Anda di halaman 1dari 6

NOTULENSI

Hari/Tanggal : 19-20 September 2023


Waktu : 08:00 WIB -Selesai
Tempat: Zoom Meeting
Notulis: dr. Puji Yunisyah R
Agenda Rapat : Public Hearing Ditjen Yankes substansi Transplantasi organ / jaringan tubuh dan
Pelayanan Kedokteran untuk Kepentingan Hukum

Pembahasan:
Pembicara Pembahasan
Direktorat Jenderal Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang
Pelayanan Kesehatan Undang Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023.
melakukan Public Hearing
RPP Kesehatan
SESI 1 : Transplantasi Pendapat MUI:
Organ / Jaringan Tubuh MUI sangat konsen tentang tranplantasi organ karena ada sisi /
rambu2 yang perlu diperhatikan. Prosedurnya harus jelas.
Ketentuan umum dalam Fatwa No 13 tahun 2019 tentang donor
hidup:
1. Tidak boleh menjual organ kepada orang lain, karena organ
tersebut bukan milik manusia tsb, sehingga ketika donor tanpa
ada alasan yang dibenarkan/ sesuai indikasi medis dan
mendapat “JASA” dari resipien maka hukumnya HARAM.
2. Diperbolehkan dengan ketentuan terdapat kebutuhan
mendesak secara syari.
3. Tidak ada bahaya bagi pendonor setelah organnya diambil.
4. Sejenis organ yang bukan organ vital yang memperbaharui
kehidupan/ menciptakan makhluk baru.
5. Setelah tidak ada lagi upaya medis lain selain Tranplantasi.
6. Bukan upaya tolong menolong yang komersial.
7. Ada rekomendasi dari dokter yang menjamin proses
transplantasi ini berjalan aman dan sesuai prosedur.
8. Ada pendapat ahli (harus assessment terlebih dahulu)
9. Dilakukan oleh dokter kompeten dan kredibel dan
diselenggarakan oleh negara.

Adanya Fatwa dari MUI ini dapat digunakan sebagai acuan dalam
Menyusun RPP Untuk menghindari perdagangan organ bahkan
Manusia dari oknum2 tidak bertanggung jawab.

Akan dibentuknya Binwas, yaitu Komite Transplantasi Nasional (KTN)

Tanya: Didalam RPP dibunyikan “diberikan Penghargaan kepada donor


hidup”
Layanan Transplantasi ini dilarang untuk diperjualbelikan & dilarang
dikomersialisasikan
Sementara ada wacana diberikan Penghargaan kepada donor hidup.
Jawab: Harus ada rumusan normatif
NOTULENSI
Penghargaan/ hadiah tidak masuk komersialisasi
Karena hadiah termasuk sukarela, bukan gratifikasi.
Dari MUI tidak masalah.

Prof. Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K) – Unit Transplant RSCM
Di RSCM : sebagai pengampu , merasakan semangat RS daerah2 sudah
mulai tertarik dengan pelayanan ini.
Agar bisa dibaca semua Peserta : Mengenai ayat 4 pasal 343.
Pelaksanaan transplantasi organ pada donor yang tidak memiliki
hubungan darah dengan resipien sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b dilakukan sesuai dengan daftar tunggu.

Aturan ini tidak pernah ada di negara manapun : yang umum kalau
seorang resipien sudah mempunyai dan membawa calon donor
sendiri, maka tugas KTN (Advokasi) menentukan apakah secara aturan
memenuhi syarat. Karena yg masuk daftar tunggu biasanya yang belum
punya donor (menunggu giliran untuk memperoleh donor).

Kalau masuk daftar tunggu, menunggu apa (?) karena donornya sudah
ada. Demikian juga bagaimana menentukan urutan karena antrian
pasien di RSCM Kanigara (BPJS) dengan di Kencana (Mandiri) sudah
beda.

Perlu diingat: jika Tindakan dilakukan waktu tunggu sekian bulan,


akan sangat disayangkan jika pendonor dan resipien keburu
meninggal selama menunggu antrian.
sebagai contoh di RSCM pasien jaminan BPJS harus menunggu 1 tahun,
sekarang 8 bulan untuk terlaksananya transplant karena masalah
jadwal, beberapa dari mereka batal karena diinfokan sudah meninggal.

Masalah lain : katanya kita suruh hemat Devisa, hanya sebagai


tambahan informasi pasangan yang tidak lolos di Indonesia, kemudian
memilih ke luar negeri dan ternyata lolos transplantasi di Singapura
(kalau pejabat) kalau rakyat biasa mereka sekarang bisa ke India dg
pasangannya. Ke Myanmar kalau tidak punya donor.

Ini karena KTN belum bisa bekerja optimal (kalau memang tidak bisa
terpusat maka harus mendidik tim advokasi tim Advokasi yg baik di
wilayah atau RS yg menyelenggarakan transplant (KTN pusat secara
periodik melakukan Monitoring).

