Anda di halaman 1dari 13

Bagian II

LANDASAN TEORI

I. Pengertian Pendidikan Agama Kristen


Teori dan praktik Pendidikan Agama Kristen berkaitan erat dengan
pengembangan kreativitas dan kompetensi para guru PAK. Untuk
mengajarkan agama kristen terutama dalam lembaga sekolah dan jemaat
(gereja) di era atau abad baru dewasa ini. Ada tiga lembaga yang
melaksanakan PAK yaitu keluarga, gereja dan sekolah. Dalam PAK, tugas
pendidik diserahkan kepada satu atau semua lembaga secara tersebar. Secara
etimologis, istilah pendidikan dalam bahasa Indonesia, diterjemahkan dari
bahasa Inggris yakni Education, yang sebenarnya dari bahasa Latin yaitu
ducere yang berarti membimbing (to lead) dan di awali dengan kata e berarti
keluar.1 Oleh karena itu, pendidikan artinya suatu tindakan atau proses untuk
membimbing keluar dari suatu keadaan tertentu menuju ke keadaan yang
lebih baik.
Pengertian Pendidikan di lihat berdasarkan perkembangan zaman dan
sesuai dengan waktu, adapula perspektif masa lampau yakni salah satu tugas
penting pendidikan adalah menjamin pengetahuan sebagai warisan masa
lampau yang dapat terpelihara dan dimungkinkan tersedia bagi kehidupan
masa kini, sedangkan perspektif masa kini adalah proses atau aktivitas yang
sedang berlangsung pada masa sekarang untuk mendapatkan dan atau
menemukan sesuatu. Pada hakikatnya, masa kini merupakan sumber
pengetahuan pada dirinya sendiri. Pada akhirnya perspektif masa depan
adalah penunjuk arah ke mana usaha (pendidikan) akan di bawa atau di tuju.2
Berdasarkan pandangan di atas, pendidikan memiliki tiga dimensi
waktu yaitu perspektif masa lampau, masa kini dan masa depan. Pada ketiga
dimensi ini, saling berkaitan satu dengan lainnya karena perspektif masa
lampau menjadi bekal bagi perspektif masa kini dan perspektif masa kini bisa
menjadi pedoman untuk menuju ke perspektif masa depan. Tujuan pendidikan

1
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 2-4.
2
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 6-7.

1
berdasarkan perkembangan zaman dan waktu, pendidikan memiliki tujuan
yang pasti, yaitu membimbing keluar untuk menjadi lebih baik.
Pendidikan dalam arti membimbing keluar memang merupakan
aktivitas yang di arahkan ke masa depan, menuju horizon yang melampaui
keterbatasan manusia masa kini. Sehingga asumsi penting untuk dimensi
waktu ini adalah kita ingin dan hendak mencapai masa depan yang berguna.
Oleh karena itu, proses pendidikan yang kita lakukan merupakan hal yang
vital dan perlu dilakukan dalam aktivitas pendidikan, yakni transformasi atau
pembaharuan dari masa lampau ke masa kini menuju masa depan.3
Sementara itu pengertian pendidikan dari Groome yang mengacu pada
Lawrence Cremin yang mendefinisikan pendidikan sebagai usaha yang sadar,
sistematis dan berkesinambungan untuk mewariskan, membangkitkan atau
memperoleh baik pengetahuan, sikap-sikap, nilai-nilai, keterampilan-
keterampilan atau kepekaan-kepekaan maupun hasil apapun dari usaha
tersebut.4
Setelah kita memahami pengertian pendidikan kita akan membahas
kaitannya dengan agama. Sejauh pendidikan bertujuan untuk menggerakkan
manusia untuk melampaui keterbatasan masa kini menuju realisasi
kemungkinan dan potensi secara penuh, kita dapat mengatakan bahwa semua
pendidikan, setidaknya secara implisit, adalah suatu pencarian atau upaya
pencapaian terhadap yang transenden. Seorang tokoh Kristen, David Tracy
mengakui bahwa tidak ada satu definisi tunggal mengenai fenomena manusia
yang dapat dibuat dan mencakup isi yang umum yang dapat di sepakati semua
pihak yang disebut sebagai agama.5
Namun kita dapat mendefinisikan agama sebagai upaya pencarian
terhadap yang transenden, dimana hubungan seorang dengan suatu dasar
keberadaan yang mutlak dibawa ke dalam kesadaran sehingga agama di beri
ekspresi (perwujudan). Pada hakikatnya, setiap orang mempunyai kesadaran
religius, yakni kesadaran akan adanya kodrat supranatural. Kesadaran

