Anda di halaman 1dari 20

KONDISI GEOGRAFIS TERHADAP KEWARGANEGARAAN DI

INDONESIA

Nama kelompok 1 :
• BELVA PUTRI AMANDA (2261201175)
• DARMAN SAHENDRAWATI (2261201209)
• DIVI RAYANA (2261201196)
• ELYSABETH VERONICA (2261201164)
• FIRMAN JAYA TAFONAO (2261
• IIS NANDAYANI AMBARITA (2261201187)
• INDAH JULIANI (2261201161)
• JAKA PRASTIO (2261201210)
• JOSUA PANDIANGAN (2261201159)
Kelas : 2.4 manajemen
Dosen pengampu : RIZANA,S.H,M.H
T.P : 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera untuk kita semua. Penulis dengan senang hati mempersembahkan makalah ini
yang membahas tentang kondisi geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap kebijakan
kewarganegaraan di negara ini.
Sebagai negara kepulauan yang berada di Asia Tenggara, Indonesia memiliki keanekaragaman
kondisi geografis yang mencakup berbagai pulau dan wilayah, yang tentunya memiliki implikasi
pada kebijakan kewarganegaraan di Indonesia. Makalah ini akan mengupas secara mendalam
tentang bagaimana faktor-faktor geografis di Indonesia mempengaruhi kebijakan
kewarganegaraan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia.
penulis berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang kondisi
geografis Indonesia dan pengaruhnya terhadap kebijakan kewarganegaraan. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang topik ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan buku ini, terutama rekan penulis dan penerbit yang telah membantu dalam
proses pembuatan.

Salam hormat,

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER...........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................... 4
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................ 4
1.3 TUJUAN MASALAH ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
2.2.1 faktor – faktor geografis indonesia yang mempengaruhi kebijakan
kewarganegaraan yang diterapkan oleh pemerintah indonesia. .......................................... 6
1. Kebijakan Kewarganegaraan di Perbatasan......................................................................... 7
2. Kebijakan Kewarganegaraan di Pulau-pulau Terpencil....................................................... 8
3. Kebijakan Kewarganegaraan di Daerah Konflik ............................................................... 10
4. Kebijakan Kewarganegaraan di Pulau-pulau Besar ...........................................................11
2.2.2 Cara dan aturan kewarganegaraan diindonesia yang berhubungan dengan kondisi
geografis, seperti naturalisasi, hukum tanah kelahiran, dan aturan khusus untuk daerah
perbatasan dan daerah dengan kekayaan alam yang melimpah ........................................ 12
1. Kelahiran ........................................................................................................................... 13
2. Pernikahan ......................................................................................................................... 13
3. Naturalisasi ........................................................................................................................ 14
2.2.3 pengaruh kondisi geografis indonesia terhadap konflik dalam hubungan antara
pemerintah indonesia dan masyarakat adat terkait dengan hak atas tanah dan SDM ... 16
1. Keterbatasan sumber daya alam ........................................................................................ 16
2. Keanekaragaman budaya: .................................................................................................. 16
3. Kondisi geografis yang sulit dijangkau ............................................................................. 16
4. Masalah distribusi kekayaan .............................................................................................. 16
5. Tuntutan otonomi daerah ................................................................................................... 17
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 18
Kesimpulan .............................................................................................................................. 18
Saran......................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di Asia Tenggara, terdiri dari ribuan pulau
dan memiliki kondisi geografis yang beragam. Kondisi geografis tersebut mempengaruhi
kebijakan kewarganegaraan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia.Sebagai negara
kepulauan, Indonesia memiliki aturan kewarganegaraan yang cukup ketat, terutama untuk orang
asing yang ingin menjadi warga negara Indonesia. Salah satu syarat utama untuk memperoleh
kewarganegaraan Indonesia adalah harus mengikuti proses naturalisasi, yang meliputi berbagai
persyaratan seperti telah tinggal di Indonesia selama minimal 5 tahun, memiliki penghasilan yang
cukup, dan menguasai bahasa Indonesia.
Selain itu, Indonesia juga menerapkan aturan jus soli atau hukum tanah kelahiran, yang
menyatakan bahwa seseorang akan dianggap sebagai warga negara Indonesia jika lahir di wilayah
Indonesia. Namun, aturan ini tidak berlaku untuk anak dari diplomat atau orang asing yang berada
di Indonesia dalam misi resmi, atau anak dari orang asing yang tidak memiliki izin tinggal yang
sah. Kondisi topografi Indonesia yang berupa pulau-pulau juga mempengaruhi kebijakan
kewarganegaraan di Indonesia. Misalnya, di Provinsi Papua, aturan kewarganegaraan bisa lebih
ketat untuk orang asing, karena daerah tersebut dianggap sebagai daerah perbatasan yang sensitif.
Hal ini juga berlaku untuk daerah-daerah lain yang berdekatan dengan negara-negara tetangga,
seperti Kalimantan dan Sulawesi.
Sumber daya alam juga memiliki pengaruh pada kebijakan kewarganegaraan di Indonesia.
Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti minyak, gas, dan tambang, sehingga
aturan kewarganegaraan untuk investor asing yang ingin berinvestasi di sektor tersebut bisa lebih
mudah. Namun, di sisi lain, kekayaan alam tersebut juga bisa menjadi sumber konflik antara
pemerintah Indonesia dan masyarakat adat yang merasa terancam atas hak atas tanah dan sumber
daya alam mereka.
Dengan demikian, latar belakang kondisi geografis di Indonesia memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan kewarganegaraan di negara ini, termasuk syarat dan aturan yang
diterapkan untuk memperoleh kewarganegaraan dan pengaturan hukum tentang kewarganegaraan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. apa saja faktor – faktor geografis indonesia yang mempengaruhi kebijakan kewarganegaraan
yang diterapkan oleh pemerintah indonesia?

