Kawat pengikat 4x4 mm -·- : Sumbu lebar lantai gerbong �
c
· ::u
:t>
z
0
Gambar 8: Contoh muatan melebihi panjang gerbong dengan gerbong pemisah z

CXJ
)>
PERATURAN DINAS 8A Pasal32

Bagian Keempat Belas


Memuat Barang Berbentuk Silinder
Pasal 32
(1) Memuat barang berbentuk silinder, besar, dan berat harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut.
a. Barang harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga berat muatan
seimbang antara kanan, kiri, depan, dan belakang gerbong.
b. Barang harus diganjal dengan balok pengganjal dari kayu dan diikat
dengan baik sehingga tidak dapat bergerak ke kiri, ke kanan, ke depan,
dan ke belakang.
c. Barang tidak boleh bersentuhan langsung dengan lantai gerbong.
d. Pengikatan dan pengganjalan harus tidak menyebabkan kerusakan
pada barang.
e. Semua tiang penahan (rong) pada gerbong harus dilepas.
(2) Memuat barang berbentuk silinder (bundar), panjang, dan berat, seperti
pipa air minum harus membujur pada lantai gerbong searah dengan garis
panjang gerbong. Sebagai contoh periksa gambar 9a, 9b, dan 9c.
a. Di sebelah kanan dan kiri harus diganjal dengan balok kayu yang
diletakkan pada dua buah plat besi lebar 100 mm dan tebal minimum
10 mm diberi siku ukuran 50 mm panjang 100 mm pada sisi kiri dan
kanan yang dilas menjadi satu sebanyak empat pasang.
b. Balok pengganjal dari kayu dengan ukuran 120 x 220 mm dipasang
membujur di bawah samping silinder di bagian kiri dan kanan.
c. Barang diikat dengan menggunakan rantai berdiameter 10 mm antara
rangka dasar sebelah kiri dan kanan, bagian depan dan belakang
melalui bagian dalam silinder dan menggunakan draad spanner.
d. Diikat dengan rantai ukuran 10 mm antara lantai dasar sebelah kiri dan
kanan gerbong melingkari atas silinder dan menggunakan draad
spanner.
e. Dalam satu gerbong datar dapat dimuati lebih dari satu silinder
bergantung pada berat muat gerbong.
f. Semua tiang penahan pada gerbong tersebut tidak difungsikan
(periksa gambar 9a dan 9b).

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-27
Pasal32 PERATURAN DINAS BA

Gambar 9a: Tampak samping pemuatan barang berbentuk silinder panjang.

Gambar 9b: Tampak belakang pemuatan barang berbentuk silinder panjang

Plat besi siku tebal 10 mm

Plat besi siku tebal 10 mm

:·-·:
....
= Dilas

Plat besi tebal 10 mm

Gambar 9c: Conteh pengganjalan muatan berbentuk silinder

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-28
PERATURAN DINAS BA Pasal32

(3) Memuat barang berbentuk silinder, pendek, dan berat, misalnya, baja coil
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Dimuat melintang pada bagian tengah lantai gerbong.
b. Di sebelah muka dan belakang harus diganjal dengan balok kayu yang
diletakkan pada dua buah plat besi dengan lebar 100 mm dan tebal
minimum 10 mm dan diberi siku ukuran 50 x 50 x 5 mm panjang 100
mm pada sisi kiri dan kanan yang dilas menjadi satu sebanyak empat
pasang.
c. Balok kayu pengganjal dengan ukuran 120 x 220 mm dipasang
membujur di bawah samping silinder di bagian depan dan belakang.
d. Silinder diikat dengan rantai berukuran 10 mm antara lantai dasar di
bagian muka dan bagian belakang gerbong kiri dan kanan yang melalui
bagian dalam silinder, serta menggunakan draad spanner.
e. Adapun ketentuan penempatan baja coil adalah sebagai berikut:
1) Apabila dimuati satu buah baja coil, barang tersebut harus
diletakkan di tengah-tengah gerbong datar.
2) Apabila dimuati dua buah baja coil, barang tersebut masing-masing
harus diletakkan di atas bogie gerbong datar.
3) Apabila dimuati tiga buah baja coil, barang tersebut harus
diletakkan:
a) satu buah di tengah-tengah gerbong datar ; dan
b) dua buah masing-masing di atas bogie gerbong datar.
f. Semua tiang penahan pada gerbong tersebut harus dicabut (periksa
gambar lOa dan lOb).

Gambar lOa: Pemuatan 3 (tiga) barang berbentuk silinder pendek.

Gambar lOb: Tampak belakang pemuatan barang berbentuk silinder pendek

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-29
Pasal33 PERATURAN DINAS 8A

(4) Memuat barang cair dengan menggunakan gerbong tangki (GK) harus
memenuhi ketentuan sebagai berikut.
a. Perapat tutup flen keran muat/bongkar tidak boleh ada kebocoran,
b. Bahan perapat harus sesuai dengan sifat barang yang dimuat.
c. Barang cair yang dimuat harus ditandai dengan jelas pada gerbong
tangki untuk membedakan antara barang cair yang mudah menguap
dan yang tidak mudah menguap.
d. gerbong tangki yang memuat barang cair yang mudah menguap
(berbahaya) harus dilengkapi dengan katup pengaman.

Bagian Kelima Belas


Memuat Peti Kemas
Pasal 33
(1) Ukuran dan kapasitas peti kemas standar harus memenuhi standar ISO
(International Standard Organization) sebagaimana pada lampiran 3.
(2) Gerbong datar (GD) dapat memuat peti kemas dengan ukuran 20 feet, 40
feet, dan ISO tank.
(3) Pengirim bertanggung jawab atas penataan muatan di dalam peti kemas
dan harus memastikan bahwa:
a. Muatan dalam peti kemas tidak akan bergerak;
b. Beban muatan terbagi rata pada depan, belakang, kiri, dan kanan peti
kemas (simetris);
c. Muatan tidak melampaui berat muatan maksimum peti kemas
sebagaimana pada lampiran 3.
(4) Pemuat harus memastikan bahwa :
a. Berat peti kemas isi yang diangkut pada gerbong datar tidak
melampaui berat muat gerbong.
b. Memuat satu peti kemas 20 feet isi atau kosong pada satu gerbong
datar harus ditempatkan di tengah-tengah lantai gerbong.
c. Memuat 2 (dua) peti kemas 20 feet isi pada satu gerbong datar telah
memenuhi ketentuan sebagai berikut.
1) Jumlah berat 2 (dua) peti kemas tidak melebihi berat muat
gerbong,
2) Berat maksimum setiap peti kemas, tidak melebihi separuh dari
berat muat gerbong,
3) Perbedaan berat peti kemas antara satu dan yang lain pada satu
gerbong datar tidak lebih dari 2 ton.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-30
PERATURAN DINAS 8A Pasal34

d. Untuk peti kemas 20 feet isi yang mempunyai berat lebih dari separuh
berat muat gerbong maka harus dimuat pada gerbong datar tersendiri
dan ditempatkan sebagaimana pada huruf b.
(5) Gerbong datar untuk angkutan peti kemas harus dilengkapi dengan
pengunci (twist lock) sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah
ditentukan.
(6) Mengingat penempatan muatan dalam peti kemas tidak dapat dipastikan
karena telah dikunci dan disegel sebelumnya maka Pug harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
a. Twist-lock harus berfungsi dengan baik.
b. Jika ada kerusakan pada twist-lock yang terpasang, harus segera
diganti dengan twist-lock yang memenuhi spesifikasi teknis.
(7) Pemuatan barang yang berada di wilayah perusahaan harus diawasi
langsung oleh petugas perusahaan yang ditunjuk, kecuali barang yang
dimuat dari pabrik sudah disegel oleh petugas bea cukai di tempat
pemuatan.

Bagian Keenam Belas


Muatan yang Melampaui Profil Ruang Muatan
Pasal 34
(1) Muatan pada gerbong datar tidak diperbolehkan melebihi profil ruang
muatan dan untuk memastikan hal tersebut pengukurannya
menggunakan "acuan muatan" di emplasemen tempat muat untuk lintas
tertentu, yang disesuaikan dengan profil ruang muatan sebagaimana pada
lampiran 4.
(2) Untuk jembatan dan terowongan yang belum memenuhi ketentuan batas
ruang bebas sebagaimana dalam Peraturan Dinas 10 tentang perencanaan
konstruksi jalan rel, oleh JTJ dibuat daftar tersendiri. Selanjutnya,
ketentuan batas ruang kelonggaran dan ruang muatan untuk setiap
jembatan dan terowongan tersebut dibuat oleh JTR (pejabat yang
bertanggung jawab atas rekayasa teknik prasarana dan sarana di pusat)
dan disahkan oleh Direksi.
(3) Muatan yang melampaui profil ruang muatan, harus diangkut dengan
kereta api luar biasa, dan pelaksanaannya dalam pengawasan JPTD setelah
memastikan bahwa:
a. Jarak antara muatan dengan profil ruang kelonggaran sisi kanan, kiri,
dan ke atas minimum 25 mm, sedangkan panjang sisi yang miring jarak
25 mm tersebut harus diukur baik mendatar maupun tegak.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-31
Pasal35 PERATURAN DINAS 8A

b. Muatan telah diperiksa dan dicatat dalam surat angkutan mengenai


ukuran muatan terbesar yang melampaui profil ruang muatan.
c. Surat angkutan telah ditandatangani sebagai pertanggungjawaban
atas pengangkutan tersebut.
d. Telah menunjuk seorang pengawal sebagai pemandu teknis.

Bagian Ketujuh Belas


Pertanggungjawaban terhadap Muatan Luar Biasa
Pasal 35
Selain bertanggung jawab terhadap muatan sebagaimana dalam pasal 34, JPTD
juga harus memeriksa muatan sebagaimana dalam pasal 31 dan 32, dan apabila
menyetujui, JPTD harus menandatangani surat angkutan untuk muatan
tersebut.

Bagian Kedelapan Belas


Ketentuan tentang Penguncian Pintu Gerbong
Paragraf 1
Umum
Pasal 36
(1) Semua pintu gerbong tertutup dalam keadaan isi atau kosong harus
tertutup dan dikunci (dengan gembok atau diikat dengan kawat seng
diameter minimum 4 mm dan di-krul).
(2) Untuk gerbong tertutup isi selain dikunci, juga harus diplombir dengan
segel.
(3) Pada waktu penyerahan gerbong, harus dalam keadaan terkunci dengan
baik dan jika kedapatan tidak terkunci dan/atau tidak diplombir dengan
baik maka petugas yang menerima penyerahan gerbong harus mencatat
tentang keadaan tersebut dalam buku penyerahan (buku 484) dan
dilaporkan kepada kepala stasiun/Ppka.
(4) Kepala stasiun/Ppka diwajibkan mencatat dan menandatangani dalam
Lkdr tentang keadaan sebagaimana pada ayat (3) dan di atas tanda tangan
harus ditulis kata "mengetahui". Selanjutnya, kepala stasiun/Ppka:
a. memperbaiki dan melengkapi pengunci pintu gerbong.
b. mengabarkan hal tersebut melalui warta dinas kepada stasiun
pengirim dan stasiun tujuan gerbong tersebut.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-32
PERATURAN DINAS 8A Pasal37

(S) Gerbong yang tidak dapat dikunci, tidak diperbolehkan untuk digunakan
sebagai angkutan dan untuk memenuhi ppg.
(6) Apabila salah satu gerbong dalam perjalanan kehilangan/kerusakan kunci,
hal tersebut harus dicatat dalam Lkdr dan surat pengantar angkutan. Jika
memungkinkan, agar diperbaiki dan dilengkapi pengunci pintu gerbong.
(7) Setiap kehilangan/kerusakan kunci, kepala stasiun harus melaporkan
secara tertulis kepada JPOD dan segera dikunci kembali dan selanjutnya
dilakukan pengusutan.
(8) Gerbong yang dimasukan ke balai yasa untuk perawatan harus diserahkan
tersendiri dengan buku penyerahan kepada petugas balai yasa yang
menerima gerbong tersebut.