3
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 8.
4
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Of Media,
2007), 16.
5
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 8.

2
terhadap relasi dengan yang supranatural tentunya di beri wujud dalam bentuk
yang bermacam-macam.6 Dengan pemahaman seperti itu, pendidikan agama
dapat dikatakan sebagai suatu usaha yang sengaja untuk memahami dan
menghayati dimensi kehidupan yang transenden.
Dengan adanya pendidikan, kata agama merujuk pada
kebersamaannya dengan semua usaha pendidikan yaitu suatu ikatan yang
penting untuk dipertahankan. Pendidikan yang baik perlu mempertahankan
pendidikan yang mengutuhkan manusia (holistic) yang mencakup aspek
kognitif, afektif dan tingkah laku, karena dengan begitu kita akan menyadari
bahwa arti pendidikan itu sebetulnya jauh lebih luas daripada sekedar usaha
persekolahan.7
Agama dapat dibicarakan secara umum, namun dalam kenyataannya,
agama mendapatkan ekspresi/perwujudan pada manivestasi histori yang
bersifat khusus karena secara harafiah tidak ada agama secara umum. Jika
pendidikan agama dilakukan oleh dan dari tradisi agama tertentu, tradisi
agama itulah yang sebetulnya menamai dan mencirikan pendidikan agama
tersebut. Dengan demikian jika pendidikan agama dilakukan oleh persekutuan
agama Kristen dan dari perspektif agama Kristen, istilah yang tepat untuk
menyebutnya adalah pendidikan agama kristiani. Jadi makna kata Kristen
dalam istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah pendidikan agama
tersebut dilakukan oleh persekutuan iman Kristen dan dari perspektif
kristiani.8
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama
Kristen adalah proses mendidik atau membimbing keluar dari masa lampau
dan berproses pada masa kini sehingga mampu menuju ke masa depan yang
berguna dalam pembangunan dan pengembangan iman kristiani dari pendidik
maupun peserta didik.

6
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 9.
7
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 8-9.
8
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 12.

3
II. Pengertian Gereja
Gereja secara umum adalah pedoman belajar rohani bagi setiap orang
yang berada di dalamnya. Di dalam gereja, setiap orang yang berada
didalamnya berproses bersama dalam pengembangan dan pertumbuhan
spiritualitas pribadi mereka. Dalam bahasa inggris, kata gereja adalah Church
yang berasal dari bahasa Kuriakon yang berarti “Milik Tuhan”. Kata ini biasa
digunakan untuk menunjukkan hal-hal lainnya seperti tempat, orang-orang,
atau denominasi yang menjadi milik Tuhan.9
Dalam perspektif Perjanjian Baru, gereja memiliki kedudukan yang
penting. Menurut Yesus, gereja mendapat tempat yang utama. Yesus
mengatakan bahwa kedatangan-Nya ke dunia adalah untuk membangun
gereja di atas dasar pengakuan bahwa Dia adalah Mesias Anak Allah (Matius
16:18). Yesus juga mengungkapkan bahwa gereja berperan penting sebagai
wadah restorasi umat (perdamaian).10 Jika gereja berperan penting sebagai
perdamaian, maka perlu di perhatikan lagi arti misi sekular gereja. Persoalan
mengenai peranan gereja dalam situasi sekarang ini adalah persoalan misi.
Tanpa misi gereja, tak akan pernah menjangkau peranan gereja didalam dunia
dewasa ini. Yang diungkapkan Colin Williams bahwa gereja harus keluar dari
introvert dan memusatkan diri ke arah perhatian terhadap pelayanan kepada
dunia. Karena itu misi gereja yang relevan dalam situasi dunia sekular adalah
misi gereja yang bekerja dalam struktur dunia. Selain itu, misi gereja juga
berjuang untuk mentransformasikan struktur yang menindas kearah struktur
yang adil dan membebaskan.11
Secara sosiologis, gereja adalah suatu persekutuan sosial yang
mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan persekutuan lainnya.
Secarateologis, gereja sebagai persekutuan orang percaya. Yang
mempersekutukan mereka adalah kepercayaan dan imannya kepada Allah

