Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, Pasal 36 mengamanatkan agar kurikulum pada semua jenjang
dan jenis pendidikan disusun dan dikembangkan: (a) dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
didik; (b) sesuai dengan jenjang pendidikan; dan (c) dalam rangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan prinsip diversifikasi itu, pemerintah
tidak lagi menetapkan kurikulum nasional. Oleh karena itu, kurikulum
yang berlaku pada satuan pendidikan penyusunannya diserahkan di tingkat
satuan pendidikan dalam bentuk Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan
(KTSP). Sedangkan untuk menjamin mutu minimal layanan pendidikan
dengan KTSP yang variatif, dapat mengacu pada delapan standar nasional
pendidikan yaitu: (a) Standar isi, (b) Standar Kompetensi Lulusan, (c)
Standar Proses, (d) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (e)
Standar Sarana dan Prasarana, (f) Standar Pengelolaan, (g) Standar
Pembiayaan, dan (h) Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan, menyatakan bahwa kerangka dasar kurikulum dan struktur
kurikulum sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 untuk pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ditetapkan oleh
Menteri. Kurikulum disusun sesuai dengan Jenjang Pendidikan
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan: a) peningkatan iman dan taqwa; b) nilai Pancasila; c)
peningkatan akhlak mulia; d) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
Peserta Didik: e) keragaman potensi daerah dan lingkungan; f) tuntutan
pembangunan daerah dan nasional; g) tuntutan dunia kerja; h)

1
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; i) agama, j)
dinamika perkembangan global; dan k) persatuan nasional dan nilai-nilai
kebangsaan.
Titik tekan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola
kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses
pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin
kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan
kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta
perubahan masyarakat pada tatanan lokal, nasional, regional, dan global di
masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan
internal dan eksternal pada bidang pendidikan. Karena itu, implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan langkah
strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia
masa depan.
Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman
Implementasi Kurikulum pada Madrasah menjelaskan bahwa satuan
pendidikan dapat melakukan inovasi dan pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai kebutuhan peserta didik,
akademik, social budaya dan kebutuhan madrasah. Inovasi dan
pengembangan KTSP meliputi struktur kurikulum, beban belajar, desain
pembelajaran, muatan lokal dan ekstrkurikuler. Dengan demikian bagi
satuan pendidikan yang ingin melakukan terobosan-terobosan dalam
penyelenggaraan pendidikan di madrasahnya, dapat melakukan inovasi
dalam pengembangan KTSP madrasahnya. Dalam pengembangan KTSP,
pedoman yang digunakan adalah petunjuk teknis pengembangan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang disusun oleh Dirjen
Pendis Kementerian Agama Jakarta.
Di tengah masyarakat, sebenarnya agama telah dipahami
secara proporsional dan sesuai dengan nilai-nilai dasar tujuan syariat

2
(maqashid al- syariah). Dalam konteks masyarakat Indonesia,
penyebutan maqashid al-syariah tidak bisa dipisahkan dari nilai-nilai
yang dibawa agama seperti keadilan (‘adalah), keseimbangan
(tawazun), moderat (tawassuth), proporsional (i’tidal), dan toleransi
(tasamuh). Hal demikian itu sangat kental dalam tradisi dan budaya
bangsa Indonesia.
Ajaran Islam yang memilki elastisitas dapat dengan cepat
menyatu dan bersinergi dengan tradisi manapun termasuk tradisi
nusantara. Para ulama yang memiliki keluasan pengetahuan dapat
mempertemukan Islam dengan budaya lokal tanpa resistensi yang
berarti. Pada akhirnya, pengejawantahan tafsir agama ke dalam butir-
butir ideologi bangsa yakni Pancasila adalah sebuah terobosan yang
cerdas.
Para pelaku pendidikan Islam dapat melakukan langkah-
langkah strategis sebagi berikut. Pertama, bagi pendidik dapat
mencermati kurikulum yang ada dan selanjutnya menyisipkan muatan
moderasi dalam seluruh fase proses pembelajarannya. Para pemangku
pendidikan dan pendidik tidak perlu memunculkan mata pelajaran
sendiri tentang moderasi beragama. Karena ia adalah nilai yang selalu
mewarnai dalam semua sendi-sendi penyelenggara pendidikan. Hal
yang sama juga dapat dilakukan oleh pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya. Kedua, memilih pendekatan pembelajaran yang
dapat menumbuhkan tradisi berpikir kritis. Orang yang terbiasa
berpikir kritis tidak akan mudah tertipu dalam menerima informasi
yang datang padanya. Pemilihan pendekatan dan metode pembelajaran
yang tepat dapat mempersiapkan peserta didik yang tangguh dalam
menghadapi perubahan zaman.
Kewenangan madrasah dalam menyusun Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan madrasah menyesuaikan
dengan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah. Dengan