Paragraf 2
Tindakan untuk Mencegah Jatuhnya Pintu Gerbong
Pasal 37
(1) Untuk mencegah jatuhnya pintu tingkap atau pintu dorong pada gerbong
perlu dilakukan tindakan sebagai berikut.
a. Membuka dan menutup pintu tingkap harus dilakukan perlahan-lahan
atau tidak dibanting.
b. Membuka pintu dorong tidak dipaksa dengan linggis atau alat lain.
c. Barang muatan supaya diatur agar tidak menekan pintu.
d. Pintu gerbong baik dalam keadaan isi maupun kosong harus terikat
dan di-krul.
e. Memberi petunjuk kepada pengirim dan penerima barang tentang
yang disebutkan dalam huruf a, b, c, dan d apabila perlu memberikan
contoh kepada pengirim/penerima.
(2) Gerbong tertutup tidak perlu dikunci, jika gerbong tersebut:
a. Digunakan sebagai kereta penolong dalam rangkaian kereta api.
b. Digunakan sebagai gerbong tata usaha (kabus) dalam rangkaian kereta
api barang atau konvoi.
c. Ditarik ke jalur simpang atau dari jalur simpang, jika gerbong tersebut
isi, harus diterima dengan segel yang dicatat dalam buku penyerahan
dan pintu gerbong, seperti pada butir a dan b harus tertutup dengan
cara mengaitkan alat pengait pada tempatnya.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
V-33
Pasal38 PERATURAN DINAS 8A

Bagian Kesembilan Belas


Menyegel Gerbong
Pasal 38
(1) Kedua pintu gerbong tertutup apabila diisi muatan di stasiun
pemberangkatan harus disegel.
(2) Gerbong yang dilepas dari rangkaian kereta api di salah satu stasiun oleh
petugas stasiun yang menerima, harus diperiksa dengan teliti:
a. Segel pada semua pintu gerbong lengkap dan tidak rusak,
b. Segel berasal dari stasiun pengirim atau dari stasiun terakhir yang
menambah atau membongkar muatan.
Jika keadaan segel meragukan, hal tersebut harus segera dilaporkan
kepada kepala stasiun/Ppka untuk mengambil tindakan apabila ada
kekusutan angkutan barang.
(3) Gerbong barang potongan yang muatannya akan ditambah atau di
bongkar pada waktu kereta api berhenti, tidak perlu disegel, kecuali
muatan dalam gerbong tersebut tidak akan ditambah atau dibongkar lagi.
Selanjutnya, hanya stasiun yang menambah atau membongkar yang
terakhir berkewajiban menyegel gerbong barang potongan tersebut.
(4) Gerbong tertutup berisi muatan yang belum disegel, harus segera disegel
oleh stasiun tern pat menginap gerbong tersebut.
(5) Pada waktu penyerahan gerbong, petugas stasiun yang menerima harus
memeriksa keadaan segel pada gerbong tersebut. Jika segel meragukan,
harus dicatat dalam buku penyerahan dan dilaporkan kepada kepala
stasiun/Ppka.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
V-34
PERATURAN DINAS 8A Pasal39

BABVI
KETENTUAN TENTANG MEMASANG BENTUK TEMPELAN
PADA KERETA DAN GERBONG
Bagian Kesatu
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong
Pasal 39
(1) Kereta/gerbong yang akan dikirim, pada kedua dinding harus dipasang
bentuk tempelan yang telah ditentukan dan harus ditulis tanggal
pengiriman serta stasiun tujuannya.
(2) Jika muatan pada gerbong untuk beberapa stasiun tujuan, setiap stasiun
tujuan harus dibuatkan bentuk tempelan tersendiri dan harus tersusun
dari atas ke bawah mulai dari stasiun tujuan yang terdekat (pada gerbong
datar bentuk tempelan dipasang berjajar dari pinggir ke tengah).
(3) Gerbong yang harus ditimbang di stasiun antara atau di stasiun tujuan
harus dipasang juga dengan bentuk tempelan dengan tulisan "timbang".

Bagian Kedua
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong yang Diperbaiki
di Stasiun/Balai Vasa
Pasal 40
(1) Bentuk tempelan putih harus dipasang pada kereta/gerbong yang akan
dikirim ke balai yasa untuk PA, SPA atau perbaikan dan harus dibuatkan
bentuk pemberitahuan tentang pengiriman tersebut sebagai surat
pengantar dari dipo pengirim ke stasiun tujuan tempat kedudukan balai
yasa. Untuk selanjutnya, pada bentuk pemberitahuan tersebut harus
dijelaskan sebab-sebab pengiriman kereta/gerbong tersebut, misalnya:
a. atap bocor;
b. pintu rusak; dan
c. cat rusak.
(2) Bentuk tempelan putih dengan garis diagonal merah (T.142) untuk
dipasang pada kereta/gerbong rusak yang akan dikirim ke balai yasa guna
perbaikan akibat anjlokan atau tabrakan dan sebagainya.
(3) Bentuk tempelan merah dengan tulisan "tidak boleh jalan" (T.143) untuk
dipasang pada kereta/gerbong yang rusak dan dapat membahayakan
perjalanan apabila dirangkaikan dalam rangkaian kereta api, dengan
demikian,

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VI-1
Pasal 41 PERATURAN DINAS 8A

a. dilarang merangkaikan kereta/gerbong tersebut dalam rangkaian


kereta api.
b. penempelan pada kereta/gerbong tersebut harus dilakukan oleh
petugas Puk/Pug.
(4) Bentuk tempelan merah dengan garis diagonal putih (T.144) dipasang
pada kereta/gerbong yang rusak dan dapat membahayakan atau
mengganggu kenyamanan penumpang, misalnya, tidak berpintu, tempat
duduk rusak, dan saluran air pada kamar kecil rusak. Dengan demikian,
a. kereta/gerbong tersebut tidak boleh dimuati, tetapi dapat
dirangkaikan pada rangkaian kereta api.
b. penempelan pada kereta/gerbong tersebut harus dilakukan oleh
petugas Puk/Pug.
(5) Bentuk tempelan kuning (T.145) harus dipasang pada kereta/gerbong yang
mengalami kerusakan, tetapi tidak membahayakan perjalanan kereta api.
Misalnya, kaca jendela pecah dan kereta tersebut tidak perlu dilepas di
stasiun antara.
(6) Bentuk tempelan sebagaimana pada ayat (2), (3), (4), dan (5) harus
dipasang pada kedua dinding di bagian kiri bawah atau pada kedua sisi
rangka dasar kereta/gerbong.
(7) Kepala stasiun yang mengirim kereta/gerbong ke balai yasa, harus
menandatangani bentuk pemberitahuan pengiriman (G. 209) pada kedua
halaman (depan dan belakang) bentuk tersebut.
(8) Kepala stasiun tujuan yang menerima pengiriman kereta/gerbong
tersebut, sebelum meneruskan kiriman ke balai yasa, harus meng1s1
tanggal penyerahan pada bentuk pemberitahuan pengiriman kereta/
gerbong yang diterima dan ditandatangani.

Bagian Ketiga
Bentuk Tempelan pada Kereta/Gerbong yang Diperlakukan Hanya Sebagai
Saluran Udara Tekan (U)
Pasal 41
(1) Kereta/gerbong yang peralatan remnya mengalami kerusakan, tetapi
masih dapat digunakan sebagai saluran udara tekan, harus dipasang
tempelan biru bertuliskan huruf "U" berwarna putih.
(2) Tempelan sebagaimana pada ayat (1), harus dipasang pada kedua sisi
dinding/rangka dasar di samping nomor kereta/gerbong.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VI-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 41

(3) TKA, atas perintah kondektur, memasang tempelan tersebut sebagaimana


pada ayat (2), dan apabila:
a. terjadi di jalan bebas, kondektur melaporkannya kepada masinis dan
mengisi serta menandatanganinya dalam Lapka dan Lkdr,
b. terjadi di emplasemen, Ppka/Pap mengisi serta menandatanganinya
dalam Lapka dan Lkdr.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VI-3
PERATURAN DINAS 8A Pasal 42

BAB VI I
KETENTUAN TENTANG RANGKA IAN KERETA API
Bagian Kesatu
Daya Tarik Lokomotif dan Berat Kereta Api
Paragraf 1
Daya Tarik Lokomotif
Pasal 42
(1) Daya tarik (hauling load) setiap jenis lokomotif dalam menarik beban pada
berbagai landai penentu dan kecepatan, dapat dilihat pada Lampiran 5.
(2) Daya tarik untuk jenis lokomotif yang belum diatur pada ayat (1) akan
ditetapkan oleh JTL.

Paragraf 2
Berat Kereta dan Gerbong untuk Menentukan Berat Rangkaian
Pasal 43
(1) Berat kereta dapat diketahui dari kode berat total pada kode sarana yang
terdapat pada dinding kereta sebelah kanan atas sebagaimana dalam
pasal 3 ayat (1) huruf b.
(2) Berat kereta dalam ton dan bersifat tetap. Artinya, tidak bergantung pada
keadaan muatan.
(3) Berat rangkaian kereta merupakan penjumlahan dari setiap berat total
kereta pada rangkaian kereta tersebut. Sebagai contoh,
Rangkaian kereta terdiri dari 3KI, 4 K2, dan 1 KMP2, berat total tiap-tiap
kereta adalah Kl= 40 ton, K2= 37 ton, dan KMP2= 40 ton.
Jumlah dan jenis kereta Berat total
3 Kl 120 ton
4 K2 148 ton
1 KMP2 40 ton
+

Berat rangkaian kereta 308 ton


(4) Berat gerbong ditentukan oleh berat kosong ditambah dengan berat
muatan pada gerbong tersebut dan dibulatkan ke atas atau ke bawah
dalam ton. Sebagai contoh, gerbong GT dengan berat kosong 15 ton,
dimuati oleh:
a. muatan 17. 678 kg, berat gerbong dibulatkan ke atas menjadi 33 ton,
b. muatan 17.346 kg, berat gerbong dibulatkan ke bawah menjadi 32 ton,
c. muatan 17.500 kg, berat gerbong dibulatkan ke atas menjadi 33 ton.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-1
Pasal 44 PERATURAN DINAS 8A

(5) Berat rangkaian gerbong merupakan penjumlahan dari tiap-tiap berat


gerbong pada rangkaian gerbong tersebut. Sebagai contoh,
Rangkain gerbong terdiri dari 5 GK isi dan 5 GT isi
Berat GK kosong 19 ton, GT kosong 15 ton
Berat muatan pada setiap GK 30 ton, GT 30 ton
Jumlah dan jenis gerbong kosong muatan Jumlah
5 GK 95 ton 150 ton 245 ton
5 GT 75 ton 150 ton 225 ton
--- +

Berat rangkaian gerbong 470 ton


(6) Jika gerbong isi tidak diketahui berat muatannya dan tidak dilengkapi
dengan dokumen angkutan, gerbong tersebut tidak diperbolehkan untuk
dirangkaikan dalam rangkaian kereta api.
(7) Menghitung berat kereta api adalah penjumlahan berat lokomotif siap
ditambah dengan berat rangkaian kereta/gerbong. Sebagai contoh,
a. Berat kereta api penumpang.
Kereta api terdiri dari 1 lokomotif CC 201 dengan rangkaian kereta
3K1, 4 K2, dan 1 KMP2, sebagaimana pada ayat (3).
Berat lokomotif CC 201 82 ton
Berat rangkaian kereta 308 ton
--- +