9
Charles C Ryrie, Teologi Dasar: Panduan Populer Untuk Memahami Kebenaran Alkitab (
Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1986), 143.
10
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 27-28.
11
Yusak B. Setyawan, Gereja, Politik dan Etika (Salatiga: Fakultas Teologi UKSW,2013), 5-6.

4
yang menyatakan diri dalam Yesus Kristus. Inilah yang kita sebut sebagai
iman Kristen (iman kristiani).12
III. Pendidikan Agama Kristen dalam Konteks Gereja
PAK adalah salah satu tugas dan tanggungjawab gereja bagi
perkembangan dan pertumbuhan rohani jemaat. Dari sekian banyak tugas dan
tanggungjawab gereja, secara khusus gereja harus menitikiberatkan PAK
sebagai tugas penting gereja karena Tuhan telah memberikan amanat kepada
gereja supaya mengajar. Oleh karena itu, PAK harus dikerjakan selayaknya
dan sewajarnya terhisap dalam tugas gereja yang sah, sehingga harus
dilaksanakan bersama dan oleh seluruh anggota jemaat.13 PAK menjadi
keharusan bagi seluruh jemaat untuk mengikutsertakan diri dalam
perkembangan serta petumbuhan iman jemaat karena didalam PAK kita didik
dan mendidik.
Di dalam pendidikan, ada proses belajar dan mengajar, ada peserta
didik dan pendidik. Tentunya pendidikan yang diadakan di gereja sebaiknya
perkategori sehingga adanya efektifitas jemaat dalam melakukan proses
belajar serta mengajar dalam gereja. Dengan demikian dapat dikembangkan
pelayanan-pelayanan baru yang relevan berdasarkan kebutuhan, selama ini
telah dikembangkan pelayanan kategorial berdasarkan usia.
Dalam perkembangan keadaan masa kini, pelayanan kategorial
tersebut telah menjadi klasifikasi tersendiri karena setiap kategori ternyata
memiliki signifikan maupun kebutuhan yang sangat khas berdasarkan usia
mereka masing-masing. Misalnya pelayanan untuk anak-anak (sekolah
minggu), untuk pendidikan kaum remaja dan pemuda, relative lebih muda
karena gereja menyadari adanya kekhasan berdasarkan teori-teori
perkembangan sehingga minat dan kebutuhannyapun berbeda-beda.
Disamping itu, masa remaja dan pemuda adalah masa perpindahan ke arah
dewasa; suatu masa yang rawan dan perlu pelayanan tersendiri. Dan

