Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

EFUSI PLEURA

Disusun oleh:
dr. FADHILA KHAIRUNNISA

Dokter Pendamping :
dr. SHEILLA F. MATHEOS, Sp.P
dr. ADOLF ANTONIUS RUMAMBI

WAHANA RUMKIT TK. II R.W. MONGINSIDI


PERIODE NOVEMBER 2022-MEI 2023
KOTA MANADO
BAB I

BORANG PORTOFOLIO

No. ID dan Nama Peserta : Presenter : dr. Fadhila Khairunnisa


dr. Fadhila Khairunnisa
No. ID dan Nama Wahana : Pendamping: 1. dr. Adolf Antonius Rumambi
Rumkit TK. II R.W Monginsidi 2. dr. Sheilla, Sp.P
Topik : Seorang laku-laki 56 tahun dengan efusi pleura sinistra
Tanggal (Kasus) : 27 Janurai 2023
Nama Pasien : Tn. MJA No. RM : 234235
Tanggal Presentasi : Dokter Penanggung Jawab Pasien :
2023 dr. Sheilla, Sp.P
Tempat Presentasi : Ruangan Karumkit
OBJEKTIF PRESENTASI
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka
 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa
 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi :
 Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan aloanamnesis pada tanggal 27
Januari 2023 di IGD dan bangsal Anggrek RUMKIT TK. II R.W Monginsidi dan
didukung dengan catatan medis.

 Tujuan :
Menegakkan diagnosis kerja, mengenali etiologi dan komplikasi dari penyakit,
melakukan penanganan awal, konsultasi dengan spesialis paru untuk penanganan lebih
lanjut terkait kasus, memberikan edukasi tentang penyakit pada pasien dan keluarga.
Bahan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Bahasan
Cara  Diskusi  Presentasi  E-mail  Pos
Membahas dan Diskusi
DATA PASIEN Nama : Tn. MJA No. Registrasi : 234235
Nama Klinik : Telp : - Terdaftar sejak : 27 Januari 2023
IGD RUMKIT TK. II
R.W Monginsidi
Data utama untuk bahan diskusi :
SUBJECTIVE
A. Keluhan Utama :
Nyeri dada kiri sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit
B. Keluhan Penyerta :
Batuk, sesak napas
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri menembus ke belakang sejak
kurang lebih 3 bulan dan memberat 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada
terasa seperti tertusuk. Batuk lama (+) keringat di malam hari (+) penurunan berat
badan (+). Sesak (+) terasa meningkat jika nyeri dada.
Pasien sempat dirawat inap pada awal Januari 2023 dengan keluhan nyeri dada
sebelah kiri seperti ditusuk di satu sisi dengan diagnosis Pleuritis TB dan
mendapatkan terapi OAT kategori 1.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat gula darah (-)
Riwayat asam urat (-)
Riwayat sakit jantung (+) sejak November 2022 pasien berobat ke poli Jantung
dengan CAD OMI Anteroseptal
Riwayat trauma (-)
Riwayat stroke (-)
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat asma (-)
Riwayat gula darah (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asam urat (-)
Riwayat sakit jantung (-)
Riwayat keluhan yang sama (+)
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang buruh, tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien tidak
merokok. Memiliki 2 anak yang sudah menikah. Biaya pengobatan menggunakan
BPJS kelas 3.

OBJECTIVE
A. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan 27 Januari 2023 pukul 09.45 WIB di IGD RUMKIT
TK. II R.W Monginsidi
Keadaan umum : tampak sedang
Kesadaran : compos mentis, GCS E4M6V5 = 15
Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 160 kg
IMT : 17.57 kg/m2 (Sangat kurus)

Tanda Vital
TD : 145/89mmHg
HR : 83x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
RR : 24 x/menit
Sp O2 : 98%
t : 36,7 oC

Kepala
Mata : Refleks cahaya +/+, pupil isokor 2mm/2mm, konjungtiva palpebra pucat (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Telinga : Discharge (-), napas cuping hidung (-)
Hidung : Discharge (-)
Mulut : Bibir sianosis (-), bibir kering (-), oral ulcer (-), gusi berdarah (-)
Tenggorokan : T1-T1, faring hiperemis (-)
Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran nnll (-/-), tiroid tidak teraba pembesaran, kaku
kuduk (-), JVP Normal
Thorax : Simetris, bentuk normal sela iga menyempit (-), retraksi intercostal (-)
Paru
Inspeksi : Hemithorax kiri ruang sela iga melebar, dan tertinggal saat respirasi.
Palpasi : Vokal fremitus kanan > kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru kanan, redup di lapangan paru kiri
Auskultasi : SD vesikuler (+/menurun)
Suara tambahan: wheezing (-/-), ronki kasar (-/-), pleural friction rub (-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea mid clavicula sinistra, melebar (-)
Perkusi : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II reguler, murmur (-) gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, simetris
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani, ketok CVA (-/-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar, ballottement
ginjal (-), massa abdomen (-)