4
2. bagaimana cara dan aturan kewarganegaraan diindonesia yang berhubungan dengan kondisi
geografis, seperti naturalisasi, hukum tanah kelahiran, dan aturan khusus untuk daerah
perbatasan dan daerah dengan kekayaan alam yang melimpah?
3. bagaimana pengaruh kondisi geografis indonesia terhadap konflik dalam hubungan antara
pemerintah indonesia dan masyarakat adat terkait dengan hak atas tanah dan SDM?

1.3 TUJUAN MASALAH

Agar kita mengetahui faktor kondisi geografis terhadap kewarganegaraan diindonesia dan
pengaruh kondisi geografis

5
BAB II

PEMBAHASAN

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang luas dengan keragaman geografis yang kaya,
menawarkan berbagai tantangan dan peluang dalam konteks kewarganegaraan.Kondisi geografis
Indonesia memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat, budaya, dan
pembangunan di berbagai wilayah. Setiap pulau, daerah, dan ekosistem memiliki karakteristik
geografis yang unik, termasuk iklim, topografi, flora, fauna, dan aksesibilitas. Dalam konteks
kewarganegaraan, kondisi geografis ini dapat membentuk identitas lokal, pola pikir, dan cara hidup
masyarakat setempat.

Keragaman geografis juga menciptakan tantangan dan perbedaan dalam akses terhadap layanan
publik, infrastruktur, dan kesempatan ekonomi. Wilayah-wilayah terpencil atau yang sulit
dijangkau mungkin menghadapi kesulitan dalam pemenuhan hak dan kebutuhan dasar, serta
partisipasi dalam kehidupan politik dan sosial. Selain itu, faktor geografis seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, dan banjir dapat mempengaruhi keamanan, ketahanan, dan pemulihan
masyarakat dalam konteks kewarganegaraan.

Pendahuluan pembahasan kondisi geografis terhadap kewarganegaraan di Indonesia juga


mencakup aspek penting lainnya, seperti hubungan dengan negara-negara tetangga, kekayaan
alam, keanekaragaman hayati, dan peran Indonesia dalam konteks regional dan internasional.
Menggali pemahaman tentang bagaimana faktor geografis mempengaruhi identitas, keterikatan,
dan pengalaman kewarganegaraan di Indonesia menjadi langkah awal yang penting dalam
menjelajahi topik ini dengan lebih mendalam.1

2.2.1 faktor – faktor geografis indonesia yang mempengaruhi kebijakan kewarganegaraan


yang diterapkan oleh pemerintah indonesia.

1
Heri herdiawanto dan jumanta hamdayam, cerdas, kritis, dan aktif berwarganegara (jakarta; erlanga; 2010)

6
Letak geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan mempengaruhi kebijakan
kewarganegaraan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan artikel di
Kompas.com, letak geografis suatu wilayah akan memberikan pengaruh tertentu terhadap wilayah
tersebut. Indonesia memiliki dua musim yang bereda, yaitu musim hujan dan musim panas. Ini
merupakan pengaruh dari angin muson yang bergantian berembus dari arah Asia1. Selain itu,
faktor geografis dan konsepsi peran nasional juga mempengaruhi kebijakan luar negeri Indonesia2
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di antara dua benua dan dua samudra, yaitu
Benua Asia dan Australia serta Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Geografis Indonesia yang
unik ini memengaruhi kebijakan kewarganegaraan yang diterapkan oleh pemerintah Indonesia.
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana geografis Indonesia memengaruhi kebijakan
kewarganegaraan di Indonesia:

1. Kebijakan Kewarganegaraan di Perbatasan


Indonesia memiliki banyak perbatasan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Papua Nugini,
Timor Leste, dan Australia. Perbatasan yang panjang dan sulit dijaga membuat masuknya warga
negara asing (WNA) menjadi masalah yang sering terjadi. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
menerapkan kebijakan ketat terkait kewarganegaraan di wilayah perbatasan. Pemerintah juga
mengeluarkan kebijakan khusus untuk mencegah WNA yang masuk secara ilegal. 2 Kebijakan
kewarganegaraan di daerah perbatasan di Indonesia diatur oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dan beberapa aturan turunannya. Kebijakan
ini ditujukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara serta memperkuat integrasi nasional
di daerah perbatasan.

Beberapa kebijakan kewarganegaraan di daerah perbatasan di Indonesia antara lain:

a. Pendaftaran Penduduk Sementara

Pendaftaran Penduduk Sementara (PPS) adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk orang
asing yang tinggal di daerah perbatasan dengan izin masuk sementara. PPS diberikan untuk jangka
waktu tertentu, yaitu maksimal 6 bulan dan dapat diperpanjang dengan syarat-syarat yang
ditetapkan oleh pihak berwenang.

2
Suharyono dan moch. Amien, pengantar filsafat geografi (jakarta, ombak, 2013)

7
b. Kewarganegaraan Bagi Penduduk Perbatasan

Bagi penduduk perbatasan yang belum memiliki kewarganegaraan, pemerintah memberikan


kemudahan dalam proses pemberian kewarganegaraan. Syarat-syarat untuk memperoleh
kewarganegaraan di daerah perbatasan termasuk telah tinggal secara terus menerus selama 5 tahun,
menguasai bahasa Indonesia, serta memiliki identitas dan dokumen yang diterima oleh pihak
berwenang.

c. Program Warga Negara Indonesia (WNI) Wajib Memiliki KTP

Program ini bertujuan untuk memperkuat identitas WNI di daerah perbatasan. Program ini
menuntut seluruh WNI yang tinggal di daerah perbatasan untuk memiliki Kartu Tanda Penduduk
(KTP) elektronik yang berlaku. Dalam program ini, pemerintah akan membantu proses
administrasi bagi WNI yang belum memiliki KTP.

d. Pemberian Warga Negara Kehormatan

Pemerintah memberikan Warga Negara Kehormatan (WNK) bagi warga negara asing yang
memiliki jasa atau prestasi dalam memajukan hubungan baik antara Indonesia dan negara asalnya,
maupun dalam memajukan perekonomian dan kesejahteraan di daerah perbatasan. WNK
memberikan hak-hak tertentu, seperti hak tinggal dan bekerja di Indonesia selama 5 tahun.

Kebijakan kewarganegaraan di daerah perbatasan di Indonesia bertujuan untuk


memperkuat kedaulatan negara dan meningkatkan integrasi nasional. Dalam pelaksanaannya,
kebijakan ini didukung oleh beberapa lembaga dan pihak terkait, seperti Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Luar Negeri, dan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.3

2. Kebijakan Kewarganegaraan di Pulau-pulau Terpencil


Indonesia memiliki banyak pulau terpencil yang sulit dijangkau. Pulau-pulau ini umumnya dihuni
oleh masyarakat pribumi yang berbeda-beda dari segi bahasa, adat istiadat, dan agama. Oleh
karena itu, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan kewarganegaraan yang berbeda untuk
masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil. Misalnya, pemerintah memberikan

3
Heri pramono dan gilang permadani, pendidikan kewarganegaraan , diakses dari https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=931184,
pada tanggal 13 mei 2023

8
kewarganegaraan secara otomatis kepada masyarakat pribumi yang tinggal di pulau-pulau
terpencil yang tidak memiliki akta kelahiran atau identitas lainnya. Kebijakan kewarganegaraan di
pulau-pulau terpencil memiliki tantangan tersendiri karena aksesibilitas dan infrastruktur yang
terbatas.