3
demikian, daerah atau sekolah memiliki cukup kewenangan untuk
merancang dan menentukan hal-hal yang akan diajarkan, pengelolaan
pengalaman belajar, cara mengajar, dan nilai keberhasilan belajar
mengajar.
Kurikulum MTs NU Miftahut Tholibin disusun oleh tim penyusun
yang terdiri dari kepala madrasah, guru, komite madrasah di bawah
koordinasi dan supervisi Kementerian Agama Kabupaten Kudus
(Pengawas MTs Kabupaten Kudus) dengan mengacu pada standar isi,
standar kompetennsi kelulusan dan berpedoman pada panduan dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP) serta memperhatikan pertimbangan
komite madrasah.

B. Landasan Hukum KTSP


Landasan pengembangan KTSP di madarsah adalah sebagai berikut :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pengembangan kurikulum
menentukan kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum,
sumber dan isi dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta
didik, penilaian hasil belajar, hubungan peserta didik dengan
masyarakat dan lingkungan alam di sekitarnya.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah
dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi
pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia
Indonesia berkualitas yang tercantum dalam tujuan pendidikan
nasional.
a. Madrasah sebagai satuan pendidikan formal dengan kekhasan
pembelajaran Islam yang mendasarkan kepada Alquran dan Hadis
sebagai sumber utama.
b. Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang.

4
c. Target utama pendidikan madrasah adalah pembentukan karakter
mulia atau akhlakul karimah serta pembekalan kompetensi
sebagai bekal masa depan peserta didik.
d. Peserta didik adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif.
e. Guru adalah sosok teladan yang baik bagi peserta didik.

2. Landasan Sosiologis

Kurikulum dikembangkan atas dasar kebutuhan merespon


perubahan rancangan dan proses pendidikan dalam rangka memenuhi
dinamika kehidupan keberagamaan, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, membangun masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan.
3. Landasan Psiko-pedagogis

Kurikulum harus didudukkan sebagai wahana pendewasaan


peserta didik sesuai dengan perkembangan psikologisnya dan
mendapatkan perlakuan pedagogis sesuai dengan konteks lingkungan
dan zamannya. Kurikulum harus mencakup tiga aspek (kognitif,
afektif dan psikomotorik) sekaligus secara berimbang sesuai dengan
perkembangan psikologi peserta didik.
4. Landasan Yuridis
Secara singkat kurikulum adalah untuk membangun kehidupan
masa kini dan masa akan datang bangsa, yang dikembangkan dari
warisan nilai dan pretasi bangsa di masa lalu, serta kemudian
diwariskan serta dikembangkan untuk kehidupan masa depan. Ketiga
dimensi kehidupan bangsa, masa lalu-masa sekarang-masa yang akan
datang, menjadi landasan filosofis pengembangan kurikulum.
Pewarisan nilai dan pretasi bangsa di masa lampau memberikan dasar
bagi kehidupan bangsa dan individu sebagai anggota masyarakat,
modal yang digunakan dan dikembangkan untuk membangun kualitas
kehidupan bangsa dan individu yang diperlukan bagi kehidupan masa
kini, dan keberlanjutan kehidupan bangsa dan warganegara di amsa

5
mendatang. Dengan tiga dimensi kehidupan tersebut kurikulum selalu
menempatkan peserta didik dalam lingkungan sosial-budayanya,
mengembangkan kehidupan individu peserta didik sebagai
warganegara yang tidak kehilangan kepribadian dan kualitas untuk
kehidupan masa kini yang lebih baik, dan membangun kehidupan
masa depan yang lebih baik lagi.
Adapun Landasan Yuridis yang kami pakai dalam penyusunan KTSP
tahun pelajaran 2022/2023 adalah sebagai berikut :
1) Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2) Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 2022 Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
pendidikan (SNP)
3) Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
4) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Standar Kompetansi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 2022 Tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2022 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah

6
7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan
8) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 37 Tahun 2018 tentang perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah
9) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 21 Tahun 2022 Tentang Standar Penilaian
Pendidikan
10) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomer 20
tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan
Pendidikan Formal
11) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 6981 tahun
2019 tentang Petunjuk Tehnis Penyusunan dan Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah.
12) KMA RI Nomer 183 tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan
Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah
13) KMA RI Nomer 184 tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi
Kurikulum pada Madrasah
14) KMA. No 347. Tahun 2022 tentang pedoman Implementasi
Kurikulum Merdeka
15) Keputusan Dirjen Pendis. No.7272 Tahun 2019 tentang Pedoman
Moderasi beragama pada Pendidikan Islam
16) Keputusan Dirjen Pendis. No.3811 Tahun 2022 tentang
Madrasah pelaksanaan Kurikulum Merdeka
17) PMA RI Nomer 2 Tahun 2020 Tentang Penyelenggaraan
Penguatan Pendidikan Karakter

7
18) Keputusan Dirjen Pendis. No.3001 Tahun 2022 tentang Kaleder
Pendidikan Madrasah Tahun Pelajaran 2022/2023
19) Keputusan Dirjen Pendis. No.1891 Tahun 2021 tentang Juknis
penanaman dan penguatan karakter moderat siswa Madrasah.
20) Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Propinsi
Jawa Tengah Nomer 824 Tahun 2022 Tentang Pedoman
Penyusunan Kalender Pendidikan Madrasah Tahun Pelajaran
2022/2023.
21) Peraturan Gubernur Jawa Tengah No 423.5/04678 Tahun 2022
tentang Pedoman Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Daerah
Jenjang Pendikan Dasar dan Pendikan Menengah di Provinsi Jawa
Tengah
22) Keputusan Kepala Madrasah Tsanawiyah NU Miftahut Tholibin
(terkait dengan pembentukan team pengembangan kurikulum)

C. Tujuan Pengembangan KTSP

Secara umum tujuan diterapkan KTSP adalah untuk memandirikan


dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan
(otonomi) kepada satuan pendidikan dan mendorong untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan
kurikulum. Sedangkan secara khusus tujuannya adalah: (a) meningkatkan
mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif madrasah dalam
mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya
yang tersedia; (b) meningkatkan kepedulian warga madrasah dalam
mengembangkan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama
untuk mewujudkan keunggulan madrasah; dan (c) meningkatkan
kompetisi yang
sehat antar satuan pendidikan.
Pengembangan KTSP diserahkan kepada satuan pendidikan
dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) madrasah lebih mengetahui

8
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya sehingga dapat
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk
memajukan lembaganya; (b) madrasah lebih mengetahui kebutuhan
lembaganya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan
didayagunakan dalam proses pendidikan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan peserta didik; (c) pengambilan keputusan yang dilakukan
oleh madrasah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan madrasah karena
pihak madrasahlah yang paling tahu apa yang terbaik bagi madrasahnya;
(d) keterlibatan semua warga madrasah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum menciptakan transparansi dan demokrasi yang
sehat, serta lebih efisien dan efektif bilamana dikontrol oleh masyarakat
setempat; (e) madrasah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masingmasing kepada pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat
pada umumnya, oleh karena itu madrasah akan berupaya semaksimal
mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran KTSP; (f) madrasah
dapat melakukan persaingan sehat dengan satuan pendidikan lain untuk
meningkatkan mutu pendidikan melalui upaya-upaya inovatif dengan
dukungan orang tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah setempat;
(g) madrasah dapat secara cepat merespon perkembangan zaman, aspirasi
masyarakat dan lingkungannya yang berubah dengan cepat dan sulit
diduga pada saat sekarang dan yang akan datang.

D. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan

KTSP dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan dan komite


madrasah di bawah koordinasi Kantor Kementerian Agama
Kabupaten/Kota dan/atau Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
dalam mewujudkan relevansi atau kesesuaian atas perkembangan
kebutuhan kehidupan peserta didik di masa depan. KTSP dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

9
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik dan lingkungannya
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi
peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
kepentingan peserta didik dan tuntutan lingkungan.