Ekstremitas SUPor INFor


Edema -/- -/-
Ruam discoid -/- -/-
Vaskulitis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-

B. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium hematologi dan kimia darah (27/1/2023)
HASIL SATUAN NILAI
NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.5 gr/dl 11,7 – 15,5
Hematokrit 39.7 % 33-45
Eritrosit 4,69 jt/Ul 3,80 – 5,20
MCH 28,7 Pg 28-33
MCV 84,7 fL 80-96
MCHC 34,0 g/dL 32 – 36
Leukosit 9,9 ribu / uL 3,60-11,00
Trombosit 398 ribu / uL 150-440
KIMIA KLINIK
Ureum 12 mg/dl 13 – 43
Creatinin 0,81 mg/dl 0,60 – 1,10
SGOT 17 U/L <31
SGPT 15 U/L <32
Gula Darah Sewaktu 81 mg/dl <140
ELEKTROLIT
Natrium 131 mmol/L 136-145
Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,5
Clorida 99 mmol/L 95-105
RAPID SWAB ANTIGEN
Non Reaktif Non Reaktif

2. Radiologi
Foto Thoraks, PA view, posisi erect, relatif simetris, inspirasi dan kondisi cukup.
Hasil:
- Cor: batas kanan baik, batas kiri tertutup perselubungan homogen
- Pulmo: Corakan vaskuler paru yang tervisualisasi meningkat. Tampak konsolidasi
dengan air bronchogram pada lapang atas paru kiri. Sinus costophrenicus kanan
lancip, kiri tertutup perselubungan homogen.

KESAN :
- Cor sulit dievaluasi
- Sugestif gambaran pneumonia underlying TB paru
- Efusi pleura kiri

3. EKG

Kesan: Irama sinus, HR 64x/menit, LAD, LAHS, OMI Anteroseptal


ASSESMENT
1. Pleuritis TB
2. Efusi Pleura Masif (S)
PENATALAKSANAAN
 Rawat inap
 O2 4 lpm nasal kanul
 IVFD NaCl 0.9% 20tpm
 Injeksi Ketorolac 1x1
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
28/01/2023 Pasien masih KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 110/80, nadi treatment 0.9% 20tpm
nyeri dada 72x, RR 20x, T 36,2,  Efusi pleura - Inj.
kiri dan SaO2 98% sinistra Ketorolac
lemah badan  CAD, OMI 2x1amp
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal - Inj.
Leher : T1-T1,faring tdk Pantoprazole
hiperemis, KGB tdk 2x40mg
membesar - OAT 3 tablet
Thorax : Retraksi FDC lanjut
suprasternal (-) , Retraksi
- N-
Epigastrial (-), retraksi
Acetylcystei
intercostal (-)
n 3x200mg
Cor : BJ 1,2 reguler
Pulmo : SDV
- Curcuma
1x1 tab
(+/menurun), ronki (-/-),
wheezing (-/-) - Vit B comp
Abd : BU (+) N, timpani, 1x1
supel, NT (-) epigastrium, - Atorvastatin
hepar/lien tidak teraba 0-0-20mg
Eks : akral hangat, - Ramipril 0-
CRT<2", adp kuat 0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg

29/01/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl


merasakan TTV : Tensi 118/87, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 76x, RR 20x, T 36,2,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Inj.
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal Ketorolac
Leher : T1-T1,faring tdk 2x1amp
hiperemis, KGB tdk - Inj.
membesar Pantoprazole
Thorax : Retraksi 2x40mg
suprasternal (-) , Retraksi - OAT 3 tablet
Epigastrial (-), retraksi FDC lanjut
intercostal (-) - N-
Cor : BJ 1,2 reguler Acetylcystei
Pulmo : SDV n 3x200mg
(+/menurun), ronki (-/-), - Curcuma
wheezing (-/-) 1x1 tab
Abd : BU (+) N, timpani, - Vit B comp
supel, NT (-) epigastrium, 1x1
hepar/lien tidak teraba - Atorvastatin
Eks : akral hangat, 0-0-20mg
CRT<2", adp kuat
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg

30/01/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl


merasakan TTV : Tensi 110/80, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 72x, RR 20x, T 36,2,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Inj.
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal Ketorolac
Leher : T1-T1,faring tdk 2x1amp
hiperemis, KGB tdk - Inj.
membesar Pantoprazole
Thorax : Retraksi 2x40mg
suprasternal (-) , Retraksi - OAT 3 tablet
Epigastrial (-), retraksi FDC lanjut
intercostal (-)
- N-
Cor : BJ 1,2 reguler
Acetylcystei
Pulmo : SDV
n 3x200mg
(+/menurun), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
- Curcuma
1x1 tab
Abd : BU (+) N, timpani,
supel, NT (-) epigastrium, - Vit B comp
hepar/lien tidak teraba 1x1
Eks : akral hangat, - Atorvastatin
CRT<2", adp kuat 0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
- Telah
dilakukan
Tindakan
proof pungsi
hemithorax
(S)
didapatkan
cairan
kuning jernih
- Rencana
Tindakan
thoracocente
sis/evakuasi
cairan pleura
besok
31/01/2023
31/01/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 122/95, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 74x, RR 20x, T 36,7,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Inj.
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal Ketorolac
Leher : T1-T1,faring tdk 2x1amp
hiperemis, KGB tdk - Inj.
membesar Pantoprazole
Thorax : Retraksi 2x40mg
suprasternal (-) , Retraksi - OAT 3 tablet
Epigastrial (-), retraksi FDC lanjut
intercostal (-)
- N-
Cor : BJ 1,2 reguler
Acetylcystei
Pulmo : SDV
n 3x200mg
(+/menurun), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
- Curcuma
1x1 tab
Abd : BU (+) N, timpani,
supel, NT (-) epigastrium, - Vit B comp
hepar/lien tidak teraba 1x1
Eks : akral hangat, - Atorvastatin
CRT<2", adp kuat 0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
01/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 128/97, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 71x, RR 20x, T 36,8,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Inj.
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal Ketorolac
Leher : T1-T1,faring tdk 2x1amp
hiperemis, KGB tdk - Inj.
membesar Pantoprazole
Thorax : Retraksi 2x40mg
suprasternal (-) , Retraksi - OAT 3 tablet
Epigastrial (-), retraksi FDC lanjut
intercostal (-)
- N-
Cor : BJ 1,2 reguler
Acetylcystei
Pulmo : SDV
n 3x200mg
(+/menurun), ronki (-/-),
wheezing (-/-)
- Curcuma
1x1 tab
Abd : BU (+) N, timpani,
supel, NT (-) epigastrium, - Vit B comp
hepar/lien tidak teraba 1x1
Eks : akral hangat, - Atorvastatin
CRT<2", adp kuat 0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
- Telah
dilakukan
Tindakan
Thoracocent
esis /
Evakuasi
cairan pleura
hemithorax
(S)
didapatkan
cairan
kuning jernih
kurang lebih
1300cc
- Xray thorax
PA dan
lateral
02/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 129/90, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 78x, RR 20x, T 36,8,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H1)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Ketorolac
suprasternal (-) , Retraksi 2x1amp
Epigastrial (-), retraksi - Inj.
intercostal (-) Pantoprazole
Cor : BJ 1,2 reguler 2x40mg
Pulmo : SDV
- OAT 3 tablet
(+/menurun), ronki (-/-),
FDC lanjut
wheezing (-/-)
Abd : BU (+) N, timpani,
- N-
Acetylcystei
supel, NT (-) epigastrium,
n 3x200mg
hepar/lien tidak teraba
- Curcuma
1x1 tab
- Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
Eks : akral hangat, - Nitrokaf
CRT<2", adp kuat 2x2.5mg

- Cor: batas kanan baik,


batas kiri Sebagian
tertutup perselubungan
homogen. Retrocardiac
dan retrosternal space
tak menyempir.
- Pulmo: Corakan
vaskuler kasar. Tak
tampak bercak pada
lapang paru. Sinus
costophrenicus kanan
lancip, kiri tumpul.

KESAN :
- Cor sulit dievaluasi
- Sugestif gambaran
bronkhitis
- Efusi pleura kiri