Beberapa kebijakan yang dapat diterapkan di pulau-pulau terpencil untuk menangani masalah
kewarganegaraan antara lain:

a. Peningkatan akses terhadap layanan pendaftaran kewarganegaraan: Dalam situasi di mana


infrastruktur terbatas, pemerintah harus memperkuat akses terhadap layanan pendaftaran
kewarganegaraan. Pemerintah dapat memfasilitasi pendaftaran kewarganegaraan secara online,
atau mengirim petugas pendaftaran kewarganegaraan ke pulau-pulau terpencil tersebut.

b. Pemberian layanan kesehatan dan sosial yang memadai: Pemerintah perlu memberikan akses
yang memadai terhadap layanan kesehatan dan sosial bagi penduduk pulau-pulau terpencil. Hal
ini dapat meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan, dan membantu mencegah konflik
kewarganegaraan.

c. Membuat kebijakan pemukiman penduduk yang jelas: Kebijakan pemukiman penduduk perlu
dibuat dengan jelas dan terbuka bagi semua warga negara. Dalam situasi pulau-pulau terpencil,
kebijakan pemukiman penduduk dapat menjadi sumber sengketa dan perselisihan. Oleh karena itu,
pemerintah perlu mempertimbangkan hak-hak individu dan mengkomunikasikan kebijakan secara
efektif kepada penduduk pulau-pulau terpencil.

d. Peningkatan akses terhadap pendidikan: Pemerintah perlu memastikan bahwa penduduk pulau-
pulau terpencil memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan. Hal ini dapat meningkatkan
kualitas hidup dan membantu mencegah kesenjangan sosial dan ekonomi.

e. Pengawasan ketat terhadap peraturan imigrasi: Pemerintah perlu memperketat pengawasan


terhadap peraturan imigrasi dan kebijakan pemukiman penduduk asing di pulau-pulau terpencil.
Hal ini dapat mencegah sengketa dan konflik yang terkait dengan kewarganegaraan, serta
mempertahankan keamanan dan stabilitas di pulau-pulau terpencil.

f. Peningkatan komunikasi dan koordinasi: Pemerintah perlu meningkatkan komunikasi dan


koordinasi dengan masyarakat di pulau-pulau terpencil. Hal ini dapat membantu meningkatkan

9
pemahaman tentang kebijakan kewarganegaraan dan memperkuat hubungan antara pemerintah
dan masyarakat setempat.

3. Kebijakan Kewarganegaraan di Daerah Konflik


Indonesia memiliki beberapa daerah yang sering mengalami konflik, seperti Papua, Aceh, dan
Maluku. Konflik di daerah-daerah ini seringkali berdampak pada kewarganegaraan masyarakat
setempat. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan khusus terkait
kewarganegaraan di daerah konflik. Pemerintah memberikan kewarganegaraan secara otomatis
kepada anak-anak yang lahir di daerah konflik, agar mereka tidak menjadi apatrida atau tanpa
kewarganegaraan.

Undang-undang yang terkait ialah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2021 tentang
Penanganan Konflik Sosial di Tingkat Daerah: Peraturan ini mengatur tata cara penanganan
konflik sosial di tingkat daerah. Peraturan ini menekankan pada upaya penanganan konflik secara
preventif, melalui identifikasi dini dan pencegahan konflik, serta memberikan panduan bagi
pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan penanganan konflik secara terukur dan sesuai
dengan kondisi daerah. Kebijakan kewarganegaraan di daerah konflik sangat penting untuk
diimplementasikan dengan benar, karena dapat berdampak pada stabilitas dan keamanan wilayah
tersebut. Beberapa kebijakan yang dapat diterapkan di daerah konflik untuk menangani masalah
kewarganegaraan antara lain:

a. Pengakuan kewarganegaraan: Penting bagi pemerintah untuk mengakui status kewarganegaraan


seseorang secara jelas dan adil. Hal ini dapat menghindari kesalahpahaman dan sengketa yang
mungkin terjadi di kemudian hari.

b. Pendaftaran kewarganegaraan: Pendaftaran kewarganegaraan harus dibuat mudah dan terbuka


bagi semua warga negara. Dalam situasi konflik, pendaftaran kewarganegaraan dapat menjadi sulit
dan warga negara dapat kehilangan dokumen penting seperti akta kelahiran dan kartu identitas.
Oleh karena itu, pemerintah perlu memfasilitasi dan membantu warga negara dalam memperoleh
dokumen-dokumen tersebut.

c. Pemberian status kewarganegaraan sementara: Dalam situasi konflik, banyak warga negara yang
menjadi pengungsi atau terlantar. Pemerintah dapat memberikan status kewarganegaraan

10
sementara kepada mereka, yang dapat memberikan akses ke layanan publik, termasuk pendidikan
dan layanan kesehatan.