12
Nuhamara, Pembimbing PAK, 7.
13
Homroghausen dan I.H Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015),
20-21.

5
selanjutnya pendidikan kristiani untuk kaum dewasa yang merupakan
pelayanan kategorial yang masih baru.14
Berdasarkan penjelasan itu, penulis memfokuskan kepada tugas dan
peran gereja dalam pelayanan kategorial terhadap remaja. Oleh karena itu,
penulis memilih psikologi perkembangan menjadi model pembelajaran
sebagai informasi bagi proses pendidikan di gereja. Berikut ini akan
dijelaskan periode perkembangan psikologi dari anak usia batita sampai
remaja.
1. Periode Bayi (0-2 tahun)
Secara umum dari beberapa penelitian indra seorang bayi yang
baru lahir telah berkembang sejak awal sehingga bayi telah memiliki
kemampuan sensoris dan persepsi walaupun masih terbatas dalam taraf
tertentu. Kemampuan ini sangat berkatian dengan informasi dan panca
indera.
Menurut pandangan Ekologi dari Gibson, individu secara
langsung mempersepsikan informasi yang ada didunia sekitarnya.
Persepsi dirancang untuk tindakan, misalnya memberikan informasi
kepada individu seperti kapan dia harus mengulurkan tangan untuk
meraih sesuatu.15 Persepsi menyeluruh adalah kemampuan untuk
mengaitkan dan mengintegrasikan informasi dari dua atau lebih
pengalaman sesnsoris seperti penglihatan dan pendengaran. Berdasarkan
penelitian dari Spelke menunjukan bahwa bayi berusia empat bulan
sudah memiliki persepsi menyeluruh. Secara umum kemampuan
persepsi menyeluruh makin meningkat seiring dengan bertambahnya
usia dan pengalaman bayi.16
Untuk periode ini perkembangan kognitif bayi ada pada tahap
sensorimotorik. Pada tahap ini bayi membentuk pemahaman tentang
sekitarnya dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoriknya, seperti
melihat dan mendengar dengan tindakan fisik motoriknya. Baru pada

14
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 34-35.
15
Christiana Hari Soetjiningsih, Seri Psikologi Perkembangan: Perkembangan Anak – Sejak
Pembuahan Sampai dengan Kanak-Kanak Akhir (Jakarta: KENCANA, 2012), 129.
16
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 136.

6
akhirnya tahapan sensorimotor, anak usia dua tahun sudah mampu
menghasilkan pola-pola sensorimotor yang kompleks dan menggunakan
symbol-simbol primitif dan anak mulai memahami bahwa objek-objek
terpisah dari dirinya dan bersifat permanen.17
Anak yang sudah memiliki kemampuan untuk menghasilkan
pola-pla sensorimotorik. Namun tidak hanya perkembangan anak secara
biologis dan kognitif yang diperhatikan, perkembangan sosial emosional
juga harus diperhatikan. Perkembangan sosial emosional merupakan
dasar perkembangan kepribadian individu kelak dengan berhubungan
positif dengan perkembangan aspek-aspek lainnya. Emosi pada bayi
adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi. Pengalaman ini
sangat penting karena masa bayi merupakan periode yang peka untuk
perkembangan kepribadian.18
2. Periode Kanak-Kanak Awal (2-6 tahun)
Umumnya orang tua menganggap masa ini sebagai usia
bermasalah atau usia sulit karena pada masa ini sering terjadi masalah
perilaku sebagai akibat karena anak sedang dalam proses perkembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan.19 Masa ini sangat rawan
bagi orangtua dalam mendidik anak karena proses perkembangan anak
pada masa ini cukup sensitif bagi anak usia 2-6 tahun.
Pada usia ini, anak mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam
ketrampilan motorik, baik ketrampilan motorik kasar yang melibatkan
otot-otot besar seperti berlari, melompat, memanjat, dll. Juga
ketrampilan motorik halus sebagai hasil koordinasi otot-otot kecil
dengan mata dan tangan seperti menggambar, menggunting dll.20 Pada
masa ini secara tidak langsung anak telah dilatih untuk menentukan
kemampuan mereka baik melalui ketrampilan motorik kasar maupun
lembut. Dalam perkembangan anak, perkembangan otak pada anak terus

17
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 138-139.
18
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 146-147.
19
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 181.
20
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 185.