Berat kereta api 390 ton


b. Berat kereta api barang.
Kereta api terdiri dari 1 lokomotif CC 203 dengan rangkaian gerbong 5
GK isi dan 5 GT isi sebagaimana pada ayat (5).
Berat lokomotif CC 203 84 ton
Berat rangkaian gerbong 470 ton
--- +

Berat kereta api 554 ton

Bagian Kedua
Persiapan Serah Terima Kereta/Gerbong
Paragraf 1
Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api Penumpang/Bagasi
Pasal 44
(1) Rangkaian kereta yang akan digunakan untuk dinas kereta api harus
dipastikan memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam Undang­
Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaannya.
EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-2
PERATURAN DINAS BA Pasal 44

(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan check list dan jadwal pelaksanaan
perawatan di dipo oleh petugas perawatan dipo kereta, antara lain,
a. badan kereta,
1) dinding,
2) rubber bellow, dan
3) plat sambungan rangkaian.
b. ruang penumpang,
1) pintu-pintu
2) jendela, termasuk garden
3) tempat duduk:
a) ruang penumpang dan
b) ruang makan
4) rak bagasi
5) pegangan tangan
6) alat sirkulasi udara, dapat berupa:
a) kipas angin;
b) penghisap udara; dan/atau
c) alat penyejuk udara (air conditioning).
7) lampu penerangan, meliputi:
a) lampu ruang penumpang;
b) lampu darurat;
c) lampu baca; dan
d) lampu bordes.
8) informasi penumpang, meliputi:
a) media audio dan
b) media visual.
9) stop kontak di tiap tempat duduk penumpang (apabila ada)
c. toilet:
1) pintu dan petunjuk isi atau kosong;
2) pengatur sirkulasi udara;
3) closet, kran air, air, wastafel, cermin, dan pegangan tangan;
4) tangki penampung limbah;
S) lampu penerangan.
d. rangka dasar, meliputi:
1) balok penyangga,
2) balok ujung;
3) balok samping;
4) balok melintang; dan

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-3
Pasal 44 PERATURAN DINAS BA

S) penyangga peralatan di bawah lantai.


e. bogie, meliputi:
1) rangka bogie,
2) sistem suspensi, dan
3) perangkat roda.
f. peralatan perangkai, meliputi:
1) Peralatan perangkai mekanik dan
2) Peralatan perangkai elektrik.
g. peralatan pengereman, meliputi:
1) rem pelayanan,
2) rem parkir,dan
3) rem darurat.
h. untuk kereta makan, selain dilakukan pemeriksaan sebagaimana pada
huruf a, d, e, f, dan g ayat ini, juga dilakukan pemeriksaan terhadap:
1) ruang dapur, meliputi:
a) pengatur sirkulasi udara;
b) lampu penerangan;
c) pintu dan jendela;
d) instalasi listrik; dan
e) stop kontak.
2) ruang makan, meliputi:
a) meja dan tempat duduk tetap;
b) pengatur sirkulasi udara;
c) lampu penerangan; dan
d) pintu dan jendela.
i. untuk kereta pembangkit, selain dilakukan pemeriksaan sebagaimana
pada huruf a, d, e, f, dan g ayat ini, juga dilakukan pemeriksaan
terhadap:
1) ruang pembangkit, meliputi :
a) pembangkit listrik,
b) pengatur sirkulasi udara, dan
c) lampu penerangan.
2) ruang operator, meliputi :
a) Peralatan control
b) Pengatur sirkulasi udara; dan
c) Lampu penerangan.
3) pintu dan jendela.
j. untuk kereta bagasi, selain dilakukan pemeriksaan sebagaimana pada
huruf a, d, e, f, dan g ayat ini, juga dilakukan pemeriksaan terhadap:

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal 45

1) ruang bagasi
a) pengatur sirkulasi udara dan
b) lampu penerangan.
2) Pintu dan jendela.
k. peralatan keselamatan, meliputi:
1) alat pemadam api, sekurang-kurangnya 1 (satu) unit untuk setiap
ruang penumpang, ruang dapur, ruang pembangkit, dan ruang
bagasi serta dalam keadaan tersegel dan tidak kadaluarsa,
kemudian ditempatkan pada dudukan yang terpendam pada
bagian dinding salah-satu gang ke ruang penumpang dan ditutup
kaca (tempered glass).
2) palu pemecah kaca, sekurang-kurangnya 2 (dua) unit untuk setiap
ruang penumpang dan diletakkan pada tengah-tengah dinding
ruang penumpang sisi kanan dan kiri.
3) Pengganjal roda (stopblok) sekurang-kurangnya 4 (empat) buah
untuk setiap kereta dan diletakkan pada tempat penyimpan yang
dikonstruksi pada rangka dasar.
I . Peralatan semboyan, meliputi:
1) 2 (dua) buah bendera merah,
2) 1 (satu) buah bendera kuning,
3) 2 (dua) buah skip semboyan 21, dan
disimpan pada kotak peralatan petugas TKA.
m. Kelengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K). Sekurang­
kurangnya, 1 (satu) unit ditempatkan di kereta makan (untuk kereta
api penumpang) dan di salah satu kereta bagasi (untuk kereta api
barang bagasi).

Paragraf 2
Pemeriksaan Rangkaian untuk Kereta Api Barang
Pasal 45
(1) Rangkaian gerbong yang akan digunakan untuk dinas kereta api harus
dipastikan memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam Undang­
Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaannya.
(2) Untuk memenuhi ketentuan sebagaimana pada ayat (1), terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan pedoman yang dituangkan dalam
lembar pemeriksaan (checklist) dan jadwal pelaksanaan perawatan di dipo
oleh petugas perawatan gerbong, antara lain,

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-5
Pasal 45 PERATURAN DINAS BA

a. rangka dasar, meliputi:


1) balok penyangga,
2) balok ujung,
3) balok samping,
4) balok melintang, dan
5) penyangga peralatan di bawah lantai.
b. badan,
1) gerbong terbuka, meliputi:
a) lantai;
b) dinding samping dan
c) dinding ujung;
d) perlengkapan penunjang, terdiri atas :
1. tangga;
2. pintu; dan/atau
3. pengunci.
2) gerbong tertutup, meliputi:
a) lantai;
b) dinding samping dan
c) dinding ujung;
d) atap;
e) perlengkapan penunjang, terdiri atas:
1. tangga;
2. pintu; dan/atau
3. pengunci.
3) gerbong tangki, meliputi:
a) tangki;
b) perlengkapan penunjang, terdiri atas:
1. tangga;
2. peralatan bongkar muat.
c. bogie, meliputi:
1) rangka bogie,
2) sistem suspensi,
3) perangkat roda.
d. peralatan perangkai.
e. peralatan pengereman, meliputi:
1) rem pelayanan,
2) rem parkir,

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-6
PERATURAN DINAS BA Pasal 45

f. bagi gerbong yang dilengkapi alat pemindah beban pengereman pada


saat beban isi atau kosong secara otomatis (Empty Load Change Over
Device) harus lengkap dan berfungsi.
g. untuk gerbong datar, selain dilakukan pemeriksaan sebagaimana pada
huruf a, c, d, dan e ayat ini, juga dilakukan pemeriksaan terhadap:
1) tiang penahan (rang) yang dapat dilipat dan/atau
2) pengunci (twist lock) untuk peti kemas.
h. peralatan keselamatan, sekurang-kurangnya berupa pengganjal roda
(stopb/ok) pada setiap gerbong.
(3) Untuk kondektur dan petugas lain yang melakukan pekerjaan administrasi
dan pengawasan rangkaian kereta api barang, rangkaian kereta api dapat
dilengkapi dengan gerbong kabus yang ditempatkan pada rangkaian paling
belakang.
(4) Gerbong kabus sebagaimana pada ayat (3) dibuat dengan ketentuan
sebagai berikut.
a. dilengkapi peralatan pelayanan rem darurat.
b. mempunyai 2 buah pintu ke arah samping kanan dan kiri yang dapat
dikunci,
c. mempunyai kaca jendela yang terpasang mati pada dinding samping
kanan dan kiri,
d. dinding bagian dalam dan atap dilapisi bahan peredam suara dan
dapat berfungsi menghambat rambatan panas dari luar,
e. dilengkapi sistem pengatur sirkulasi udara (dilengkapi exhaust fan),
f. dilengkapi ruang sanitasi yang dilengkapi tangki air,
g. dilengkapi genset untuk penerangan ruangan dan semboyan malam.
(5) Kelengkapan dalam ruangan kabus:
a. 1 (satu) set meja kursi untuk melakukan pekerjaan administrasi,
b. 1 (satu) set kursi tern pat duduk, paling sedikit untuk 3 (tiga) orang,
c. 1 (satu) peti alat-alat dan semboyan,
d. 1 (satu) lemari (Joker) untuk 3 (tiga) orang,
e. 1 (satu) buah pemadam api.
f. 4 (empat) buah pengganjal roda (stopb/ok).
(6) Kdg/Pug tempat kedudukan kabus bertanggung jawab atas pemeliharaan
kabus.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-7
Pasal 46 PERATURAN DINAS 8A

Paragraf 3
Pemeriksaan Alat Perangkai
Pasal 46
(1) Rantai pengaman harus lengkap dan berfungsi, kecuali gerbong yang
menggunakan alat perangkai tight lock coupler dan rotary coupler.
(2) Perbedaan tinggi alat perangkai antara sarana yang satu dan yang lain
dalam satu rangkaian kereta api tidak boleh lebih dari 90 mm.
(3) Tinggi alat perangkai (boper) 760 mm, diukur dari kepala rel ke sumbu
boper, dengan toleransi :
Batas atas : + 25 mm (760 +25 = 785 mm)
Batas bawah : - 80 mm (760 - 80 = 680 mm) untuk kereta/gerbong
dimuati.
(4) Keausan claw maksimum 21 mm.

Paragraf 4
Pemeriksaan Ukuran Roda
Pasal 47
(1) Sarana yang akan dioperasikan harus dipastikan bahwa diameter roda
memenuhi persyaratan sebagaimana pada lampiran 6.
(2) Ketentuan selisih diameter roda yang terpasang baik untuk lokomotif
maupun kereta/gerbong yang keluar balai yasa adalah sebagai berikut.
a. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
dalam satu bogie diperbolehkan maksimal 1 mm.
b. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
berlainan bogie diperbolehkan maksimal 4 mm.
(3) Ketentuan selisih diameter roda yang terpasang untuk kereta/gerbong
yang digunakan dalam operasional di lintas adalah sebagai berikut.
a. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
dalam satu bogie diperbolehkan maksimal 10 mm.
b. Selisih diameter roda antar gandar yang satu dan gandar yang lain
berlainan bogie diperbolehkan maksimal 20 mm.
(4) Keausan di bagian flens roda (rad kran) maksimum yang diperbolehkan
adalah 8 mm.
(5) Setiap rangkaian kereta harus diputar setiap 6 (enam) bulan sekali atau
berdasarkan hasil pemeriksaan atas terjadinya keausan flens roda yang
tidak merata kiri dan kanan.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-8
PERATURAN DINAS 8A Pasal 48