Jadi pasal 343 ayat 4 ini jangan malah menghambat pelaksanaan


transplant yang meningkatkan resiko kematian pada resipient selama
menunggu giliran.
(Akan diskusi khusus dalam hal ini)

Saran:
Jika donor dari suami ke istri, atau teman-teman
NOTULENSI
Bisa masuk tanpa masuk antrian
Bagaimana penapisan agar tidak disalahgunakan oleh oknum tidak
bertanggung jawab.
Sistem bisa dicontek dari sistem Arab Saudi

Advokasi harus bekerja dengan baik.


RSCM sering menolak pasien 30-50% setelah melakukan advokasi.
Saat ini advokasi sebenarnya sudah cukup baik.

Tidak ada satu sistem apapun yang menghilangkan praktik jual beli
organ ini 100%, tapi bisa kita pilih mana sistem terbaik.
Cara meminimalisisr kecurangan:
Pendaftaran pendonor harus di approve / ditolak dari KTN ( sebagai
pusat informasi)
Jika terdaftar/tercatat di KTN dan hasil terima/tertolaknya
terdokumentasi dengan baik.
Sehingga jika ada yang ke RS 1 ditolak , kemudian mencoba pindah ke
RS lain sudah terdata. Tidak ada lagi cerita bisa diterima.

Pair exchange bisa / memungkinkan , Syaratnya KTN bekerja


tapi harus operasinya di waktu yang sama agar terjamin
pertukarannya.

dr. Aries P sp.An RSCM


357 ayat 1 :
Penegakan diagnosis mati belum ada dimasukkan didalam poin a-b
dalam UU ini.
Menurut saya penting untuk kita tau diagnosis donor mati, Harus
tertulis untuk menjadi pertimbangan operator

Pasal 369 ayat 1:


Ada poin yang belum dimasukkan , urutan daftar tunggu calon resipien
juga perlu dimasukkan untuk menimbulkan transparansi pada urutan
donor ini di seluruh Indonesia.
Ayat 2 : Etik harus menjadi landasan.

Iwan dari Timker Hukmas RSUP Fatmawati


Aspek administrative sudah dipenuhi, sudah dibentuk Tim ( termasuk
tim advokasi). Untuk sementara Grup advokasi by WA untuk
terinformasi menjelang PP ini disahkah, takut ada miss komunikasi
data.

dr. Sofiana, Sp.F.M


Tanya: bagaimana agar para pendonor mendapatkan penghargaan dari
pemerintah, wujud, bentuk dan caranya bagaimana?
Jawab: Bukan penghargaan dengan wujud finansial, untuk
menghindari maksud jual beli.
Cara menghargai kontribusi pendonor dalam program kemanusiaan.
NOTULENSI
(apakah kemudahan pembayaran BPJS, dll) ini akan didiskusikan lagi
pertemuan berikutnya.
Tapi Ketika pendonor tidak dapat bekerja selama recovery , tidak
masalah rasanya dalam bentuk uang.
Pendonor mati dapat diberikan sertifikat dari pemerintah, sehingga
memacu warga negara lain untuk program kemanusiaan.

Pemerintah/KTN tentukan saja dananya, negara lain mewajibkan


resipien dilihat berdasarkan ekonomi , ditentukan golongan2nya
sesaui pembayaran pajak. Resepien membayar ke negara dan akan
disalurkan ke donor, tidak melibatkan Rumah Sakit.
(Angka akan ditinjau Kembali apakah memungkinkan untuk di adopt)

Tanya:
Apakah ada ketentuan secara lebih detail terkait verifikasi sosioyuridis?
Terutama bagi advokasi donor?
Jawab: Pemeriksaan untuk mengawasi pelaksanan TO sesuai agama,
norma, etik dan hukum. Pada pelaksanannya akan melibatkan bagian
hukum/ etik RS. Verifikasi lapangan juga bisa dilakukan jika perlu.

Pasal 389 ayat 2


KOMITE TRANSPLANTASI NASIONAL
Poin e dibunyikan Psikolog, saran: harus disebutkan psikolog klinis /
psikiater.