03/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl


merasakan TTV : Tensi 106/81, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 80x, RR 20x, T 36,2,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H2)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Pantoprazole
suprasternal (-) , Retraksi 2x40mg
Epigastrial (-), retraksi - OAT 3 tablet
intercostal (-) FDC lanjut
Cor : BJ 1,2 reguler
- N-
Pulmo : SDV
Acetylcystei
(+/menurun), ronki (-/-),
n 3x200mg
wheezing (-/-)
Abd : BU (+) N, timpani,
- Ibuprofen
3x400mg
supel, NT (-) epigastrium,
hepar/lien tidak teraba - Curcuma
Eks : akral hangat, 1x1 tab
CRT<2", adp kuat - Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
04/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 116/82, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 81x, RR 20x, T 36,8,  Efusi pleura Aminofilin
kiri hilang SaO2 98% sinistra 1:1 14tpm
timbul  CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H3)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Ketorolac
suprasternal (-) , Retraksi 2x1amp
Epigastrial (-), retraksi - Inj.
intercostal (-) Pantoprazole
Cor : BJ 1,2 reguler 2x40mg
Pulmo : SDV
- OAT 3 tablet
(+/menurun), ronki (-/-),
FDC lanjut
wheezing (-/-)
Abd : BU (+) N, timpani,
- N-
Acetylcystei
supel, NT (-) epigastrium,
n 3x200mg
hepar/lien tidak teraba
Eks : akral hangat, - Curcuma
CRT<2", adp kuat 1x1 tab
- Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
05/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 121/84, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 81x, RR 20x, T 36, SaO2  Efusi pleura Aminofilin
sampai ke 98% sinistra 1:1 14tpm
punggung  CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H4)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Ketorolac
suprasternal (-) , Retraksi 2x1amp
Epigastrial (-), retraksi - Inj.
intercostal (-) Pantoprazole
Cor : BJ 1,2 reguler 2x40mg
Pulmo : SDV
- OAT 3 tablet
(+/menurun), ronki (-/-),
FDC lanjut
wheezing (-/-)
Abd : BU (+) N, timpani,
- N-
Acetylcystei
supel, NT (-) epigastrium,
n 3x200mg
hepar/lien tidak teraba
Eks : akral hangat, - Curcuma
CRT<2", adp kuat 1x1 tab
- Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
06/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 105/75, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 85x, RR 20x, T 36,5,  Efusi pleura Aminofilin
sampai ke SaO2 99% sinistra 1:1 14tpm
punggung  CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H5)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Ketorolac
suprasternal (-) , Retraksi 2x1amp
Epigastrial (-), retraksi - Inj.
intercostal (-) Pantoprazole
Cor : BJ 1,2 reguler 2x40mg
Pulmo : SDV - OAT 3 tablet
(+/menurun), ronki (-/-), FDC lanjut
wheezing (-/-) - N-
Abd : BU (+) N, timpani, Acetylcystei
supel, NT (-) epigastrium, n 3x200mg
hepar/lien tidak teraba - Curcuma
Eks : akral hangat, 1x1 tab
CRT<2", adp kuat
- Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
- Telah
dilakukan
Tindakan
Thoracocent
esis /
evakuasi
cairan
pleura,
didapatkan
cairan warna
kuning jernih
volume
kurang lebih
620cc
07/02/2023 Pasien KU : sedang, CM  Pleuritis TB on - Inf NaCl
merasakan TTV : Tensi 115/76, nadi treatment 0.9% +
nyeri dada 87x, RR 20x, T 36,3,  Efusi pleura Aminofilin
berkurang SaO2 99% sinistra 1:1 14tpm
 CAD, OMI - Drip
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal levofloxacin
Leher : T1-T1,faring tdk 1x700mg IV
hiperemis, KGB tdk (H6)
membesar - Inj.
Thorax : Retraksi Ketorolac
suprasternal (-) , Retraksi 2x1amp
Epigastrial (-), retraksi - Inj.
intercostal (-) Pantoprazole
Cor : BJ 1,2 reguler 2x40mg
Pulmo : SDV
- OAT 3 tablet
(+/menurun), ronki (-/-),
FDC lanjut
wheezing (-/-)
Abd : BU (+) N, timpani,
- N-
Acetylcystei
supel, NT (-) epigastrium,
hepar/lien tidak teraba n 3x200mg
Eks : akral hangat, - Curcuma
CRT<2", adp kuat 1x1 tab
- Vit B comp
1x1
- Atorvastatin
0-0-20mg
- Ramipril 0-
0-2.5mg
- Nitrokaf
2x2.5mg
- Besok rawat
jalan
08/02/2023 Pasien KU : baik, CM  Pleuritis TB on - OAT lanjut
merasakan TTV : Tensi 107/82, nadi treatment - Ibuprofen
nyeri dada 86x, RR 20x, T 36,3,  Efusi pleura 3x400mg
berkurang SaO2 98% sinistra - N-
 CAD, OMI acetylcystein
Kepala : CA (-/-), SI (-/-) Anteroseptal 3x200mg
Leher : T1-T1,faring tdk - Curcuma
hiperemis, KGB tdk 1x1tab
membesar
- Vit B comp
Thorax : Retraksi
1x1tab
suprasternal (-) , Retraksi
Epigastrial (-), retraksi
- Atorvastatin
0-0-20mg
intercostal (-)
Cor : BJ 1,2 reguler - Nitrokaf
Pulmo : SDV 2x2.5mg
(+/menurun), ronki (-/-), - Ramipril 0-
wheezing (-/-) 0-2.5mg
Abd : BU (+) N, timpani,
supel, NT (-) epigastrium,
hepar/lien tidak teraba
Eks : akral hangat,
CRT<2", adp kuat

PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Dubia ad malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Efusi pleura merupakan suatu akumulasi cairan yang abnormal didalam
kavum pleura yang disebabkan karena adanya gangguan homeostatik berupa
adanya produksi cairan yang berlebihan atau karena adanya penurunan absorpsi
cairan.1
Efusi pleura biasanya merupakan efek sekunder dari suatu penyakit primer.
Insidensinya tergantung dari penyakit yang mendasari efusi pleura. Pada pasien
dengan penyakit gagal jantung insiden terjadinya efusi pleura cukup tinggi yaitu
sekitar 55-88%, efusi juga dapat terjadi pada 67% pasien dengan penyakit
pericardial. Sirosis hepar dan ascites juga dihubungkan dengan efusi pleura (6%)
serta beberapa pneumonia bacterial (11%) dapat penyebabkan terjadinya efusi
pleura.1
B. Epidemiologi
Insiden terjadinya efusi pleura sulit untuk ditentukan karena banyaknya
etiologi penyakit yang menyebabkan kelainan tersebut. Namun insiden efusi
pleura di Amerika diperkirakan sekitar 1, 5 juta kasus/tahun dan umumnya sering
disebabkan karena gagal jantung, pneumonia karena bakteri serta keganasan.
Sedangkan insiden efusi pleura secara internasional sekitar 320 kasus / 100.000
penduduk. Di Indonesia sendiri penyebab terbanyak efusi pleura dalah karena
penyakit tuberkulosis paru.2
Pada efusi pleura tidak ditemukan adanya perbedaan jenis kelamin yang
signifikan antara pria dan wanita. Sedangkan untuk usia, efusi pleura ini relatif
lebih banyak ditemukan pada usia dewasa muda dan orang tua. Namun efusi
pleura ini sering ditemukan pada anak terutama anak dengan pneumonia.2
C. Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya efusi pleura dapat diakibatkan oleh lingkungan yang
tidak bersih, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi
social ekonomi yang rendah, sarana dan prasarana Kesehatan yang kurang, serta
kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai Kesehatan.3
D. Patofisiologi Efusi Pleura
Pada orang dewasa normal yang sehat, rongga pleura memiliki cairan yang
minimal, yang berfungsi sebagai pelumas untuk kedua permukaan pleura. Jumlah
cairan pleura sekitar 0,1 ml/kg hingga 0,3 ml/kg dan terus-menerus terjadi
pertukaran. Cairan pleura berasal dari pembuluh darah pleura parietal dan diserap
kembali oleh saluran limfatik di diafragma dan mediastinum dari pleura parietal.
Tekanan hidrostatik dari pembuluh darah sistemik yang mensuplai pleura
parietalis diduga mendorong cairan interstitial ke dalam rongga pleura dan
karenanya memiliki kandungan protein yang lebih rendah daripada serum.
Akumulasi kelebihan cairan dapat terjadi jika produksi berlebihan atau penurunan
penyerapan, atau keduanya melebihi mekanisme homeostatis normal. Jika efusi
pleura terutama disebabkan oleh peningkatan tekanan hidrostatik, biasanya
bersifat transudat. Peningkatan permeabilitas mesotel dan kapiler atau gangguan
drainase limfatik biasanya menyebabkan eksudat.5,6
Cairan yang terakumulasi di dalam kavum pleura umumnya timbul apabila
cairan yang diproduksi lebih banyak dibandingkan yang diresorbsi. Hal ini bisa
disebabkan karena adanya peningkatan tekanan mikrovaskuler paru (contohnya
pada kasus gagal jantung), berkurangnya tekanan onkotik (pada kasus
hipoproteinemia), peningkatan permeabilitas mikrovaskuler, berkurangnya
drainage limfatik (pada kasus limfangitis), atau adanya defek pada diafragma
sehingga cairan peritoneal dapat masuk kedalam kavum pleura.3
Cairan yang terakumulasi didalam kavum pleura bisa berupa transudat,
eksudat, pus, darah ataupun chyle. Secara radiologi efusi pleura umumnya akan
memberikan gambaran radiologi yang hampir sama sehingga sulit untuk
dibedakan.3
Cairan pleura sebenarnya adalah cairan interseluler pleura parietal. Oleh
karena pleura parietal disuplai oleh sirkulasi sistemik sedangkan tekanan didalam
rongga pleura lebihrendah dibanding atmosfir, gradien tekanan bergerak dari
interselular pleura ke arah rongga pleura.3
Ada 6 mekanisme yang bertanggung jawab atas terjadinya penumpukan cairan
dalam rongga pleura, yaitu:
1. Peningkatan tekanan hidrostatik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini
dijumpai pada gagal jantung kongestif.
2. Turunnya tekanan onkotik sirkulasi mikrovaskular. Keadaan ini terjadi
akibat hipoalbuminemia seperti pada sindroma nefrotik.
3. Turunnya tekanan intra pleura, yang dapat disebabkan oleh atelektasis
atau reseksi paru.
4. Meningkatnya permeabilitas kapiler pleura. Keadaan ini diakibatkan
oleh peradangan pleura, misalnya pada efusi pleura akibat tuberculosis atau
penyakit keganasan.
5. Terhambatnya aliran getah bening akibat tumor atau fibrosis paru.
6. Masuknya cairan dari rongga peritoneum akibat asites.