d. Penanganan kasus-kasus kewarganegaraan: Dalam situasi konflik, seringkali terjadi sengketa


dan perselisihan mengenai status kewarganegaraan. Pemerintah harus memiliki sistem yang efektif
untuk menangani kasus-kasus tersebut dengan adil dan transparan, dan mempertimbangkan hak-
hak individu yang terlibat.

e. Pengawasan ketat terhadap peraturan imigrasi: Dalam situasi konflik, pemerintah perlu
memperketat pengawasan terhadap imigrasi dan kebijakan pemukiman penduduk asing. Hal ini
dapat menghindari sengketa lebih lanjut dan mempertahankan keamanan dan stabilitas di daerah
konflik.

f. Edukasi dan Kampanye: Edukasi dan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang
pentingnya kewarganegaraan dan hak-hak individu perlu diberikan. Edukasi dan kampanye
tersebut dapat membantu mengatasi diskriminasi, sengketa, dan konflik yang terkait dengan
kewarganegaraan.4

4. Kebijakan Kewarganegaraan di Pulau-pulau Besar


Indonesia memiliki beberapa pulau besar seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali.
Pulau-pulau besar ini memiliki populasi yang padat dan beragam. Oleh karena itu, pemerintah
Indonesia menerapkan kebijakan kewarganegaraan yang berbeda untuk masyarakat di pulau-pulau
besar. Pemerintah memberikan kewarganegaraan secara otomatis kepada masyarakat yang tinggal
di pulau-pulau besar, namun masyarakat harus memiliki dokumen identitas resmi seperti KTP atau
KK. Kebijakan kewarganegaraan di pulau-pulau besar biasanya melibatkan banyak pertimbangan
yang berbeda dari kebijakan di pulau-pulau terpencil. Beberapa kebijakan yang dapat diterapkan
di pulau-pulau besar untuk menangani masalah kewarganegaraan antara lain:

a. Pemberian layanan pendaftaran kewarganegaraan yang efektif: Pemerintah perlu memastikan


bahwa layanan pendaftaran kewarganegaraan tersedia dan efektif di pulau-pulau besar. Hal ini
dapat membantu memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses yang memadai ke
dokumen kewarganegaraan dan meminimalkan risiko konflik kewarganegaraan.

4
Dede kurniadi dan asri muyani, sistem informasi geografi diindonesia (jakarta,2022)

11
b. Peningkatan akses terhadap pendidikan: Pemerintah perlu memastikan bahwa penduduk pulau-
pulau besar memiliki akses yang memadai terhadap pendidikan. Hal ini dapat membantu
meningkatkan kualitas hidup dan kesetaraan, serta membantu mencegah kesenjangan sosial dan
ekonomi yang dapat memicu konflik kewarganegaraan.

c. Pemantauan ketat terhadap kebijakan imigrasi: Pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan
imigrasi yang diterapkan di pulau-pulau besar berjalan dengan lancar dan efektif. Hal ini dapat
membantu meminimalkan risiko konflik kewarganegaraan yang terkait dengan migrasi, serta
mempertahankan keamanan dan stabilitas di pulau-pulau besar.

d. Penyediaan layanan sosial dan kesehatan yang memadai: Pemerintah perlu memastikan bahwa
semua warga negara di pulau-pulau besar memiliki akses yang memadai ke layanan sosial dan
kesehatan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup, serta
mencegah konflik kewarganegaraan yang muncul karena kesenjangan sosial dan ekonomi.

e. Peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dan nasional: Pemerintah perlu memastikan
bahwa koordinasi antara pemerintah daerah dan nasional berjalan dengan baik dalam hal kebijakan
kewarganegaraan. Hal ini dapat membantu memastikan bahwa semua kebijakan yang diterapkan
di pulau-pulau besar sesuai dengan hukum dan aturan yang berlaku, serta mencegah terjadinya
perselisihan yang tidak perlu.

f. Meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kebijakan kewarganegaraan:


Pemerintah perlu meningkatkan partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam kebijakan
kewarganegaraan yang berlaku di pulau-pulau besar. Hal ini dapat membantu meningkatkan
pemahaman dan kesadaran tentang kebijakan kewarganegaraan, serta memperkuat hubungan
antara pemerintah dan masyarakat setempat.