1
berjalan, meskipun tidak sepesat masa bayi, namun pada masa kanak-
kanak awal otak terus bertumbuh.
Pada usia ini, cara berpikir anak ditandai dengan kreativitas,
bebas dan penuh imaginasi/daya/khayal seperti menggambar langit
dengan warna hijau, pohon warna ungu, mobil berjalan diatas awan.21
Menurut Piaget, pada tahap ini pemikiran anak makin kompleks dan
mampu menggunakan pemikiran simbolis. Pada berpikir simbolis, anak
mengembangkan kemampuan untuk membayangkan secara mental suatu
objek yang tidak ada.22
Oleh karena itu, pada periode ini, anak ada dalam proses berpikir
yang tinggi dan ditandai dengan karya mereka melalui bagaimana
mereka berimajinasi dengan cara mereka berpikir serta membayangkan
banyak hal. Dan ini adalah ciri mereka berkesistensi pada dirinya sendiri.
Tidak hanya perkembangan pola pikir anak yang diperhatikan,
perkembangan sosial emosional anak juga perlu diperhatikan.
Perkembangan sosial dan emosional anak berkaitan dengan kapasitas
anak untuk mengembangkan self-confidence (percaya diri), trust
(kepercayaan) dan empathy (empati). Perkembangan sosial-emosional
yang positif serta baik merupakan predaktor untuk kesuksesan dalam
bidang akademik, kognitif, sosial dan emosional dalam kehidupan anak
selanjutnya.23
Perkembangan anak pada tahap ini adalah awal dalam proses
pembentukan karakter anak karena berdasarkan penjelasan diatas, proses
perkembangan ini mencakup beberapa hal penting dalam tumbuh
kembang anak selanjutnya, sehingga peran orang tua, keluarga serta
lingkungan sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Oleh karena itu Menurut Santrock, perkembangan emosi dan
sosial tidak terlepas dari peran dan fator-faktor keluarga, relasi anak
dengan teman sebayanya dan kualitas bermain yang dilakukan bersama

21
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 193.
22
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan,195.
23
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 213.

1
dengan teman sebayanya.24 Namun yang menjadi kendala adalah banyak
orang tua yang tidak memahami perkembangan sosial-emosional anak
diperngaruhi oleh pengalaman-pengalaman awal.
Terlepas dari itu, pada masa ini, menurut Hurlock, keingintahuan
anak tentang masalah-masalah agama menjadi besar dan anak senang
mengajukan banyak pertanyaan dan anak akan menerima jawaban dari
pertanyaan mereka tanpa ragu-ragu. Hal ini membuat anak meminati
agama lebih bersifat egosentris, contohnya: menurut anak, Santa Klaus
akan datang membawa hadiah setiap malam natal sesuai dengan apa
yang mereka inginkan.25 Artinya, anak menerima semua keyakinannya
dengan unsur yang tidak nyata. Cerita-cerita dongeng dalam alkitab
mampu menarik perhatian mereka sehingga anak-anak sangat senang
jika dilibatkan dalam hal-hal seperti mengikuti sekolah minggu.
3. Periode Kanak-Kanak Akhir (6-12 Tahun)
Masa kanak-kanak akhir dimulai dari usia enam tahun sampai
kira-kira usia 12 tahun atau sampai tiba saatnya individu menjadi matang
secara seksual. Orang tua umumnya menganggap masa ini merupakan
usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah
orang tua dan lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebayanya dan
lingkungan.26 Pada masa ini, anak diperhadapkan dengan banyak pilihan
karena perlahan-lahan mereka mulai berada diluar pengawasan orangtua
dan hal ini membuat orangtua berpikir bahwa ini adalah masa sulit.
Pada perkembangan ini, emosi dan sosial adalah proses
berkembanganya kemampuan anak untuk menyesuaikan diri terhadap
dunia sosial yang lebih luas, pada masa ini, anak menjadi lebih peka
terhadap perasaannya sendiri dan perasaan orang lain. Mereka dapat
lebih baik mengatur ekspresi emosionalnya dalam situasi sosial dan
mereka dapat merspons tekanan emosional orang lain.27

24
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 213.
25
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 246.
26
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 247-248.
27
Christiana, Seri Psikologi Perkembangan, 264.