Bagian Ketiga
Ketentuan Tentang Penempatan Kereta dan Gerbong
dalam Kereta Api di Berbagai Lintas
Paragraf 1
Pemakaian Kereta atau Gerbong dalam Kereta Api
Pasal 48
(1) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan tidak
lebih dari 45 km/jam dapat menggunakan kereta/gerbong dengan kode
kecepatan maksimum A dan/atau B.
(2) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 45 km/jam, tetapi tidak lebih dari 60 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum B dan/atau C.
(3) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 60 km/jam, tetapi tidak lebih dari 75 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum C dan/atau D.
(4) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 75 km/jam, tetapi tidak lebih dari 90 km/jam, harus menggunakan
kereta/gerbong dengan kode kecepatan maksimum D dan/atau E.
(5) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 90 km/jam, tetapi tidak lebih dari 100 km/jam, harus menggunakan
kereta dengan kode kecepatan maksimum E dan/atau F .
(6) Kereta api yang seluruh atau sebagian perjalanannya berkecepatan lebih
dari 100 km/jam, tetapi tidak lebih dari 120 km/jam, harus menggunakan
kereta dengan kode kecepatan maksimum F .
(7) Jika pada waktu peredaran kereta atau gerbong terganggu sehingga
terpaksa harus merangkaikan kereta atau gerbong dalam kereta api yang
kecepatan maksimumnya lebih tinggi daripada kecepatan maksimum bagi
kereta atau gerbong tersebut, kecepatan kereta api harus dikurangi dan
disesuaikan dengan kode sarana pada kereta atau gerbong yang paling
rendah, dan harus dicatat dalam Lapka dan Lkdr.
Paragraf 2
Jumlah Gandar Maksimum dalam Rangkaian Kereta Api
Pasal 49
(1) Dalam penetapan pembatasan jumlah gandar dalam rangkaian kereta api
atau panjang rangkaiannya tidak didasarkan pada berat kereta api, tetapi
dibatasi oleh panjang emplasemen terpendek pada lintas tertentu,
sedangkan gandar lokomotif dalam rangkaian kereta api tidak dihitung.
EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-9
Pasal S O PERATURAN DINAS 8A

(2) Berdasarkan panjang jalur emplasemen yang terpendek di Jawa, Sumatra


Utara dan Sumatra Barat, jumlah gandar maksimum dalam rangkaian
kereta api ditetapkan sebagai berikut.
a. kereta api penumpang dan bagasi = 48 gandar,

b. kereta api barang = 80 gandar,

kecuali pada:
a. lintas Lampegan - Padalarang = 16 gandar

b. lintas bergigi di Sumatra Barat = 20 gandar

(3) Berdasarkan panjang jalur emplasemen di Sumatra Selatan, jumlah gandar


maksimum dalam rangkaian kereta api ditetapkan sebagai berikut.
a. Pada lintas Kertapati - Prabumulih
1) kereta api penumpang dan bagasi = 48 gandar

2) kereta api barang = 160 gandar

b. Pada lintas Tanjungenim Baru - Muaraenim - Prabumulih/Prabumulih


Baru - Tanjungkarang - Tarahan
1) kereta api penumpang dan bagasi = 48 gandar

2) kereta api barang = 244 gandar

c. Pada lintas Muaraenim-Lahat-Lubuklinggau


1) kereta api penumpang dan bagasi = 48 gandar

2) kereta api barang = 80 gandar

(4) Panjang rangkaian kereta api sebagaimana pada ayat (1) dan (2) masih
memungkinkan berubah apabila ada perubahan panjang emplasemen dan
kemampuan daya tarik lokomotif.
Paragraf 3
Berat Rangkaian Maksimum
Pasal 50
(1) Berdasarkan kuat tarik alat perangkai terhadap landai penentu maka berat
rangkaian kereta/gerbong maksimum yang ditarik pada suatu lintas dapat
dilihat pada lampiran 7.
(2) Apabila dalam suatu rangkaian gerbong terdapat dua jenis alat perangkai
yang berbeda, berat rangkaian kereta/gerbong maksimum ditentukan
berdasarkan kuat tarik alat perangkai yang terendah, misalnya, rangkaian
kereta api Babaranjang terdapat dua jenis alat perangkai dengan kuat tarik
120 ton dan 250 ton maka berat rangkaian kereta/gerbong maksimum
ditentukan berdasarkan alat perangkai dengan kuat tarik 120 ton
sebagaimana pada lampiran 7 kolom (4).

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-10
PERATURAN DINAS 8A Pasal51

Bagian Keempat
Susunan Rangkaian Kereta Api
Paragraf 1
Kereta Api Penumpang
Pasal 51
(1) Kereta makan ditempatkan di antara kereta yang paling tinggi dan kereta
yang lebih rendah kelasnya, sedangkan untuk kereta api yang terdiri dari
satu jenis kereta yang kelasnya sama, kereta makan di tempatkan di
tengah-tengah rangkaian.
(2) Penempatan kereta pembangkit (P atau BP) pada rangkaian kereta api
disusun paling ujung, sedangkan kereta begasi ( B), jika ada, ditempatkan
di ujung lainnya.
(3) Kereta makan yang dilengkapi pembangkit ( K MP, MP) disusun di tengah
rangkaian atau di antara kereta yang kelasnya lebih tinggi dan kelas di
bawahnya.
(4) Susunan rangkaian kereta api penumpang yang terdiri dari dua kelas atau
lebih serta urutan penomorannya ditetapkan dengan keputusan direksi
tersendiri.
(5) Kereta yang tidak dapat dipasang tanda akhiran tidak boleh ditempatkan
sebagai kereta yang terakhir pada rangkaian kereta api.
(6) Alat pengereman kereta yang terakhir pada rangkaian kereta api harus
berfungsi. Oleh karena itu, kereta yang peralatan remnya tidak berfungsi
dilarang ditempatkan sebagai akhiran pada rangkaian kereta api.

Paragraf 2
Kereta Api Barang
Pasal 52
(1) Penyusunan rangkaian kereta api barang harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut.
a. Untuk gerbong gandar 4 (empat) maupun gerbong gandar 6 (enam)
penempatannya diperlakukan sama.
b. Gerbong isi harus ditempatkan di bagian paling depan (di belakang
lokomotif).

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-11
Pasal52 PERATURAN DINAS BA

c. Gerbong yang tidak dapat dipasang tanda akhiran tidak boleh


ditempatkan sebagai gerbong yang terakhir pada rangkaian kereta api.
d. Alat pengereman gerbong yang terakhir pada rangkaian kereta api
harus berfungsi. Oleh karena itu, gerbong yang peralatan remnya tidak
berfungsi dilarang ditempatkan sebagai akhiran pada rangkaian kereta
api.
e. Kereta api barang dapat dilengkapi dengan gerbong kabus yang
ditempatkan sebagai akhiran rangkaian dan peralatan rem yang
berfungsi dengan baik, kecuali rangkaian 16 gandar atau kurang.
(2) Barang yang menurut sifatnya harus diangkut dengan syarat khusus,
misalnya, bahan berbahaya yang mudah meledak atau mudah terbakar
(barang cair, gas atau padat) diangkut dengan syarat sebagai berikut.
a. Pengirim merupakan instansi yang berwenang atau pengguna jasa
yang telah mendapat izin tertulis dari Menteri Perhubungan.
b. Bongkar muat dilakukan di tempat dan/atau stasiun tertentu yang
mempunyai fasilitas bongkar muat sesuai dengan kekhususan bahan
yang diangkut.
c. Barang dimuat dalam gerbong tertutup atau gerbong khusus.
d. Barang diangkut dalam kereta api barang atau kereta api luar biasa.
e. Rem gerbong isi bahan yang mudah meledak tidak boleh difungsikan
(hanya sebagai saluran udara tekan "U"). Di depan dan di belakang
setiap gerbong tersebut harus ditempatkan sedikitnya satu gerbong
berdinding tinggi yang berisi muatan yang tidak mudah menyala atau
satu gerbong tertutup yang kosong. Pada kedua dinding luar gerbong
harus diberi identitas khusus, misalnya, dipasang bendera hitam.
f. Pengangkutan barang dilakukan dengan pengawalan dan/atau
penyertaan petugas yang memiliki keterampilan dan kualifikasi
tertentu sesuai sifat bahan berbahaya yang diangkut.
g. Petugas pengawal harus mengambil tindakan apabila terjadi hal-hal
yang membahayakan keamanan dan keselamatan barang yang
dibawa;
h. Perjalanan kereta api menggunakan kecepatan yang sesuai dengan
kecepatan yang ditetapkan.
i. Awak sarana kereta api yang ditugaskan mengangkut bahan berbahaya
harus mengetahui sifat dan karakteristik barang yang diangkut.
(3) Penyusunan rangkaian kereta api barang yang memakai alat perangkai
putar, misalnya, kereta api Babaranjang:
a. untuk keperluan membongkar muatan batu bara pada instalasi
penumpahan putar (rotary car dumper), kereta api batu bara

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-12
PERATURAN DINAS BA Pasal52

rangkaian panjang (Babaranjang) harus terdiri atas gerbong batu bara


yang dilengkapi alat perangkai putar (rotary automatic coupler);
b. susunan rangkaian kereta api angkutan batu bara dengan alat
perangkai putar adalah sebagai berikut.
1) Rangkaian kereta api harus terdiri atas:
a) gerbong GB yang menggunakan alat perangkai putar tunggal
(single rotary automatic coupler), yaitu GB yang salah satu
ujung gerbong tersebut dilengkapi dengan alat perangkai yang
bisa berputar dan ujung yang lainnya dilengkapi dengan alat
perangkai tetap (fixed automatic coupler);
b) gerbong yang salah satu di antaranya menggunakan gerbong
GB dengan alat perangkai putar ganda (double rotary
automatic coupler), yaitu GB yang kedua ujungnya dilengkapi
dengan alat perangkai putar.
2) Penempatan gerbong GB dengan alat perangkai putar ganda pada
susunan rangkaian kereta api bergantung pada susunan gerbong
GB dengan alat perangkai putar tunggal, misalnya:
a) apabila arah alat perangkai yang dapat berputar pada gerbong
GB dengan alat perangkai putar tunggal disusun ke arah
lokomotif penarik, gerbong GB dengan alat perangkai ganda
harus ditempatkan pada gerbong terakhir sebelum gerbong
tata usaha;
b) apabila arah alat perangkai yang dapat berputar pada gerbong
GB dengan alat perangkai putar tunggal disusun kearah
sebaliknya, gerbong GB dengan alat perangkai putar ganda
harus di tempatkan di belakang lokomotif penarik. Dengan
demikian, setiap alat perangkai yang dapat berputar akan
terangkai dengan alat perangkai tetap;
c) apabila pada rangkaian kereta api tersebut terdapat alat
perangkai tetap yang terangkai dengan alat perangkai tetap
pada dua gerbong yang berhubungan, pada saat
pembongkaran hubungan rangkaian tersebut harus dilepas
karena dapat menimbulkan kerusakan.
d) sebagai tanda gerbong yang dilengkapi dengan alat perangkai
putar, pada kedua dinding luar ujung gerbong diberi tanda
garis kuning tebal dari atas sampai ke bawah dinding gerbong.
Dengan demikian, gerbong yang dilengkapi dengan alat
perangkai putar tunggal pada ujung dinding luar gerbong yang
terdapat alat perangkai putar diberi tanda garis kuning tebal

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-13
Pasal52 PERATURAN DINAS BA

dan untuk gerbong yang memakai alat perangkai putar ganda


diberi tanda garis kuning tebal pada kedua ujung dinding luar
gerbong tersebut (periksa gambar 10).
e) gerbong GB dengan alat perangkai putar dioperasikan tanpa
rantai pengaman.
(4) Penyusunan gerbong pada kereta api barang yang memakai alat perangkai
yang kuat tariknya berbeda, disusun sesuai kelompok kuat tarik yang sama
dan susunan gerbong dengan alat perangkai yang kuat tariknya lebih besar
diletakkan di depan, untuk berat rangkaian kereta api maksimum
diperhitungkan berdasar pada alat perangkai yang kuat tariknya terkecil
sebagaimana dalam pasal 50 ayat (2).