2.2.2 Cara dan aturan kewarganegaraan diindonesia yang berhubungan dengan kondisi
geografis, seperti naturalisasi, hukum tanah kelahiran, dan aturan khusus untuk daerah
perbatasan dan daerah dengan kekayaan alam yang melimpah

12
Kewarganegaraan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut undang-undang tersebut, ada tiga cara
untuk memperoleh kewarganegaraan Indonesia yaitu melalui kelahiran, pernikahan, dan
naturalisasi.5

1. Kelahiran
Seseorang dianggap sebagai warga negara Indonesia jika dilahirkan di wilayah Indonesia dan
kedua orang tua atau salah satu orang tua memiliki kewarganegaraan Indonesia pada saat kelahiran
tersebut. Menurut Pasal 26 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, anak yang lahir di luar negeri dari pasangan suami-istri Warga Negara
Indonesia (WNI) akan memiliki kewarganegaraan Indonesia sejak dilahirkan dengan syarat
dilaporkan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) atau Konsulat Jenderal Republik
Indonesia (KJRI) terdekat dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak kelahiran.

Dalam hal anak tersebut tidak dilaporkan dalam waktu tersebut, maka menurut Pasal 27 ayat (1)
Undang-Undang tersebut, anak tersebut kehilangan kewarganegaraan Indonesia. Namun, Pasal 27
ayat (2) menegaskan bahwa kehilangan kewarganegaraan tersebut dapat dihindari jika anak
tersebut mengajukan permohonan kewarganegaraan Indonesia sebelum mencapai usia 18 (delapan
belas) tahun dan diterima oleh pemerintah Indonesia.

Dengan demikian, jika anak lahir di luar negeri dari pasangan suami-istri WNI, maka anak tersebut
secara otomatis memperoleh kewarganegaraan Indonesia sejak dilahirkan, asalkan dilaporkan ke
KBRI atau KJRI terdekat dalam waktu 3 tahun sejak kelahiran. Namun, jika anak tidak dilaporkan
dalam waktu tersebut, maka akan kehilangan kewarganegaraan Indonesia dan harus mengajukan
permohonan kewarganegaraan Indonesia sebelum mencapai usia 18 tahun untuk menghindari
kehilangan kewarganegaraan.

2. Pernikahan
Seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia jika menikah dengan warga negara
Indonesia dan telah melaksanakan perkawinan selama 5 tahun berturut-turut sejak perkawinan
tersebut diakui oleh pihak berwenang di Indonesia.

5
Isharyanto, hukum kewarganegaraan republik indonesia (yogyakarta, 2015, absolute media)

13
syarat-syarat pernikahan di Indonesia antara lain:

• Pria dan wanita yang akan menikah harus berusia minimal 19 tahun.
• Kedua belah pihak harus memiliki agama yang sama.
• Kedua belah pihak harus saling menyetujui untuk menikah.
• Kedua belah pihak harus memiliki saksi-saksi yang melihat pernikahan tersebut.
• Kedua belah pihak harus memiliki dokumen-dokumen yang diperlukan seperti surat
keterangan belum menikah, akta kelahiran, dan lain-lain.

Jika untuk menikah dengan orang asing di Indonesia, ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi antara lain:

• Surat keterangan dari kedutaan besar negara asal calon suami/istri yang menyatakan
bahwa calon suami/istri tersebut belum menikah.
• Surat keterangan dari instansi berwenang di negara asal calon suami/istri yang
menyatakan bahwa calon suami/istri tersebut tidak sedang dalam proses perceraian.
• Surat keterangan dari instansi berwenang di negara asal calon suami/istri yang
menyatakan bahwa calon suami/istri tersebut tidak sedang dalam proses pengadilan
pidana.
• Surat keterangan dari instansi berwenang di negara asal calon suami/istri yang
menyatakan bahwa calon suami/istri tersebut tidak sedang dalam proses kepailitan.

3. Naturalisasi
naturalisasi adalah proses perubahan kewarganegaraan seseorang dengan mengajukan
permohonan kepada pemerintahan negara yang terkait dengan melengkapi berbagai persyaratan6.
Seseorang dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui naturalisasi jika memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh undang-undang, seperti menurut UU Nomor 12 Tahun
2006, antara lain:

6
Wikipedia, https://id.m.wikipedia.org/wiki/Naturalisasi

14
• Pada saat mengajukan suatu permohonan, itu harus berada di wilayah Negara Republik
Indonesia paling singkat itu selama 5 (lima) tahun berturut-turut atau juga bisa 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut.
• Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah.
• Tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang merugikan kepentingan dan keamanan negara.
• Tidak pernah dijatuhi hukuman penjara selama lebih dari 5 (lima) tahun karena
melakukan tindak pidana.

Adapun dokumen yang diperlukan untuk mengajukan permohonan naturalisasi di Indonesia


adalah sebagai berikut:

• Fotokopi kutipan akte kelahiran pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.
• Fotokopi Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tempat tinggal pemohon yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang.
• Fotokopi kutipan akte kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Warga Negara Indonesia
suami atau istri pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang.7

Aturan kewarganegaraan di daerah perbatasan dan daerah dengan kekayaan alam yang melimpah
bisa berbeda dengan aturan umum. Misalnya, untuk mendapatkan kewarganegaraan di daerah
perbatasan, ada persyaratan tambahan yang harus dipenuhi seperti telah tinggal secara terus
menerus di daerah perbatasan selama minimal 5 tahun dan dapat berbahasa daerah setempat. Selain
itu, bagi warga negara asing yang ingin memiliki tanah di Indonesia, ada batasan tertentu yang
diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
seperti maksimal kepemilikan tanah seluas 2 hektar dan harus melalui proses pengalihan hak
kepemilikan dari pemerintah atau pihak yang berwenang. Aturan khusus untuk daerah perbatasan
dan daerah dengan kekayaan alam yang melimpah dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2011 tentang Keimigrasian. Pasal 118 ayat (1) menyatakan bahwa Warga Negara Asing
(WNA) yang akan melakukan kegiatan di daerah perbatasan harus memiliki izin tinggal terbatas .

Ketentuan hukum ini disesuaikan dengan kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak
daerah perbatasan dan kekayaan alam yang melimpah, seperti pulau-pulau di Indonesia Timur dan

7Kantor wilayah DKI jakarta, kementrian hukum dan ham republik indonesia, https://jakarta.kemenkumham.go.id/layanan-publik/pelayanan-
hukum-dan-ham/layanan-ahu-kanwil/permohonan-pendaftaran-pewarganegaraan-naturalisasi

15
Papua. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan dan kedaulatan negara serta menghindari
pemilik lahan dari luar negeri yang mungkin memanfaatkan kekayaan alam di Indonesia secara
tidak bertanggung jawab.

2.2.3 pengaruh kondisi geografis indonesia terhadap konflik dalam hubungan antara
pemerintah indonesia dan masyarakat adat terkait dengan hak atas tanah dan SDM

Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan beragam
kondisi topografi, iklim, dan sumber daya alam, dapat memengaruhi terjadinya konflik dalam
hubungan antara pemerintah Indonesia dan masyarakat terkait hak atas tanah dan sumber daya
manusia (SDM). Beberapa pengaruh yang mungkin terjadi adalah:

1. Keterbatasan sumber daya alam: Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah,
seperti hutan, pertanian, dan tambang. Namun, seiring dengan pertumbuhan populasi dan
perkembangan industri, persaingan untuk memperoleh sumber daya alam tersebut meningkat. Hal
ini dapat menyebabkan konflik antara pemerintah dan masyarakat lokal, seperti konflik yang
terjadi di Kalimantan dan Papua terkait dengan hak atas tanah dan kehutanan.

2. Keanekaragaman budaya: Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang tersebar di
seluruh wilayahnya. Setiap suku dan budaya memiliki tradisi dan cara hidup yang berbeda-beda,
termasuk dalam hal kepemilikan tanah dan pengelolaan sumber daya alam. Hal ini dapat
menyebabkan konflik antara pemerintah dan masyarakat lokal yang memiliki pandangan berbeda
mengenai hak atas tanah dan sumber daya alam.

3. Kondisi geografis yang sulit dijangkau: Beberapa wilayah di Indonesia, terutama di daerah
pedalaman, sulit dijangkau karena medan yang sulit atau jauh dari pusat pemerintahan. Hal ini
dapat menyebabkan konflik antara pemerintah dan masyarakat lokal karena sulitnya mengakses
informasi dan memperoleh layanan pemerintah, termasuk dalam hal hak atas tanah dan SDM.

4. Masalah distribusi kekayaan: Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah,
distribusi kekayaan tersebut tidak merata di seluruh wilayah. Beberapa daerah di Indonesia masih
mengalami kemiskinan dan kesenjangan ekonomi yang tinggi, terutama di daerah yang memiliki

16
sumber daya alam yang banyak. Hal ini dapat menyebabkan ketidakadilan dalam pengelolaan
sumber daya alam dan hak atas tanah, yang pada akhirnya dapat memicu konflik antara pemerintah
dan masyarakat lokal.