Pasal 366 ayat 3


Pada praktiknya ada yang harus dipertimbangkan
Mencontoh negara di Spanyol : jumlah donor mati paling tinggi di
dunia.
Karena setiap warga negara wajib menjadi pendonor mati, Kecuali ada
TTD penolakan.
Tapi meskipun sudah setuju, ketika pendonor meninggal tetap
sebelumnya dimintakan izin kepada keluarga.
Sebaiknya tetap persetujuan / masukan dari keluarga.
(Definisi keluarga juga harus diperjelas)

SESI 2: Pelayanan RENCANA DIBENTUKNYA YANDOKUM


Kedokteran untuk Yandokum terdiri atas:
Kepentingan Hukum 1. Pelayanan kedokteran terhadap orang hidup
2. Pelayanan kedokteran terhadap orang mati

Yandokum dapat dilakukan bedah mayat forensik, pemeriksaan


laboratorium, dan/atau autopsi virtual pasca kematian, dilakukan oleh
Tenaga Medis sesuai dengan keahlian dan kewenangannya,
dilaksanakan di Rumah Sakit atau dapat dilaksanakan pada Fasyankes
lain dan juga dapat melibatkan peran serta masyarakat.
NOTULENSI
BEDAH MAYAT:
Bedah mayat Klinis
Bedah mayat Anatomis
Bedah mayat Forensik

Akan ada kekosongan hukum jika judulnya Pelayanan kedokteran


Untuk kepentingan Hukum, maka bedah mayat anatomis dan klinis
tidak termasuk didalamnya.

dr. Ade, Sp. KFM (PDFI)


Perlu dipertimbangkan juga untuk dimasukkan ke RPP atau turunannya
Setiap dokter di semua faskes wajib berprinsip setiap mayat harus
dipandang sebagai subjek pidana dan mencari sebab kematian sampai
bisa dipastikan bahwa tidak ada tanda2 kematian tidak wajar pada
jenazah, terutama pasien tanpa identitas.

Masalah medikolegal sangat membutuhkan Yandokum, seperti korban


kekerasan seksual.
Contoh: Pemeriksaan untuk korban , swab ejaculate tidak ditanggung
oleh JKN , sehingga ada anggaran khusus untuk melakukan investigasi.

Masalah lain:
Tidak meratanya dr.Forensik di daerah.
Dengan adanya RPP, akan tetap terjamin bahwa Masyarakat bisa
mendapat akses ketika membutuhkan Fasyandokum.

Rujukan Kasus : terkait pidana


Belum terakomodir secara khusus bahwa akan diselenggarakan di
rumah sakit milik Pemerintah pusat & / pemerintah daerah
Butuh penjaminan mutu , ditambahkan di RPP untuk melibatkan RS
yang sudah ditetapkan.

Kaitan dengan Persetujuan Keluarga:


Peraturan saat ini: Tidak diperlukan persetujuan keluarga untuk
melakukan pemeriksaan dalam / Otopsi.
Sekarang di RPP diamanatkan untuk meminta persetujuan keluarga.
Perubahan ini JANGAN SAMPAI MENJADI PENGHAMBAT PENEGAKAN
HUKUM DI INDONESIA.
Kepentingan korban / jenazah harus mendapat haknya.
Jika memang ada urgensi utama, tambahkan jika tidak memungkinkan
meminta persetujuan keluarga, persetujuan diberikan oleh aparat
penegak hukum sesuai peraturan perundang2an.

Saran: Tentukan dan diperinci di RPP ini Kondisi-kondisi tertentu apa


saja yang bisa dilegalkan untuk Penyidik tetap melakukan otopsi /
pemeriksaan pada jenazah tanpa harus meminta persetujuan keluarga
(misalnya kondisi ibu yang membunuh anak kandung, atau suami
membunuh istri) tentu sulit meminta persetujuan keluarga untuk izin
NOTULENSI
otopsi sehingga memudahkan petugas di lapangan ketika menghadapi
kondisi tersebut.

Yandokum: Tidak hanya kasus pidana, tetapi juga bisa perdata dan
administrasi.
Saran: Disetiap daerah terutama yang mungkin Fasyandokum sulit
untuk di akses. Dibentuk PPJ ( Petugas Pemeriksa Jenazah) terdiri dari
dokter dan nakes lainnya yang dilatih (otopsi verbal, dll) dan
berkompetensi untuk melakukan pemeriksaan jenazah , sehingga
kemenkes mendapat data yang baik, mungkin saja ada kepentingan
hukum setelah dilakukan skrinning. PPJ wajib melaporkan jika ada
kematian yang mencurigakan di wilayahnya. Jenazah tsb bisa dirujuk
oke Fasyandokum terdekat.

Bedah mayat anatomis


Fasyandokum juga wajib punya storage jenazah yang mumpuni.
Jika ada jenazah Mr/Mrs X yang setelah 1 bulan dipublikasikan tidak
ada keluarga yang keberatan / melapor. Maka jenazah bisa
dipergunakan untuk Proses Pendidikan.
Jika ada mayat WNA yang meninggal di RS / fasyankes Indonesia, akan
dirancang bahwa ada wewenang ambessy untuk mengizinkan WNA
harus dilakukan otopsi / tidak sebeluh WNA dikirim ke negara asal.

Surat kematian
Harus dirancang ulang seragam untuk seluruh RS / fasyankes Indonesia
dengan 1 format. Hal ini penting untuk data kematian yang lebih akurat
dan menilai bagaimana kualitas pengobatan di Indonesia.
(akan dituangkan teknisnya di diskusi lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai