Tujuan praktikum ini adalah mengimplementasikan korelasi antara arus listrik dan tegangan dengan menggunakan
prinsip-prinsip seperti Hukum BioSavart, Gaya Lorentz, dan Hukum Ampere. Selain itu, praktikum ini juga
bertujuan untuk mengukur dan mengamati medan magnet yang timbul dengan variasi jarak antara dua solenoida
serta mengamati dampak arus listrik pada solenoida kedua. Metode yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari
12 langkah percobaan dan menggunakan peralatan tertentu. Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kuat medan magnet dan panjang solenida, serta rapat medan
magnet dan panjang solenida, sangat dipengaruhi oleh jarak antara solenida. Semakin besar jarak antara solenida,
maka kuatnya medan magnet dan rapat medan magnet akan semakin kecil.
Kata kumci—Gaya Lorentz;Hukum Biosavart;Medan magnet;Solenoida
I. PENDAHULUAN
Pada praktikum ini kita akan mempelajari gaya-gaya yang terjadi pada kumparan yang dialiri arus listrik.
Gaya yang dimaksud kali ini biasa dikenal dengan nama gaya lorentz. Memahami hukum gaya Lorentz
akan membantu kita dalam memahami hubungan antara magnet dan listrik. Kemudian Tujuan dari
praktikum ini adalah untuk mengimplementasikan hubungan arus dan medan magnet berdasarkan hukum
Biot-Savart, gaya Lorentz, dan hukum Ampere, serta mengamati pengaruh arus pada magnet kedua.
Medan magnet adalah suatu ruangan atau suatu daerah yang dipengaruhi oleh gaya magnetic.
Magnet memiliki garis-garis atau pola-pola medan magnet yang keluar dari kutub utara dan masuk ke
kutub selatan [1]. Medan magnet mempunyai peranan penting dalam memengaruhi benda-benda yang
memiliki sifat magnet atau benda-benda yang dapat menjadi magnetik ketika berinteraksi dengan medan
tersebut. Magnet permananen yaitu sumber medan magnet yang paling awal dikenal. Pada masa kini,
sumber medan magnet tidak hanya ada pada magnet permanen, sumber medan magnet lainnya bisa
ditemukan salah satunya dalam aliran arus yang mengalir pada kumparan. Medan magnet diartikan
kedalam bentuk gaya yang bekerja di sebuah muatan yang bergerak dengan kecepatan tegak lurus medan
magnet.
Solenoida yaitu salah satu dari jenis kumparan yang terbuat dari kabel panjang yang dililitkan secara
rapat dan dapat diasumsikan bahwa panjangnya jauh lebih besar daripada diameternya [2]. Jika arus
listrik mengalir melalui solenoida, solenoida akan menghasilkan sebuah medan magnet. Besarnya medan
magnet yang dihasilkan oleh solenoida sangat dipengaruhi oleh intensitas arus listrik dan jumlah lilitan
kumparan yang digunakan. Rumus induksi magnetik ditengah solenoid yaitu :
𝜇0𝑖𝑁
𝐵= =
𝐿
Keterangan :
B = besar induksi magnetik (Tesla atau Wb/m2)
𝜇0 = permeabilitas magnetik, (Wb/Am)
I = kuat arus yang mengalir (A)
N = jumlah lilitan
L = panjang solenoida (m)
Hukum Biot-Savart adalah suatu prinsip yang sering digunakan untuk mengestimasi intensitas
medan magnet yang timbul akibat aliran arus listrik dalam suatu kumparan. Hukum Biot-Savart ini
dinyatakan oleh Jeans Baptiste Biot (1774-1862) dan Felix Savart (1791-1841) sesaat setelah ersted
menemukan fenomena arus listrik dapat menghasilkan medan magnet. Hukum Biot-Savart digunakan
untuk
menghitung medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik [3].
Gaya Lorentz adalah hasil dari adanya aliran arus listrik dalam suatu medan magnet. Gaya Lorentz
mewakili kekuatan dan arah gaya magnetik yang timbul dari penghantar arus listrik yang terdapat dalam
medan magnet, dan ia akan merasakan dampak dari gaya tersebut, yang juga dikenal sebagai Gaya
Lorentz. Arah dari Gaya Lorentz selalu tegak lurus terhadap arah arus listrik (I) dan arah induksi magnet
(B). Ketika seutas kawat panjang (L) yang memiliki aliran arus listrik (I) ditempatkan dalam suatu
wilayah medan magnet (B), maka kawat tersebut akan mengalami pengaruh Gaya Lorentz. Gaya Lorentz
dapat diobservasi ketika dua kabel paralel yang mengalirkan arus ditempatkan berdekatan. Ketika arus
pada kedua kawat searah tersebut, maka Gaya Lorentz akan menyebabkan tarik-menarik antara kawat-
kawat tersebut, jika arus pada kedua kawat searah dan berbentuk gaya tolak menolak-menolak bila arus
pada dua kawat berlawanan arah [4].