5. Tuntutan otonomi daerah: Indonesia memiliki sistem otonomi daerah yang memberikan
kewenangan kepada pemerintah daerah dalam mengelola sumber daya alam dan hak atas tanah di
wilayahnya. Namun, implementasi sistem ini tidak selalu berjalan dengan baik, sehingga dapat
memicu konflik antara pemerintah daerah dan masyarakat lokal, atau antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah terkait pengelolaan sumber daya alam dan hak atas tanah.

Secara keseluruhan, kondisi geografis Indonesia dapat memengaruhi terjadinya konflik


antara pemerintah dan masyarakat terkait hak atas tanah dan sumber daya manusia. Oleh karena
itu, perlu adanya pendekatan.8

8
Kabar harian, Pengaruh Kondisi Geografis Indonesia terhadap Kehidupan Ekonomi dan Sosial dikutip dari https://kumparan.com/kabar-
harian/pengaruh-kondisi-geografis-indonesia-terhadap-kehidupan-ekonomi-dan-sosial-1wGISs8f5Ab

17
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Kondisi geografis tidak secara langsung terkait dengan kewarganegaraan di indonesia atau
dinegara manapun. Namun, kondisi geografis dapat mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan
suatu daerah atau suku bangsa, yang dapat mempengaruhi identitas atau kesadaran nasional suatu
individu atau kelompok.

Indonesia sendiri memiliki kondisi geografis yang sangat beragam, dengan lebih dari 17.000 pulau
dan berbagai jenis iklim dan tanah yang berbeda-beda disetiap wilayahnya. Hal ini dapat
mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat setiap wilayah, sehingga terdapat
keragaman yang besar dalam masyarakat indonesia.

Namun, semua warga negara indonesia memiliki hak yang sama sebagai warga negara, tanpa
memandang latar belakang geografis, suku bangsa, agama dan budaya. Hak-hak ini tercantum
dalam undang-undang dasar 1945 dan aturan hukum lainnya, dan harus dihormati dan dilindungi
oleh seluruh warga negara indonesia.

Saran
Saya ingin menekankan kembali bahwa kondisi geografis tidak secara langsung terkait
dengan kewarganegaraan di Indonesia atau di negara mana pun. Namun, sebagai saran umum
terkait kondisi geografis Indonesia, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan:

1. Pemerataan pembangunan: Indonesia memiliki keragaman geografis yang sangat besar, dengan
banyak wilayah yang terisolasi dan sulit dijangkau. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, sehingga tidak ada wilayah yang
tertinggal dan masyarakat di seluruh wilayah dapat merasakan manfaat dari pembangunan.

2. Konservasi lingkungan: Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa, seperti hutan hujan
tropis, danau, gunung berapi, dan pantai. Namun, kondisi geografis yang unik ini juga membuat
Indonesia rentan terhadap bencana alam dan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk

18
menjaga konservasi lingkungan di seluruh wilayah Indonesia, dan memperhatikan perlindungan
terhadap keanekaragaman hayati dan ekosistem yang ada.

3. Pendidikan dan kesadaran nasional: Keragaman geografis Indonesia juga menciptakan


keragaman budaya dan kebiasaan di seluruh wilayah. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan pendidikan dan kesadaran nasional di seluruh wilayah Indonesia, sehingga seluruh
masyarakat Indonesia dapat merasa sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang satu, meskipun
dengan beragam kebiasaan, bahasa, dan budaya.

Semoga saran-saran ini dapat membantu meningkatkan kondisi geografis dan kewarganegaraan di
Indonesia.

19
DAFTAR PUSTAKA

buku
Amien, S. d. (2013). pengantar filsafat geografi . jakarta: ombak.
dede kurniadi, a. m. (2022). sistem informasi geografis diindonesia.
hamdayam, H. h. (2010). cerdas, kritis, dan aktif berwarganegara. jakarta: erlanga.
isharyanto. (2015). hukum kewarganegaraan republik indonesia. absolute media.

jurnal
jakarta, k. w. (t.thn.). Diambil kembali dari https://jakarta.kemenkumham.go.id/layanan-
publik/pelayanan-hukum-dan-ham/layanan-ahu-kanwil/permohonan-pendaftaran-
pewarganegaraan-naturalisasi.
kumparan.com. (t.thn.). Diambil kembali dari https://kumparan.com/kabar-harian/pengaruh-
kondisi-geografis-indonesia-terhadap-kehidupan-ekonomi-dan-sosial-1wGISs8f5Ab.
permadani, H. p. (t.thn.). Diambil kembali dari
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=931184.
permadani, H. p. (2012). pendidikan kewarganegaraan. Quadra.
web site
wikipedia. (t.thn.). Diambil kembali dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Naturalisasi.

20

Anda mungkin juga menyukai