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-14
1J
rri
Gerbong KKBW dengan alat perangkai putar tunggal Gerbong KKBW dengan alat perangkai putar ganda
Tanda Garis Kuning Tanda G a ri s Kun i ng

c
;u
;I>
z
0
z
;I>
en
(X)
r -i r -i )>

Alat perangkai putar Alat perangkai tetap Alat perangkai putar Alai pe ran g kai putar
(Rotary automatic coupl e r) (fixed automatic coupler) (Rotary automatic coupler) (Rota ry automatic coupler)

Susunan rangkaian d e ngan alat perangka i an tung ga l tersusun ke arah belakang atau kabus
gerbong de n g a n alat perangkai ganda harus ditempatkan di ba g ia n rangkaian paling belaka ng atau di b elakan g lokomotif
fT1
0
� -- - - - -- l1abus
)>
Gl
c
� Susunan rangkaian dengan alat perangkai a n tungg al tersusun ke arah depan atau lokomotif
c
(j)
I\) -- -
gerbong dengan alat perangkai ganda harus ditempatkan di bagian rangkaian paling belakang atau di b e laka ng kabus

- - l1abus
0
.=r

SUSUNAN RANGKAIAN YANG TIDAK BENAR

Alat perangkai tetap saling berhubungan


dalam pembongkaran akan te rjadi kerusakan berat
"U
"'
< ti\
"'

�I Gambar 10: Tanda posisi alat perangkai putar. (J1


N
Pasal53 PERATURAN DINAS 8A

Bagian Kelima
Pengereman Kereta Api
Paragraf 1
Persyaratan untuk Kereta Api Penumpang
Pasal 53
(1) Kdk/Puk harus memastikan bahwa kereta api penumpang yang akan
menjalani dinas kereta api telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. terdiri dari kereta yang dilengkapi peralatan rem udara tekan yang
berfungsi dengan baik;
b. dalam satu rangkaian kereta api harus dipergunakan blok rem yang
sejenis (metalik atau komposit);
c. ketebalan blok rem harus dapat memenuhi kebutuhan untuk sampai
di stasiun tujuan.
(2) Ketebalan blok rem yang telah mencapai 10 mm merata harus diganti,
demikian juga apabila disatu ujung kurang dari 10 mm dan ujung lainnya
lebih dari 10 mm.
(3) Dalam keadaan darurat, apabila pada rangkaian kereta api penumpang di
tengah perjalanan terdapat kereta yang mengalami kerusakan pada
peralatan rem atau blok rem hilang/patah, tetapi saluran udaranya masih
berfungsi dengan baik, kereta tersebut dapat diikutkan terus sampai
mencapai stasiun akhir dengan cara memindahkan posisi tuas penutup
katup pengatur rem (shut off device) pada kedudukan yang hanya
berfungsi sebagai saluran udara tekan ( U), yang berarti bahwa rem pada
kereta tersebut tidak bekerja, dengan ketentuan sebagai berikut.
a. Kecepatan kereta api dan jumlah maksimum kereta dengan peralatan
rem yang tidak berfungsi, hanya sebagai saluran udara tekan ( U), yang
diizinkan dalam satu rangkaian kereta api penumpang dapat dilihat
pada lampiran 8.
b. Kereta yang peralatan remnya tidak berfungsi tidak boleh ditempatkan
sebagai kereta terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah rangkaian
atau di belakang lokomotif.
c. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kereta yang berfungsi sebagai
saluran udara tekan (U), penempatan dalam rangkaian kereta api
tidak diperbolehkan berurutan.
d. Untuk kereta api barang yang menggunakan kereta bagasi (B)
mengikuti ketentuan sebagaimana pada huruf a.
e. Setelah sampai di stasiun tujuan, kereta yang remnya tidak berfungsi
harus dilepas dari rangkaian untuk diperbaiki.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-16
PERATURAN DINAS 8A Pasal54

Paragraf 2
Persyaratan untuk Kereta Api Barang
Pasal 54
(1) Kdg/Pug harus memastikan bahwa kereta api barang yang akan menjalani
dinas kereta api telah memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. terdiri dari gerbong yang dilengkapi peralatan rem udara tekan yang
berfungsi dengan baik;
b. dalam satu rangkaian kereta api harus dipergunakan blok rem yang
sejenis (metalik atau komposit);
c. ketebalan blok rem harus dapat memenuhi kebutuhan untuk sampai
di stasiun tujuan.
(2) Ketebalan blok rem yang telah mencapai 10 mm merata harus diganti,
demikian juga apabila disatu ujung kurang dari 10 mm dan ujung lainnya
lebih dari 10 mm.
(3) Apabila pada rangkaian kereta api barang dalam perjalanan terdapat
gerbong yang mengalami kerusakan pada peralatan rem atau blok rem
hilang/patah, tetapi saluran udaranya masih berfungsi dengan baik,
gerbong tersebut dapat diikutkan terus sampai stasiun akhir dengan cara
memindahkan posisi tuas penutup katup pengatur rem (shut off device)
pada kedudukan yang hanya berfungsi sebagai saluran udara tekan (U),
yang berarti bahwa rem pada gerbong tersebut tidak bekerja, dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Kecepatan kereta api dan jumlah maksimum gerbong dengan
peralatan rem yang tidak berfungsi, hanya sebagai saluran udara tekan
(U), yang diizinkan dalam satu rangkaian kereta api barang dapat
dilihat pada lampiran 9 dan 10.
b. Gerbong yang peralatan remnya tidak berfungsi tidak boleh
ditempatkan sebagai gerbong terakhir, tetapi harus ditempatkan di
tengah rangkaian atau di belakang lokomotif.
c. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi sebagai
saluran udara tekan (U), penempatan dalam rangkaian kereta api
tidak diperbolehkan berurutan.
d. Setelah sampai di stasiun tujuan, gerbong yang remnya tidak berfungsi
harus dilepas dari rangkaian untuk diperbaiki.
(4) Khusus untuk lintas bergigi, gerbong U tidak diizinkan terdapat pada
rangkaian kereta api barang.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VII-17
Pasal55 PERATURAN DINAS 8A

Paragraf 3
Penggunaan Katup Pelepas Rem
Pasal 55
Pada saat rangkaian kereta atau gerbong sudah selesai menjalani dinas
operasi dan akan dilangsir dengan lokomotif langsir yang tidak
menggunakan rem udara tekan, Petugas Puk/Pug harus menarik katup
pelepas rem yang ada di setiap kereta atau gerbong paling sedikit 8
(delapan) detik untuk membuang udara yang ada di silinder rem sehingga
blok rem tidak mengikat.

Paragraf 4
Percobaan Rem Statis
Pasal 56
(1) Percobaan rem statis harus selalu dilakukan pada saat
a. penggandengan lokomotif dengan rangkaian,
b. perubahan susunan rangkaian,
c. penggantian lokomotif, dan
d. terjadi pelepasan saluran rem guna pemeriksaan.
(2) Adapun prosedur percobaan rem statis adalah sebagai berikut.
a. Setelah lokomotif digandeng pada rangkaian dan slang udara
dihubungkan, keran udara pada lokomotif dan kereta/gerbong harus
dibuka.
b. Petugas Puk/Pug memasang manometer pada slang udara tekan
kereta/gerbong paling belakang dan memberitahukan kepada petugas
Puk/Pug yang berada di samping lokomotif dengan cara sebagai
berikut.
1) Pada siang hari petugas melambaikan bendera putih, sedangkan
pada malam hari menggerakkan lentera bercahaya putih.
2) Apabila diperlukan, pemberitahuan disampaikan langsung secara
lisan atau melalui alat komunikasi, menerangkan bahwa
manometer telah dipasang, kran udara sudah dibuka, dan
percobaan pengereman dapat dimulai. lnformasi tersebut
disampaikan secara lisan kepada masinis. Selanjutnya, masinis
memperdengarkan tanda dari suling lokomotif untuk
memberitahukan bahwa percobaan rem akan dimulai dan hendel
rem digerakkan untuk pengereman.
c. Selama percobaan pengereman dilakukan, manometer yang dipasang
pada kereta paling ujung belakang rangkaian oleh petugas Puk/Pug

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-18
PERATURAN DINAS BA Pasal56

harus menunjukkan tekanan 4,8 kg/cm2-5,2 kg/cm2. Apabila selama


percobaan pengereman manometer menunjukkan tekanan udara
kurang dari 4,8 kg/cm2, rem udara tekan tidak memenuhi syarat dan
harus diperbaiki.
d. Petugas Puk/Pug mencatat tekanan udara pengereman sebelum dan
sesudah pengereman dikerjakan dalam check sheet rangkaian kereta
api serta memastikan semua blok rem pada kereta/gerbong telah
mengikat.
e. Apabila pengereman berhasil baik, petugas Puk/Pug memberitahukan
hasil tersebut kepada masinis secara lisan, kemudian masinis
mengembalikan hendel rem pada kedudukan "lepas".
f. Setelah percobaan rem statis dilakukan dengan hasil baik, tindakan
selanjutnya adalah sebagai berikut.
1) Hasil percobaan dicatat dalam check sheet rangkaian kereta api
dan ditandatangani oleh petugas Puk/Pug, masinis, dan
kondektur.
2) Petugas Puk/Pug melaporkan hasil percobaan dan meminta
Ppka/Pap untuk menandatangani check sheet. Setelah memastikan
bahwa percobaan rem telah dilakukan dengan baik, Ppka/Pap
mencatat dalam Lkdr.
3) Lembar asli check sheet disimpan oleh Ppka/Pap dan tembusan
dikembalikan kepada petugas Puk/Pug untuk disimpan sebagai
arsip.
(3) Apabila rangkaian kereta api penumpang/barang mengalami gangguan
rem macet, petugas harus menjalankan prosedur sebagai berikut.
a. Petugas Puk/Pug memeriksa kran pipa saluran udara kereta atau
gerbong (kemungkinan ada kran dalam keadaan tertutup).
b. Setelah dilakukan pemeriksaan dan rem dapat berfungsi, percobaan
rem statis harus dilakukan kembali.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VII-19
PERATURAN DINAS 8A Pasal57

BAB VIII
KETENTUAN TENTANG PERALATAN KHUSUS
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 57
(1) Peralatan khusus merupakan sarana kereta api yang tidak digunakan
untuk angkutan penumpang atau barang tetapi untuk keperluan khusus.
(2) Pera Iatan khusus menurut jenisnya terdiri atas:
a. peralatan khusus yang ditarik lokomotif, yaitu peralatan khusus yang
tidak mempunyai penggerak sendiri;
b. peralatan khusus dengan penggerak sendiri, yaitu peralatan khusus
yang menggunakan peralatan penggerak dengan sumber tenaga
motor diesel atau listrik.
(3) Peralatan khusus sebagaimana pada ayat (1) terdiri atas :
a. kereta inspeksi,
b. kereta penolong,
c. kereta ukur yang meliputi:
1) kereta ukur sarana;
2) kereta ukur jalan rel,
d. kereta derek (crane), dan
e. kereta pemeliharaan jalan rel.
(4) Peralatan khusus sebagaimana pada ayat (2) yang akan dioperasikan harus
dipastikan sudah memenuhi standar kelaikan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Perkeretaapian serta peraturan pelaksanaanya.

Bagian Kedua
Petu njuk mengenai Peralatan Khusus
Pasal 58
(1) Peralatan khusus sarana kereta api terdiri atas lima jenis.

No Jenis Uraian
1 SI Kereta inspeksi
2 SN Kereta penolong
3 SU Kereta ukur
4 SC Kereta derek (Crane)
5 SR Kereta pemeliharaan jalan rel

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-1
Pasal58 PERATURAN DINAS BA

(2) Semua peralatan khusus mempunyai kode sarana pada kedua dinding luar
dan harus diberi tulisan dalam tanda kurung pada bidang empat persegi
panjang berukuran 1.000 x 250 mm, misalnya:

I KERETA PENOLONG (tempat kedudukan)


...................

(3)
I KERETA DEREK (tempat kedudukan)
...................

Penomoran pada peralatan khusus diatur sebagai berikut.


a. Untuk setiap jenis peralatan khusus, penomoran ditulis di tengah
kedua dinding bagian luar.
b. Penomoran peralatan khusus terdiri atas huruf dan angka. Huruf
menunjukkan jenis peralatan khusus, sedangkan angka menunjukkan
jenis penggerak, tahun mulai dioperasikan, dan nomor urut.
c. Angka pengenal jenis penggerak untuk penomoran pada peralatan
khusus:
0 = peralatan khusus yang ditarik lokomotif
1 = peralatan khusus dengan penggerak listrik
2 = peralatan khusus dengan penggerak diesel elektrik
3 = peralatan khusus dengan penggerak diesel hidrolik
d. Conteh penomoran peralatan khusus:
1) Kereta lnspeksi : SI 0 10 01. Artinya,
SI = peralatan khusus jenis kereta inspeksi;
0 = jenis peralatan khusus yang ditarik lokomotif;
10 = mulai dioperasikan di Indonesia tahun 2010;
01 = nomor urut.
2) kereta penolong: SN 0 09 02. Artinya,
SN = peralatan khusus jenis kereta penolong;
0 = jenis peralatan khusus yang ditarik lokomotif;
09 = mulai dioperasikan di Indonesia tahun 2009;
02 = nomor urut.
3) kereta ukur sarana: SU 2 96 02. Artinya,
SU = peralatan khusus jenis kereta ukur;
2 = jenis peralatan khusus dengan penggerak diesel elektrik;
96 = mulai dioperasikan di Indonesia tahun 1996;
02 = nomor urut.
4) kereta derek: SC 3 98 01. Artinya,
SC = peralatan khusus jenis kereta derek;
3 = jenis peralatan khusus dengan penggerak diesel hidrolik;
98 = mulai dioperasikan di Indonesia tahun 1998;
01 = nomor urut.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal59

5) kereta pemeliharaan jalan rel : SR 3 98 01. Artinya,


SR = peralatan khusus jenis kereta pemeliharaan jalan rel;
3 = jenis peralatan khusus dengan penggerak diesel hidrolik;
98 = mulai dioperasikan di Indonesia tahun 1998;
01 = nomor urut.
6) petunjuk lain yang ditempatkan pada rangka dasar dan dinding
peralatan khusus adalah
a) "mulai dioperasikan";
b) "kuat muat";
c) "kolom perawatan";
d) "pemeriksaan akhir";
e) "tempat kedudukan"; dan
f) "puncak kecepatan".

Bagian Ketiga
Kesiapan Operasi Peralatan Khusus
Pasal 59
(1) Sebelum keluar dari dipo, baik peralatan khusus yang ditarik lokomotif
maupun peralatan khusus dengan penggerak sendiri harus memenuhi
jadwal pelaksanaan perawatan dan pengecekan, termasuk kelengkapan,
sesuai dengan lembar pengecekan (checklist). Kelengkapan yang harus
dipenuhi, antara lain:
a. peralatan keselamatan yang meliputi:
1) 1 (satu) buah alat pemadam api dalam keadaan tersegel dan tidak
kedaluwarsa,
2) 1 (satu) buah palu pemecah kaca, dan
3) 4 (empat) buah pengganjal roda (stopblok);
b. peralatan semboyan yang meliputi:
1) 2 (dua) buah bendera merah,
2) 1 (satu) buah bendera kuning, dan
3) 2 (dua) buah skip semboyan 21;
c. kelengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).
(2) Peralatan khusus dengan penggerak sendiri harus dilengkapi peralatan
penunjang, sekurang-kurangnya:
a. Klakson,
b. lampu utama dan lampu semboyan,
c. deadman device, serta

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-3
Pasal60 PERATURAN DINAS 8A

d. 1 (satu) unit peralatan komunikasi yang berfungsi sebagai alat


penghubung antara motoris dan petugas pengendali perjalanan kereta
api (PPKP) atau petugas pengatur perjalanan kereta api (Ppka) di
stasiun melalui PPKP.

Bagian Keempat
Kereta lnspeksi
Pasal 60
(1) Kereta inspeksi sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf a merupakan
perlatan khusus untuk pemeriksaan jalan rel, pengangkutan petugas, dan
peralatan kerja.
(2) Kdt tempat kedudukan kereta inspeksi sebagaimana pada ayat (1) huruf c
bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta inspeksi agar selalu siap
dioperasikan jika sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(3) Penggunaan kereta inspeksi diatur oleh JPR dan perjalanannya
diperlakukan sebagai kereta api luar biasa.
(4) Kelengkapan kereta inspeksi sebagaimana pada ayat (1) huruf c ditetapkan
oleh JPR dan dicatat dalam daftar inventaris yang harus selalu ada di
kereta inspeksi, serta harus diperiksa oleh Kdt sekurang-kurangnya dua
kali dalam satu tahun, harus dilaporkan kepada JPR melalui JPTD.
(5) Pengoperasian dan perawatan kereta inspeksi harus mengacu kepada
ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang
bersangkutan, yang dikeluarkan oleh pabrikan.

Bagian Kelima
Kereta Penolong
Pasal 61
(1) Kereta penolong sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf b merupakan
peralatan khusus untuk membawa alat kerja yang digunakan untuk
mengevakuasi sarana kereta api yang keluar rel dan dalam gapeka
ditetapkan tempat kedudukan kereta penolong.
(2) Kereta penolong terdiri atas kereta penolong yang mempunyai tenaga
gerak sendiri dan kereta penolong yang tidak mempunyai tenaga gerak
sendiri.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-4
PERATURAN DINAS 8A Pasal62

(3) Untuk pengiriman ke lokasi kejadian, kereta penolong dapat digandengkan


dengan kereta api barang atau kereta api luar biasa dengan kecepatan
tidak melebihi 60 km/jam.
(4) Kdl/Kdt tempat kedudukan kereta penolong bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi kereta penolong agar selalu siap dioperasikan jika
sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya dan kesiapan
pengiriman ke lokasi kejadian
(S) Kelengkapan kereta penolong ditetapkan oleh JTL, dicatat di dalam daftar
inventaris yang harus ada di kereta penolong. lnventaris tersebut
sekurang-kurangnya diperiksa oleh Kdl/Kdt dua kali dalam satu tahun dan
harus dilaporkan kepada JTL melalui JPTD.
(6) Pengiriman kereta penolong ke balai yasa harus ditunda sampai ada
penggantinya yang lengkap dan siap dioperasikan setiap saat.
(7) Keadaan peralatan inventaris yang masih berada di dalam kereta penolong
yang masuk balai yasa harus tercatat dalam buku penjagaan/daftar
inventaris.

Bagian Keenam
Kereta Ukur Sarana
Pasal 62
(1) Kereta ukur sarana sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf c butir 1)
merupakan peralatan khusus yang dilengkapi dengan instrumen
pengukuran untuk pengujian daya tarik lokomotif, kualitas pengendaraan
(riding quality), dan performansi pengereman pada kereta dan gerbong.
(2) Pengukuran daya tarik lokomotif dilakukan dengan merangkaikan kereta
ukur di belakang lokomotif, kemudian dirangkaikan dengan sejumlah
kereta atau gerbong. Pengukuran dilakukan pada saat kereta api berjalan
sampai pada kecepatan maksimum pada suatu lintas.
(3) Pengukuran performansi pengereman secara individual maupun dalam
rangkaian dilakukan secara statis dan dinamis.
(4) Hasil pengukuran kereta ukur sarana, antara lain adalah:
a. diagram daya tarik lokomotif,
b. kualitas pengendaraan, dan
c. performansi pengereman.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-5
Pasal63 PERATURAN DINAS 8A

(S) Kdt tempat kedudukan kereta ukur sarana bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi kereta ukur sarana agar selalu siap dioperasikan jika
sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(6) Kelengkapan kereta ukur sarana ditetapkan oleh JPR dan dicatat dalam
daftar inventaris yang harus selalu ada di kereta ukur sarana. Kdt tempat
kedudukan kereta ukur sarana harus memeriksa inventaris tersebut
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JPR melalui JPTD.
(7) Pengoperasian dan perawatan kereta ukur sarana harus sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang
bersangkutan.
(8) Penggunaan kereta ukur diatur oleh JPR dan perjalanannya diperlakukan
sebagai kereta api luar biasa.

Bagian Ketujuh
Kereta Ukur Jalan Rel
Pasal 63
(1) Kereta ukur jalan rel sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf c butir 2)
merupakan peralatan khusus yang dilengkapi dengan instrumen
pengukuran kualitas jalan rel.
(2) Kereta ukur jalan rel terdiri atas:
a. kereta ukur dengan penggerak sendiri;
b. kereta ukur yang ditarik lokomotif.
(3) Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta ukur
bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta ukur agar selalu siap
dioperasikan jika sewaktu-waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya.
(4) Kelengkapan kereta ukur ditetapkan oleh JPI dan dicatat dalam daftar
inventaris yang harus selalu ada di kereta ukur, harus diperiksa oleh
Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta ukur
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JPI melalui JPJD yang bersangkutan.
(S) Pengoperasian dan perawatan kereta ukur harus sesuai dengan ketentuan
yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang bersangkutan.
(6) Penggunaan kereta ukur diatur oleh JPI dan perjalanannya diperlakukan
sebagai kereta api luar biasa serta harus melalui jalur lurus pada waktu
melakukan pengukuran ketika melewati emplasemen.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-6
PERATURAN DINAS 8A Pasal64

(7) Kereta ukur yang ditarik lokomotif harus diberi kereta pemisah dan
ditempatkan pada bagian rangkaian yang paling belakang.
(8) Hasil pengukuran kereta ukur jalan rel meliputi:
a. ketidakrataan rel akibat amblesan rel kanan, amblesan rel kiri, dan
skilu;
b. lebar jalan rel;
c. kelurusan rel kiri dan rel kanan; serta
d. akselerasi getaran horizontal dan vertikal.

Bagian Kedelapan
Kereta Derek (Crane)
Pasal 64
(1) Kereta derek sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf d merupakan
peralatan khusus yang digunakan untuk mengangkat sarana kereta api dan
dalam gapeka ditetapkan tempat kedudukan kereta derek.
(2) Untuk pengiriman dari tempat kedudukan ke lokasi kejadian, kereta derek
dapat digandengkan dengan kereta api barang atau kereta api luar biasa
dengan kecepatan tidak melebihi kecepatan kode sarana terendah pada
rangkaian kereta api tersebut.
(3) Kereta derek boleh ditempatkan langsung di belakang lokomotif penarik
apabila jumlah berat lokomotif dan kereta derek tidak melebihi
kemampuan dukung jalan dan bangunan hikmat (jembatan) sebagaimana
tertuang dalam peta izin lokomotif.
(4) Apabila dalam peta izin lokomotif, kereta derek tidak boleh digandengkan
dengan lokomotif penarik, di antara lokomotif dan kereta derek harus
ditempatkan beberapa gerbong.
(S) Kdl/Kdt tempat kedudukan kereta derek bertanggung jawab untuk
menjaga kondisi kereta derek agar selalu siap dioperasikan jika sewaktu­
waktu diperlukan beserta kesiapan petugasnya dan kesiapan pengiriman
ke lokasi kejadian.
(6) Kelengkapan kereta derek dicatat dalam daftar inventaris yang ditetapkan
oleh JPR. Kdl/Kdt harus memeriksa inventaris tersebut sekurang­
kurangnya dua kali dalam satu tahun dan melaporkannya kepada JPR
melalui JPTD.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
VIII-7
Pasal65 PERATURAN DINAS SA

(7) Pengoperasian dan perawatan kereta derek harus sesuai dengan


ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta yang
bersangkutan
(8) Ketika tidak dioperasikan maupun ketika berjalan, bagian kereta derek
yang dapat dilipat harus dilipat dan dikunci.