1
Secara khusus, perkembangan minat terhadap agama, anak pada
usia ini ditandai melalui minat mengikuti upacara keagamaan makin
kuat, kemampuan menalar makin meningkat, mulai muncul kebingungan
dan keraguan yang cenderung melemahkan kepercayaan dan minat pada
doa biasanya berkurang karena merasa sebagian besar doanya tidak
terjawab. Keagamaan anak dipengaruhi oleh tingkah laku keagamaan
orangtua sehingga peran orang tua sangatlah penting bagi pengembangan
anak dalam keagamaan.
4. Periode Remaja
Remaja sering disebut sebagai adolescence yang berasal dari
bahasa latin, yakni adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa”. Istilah adolescence mempunyai arti yang lebih luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.28 Masa ini
tentunya mengalami banyak hal karena mencakup kematangan dalam
segala aspek.
Sehingga masa ini sering disebut sebagai masa yang penting.
Pada dasarnya semua masa yang dilewati adalah masa yang penting
namun pada tingkatannya memiliki perbedaan kepentingan karena masa
ini adalah masa transisi. Transisi merupakan tahap peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi
sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang
akan datang. Jika seorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa, dia harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-
kanakan dan mempelajari pola tingkah laku dan sikap baru.29
Pada tahap ini, remaja diperhadapkan dengan suatu realita yang
harus diterima yakni berpindah dari masa kanak-kanak ke masa yang
penting dan melewati masa transisi dengan semua ingatan pada masa
kanak-kanak namun harus beranjak ke masa yang bisa dikatakan masa
dewasa awal.

28
Muhamad Al-Mighwar, Psikologi Remaja (Bandung: Pustaka Setia, 2006), 55.
29
Muhamad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, 63.

1
Pada masa ini juga sering disebut sebagai masa yang tidak
realistik. Pandangan subiektif cenderung mewarnai remaja. Mereka
memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan keinginannya dan
bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, apalagi dalam hal cita-
cita. Selanjutnya, dia akan memandang diri sendiri, keluarga, teman-
teman dan kehidupan pada umumnya secara realistik, sejalan dengan
pengalaman pribadi dan sosial yang semakin meningkat serta
kemampuan untuk berpikir rasional. Sisi positif dari masa ini adalah, dia
tidak mudah kecewa seperti saat sebelumnya.30
Sepanjang masa remaja, minat yang dibawa dari masa kanak-
kanak cenderung berkurang dan digantikan dengan minat yang lebih
matang. Selain itu, mayoritas remaja memperoleh nilai yang berbeda dan
yang lebih matang. Hal ini Nampak dalam pertumbuhan dan
perkembangan mereka seperti cara pandangan subyektif dan pada
umumnya secara realistik. Namun, minat pada agama menjadi sesuatu
yang tidak realistic dari awal tetapi pada umumnya semua remaja
memiliki minat pada agama mereka masing-masing. Hal ini membuat
mereka lebih kritis relaistis dalam berpikir dan memahami tentang
keyakinan mereka karena hal ini bersifat pencarian terhadap yang
transenden.31
Seringkali dengan gampang, banyak orang mendefinisikan
remaja sebagai periode/masa transisi antara masa anak-anak ke masa
dewasa. Konsep remaja berasal dari bidang ilmu sosial seperti
Antropologi, Sosiologi, Psikologi dan Paedagogi. Konsep remaja juga
merupakan konsep yang relatif baru. Remaja ditinjau dari sudut
perkembangan fisik seorang anak. Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu
terkait, remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik untuk
mencapai kematangan. Masa pematangan fisik ini berjalan kurang lebih
3-4 tahun. Berkisar pada anak usia 13-17 tahun.32

30
Muhamad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, 67.
31
Muhamad Al-Mighwar, Psikologi Remaja, 107.
32
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), 2-6.