2. Inti Besi
3. Amperemeter
Gambar 2. 3 Amperemeter
Sumber : Milik Pribadi
4. Trafo
Gambar 2. 4 Trafo
Sumber : Milik Pribadi
6. Kabel Jumper
7. Jangka Sorong
Gambar 2. 7 Jangka sorong
Sumber : Milik Pribadi
8.Mistar
Gambar 2. 8 Mistar
Sumber : Milik Pribadi
d = 20 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,21 0 0
0,20 -0,01 0,0001
0,21 0 0
Σ = 0,62 Σ = 0,0001
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,21 𝑚𝐴 = 2,1 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼 )̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 7,07 𝑚𝐴 = 7,07 × 10−3 𝐴
𝑛−1
d = 25 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,11 0,01 0,0001
0,09 -0,01 0,0001
0,10 0 0
Σ = 0,3 Σ = 0,0002
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,1 𝑚𝐴 = 1 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼 )̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 0,01 𝑚𝐴 = 1 × 10−5 𝐴
𝑛−1
b. Untuk V = 10 Volt
d = 15
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,56 0,01 0,0001
0,54 -0,01 0,0001
0,56 0,01 0,0001
Σ = 1,66 Σ = 0,003
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,55 𝑚𝐴 = 5,5 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼 )̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 0,01 𝑚𝐴 = 1 × 10−5 𝐴
𝑛−1
d = 20 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,23 -0,02 0,0004
0,26 0,01 0,0001
0,25 0 0
Σ = 0,74 Σ = 0,0005
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,25 mA = 2,5 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼)̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 0,02 𝑚𝐴 = 2 × 10−5 𝐴
𝑛−1
d = 25 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,13 0,01 0,0001
0,12 0 0
0,12 0 0
Σ =0,37 Σ = 0,0001
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,12 𝑚𝐴 = 1,2 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼)̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 7,07 𝑚𝐴 = 7,07 × 10−3 𝐴
𝑛−1
c. Untuk V = 12 Volt
d = 15 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,65 -0,01 0,0001
0,66 0 0
0,67 0,01 0,0001
Σ =1,98 Σ = 0,0002
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,66 𝑚𝐴 = 6,6 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼 )̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 0,01 𝑚𝐴 = 1 × 10−5 𝐴
𝑛−1
d = 20 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,31 0 0
0,30 -0,01 0,0001
0,31 0 0
Σ = 0,92 Σ = 0,0001
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,31 𝑚𝐴 = 3,1 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼)̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 7,07 𝑚𝐴 = 7,07 × 10−3 𝐴
𝑛−1
d = 25 cm
I (mA) 𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |𝐼 (𝐼 − 𝐼)̅ |2
0,16 0 0
0,17 0,01 0,0001
0,16 0 0
Σ = 0,49 Σ = 0,0001
Σ𝐼
𝐼̅ = = 0,16 𝑚𝐴 = 1,6 × 10−4 𝐴
𝑛
|Σ𝐼 (𝐼 −𝐼)̅ |2
Δ𝐼 ̅ = √ = 7,07 𝑚𝐴 = 7,07 × 10−3 𝐴
𝑛−1
Σ𝐻
𝐻̅ = = 2,52 × 10−6 Tesla
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 8,25 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 20 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
1,24 × 10−6 2 × 10−8 4 × 10−16
1,22 × 10−6 0 0
Σ = 3,66 × 10−6 Σ = 8 × 10−16
Σ𝐻
𝐻̅ = = 1,22 × 10−6 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 3,82 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 25 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
0,57 × 10−6 0,57 × 10−7 3,24 × 10−15
Σ𝐻
𝐻̅ = = 5,13 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 3,23 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
b. Untuk V = 10 Volt
d = 15 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
3,18 × 10−6 −3,1 × 10−7 9,61 × 10−14
Σ𝐻
𝐻̅ = = 3,49 × 10−6 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 1,41 × 10−9 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 20 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
1,45 × 10−6 3 × 10−8 9 × 10−16
1,42 × 10−6 0 0
1,39 × 10−6 −3 × 10−8 9 × 10−16
Σ𝐻
𝐻̅ = = 1,42 × 10−6 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|Σ𝐻(𝐻−𝐻̅|2
Δ𝐻̅ = √ = 6,19 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 25 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
0,81 × 10−6 0,37 × 10−7 1,36 × 10−15
Σ𝐻
𝐻̅ = = 7,73 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 4,87 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
c. Untuk V = 12 Volt
d = 15 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
3,81 × 10−6 6 × 10−8 3,6 × 10−15
Σ𝐻
𝐻̅ = = 3,75 × 10−6 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 2,39 × 10−10 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 20 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
1,69 × 10−6 −1 × 10−8 10−16
1,70 × 10−6 0 0
1,71 × 10−6 10−8 10−16