Bagian Kesembilan
Kereta Pemeliharaan Jalan Rel
Pasal 65
(1) Kereta pemeliharaan jalan rel sebagaimana dalam pasal 57 ayat (3) huruf
e merupakan peralatan khusus yang digunakan untuk perawatan jalan rel
yang terdiri dari:
a. MTI (Multi Tie Tamper Machine) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk perawatan geometri jalan rel, meliputi pengangkatan,
pelestrengan, pemecokan/pemadatan balas di bawah bantalan.
b. PBR (Profile Ballast Regulator) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk memprofil balas.
c. USP (Universal Schoter Proniermaschine) adalah kereta pemeliharaan
jalan rel untuk mendistribusikan dan memprofil balas.
d. SSP (Schnell Schoter Proniermaschine) adalah kereta pemeliharaan
jalan rel untuk memprofil balas.
e. VDM (Vehicle Dumping Machine) adalah kereta pemeliharaan jalan rel
untuk memadatkan balas di antara bantalan.
f. TG (Track Garbage) adalah kereta pemeliharaan jalan rel multiguna
untuk membuat drainase, mengeruk tanah dan/atau mengangkut,
menarik rangkaian peralatan seberat 130 ton dengan kecepatan 5
km/jam.
g. FBW (Flash Butt Welding) adalah kereta pemeliharaan jalan rel untuk
mengelas/menyambung rel.
h. BC (Ballast Cleaner) adalah kereta pemeliharaan jalan rel untuk
menggorek, membersihkan dan memasukkan kembali balas ke jalan
rel.
(2) Kepala unit pelaksana teknis Dipo Mekanik tempat kedudukan kereta
pemeliharaan jalan rel bertanggung jawab untuk menjaga kondisi kereta
pemeliharaan jalan rel agar selalu siap dioperasikan jika sewaktu-waktu
diperlukan beserta kesiapan petugasnya dan kesiapan pengiriman ke
lokasi perawatan jalan rel.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-8
PERATURAN DINAS BA Pasal65

(3) Kelengkapan kereta pemeliharaan jalan rel ditetapkan oleh JTJ dan dicatat
dalam daftar inventaris yang harus selalu ada di kereta pemeliharaan jalan
rel, dan harus diperiksa oleh kepala unit pelaksana teknis dipo mekanik
sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun, serta harus dilaporkan
kepada JTJ melalui JPJD.
(4) Pengoperasian dan perawatan kereta pemeliharaan jalan rel harus sesuai
dengan ketentuan yang terdapat dalam buku Manual Instruction kereta
yang bersangkutan.
(5) Penggunaan kereta pemeliharaan jalan rel diatur oleh JPJD dan
perjalanannya diperlakukan sebagai kereta api fakultatif atau kereta api
luar biasa.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
VIII-9
PERATURAN DINAS 8A Pasal66

BAB IX
GERBONG MILIK BADAN USAHA LAIN ATAU GERBONG YANG DISEWAKAN
Bagian Kesatu
Gerbong Milik Badan Usaha Lain
Pasal 66
(1) Untuk mengangkut barang tertentu, peng1rim diizinkan menggunakan
gerbong miliknya sendiri yang ditandai dengan identitas pemilik dan
pengoperasiannya dilakukan oleh perusahaan dan diatur dalam perjanjian
antara Direksi dan pengirim barang.
(2) Pengelolaan gerbong milik badan usaha lain sebagaimana pada ayat (1)
ditentukan sebagai berikut.
a. Gerbong dimasukkan dalam daftar jumlah armada gerbong
Perusahaan.
b. Gerbong ditempatkan di stasiun tempat kedudukan yang sudah
ditentukan. Pada dinding gerbong ditulis nama singkatan stasiun
tempat kedudukan, logo pemilik, dan logo Perusahaan.
c. Di stasiun tempat kedudukan, setelah selesai dimuati, gerbong harus
secepat mungkin dikirim ke stasiun tujuan dan setelah dibongkar
segera dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan.
d. Setelah tiba di stasiun tempat kedudukan, gerbong harus ditahan
hingga diterima permintaan untuk dimuati dari badan usaha yang
bersangkutan.
(3) Setiap perubahan tempat kedudukan harus dilaporkan tersendiri dengan
surat permohonan kepada Direksi.
(4) Gerbong tangki yang digunakan untuk angkutan barang cair yang mudah
terbakar, dalam keadaan kosong maupun berisi di emplasemen atau pada
rangkaian kereta api, harus memenuhi ketentuan di bawah ini.
a. Dom harus tertutup dengan baik.
b. Baut penutup luar harus diputar kencang dan diplombir.
c. Kran pada pipa saluran harus ditutup rapat dan flens lengkap dengan
paking dibaut kencang serta diplombir.
d. Dinding tangki tidak boleh bocor.
(5) Pug/Puk dan petugas stasiun harus memastikan bahwa ketentuan
sebagaimana pada ayat (4) telah dipenuhi dan harus melarang
penggunaan gerbong tangki yang tidak memenuhi ketentuan tersebut.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
IX-1
Pasal67 PERATURAN DINAS 8A

(6) Penyerahan gerbong tangki dari pemilik kepada petugas Pug/Puk atau
sebaliknya harus dicatat, dalam buku penyerahan, gerbong tangki tersebut
dalam keadaan lengkap dan baik atau tidak.
(7) Pembedaan barang cair yang diangkut dalam setiap gerbong tangki
ditunjukkan dengan warna tertentu. Selain itu, pada tangki tersebut ditulis
jenis barang cair dengan huruf yang jelas.

Bagian Kedua
Gerbong yang Disewakan
Pasal 67
(1) Untuk mengangkut barang tertentu, perusahaan dapat menyewakan
gerbong untuk sementara waktu dan mengizinkan penyewa memasang
bak atau alat lain di gerbong tersebut untuk tempat barang yang akan
diangkut.
(2) Untuk setiap gerbong, ditetapkan stasiun tempat kedudukan dan pada
dinding tiap-tiap gerbong ditulis nama singkatan stasiun tempat
kedudukan tersebut.
(3) Di stasiun tempat kedudukan, setelah selesai dimuati, gerbong harus
secepat mungkin dikirim ke stasiun tujuan dan setelah dibongkar segera
dikirim kembali ke stasiun tempat kedudukan.
(4) Untuk mengangkut dengan menggunakan gerbong yang disewakan
digunakan bentuk 384 yang dipakai untuk angkutan biasa.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
IX-2
PERATURAN DINAS 8A Pasal68

BABI X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 68
(1) Peraturan Dinas 8A ini ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi PT
KERETA API INDONESIA (PERSERO) Nomor KEP. U/HK.215/Vlll/1/KA-2011
Tanggal 26 Agustus 2011.
(2) Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penggunaan sarana pada
lintas dengan lebar jalan rel 1.067 mm masih tetap berlaku selama tidak
bertentangan dan/atau diganti dengan ketetapan khusus sebagai
perubahan dan tambahan peraturan dinas ini.

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
X-1
-0
fT1
::0

c
::0
p
z
PANJANG, BERAT, DAN DAYA LOKOMOTIF UNTUK TIAP JENIS LOKOMOTIF 0
z
p
en
No Jenis Lokomotif Panjang (mm) Berat Siap (ton) Daya (hp) OJ
)>
1 cc 204 15.214 84 1.988

2 cc 203 15.214 84 2.000


fTI
0 3 cc 202 18.942 108 2.000
Q:j
)> 4 cc 201 15.214 82 1.825
Gl
c
�c 5 BB 204 13.500 55 1.100
(f)
I\) 6 BB 203 15.214 81 1.380
0

7 BB 202 12.900 65 1.000

8 BB 304 13.380 52 1.410

9 BB 303 12.320 42,8 940

10 BB 302 12.810 44 830

11 BB 301 13.380 52 1.300

��
r" ::g
1--'
::0
I
p
1--'
z
-0
fT1
::0

c
::0
p
z
0
z
p
en
PANJANG GERBONG YANG DIUKUR DARI KEDUA UJUNG ALAT PERANGKAI
OJ
)>

NO Jenis Gerbong Panjang (meter) Lebar (meter)


fTI
0 2,40
Q:j 1 Gerbong datar (GD) 10,90I13,20I14,70
)>
Gl 2,40
c 2 Gerbong terbuka (GB) 11,40J12,50I13,20
�c
(f) 2,20I 2,30
I\) 3 Gerbong tertutup (GT) 10,90I 13,20
0
2,60
4 Gerbong tangki (GK) 12,50

2,40
5 Gerbong lekuk (GL) 16,70

��
1l
r" ;a
N p
I z
......
N
-0
fT1
::0

c
::0
p
z
0
z
p
UKURAN DAN KAPASITAS PETI KEMAS STAN DAR en
OJ
)>

Peti Kemas Standar


Uraian
fTI
20feet 40feet ISO Tank
0
Q:j Panjang 6,058 m 12,192 m 6,058 m
)>
Gl
c
Lebar 2,438 m 2,438 m 2,058 m
�c
(f)
I\) Tinggi 2,591 m 2,591 m 2,591 m
0

Berat Kosong 2.330 kg 4.000 kg 3.385 kg

Berat Muatan 21.670 kg 26.480 kg 32.615 kg

Berat Total 24.000 kg 30.480 kg 36.000 kg

Kapasitas - -
24.000 liter

��
r" ::g
VJ
::0
I
p
......
z
w
PERATURAN DINAS BA LAMPIRAN 4

PROFIL RUA NG BEBAS, PROFIL RUA NG KELONGGARA N DA N PROFIL RUA NG MUATA N


(Berdasarkan Batas Ruang Bebas Dalam Peraturan Dinas 10 Tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel)

I
�-- 1275 ---�i.c --

1275 - ....
+ 4000 ·>-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-·-�· .
-;£_ · 0-.
·
· - - · - · -· - - · - ·
+4050

7T-----------------;-------------------T,-��
-- . . .

/ 'i
+ 3820 ---
.,,,
+ 3700
+3550 ----
-1200 •i
....--- 1200-
i 1I
!
!
......
I I I

+ 3000 ---__.
I !
+ 3000
I1 1·-,
I I

Peron Tinggi Peron Rendah i ii 1


I Khusus Sisi Bawah Untuk Lintas Bergigi
. i I II !I I
! I
110.
I I I I ! 105.
i

II I II !
I 366•
I 320• ��
Ii 'I1 I ! +250 � __..,_dt-s=; +165 +135
.... 1950 I ! •I +40 +60
-

--=..±. �
� ' .= +40
1.. I +0 - +O
--

i 1950 i-i �.

I j 1
: : 1700-------

l... I
I
1540 � ...

I
f<i--- 1350---....
I -----1350
i
+1100 I I i L
+ 1 0 50 -- --- · - '-· - · -·Mll.--- 1230
I

I
+ 1000 i!i -<1- - 1600- <- -
Keterangan:
. 1300 ...
-- --

!j�l---------------,----------------------
1260
-<1;---- 1540 +
+600
750
Profil Ruang Bebas
I
i ""--1000 � i- · -· ' ---tfil!.Q.._ +450 Profil Ruang Kelonggaran
! 1� 980 !-c 1530---i '
1·-·-·U
_.,.

+250 ------
-
+200 ·"" 1300 j ·-·- .