1
Seorang tokoh psikolog, bernama F Neidhart melihat masa
remaja sebagai masa peralihan ditinjau dari kedudukan
ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan
kedudukan mandiri. Ada juga seorang psikolog, E.H. Erikson
mengemukakan bahwa timbulnya perasaan baru tentang identitas
daripada masa remaja. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan
dengan penempatan dirinya, yang tetap dapat dikenal oleh lingkungan
walaupun mengalami perubahan pada dirinya maupun kehidupan sehari-
hari.33
Oleh karena itu, jika dilihat berdasarkan psikologi perkembangan
khususnya remaja, gereja sebaiknya berperan penting dalam pendidikan
anak usia remaja karena usia 13-17 tahun adalah masa dimana anak
mencari identitas. Pada usia ini, anak memasuki tahapan kematangan
intelek. Dia mulai mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan
keyakinannya sendiri, yaitu memasuki dunia ide-ide. Tahap ini
merupakan awal berpikir hipotesis-deduktif yang merupakan cara
berpikir ilmiah.34 Remaja mulai berpikir lebih umum ke khusus dengan
begitu banyak pertanyaan karena pada masa ini remaja mulai memiliki
perasaan ingin tahu dan memiliki perasaan mencoba yang sangat tinggi.
Berdasarkan teori psikologi perkembangan anak, masing-masing
anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda baik dalam
perkembangan kognitif, afektif, motorik, sosio-emosional, dll. PAK
perlu memmperhatikan agar pengajaran setiap anak sebaiknya berbasis
kategorial sehingga kebutuhan setiap anak memiliki cara pemahaman
mereka sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan mereka pada usia
perkembangan mereka.
Pada saat ini remaja berada dalam situasi: di satu sisi ingin
memiliki identitas pribadi, namun disisi lain dia juga ingin menyisihkan
rasa kekaburan identitasnya. Mereka diperhadapkan dengan banyak
pilihan untuk dipilih menjadi identitas yang konsisten. Identitas tersebut

33
Singgih D. Gunarsa dan Ny. Y. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), 202-203.
34
Sumiyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik,

1
meliputi tiga bidang konsep diri yaitu seksualitas, pekerjaan/panggilan
dan sosial. Implikasinya, mereka ingin tahu siapa dirinya, kemana hidup
diarahkan dan hubungan dengan orang lain.35 Pada tahap ini, remaja
takut mendefinisikan dirinya sendiri karena diperhadapkan dengan
begitu banyak realitas yang ada.
Menurut Fowler, taraf iman remaja ini disebut sebagai sintesis
konvensional. Disebut sintesis karena tidak reflektif dan unsur-unsurnya
tidak analitis, namun dipersatukan dalam keseluruhan struktur global.
Disebut konvensional karena barbagai unsur keyakinan religious
didapatkan dari orang lain sehingga bersifat solider dan comform
dengan sistem masyarakat. Remaja membentuk sikapknya terhadap
hidup melalui apa yang dipercaya keluarganya sendiri, menuju kepada
pandangan-pandangan diluar diri dan keluarganya. Para pendidik, dalam
hal ini gereja harus dapat menolong para remaja agar mereka dapat
memperoleh orientasi diberbagai bidang secara lebih luas dan
mengintegrasikan berbagai informasi maupun nilai-nilai untuk
pembentukan kepribadian, identitas, maupun pandangan hidupnya.36
Oleh karena itu, PAK menjadi lebih efektif jika proses
pengajarannya berbasis kategorial sehingga pemahaman anak
sebagaimana yang diajarkan bisa memenuhi kemampuan anak dalam
memahami maupun ketika anak mencoba untuk mengerti apa yang
diajarkan sesuai dengan kepentingan anak dalam menangkap materi
yang disampaikan guru.

35
Sumyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 127.
36
Sumyatiningsih, Mengajar Dengan Kreatif dan Menarik, 128-

Anda mungkin juga menyukai