2. Beragam dan Terpadu


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman
karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan menghargai
dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi. Pada sebagian besar pembelajaran
dilakukan secara berkelompok dengan memerhatikan keragaman
dan kelompok selalu berubah-ubah untuk melatih kecerdasan
interpersonal. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan
wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antar substansi. Muatan wajib sesuai dengan
aturan Nasional yakni Kurikulum 2013 bagi mata pelajaran Umum,
PAI dan Bahasa Arab, sedangkan untuk muatan lokal terdapat tiga
maateri yaitu Ke NU an, Bahasa Jawa, dan Tahfidh.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang berkembang secara dinamis.
Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan

10
seni. Misalnya:
a) dalam pembelajaran IPA di MTs NU Miftahut Tholibin Kudus
diawali dengan membaca sholawat sains bersama yang bertujuan
untuk memudahkan siswa dalam belajar IPA karena basic siswa
yang sangat menyukai seni sholawat dalam kehidupan sehari-hari,
b) tersedianya fasilitas wifi untuk menunjang pembelajaran,
c) studi wisata menuju tempat berteknologi, alamiah, dan bernuasa
seni senantiasa menjadi kewajiban bagi semua peserta didik.
d) pemanfaatan teknologi untuk pelajaran kitab / salaf dengan
menggunakan LCD proyektor dan software kitab Maktabah
Samilah adalah semangat untuk lebih pengembangan khususnya
mata pelajaran lokal/salaf.
Semua itu merupakan pengembangan nilai kecerdasan, cinta ilmu,
dan keingintahuan.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan
pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha, dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan
vokasional merupakan keniscayaan. Pembelajaran baik di kelas
maupun di luar kelas senantiasa mengembangkan strategi kontekstual,
kebermaknaan bagi peserta didik sesuai dengan budaya di
masyarakatnya. Pada pertengahan semester dilakukan pembelajaran
aplikatif di sekitar sekolah sambil melihat potensi daerah setempat
sehingga ada kerja sama dengan home industry dan lembaga
tertentu. Kegiatan ini dilakukan untuk mengembangkan nilai
ekonomi kreatif, kemandirian, dan kewirausahaan. Selain itu, ilmu
falak yang dipelajari siswa relevan dengan kebutuhan hidup seperti
penentuan waktu sholat, pembuatan kalender, dan lain sebagainya.

11
5. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang
direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua
jenjang pendidikan. Pengembangan kompetensi dilakukan meliputi
aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor yang
seimbang. Implikasinya kriteria kelulusan maupun kenaikan kelas
tidak hanya unsur akademik tetapi juga afektif (kepribadian,
kelakuan, ketertiban). Penerapan point reward dan punishment yang
meliputi unsur kedisiplinan, kejujuran, ketaatan beragama, cinta tanah
air dilakukan setiap saat oleh semua warga madrasah.
6. Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan,
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsurunsur pendidikan
formal, non formal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang, serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.

7. Seimbang antara kepentingan nasional dan daerah


Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan
nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuai
dengan Standar Isi dikembangkan Kelompok Mata Pelajaran
Pendidikan Agama dan Akhlak Mulia, Pendidikan
Kewarganegaraan dan Kepribadian, dan Kelompok Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi sebagai pengembangan nilai-nilai
kebangsaan (nasionalisme). Struktur kurikulum terdapat muatan
lokal di samping mata pelajaran yang bersifat nasional. Muatan

12
lokal di MTs NU Miftahut Tholibin Kudus antara lain: Bahasa Jawa
dikembangkan untuk melestarikan budaya Jawa dan kesopanan
(unggah-ungguh) para peserta didik. Hal ini untuk mewujudkan nilai
kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, menghargai keberagaman,
dan kesantunan, sedangkan Ilmu Falak bertujuan agar siswa dapat
menyusun kalender/almanak secara nasional.

E. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan

KTSP disusun dengan memperhatikan hal-hal sebagai


berikut :
1. Peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia
Keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia menjadi
dasar pembentukan kepribadian peserta didik secara
utuh. Kurikulum disusun untuk memungkinkan semua
mata pelajaran dapat menunjang peningkatan iman dan
taqwa serta akhlak mulia.
2. Penguatan pendidikan karakter
Penguatan Pendidikan Karakter merupakan upaya
membangun dan membekali peserta didik sebagai
generasi emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi
dinamika perubahan di masa depan, mengembangkan
platform pendidikan nasional yang meletakkan
pendidikan karakter sebagai jiwa utama dengan
memperhatikan keberagaman budaya Indonesia dan
merevitalisasi serta memperkuat potensi dan kompetensi
pada lingkungan pendidikan.
3. Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat
Perkembangan dan kemampuan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses sistematik untuk meningkatkan
martabat manusia secara holistik yang memungkinkan potensi diri

13
(afektif, kognitif, psikomotor ) berkembang secara optimal. Sejalan
dengan itu, kurikulum disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
perkembangan minat, kecerdasan intelektual, emosional, sosial,
spiritual, dan kinestetik peserta didik.
4. Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan
lingkungan

Daerah memiliki potensi, kebutuhan, tantangan dan keragaman


karasteritik lingkungan. Masing-masing daerah memerlukan
pendidikan sesuai dengan karakteristik daerah dan pengalaman hidup
sehari-hari. Oleh karena itu, kurikulum harus memuat
keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan yang
relevan dengan kebutuhan pengembangan daerah.
5. Tuntutan pembangunan daerah dan nasional

Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk mewujudkan


pendidikan yang otonom dan demokratis perlu memperhatikan
keragaman dan mendrong partisipasi masyrakat dengan tetap
mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu, keduanya harus di
tampung secara berimbang dan saling mengisi.
6. Tuntutan dunia kerja

Kegiatan pembelajaran harus dapat mendukung tumbuh


kembangnya pribadi peserta didik yang berjiwa kewirausahaan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh karena itu, kurikulum perlu
memuat kecakapan hidup untuk membekali peserta didik memasuki
dunia kerja. Hal ini sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
kejuruan dan peserta didik yang tidak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi.
7. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang


membawa masyarakat berbasis pengetahuan di mana IPTEKS sangat
berperan sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan harus terus-

14
menerus
melakukan adaptasi dan penyesuaian perkembangan IPTEK sehingga
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan. Oleh karena
itu, kurikulum harus dikembangkan secara berkala dan
berkesinambungan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
8. Moderasi Beragama

Kurikulum harus dikembangkan untuk mendukung


peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia dengan tetap
memelihara toleransi dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu,
muatan kurikulum semua mata pelajaran harus ikut mendukung
perilaku kehidupan beragama yang moderat.
9. Dinamika perkembangan global

Pendidikan harus menciptakan kemandirian, baik pada individu


maupun bangsa, yang sangat penting ketika dunia digerakkan oleh
pasar bebas. Pergaulan antar bangsa yang semakin dekat memerlukan
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta mempunyai
kemampuan untuk hidup berdampingan dengan suku dan bangsa lain.
10. Persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Pendidikan diarahkan untuk membangun karakter dan


wawasan kebangsaan peserta didik yang menjadi landasan penting
bagi upaya pemeliharaan persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kerangka NKRI. Oleh karena itu, kurikulum harus mendorong
perkembangan wawasan dan sikap kebangsaan serta persatuan
nasional untuk memperkuat keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI.
11. Kondisi sosial budaya masyarakat setempat

Pendidikan diharapkan menjadi penguat budaya antikorupsi.


Kurikulum harus dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
sosial budaya masyarakat setempat dan menunjang kelestarian
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi pada budaya setempat

15
harus terlebih dahulu ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari
daerah dan bangsa lain.
12. Kesetaraan Gender
Kurikulum harus diarahkan kepada terciptanya pendidikan yang
berkeadilan dan memperhatikan kesetaraan gender.
13. Karakteristik satuan pendidikan
Kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
misi, tujuan, kondisi, dan ciri khas satuan pendidikan
14. Pendidikan Anti Korupsi

Kurikulum diarahkan pada pembentukan karakter termasuk


mengembangkan kejujuran dan nilai integritas sedini mungkin agar
anak menjadikannya sebagai kebiasaan dan pandangan hidup termasuk
di
dalamnya pendidikan anti korupsi.
15. Pendidikan Anti Narkoba

Dalam upaya mencegah permasalahan sosial global saat ini


kurikulum harus menjamin terwujudnya karakter peserta didik yang
tangguh dan tidak mudah terbawa pada perilaku menyimpang
termasuk penggunaan narkoba.

16

Anda mungkin juga menyukai