E. Etiologi Efusi Pleura


Secara umum efusi pleura berdasarkan jenis cairannya atau berdasarkan
komposisi cairan dapat dibagi menjadi transudat atau eksudat. Penyebab antara
transudat dan eksudat ini biasanya dibuat pada saat torakosintesis. Penyebab efusi
pleura lainnya yang lebih spesifik adalah chylotoraks dan hemotoraks.4
Efusi pleura yang eksudat disebabkan karena adanya peningkatan
permeabilitas kapiler pleura. Efusi pleura jenis ini memiliki komposisi protein
yang tinggi (> 3 g/dl ), berwarna agak suram dan kadang-kadang dapat disertai
darah atau bahkan pus. Penyebab efusi pleura yang eksudat ini bermacam-macam,
diantaranya adalah pneumonia, empyiema, tuberkulosis, malignansi, emboli paru,
penyakit kolagen vaskuler, penyakit pada abdomen ( pankreatitis, abses, pasca
tindakan bedah), sindrom Meig’s, uremia, endometriosis dan reaksi obat.
Penyebab tersering yaitu keganasan, pneumonia dan tuberkulosis.4
Cairan transudat pada kavum pleura merupakan suatu cairan dengan
komposisi protein < 3 g/dl, berwarna jernih atau agak kekuningan. Efusi pleura
ini disebabkan karena adanya gangguan keseimbangan antara tekanan hidrostatik
dan osmotik. Akumulasi cairan ini dapat terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, pericarditis, sirosis pada wanita hamil, hipoalbuminemia, overhidrasi,
gagal ginjal, sindroma nefrotik dan dialisis peritoneal. Penyebab tersering efusi
pleura yang transudat ini adalah gagal jantung kongestif, sirosis dan
hipoalbuminemia, overhidrasi, gagal ginjal , sindroma nefrotik dan dialysis
peritoneal. Penyebab tersering efusi pleura yang transudat ini adalah gagal
jantung kongestif sirosis dan hipoalbuminemia.4

Tabel 1 : Kriteria Eksudat dan Transudat3

Tes khusus dan prosedur invasif terindikasi untuk penegakkan diagnosis


etiologi. Pemeriksaan khusus dianjurkan bila diduga adanya penyebab tertentu
seperti terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2 . Tes untuk menegakkan diagnosis etilologi efusi pleura4


F. Diagnosis Efusi Pleura
Sesak napas merupakan gejala yang paling sering timbul pada pasien
dengan efusi pleura. Selain itu nyeri dada juga dapat timbul akibat dari efusi
yang banyak berupa nyeri dada pleuritic atau nyeri dada tumpul tergantung
dari jumlah akumulasi cairan, pada beberapa penderita dapat pula muncul
batuk kering. Efusi pleura yang luas menyebabkan sesak napas yang
berdampak pada pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga kebutuhan
oksigen dalam tubuh pun kurang terpenuhi. Hal tersebut dapat
mengakibatkan metabolism sel dalam tubuh menjadi tidak seimbamg. Oleh
karena itu diperlukan pemberian terapi oksigan untuk penderita efusi pleura.
5

Pada pemeriksaan fisik: inflamasi dapat terjadi friction rub, ateletaksi


kompresif (kolaps paru parsial) dapat menyebabkan bunyi napas bronkus,
pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak
dalam pernapasan. Fremitus vocal melemah dan perkusi didapatkan redup
pada daerah yang terdapat efusi, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melenggkung (garis ellis damoiseu).

Pemeriksaan penunjang:

Menurut Pranita, pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien efusi


pleura adalah:

a. Radiografi Thoraks
Merupakan studi pencitraan pertama yang dilakukan ketika
mengevaluasi efusi pleura. Foto posteroanterior umumnya akan
menunjukkan adanya efusi pleura ketika ada sekitar 200 ml
cairan pleura, dan foto lateral akan terinterpretasi abnormal
ketika terdapat sekitar 50 ml cairan pleura yaitu terbentuknya
Meniscus Sign.
b. Ultrasonografi thoraks
Juga memiliki peran yang semakin penting dalam evaluasi efusi
pleura karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi
cairan pleura daripada pemeriksaan klinis atau radiografi toraks.
Karakteristik yang juga dapat dilihat pada USG dapat membantu
menentukan apakah terjadi efusi sederhana atau kompleks. Efusi
sederhana dapat diidentifikasi sebagai cairan dalam rongga pleura
dengan echotexture homogen seperti yang terlihat pada sebagian
besar efusi transudatif, sedangkan efusi yang kompleks bersifat
echogenic, sering terlihat septasi di dalam cairan, dan selalu
eksudat. Bedside Ultrasound dianjurkan saat melakukan
thoracentesis untuk meningkatkan akurasi dan keamanan
procedural.
c. Biopsy pleura
Dapat menunjukkan 50-70% diagnosis kasus
pleuritistuberkolosis dan tumor pleura. Biopsi ini berguna untuk
mengambil spesimen jaringan 10 pleura melalui biopsi jalur
perkutaneus. Komplikasi biopsi adalah pneumothoraks,
hemothoraks, penyebaran infeksi dan tumor dinding dada.
d. Analisa cairan pleura
Untuk diagnostik cairan pleura perlu dilakukan pemeriksaan:
i. Warna cairan
- Haemorragic pleural efusion, biasanya pada pasien dengan
adanya keganasan paru atau akibat infark paru terutama
disebabkan oleh tuberkolosis.
- Yellow exudates pleural efusion, terutama terjadi pada
keadaan gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik,
hipoalbuminemia, dan perikarditis konstriktif.
- Clear transudate pleural efusion, sering terjadi pada pasien
dengan keganasan ekstrapulmoner.
ii. Biokimia, untuk membedakan transudasi dan eksudasi.
iii. Sitologi, pemeriksaan sitologi bila ditemukan patologis atau
dominasi sel tertentu untuk melihat adanya keganasan.
iv. Bakteriologi Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-
kadang dapat mengandung mikroorganisme, apalagi bila
cairannya purulen. Efusi yang purulen dapat mengandung
kuman-kuman yang aerob ataupun anaerob. Jenis kuman
yang sering ditemukan adalah Pneumococcus, E.coli,
clebsiella, Pseudomonas, Enterobacter.
e. CT Scan thoraks
Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi
trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura
dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan
bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya
G. Diagnosis Banding
Diagnosis banding efusi pleura:7


Tabel 3 . Diagnosis banding efusi pleura4
I. Tatalaksana Efusi Pleura

Tabel 4 . Penatalaksanaan efusi pleura7


Tujuan penatalaksanaan pada efusi pleura adalah paliasi atau mengurangi
gejala. Pilihan terapi harus tergantung pada prognosis, kejadian efusi berulang, dan
keparahan gejala pada pasien (Pranita, 2020).

a. Thorakosentesis

Thorakosentesis diindikasikan untuk efusi pleura baru yang tidak tahu


penyebabnya. Obeservasi dan optimal medical therapy (OMT) tanpa dilakukan
thorasentesis merupakan hal yang wajar dalam penanganan efusi pleura karena gagal
jantung atau setelah operasi CABG. Namun manifestasi lain (seperti demam, pleuritis;
radang selaput dada) atau kegagalan untuk menanggapi terapi pada pasien harus
segera dipertimbangkan dilakukan thorasentesis diagnostik.

b. Pemeriksaan laboratorium

Analisis cairan pleura, penampilan makroskopis cairan pleura harus


diperhatikan saat dilakukan thoracentesis, karena dapat menegakkan diagnosis. Cairan
bisa sifatnya serosa, serosanguineous (ternoda darah), hemoragik, atau bernanah.
Cairan berdarah (hemoragik) sering terlihat pada keganasan, emboli paru dengan
infark paru, trauma, efusi asbes jinak, atau sindrom cedera jantung. Cairan purulen
dapat dilihat pada empiema dan efusi lipid. Sebagai tambahan. bau busuk dapat
menyebabkan infeksi anaerob dan bau amonia menjadi urinothorax. Karakterisasi
cairan pleura sebagai transudat atau eksudat membantu menyingkirkan diagnosis
banding dan mengarahkan pemeriksaan selanjutnya.

c. Kimia darah

Pada pemeriksaan kimia darah konsentrasi glukosa dalam cairan pleura


berbanding lurus dengan kelainan patologi pada cairan pleura. Asidosis cairan pleura
(pH rendah berkorelasi dengan prognosis buruk dan memprediksi kegagalan
pleurodesis. Pada dugaan infeksi pleura, pH kurang dari 7,20 harus diobati dengan
drainase pleura. Amilase cairan pleura meningkat jika rasio cairan amilase terhadap
serum pleura lebih besar dari 1,0 dan biasanya menunjukkan penyakit pankreas,
ruptur esofagus, dan efusi yang ganas. d. Water Seal Drainage (WSD) Drainase cairan
(Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea,
dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran
cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian. Pada efusi yang terinfeksi
perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila
cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu
tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam
fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera
dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang
adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll (Pranita, 2020)