Σ = 5,10 × 10−6 Σ = 2 × 10−16
Σ𝐻
𝐻̅ = = 1,70 × 10−6 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|
Σ𝐻(𝐻−𝐻 ̅ |2
Δ𝐻̅ = √ = 2,25 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 25 cm
𝐻 (𝜇 Tesla) 𝐻 (𝐻 − 𝐻̅) |𝐻 (𝐻 − 𝐻̅)|2
0,81 × 10−6 10−8 10−16
0,82 × 10−6 0 0
0,83 × 10−6 10−8 10−16
Σ = 2,46 × 10−6 Σ = 2 × 10−16
Σ𝐻
𝐻̅ = = 8,2 × 10−7 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛
|Σ𝐻(𝐻−𝐻̅|2
Δ𝐻̅ = √ = 1,56 × 10−11 𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎
𝑛−1
d = 20 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 1,53 × 10−12 Tesla
d = 25 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 6,46 × 10−13 Tesla
b. Untuk V= 10 Volt
d = 15 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 4,39 × 10−12 Tesla
d = 20 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 1,78 × 10−12 Tesla
d = 25 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 9,73 × 10−13 Tesla
c. Untuk V = 12 Volt
d = 15 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 4,72 × 10−12 Tesla
d = 20 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 2,14 × 10−12 Tesla
d = 25 cm
𝐵 = 𝜇 𝐻̅ = 1,03 × 10−12 Tesla
d = 20 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 1,07 × 10−16 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
d = 25 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 1,02 × 10−17𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
b. Untuk V = 10 Volt
d = 15 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 3,83 × 10−16𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
d = 20 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 7,07 × 10−17 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
d = 25 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 1,85 × 10−17𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
c. Untuk V = 12 Volt
d = 15 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 4,95 × 10−16 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
d = 25 cm
𝐹 = 𝐵 𝐼̅ 𝐿 = 2,62 × 10−17 𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
H VS d
9 8.2
8 7.73
7
6
5
5.13
4
3
3.75
3.49
2
1 2.52
0
11..472
1.22
15 cm 20 cm 25 cm
B Vs d
12
9.73
10
8 6.46
6 4.7329
3.17
4 21.1748
1.53
2 1.03
0
15 cm 20 cm 25 cm
15 cm (4,4 −3
× 10−4 ± 7,07 (2,52 × 10−6 ± 8,25 (3,17 × 10−12 (2,21 × 10−16
× 10 )𝐴 × 10−11)𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎 ± 1,04 × 10−16)𝑇𝑒𝑠𝑙𝑎 ± 3,56 × 10−15)𝑁𝑒𝑤𝑡𝑜𝑛
VI. KESIMPULAN
Berikut merupakan kesimpulan dari praktikum ini :
1. Medan magnet terbentuk akibat interaksi antara muatan, yang terjadi ketika proton dan elektron
berpindah tempat akibat gaya Coulomb yang muncul karena gaya dasar elektromagnetik, bukan
gravitasi. Garis-garis gaya magnet tidak pernah saling berpotongan dan selalu mengalir dari
magnet kutub utara ke magnet kutub selatan. Kemudian, kuat arus listrik adalah pergerakan
elektron dari satu atom ke atom lain dalam penghantar dalam interval waktu tertentu.
Timbulnya arus listrik disebabkan oleh perbedaan potensial di kedua ujung penghantar, yang
dipicu oleh energi yang mendorong elektron untuk berpindah. Laju pergerakan arus listrik ini
disebut sebagai arus listrik, yang diukur dalam satuan ampere (A).
2. Solenoida adalah gulungan kawat panjang yang diatur dalam susunan padat, sesuai dengan
prinsip Faraday yang menyatakan bahwa ketika terjadi perubahan dalam fluks magnetik, maka
akan terinduksi arus listrik sebanding dengan perubahan fluks tersebut. Perubahan fluks ini bisa
terjadi ketika magnet dimasukkan ke dalam solenida atau ditarik keluar darinya. Ketika kawat
dialiri arus listrik dan ditempatkan dalam medan magnet, kawat akan mengalami suatu gaya.
Gaya ini disebut Gaya Lorentz, yang timbul akibat adanya arus listrik dalam medan magnet. Di
sisi lain, arus yang muncul ketika kuat medan magnet berubah atau ketika garis-garis gaya
magnet dalam kumparan berubah sering disebut sebagai arus induksi. Konsep ini berdasarkan
pada gagasan bahwa arus terdiri dari partikel yang bergerak.
3. Dari hasil analisis data dan diskusi yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hubungan antara kuat medan magnet serta kerapatan medan magnet dengan panjang solenida
sangat dipengaruhi oleh jarak antara solenida. Semakin besar jarak antara solenoida, maka kuat
medan magnet dan kerapatan medan magnet akan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
[1] R. A. N. Abd Aziz Ardiansyah, "Medan Magnet pada Solenoida," Pendidikan Fisika
Universitas Siliwangi, 2019.
[4] A. Soraya, "Kelistrikmagnetan," Journal of Islamic Primary Education, Vols. vol. 1, no.
1,, 2021.
Lampiran