--- +200
+250 Profil Ruang Kelonggaran
I
,..
--- -

+40 _ --::==:-· - · - · - ·-· -·� ·=-- ·-·-·-· - · - · - · -'


±.6.0."=-�----- ""=.::_ - = ==�..±JlJ)_+..40__ +O
+O Untuk Semboyan Kereta Api
---tnc7 _.,,,J
__

---- Prof1I Ruang Muatan

EDIS! AGUSTUS 20 1 1 L 4-1


-0
fT1
::0
DAYA TARIK SETIAP JENIS LOKOMOTIF CC PADA LAN DAI PENENTU DAN KECEPATAN TERTENTU

c
::0
DAYA TARIK (ton) p
NO. JENIS LOK. i (%0) z
V=20 V=25 V=30 V=40 V=50 V= 6 0 V=70 V=80 V=90 V=lOO V=llO
0
1 CC204 0 < i $5 2500 2100 1600 1300 1000 790 620 510 420 350 z
5 < i $ 10 700 430 380 250 p
1450 1200 900 550 300 200 en
10 < i $ 15 1000 830 610 480 380 300 250 200 150 OJ
)>
15 < i $ 20 750 600 450 360 280 210 170 150
20 < i $ 25 600 5 00 360 280 2 10 180 130
2 cc 203 0 < i $5 1050 850 680 550 410 320 250
5<i $ 10 1010 800 62 0 5 00 400 320 2 50 190
fTI
0 lO<iS15 790 700 550 450 350 280 220 160
Q:j 15 < i $ 20 600 540 400 310 250 200 150
)>
Gl 20 < i $ 25 490 420 310 250 190 150 110
c
3 cc 202 0 < i $5 1860 1550 1300 10 00 750 500
�c
5 < i $ 10 1550 1350 1080 770 580 450 350 280
(f)
I\) 10 < i $ 15 1090 925 750 5 20 390 290 23 0 180
0
15 < i $ 20 800 700 5 60 380 28 0 210 160 120
20 < i $ 25 650 55 0 440 290 210 150 110

4 CC201 0 < i $5 2000 1710 1220 930 730 590 470 3 80 310 250
5<iS10 1250 1110 1000 720 540 420 340 270 220 180
10 < i $ 15 850 79 0 690 4 90 370 280 220 180 140
15 <i $ 20 530 370 280 2 10 160
20 < i $ 25 420 290 210 1 60 120

Keterangan : Cata tan:


i = lereng penentu (%0) Kecepatan minimum lokomotif :

V = kecepatan (km /ja m ) - CC 204 24 km/jam


- CC 203 24 km/jam
��
- CC 202 14 km/jam
r" ::g
(Jl
- CC 201 18 km/jam (produksi tahun 1977 s a m pai dengan 1989) ::0
I
p
......
CC 201 24 km/jam (produksi tahun 1992) z
U1
PERATURAN DINAS SA LAMPIRAN 5

DAYA TARI K SETIA P JE NIS LO KO MOTIF BB PA DA LA N DAI PE NE NTU DA N


KECE PATA N TERTENTU

DAYA TARIK (ton)


No Lokomotif i (%0)
V=20 V=30 V=40 V=50 V=60 V=70 V=80 V=90

5 BB 204 0<is5 1100 1020 730 550 430


5<is10 640 600 420 320 250
10<is15 440 410 290 220 160
15<is20 330 310 210 160
20<is25 260 240 160 120

6 BB 203 0<is5 1350 1280 910 680 530 420 330


5<is10 780 740 520 390 300 240 190
10<is15 530 510 350 260 200 150 120
15<is20 400 380 260 190 140 100
20<is25 310 300 200 140
7 BB 202 0<is5 1130 900 630 470 360 280 210
5<is10 650 510 360 260 190 150
10<is15 440 350 230 170 120
15<is20 320 250 160 110
20<is25 250 190 120
8 BB 304 0<is5 1650 1200 890 660 500 400 320 250
5<is10 910 690 520 400 300 230 170 140
10<is15 630 480 370 260 180 140 120
15<is20 480 360 280 210 160 110 90
20<is25 390 280 210 160 110
9 BB 303 0<Is5 1110 790 550 400 310 250 200
5<1510 640 450 310 250 190 140 100
10<Is14 500 370 250 180 110
14<Is20 360 260 180 110
20<Is30 230 150 100
10 BB 302 0<is5 1100 790 580 420 310 250 220
5<is10 660 480 320 240 180 160 120
10<is15 490 350 230 160 110 100
15<is20 390 260 160 100
20<is25 240 180 120
11 BB 301 0<is5 1550 1100 810 600 470 350 260 180
5<is10 900 660 480 350 270 210 160 110
10<is15 640 450 310 220 170 130
15<is20 480 330 250 170 120
20<is25 380 270
Keterangan :
i = landai penentu (%0)
V = kecepatan (km/jam)

EDISI AGUSTUS 20 1 1
LS-2
-0
fT1
::0

c
::0
p
z
0
z
p
en
OJ
)>

JENIS DAN UKURAN RODA LOKOMOTIF, KERETA DAN GERBONG

fTI
0
Q:j JENIS DIAMETER (mm)
)> NO PERUNTUKAN
Gl R ODA BARU MINIMA L OPERASI
c
--- -- -
�c 1 L . DE 920 817 Lokomotif CC 201, 203, 204
(f) - - -- -- -- -

I\) 2 L.DH 910 825 Lokomotif DH, BB 301, 302, 303, 304
0 - -- -- -
3 0 1020 914 Lokomotif DE CC 202

4 p 866 780 Kereta Anggrek


5 cc 780 698 Kereta/Gerbong

6 DD 857 794 Gerbong KKB SO ton

��
r" ::g
::0
0\
I
p
......
z
())
-0
fT1
::0

c
::0
p
z
0
z
p
en
BERAT KERETA API BERDASARKAN KUATTARIK ALAT PERANGKAI DAN LERENG PENENTU OJ
)>
(TIDAK BERDASARKAN KEKUATAN LOKOMOTIF).

BERAT KERETA A PI MAKSI MU M ( TON )


fTI LERENG PENENTU
0 NO.
(o/oo) ALAT PERANGKAI DENGAN ALAT PERANGKAI DENGAN ALAT P E R ANGKA I DENGAN
Q:j
)>
Gl
KUAT TARIK 30 TON KUAT TARIK 120 TON KUATTARIK 250TON
c
�c 1 40 560 2250 4650

(f) 2 35 640 2550 53 5 0


I\)
0 3 30 750 3000 6250

4 25 900 3600 7500

5 20 1125 4500 9350

6 17,5 1285 5100 10450

7 15 1500 6000 12500

8 12,5 1800 7200 15000

9 10 2250 9000 18000

��
r" ::g
::0
'-::)
I
p
......
z
'1
-0
fT1
::0

c
::0
p
JUMLAH MAKSIMUM KER ETA YANG BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN (U ) DALAM SUATU RANGKAIAN KERETA API z
0
PENUMPANG PADA LANDA! DAN KECEPATAN TERTENTU z
p
en
i V m aks Jumlah Maksimum Kereta yang Berfungsi sebagai Saluran Udara Tekan (U) OJ
No )>
(%0) (km/jam) N=4 N =5 N=6 N=7 N =8 N=9 N= 10 N= 11 N = 12
1 0<i.,10 90 0 0 0 0 0 0 0 0 0
80 0 0 0 0 0 1 1 1 1

70 0 0 0 1 1 1 2 2 2
fTI
0 60 0 0 0 1 1 2 2 2 2
Q:j
2 10 < i., 15 80 0 0 0 0 0 0 0 0 0
)>
Gl 70 0 0 0 0 0 1 1 1 1
c
�c 60 0 0 0 0 1 1 1 1 1
(f) 3 15 < i., 20 60 0 0 0 0 1 1 1 1 1
I\)
0 50 0 0 0 1 1 1 1 1 1
40 0 0 0 1 1 1 1 1 1

4 20 < i., 25 50 0 0 0 0 0 1 1 1 1

40 0 0 0 0 0 1 1 1 1

5 25 < i., 40 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ket e r angan :
Catatan :

= Landai Penentu 1. Kereta yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U) tidak boleh
N = Jumlah Kereta dalam Rangkaian ditempatkan sebagai kereta terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah
rangkaian atau di be lakang lokomotif.
2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) kereta yang berfungsi sebagai saluran ��
r" udara tekan (U), penempatan da lam rangkaian tidak diperbolehkan ::g
00 berurutan. ::0
I
p
......
z
OJ
-0
fT1
JUMLAH MAKSIMUM GERBONG YANG BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN ( U ) DALAM SUATU RANGKAIAN KERETA API ::0
BARANG PADA LANDAI DAN KECEPATAN TERTENTU UNTUK LINTAS DENGAN BEBAN GANDAR 14 TON �
c
::0
p
i Vmaks Jumlah Maksimum Gerbong yang Berfungsi sebagai Saluran Udara Tekan (U)
z
NO 0
(%0) (km/jam) N=7 N=8 N=9 N= 10 N= 11 N = 12 N= 13 N= 14 N = lS lS < N s 20
z
0 p
1 0<is 6 70 0 0 0 0 0 0 0 0 1 en
6S 0 0 0 0 1 1 1 1 1 2 OJ
)>
60 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
1 6<is10 6S 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2

60 0 0 0 1 1 1 2 2 2 2

SS 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2
fTI
0 2 10 <is lS 60 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2
Q:j
SS 0 1 1 1 1 1 1 1 2 2
)>
Gl 50 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2
c
�c 45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
(f) 3 15 <is 20 5S 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
I\)
0 50 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
4S 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1
40 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

4 20 <is 2S 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
45 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1
40 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1
3S 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

Keterangan :
= La nda i Penentu Catatan :
N = Jumlah Gerbong dalam Rangkaian
1. Gerbong yang berfungsi sebagai sa luran udara tekan (U) tidak boleh ditempatkan sebagai
gerbong terakhir, tetapi harus ditempatkan di tengah rangkaian atau di be lakang lokomotif.
��
2. Apabila terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U),
r" ::g
\0
penempatan da lam rangkaian tidak diperbolehkan berurutan. ::0
I
p
......
z
<O
PERATURAN DINAS BA LAMPIRAN 10

JUMLAH MAKSIMUM GERBONG YANG BERFUNGSI SEBAGAI SALURAN (U}


DALAM SUATU RANGKAIAN KERETA API BARANG PADA LANDAI DAN
KECEPATAN TERTENTU UNTUK LINTAS DENGAN
BEBAN GANDAR 18 TON

Jumlah Maksimum Gerbong yang Berfungsi sebagai


i V maks
NO Saluran Udara Tekan (U)
(%0) (km/jam)
20 < N::; 30 30 < N::; 40 40 < N::; 50 50 < N::; 60
1 0 < i::; 10 45 3 4 5 7
40 4 5 6 8
35 4 5 6 8

2 10 < i::; 15 40 3 4 5 7
35 4 5 6 8
30 4 5 6 8

3 15 < i::; 20 35 3 4 5 7
30 4 5 6 8
25 4 5 6 8

4 20 < i::; 25 30 3 4 5 7
25 4 5 6 8
20 4 5 6 8

Keterangan : Catatan :
I Landai Penentu 1. Gerbong yang berfungsi sebagai saluran udara tekan (U)
N = Jum lah Gerbong da lam tidal< boleh ditempatkan sebagai gerbong terakhir, tetapi
Rangkaian harus ditempatkan di tengah rangkaian atau di be lakang
lokomotif.
2. Apabi la terdapat lebih dari 1 (satu) gerbong yang berfungsi
sebagai saluran udara tekan (U), penempatan da lam
rangkaian tidak diperbolehkan berurutan.

EDISI AGUSTUS 20 1 1
L 10-1
PERATURAN DINAS 8A LAMPIRAN 10

I
0
Ci)
I
-'---

I
-•-

---.,- l()
I

Keterangan :
Warna Dasar : Biru
Warna Tulisan : Putih
Jen is Huruf : Arial - Bold

Bahan : Stiker Berperekat

Satuan : Milimeter

EDIS! AGUSTUS 20 1 1
L 11-1

Anda mungkin juga menyukai