Pleurodesis adalah prosedur yang dilakukan untuk melenyapkan ruang pleura


untuk mencegah efusi pleura berulang, pneumotoraks, atau untuk mengobati
pneumotoraks persisten. Pleurodesis biasanya dilakukan dengan mengalirkan cairan
pleura atau udara intrapleura diikuti dengan prosedur mekanis atau memasukkan
bahan iritan kimia ke dalam ruang pleura, yang menyebabkan inflamasi dan fibrosis
yang selanjutnya menyebabkan perlengketan antara dua membran pleura. 11
Pleurodesis paling sering digunakan untuk efusi pleura ganas berulang, misalnya,
pada kanker payudara atau ovarium metastatik dan kanker paru-paru. Karena harapan
hidup yang terbatas dari pasien ini, tujuan terapi ini adalah untuk meminimalkan
dispnea, ketidaknyamanan pasien, lama tinggal di rumah sakit, dan biaya perawatan
secara keseluruhan.12, 13

J. Komplikasi Efusi Pleura


Komplikasi efusi pleura dapat meliputi:8
 Kerusakan paru-paru
 Infeksi yang berubah menjadi abses, disebut empyema
 Udara di rongga dada (pneumotoraks) setelah drainase efusi
 Penebalan pleura (parut pada lapisan paru-paru)
K. Prognosis Efusi Pleura

Prognosis pasien dengan efusi pleura tergantung pada penyebab, tingkat keparahan,
dan komorbiditas pasien. Secara umum, pasien yang tidak mendapat terapi adekuat
memiliki hasil yang buruk dibandingkan dengan mereka yang diberikan tatalaksana
langsung. Secara keseluruhan, pasien dengan efusi pleura malignancy cenderung
memiliki prognosis yang buruk. Sebagian besar pasien meninggal dalam waktu 12
sampai 24 bulan, terlepas dari penyebab efusi pleura malignancy. Ketika efusi pleura
tidak diobati secara adekuat, dapat menyebabkan empiema, sepsis, dan bahkan
trapped lung.9,10
DAFTAR PUSTAKA

1. Betty J.Chest Radiograph.Atlas oral maxillofacial Surg Clin N Am.Lexington


USA.10.2002: 166 -177
2. Rubben M ,Padley S.The pleura.In Textbook of Radiology and Imaging Volume
I. Editor : David Sutton.7th edition.Philadelphia, Churchill.
3. Rasyid Ahmad. Anatomi Fisiologi Pleura dan Mekanisme Efusi.Bandung : Divisi
Pulmonologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSMH,2012
4. Joseph L,Harrisons Principles of Internal Medicine.17th Edition.Boston 2010
5. Guinde J, Georges S, Bourinet V, Laroumagne S, Dutau H, Astoul P. Recent
developments in pleurodesis for malignant pleural disease. Clin Respir J. 2018
Oct;12(10):2463-2468. [PubMed]
6. Arnold DT, De Fonseka D, Perry S, Morley A, Harvey JE, Medford A, Brett M,
Maskell NA. Investigating unilateral pleural effusions: the role of cytology. Eur
Respir J. 2018 Nov;52(5) [PubMed]
7. Jany B, Welte T: Pleural effusion in adults—etiology, diagnosis, and treatment.
Dtsch Arztebl Int 2019; 116: 377– 86. DOI: 10.3238/arztebl.2019.0377
8. Denis Hadjiliadis, MD, MHS, Paul F. Harron Jr. Professor of Medicine,
Pulmonary, Allergy, and Critical Care, Perelman School of Medicine, University
of Pennsylvania, Philadelphia, PA. Also reviewed by David C. Dugdale, MD,
Medical Director, Brenda Conaway, Editorial Director, and the A.D.A.M.
Editorial team.
9. Feller-Kopman DJ, Reddy CB, DeCamp MM, Diekemper RL, Gould MK, Henry
T, Iyer NP, Lee YCG, Lewis SZ, Maskell NA, Rahman NM, Sterman DH,
Wahidi MM, Balekian AA. Management of Malignant Pleural Effusions. An
Official ATS/STS/STR Clinical Practice Guideline. Am J Respir Crit Care Med.
2018 Oct 01;198(7):839-849. [PubMed]
10. Iyer NP, Reddy CB, Wahidi MM, Lewis SZ, Diekemper RL, Feller-Kopman D,
Gould MK, Balekian AA. Indwelling Pleural Catheter versus Pleurodesis for
Malignant Pleural Effusions. A Systematic Review and Meta-Analysis. Ann Am
Thorac Soc. 2019 Jan;16(1):124-131. [PubMed]
11. Banini BA, Alwatari Y, Stovall M, Ogden N, Gershman E, Shah RD, Strife BJ,
Shojaee S, Sterling RK. Multidisciplinary Management of Hepatic Hydrothorax
in 2020: An Evidence-Based Review and Guidance. Hepatology. 2020
Nov;72(5):1851-1863. [PubMed]
12. West SD, Davies RJ, Lee YC. Pleurodesis for malignant pleural effusions: current
controversies and variations in practices. Curr Opin Pulm Med. 2004
Jul;10(4):305-10. [PubMed]
13. Shaw P, Agarwal R. Pleurodesis for malignant pleural effusions. Cochrane
Database Syst Rev. 2004;(1):CD002916. [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai