Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

RUPA DARAH SECARA MAKROSKOPIS DAN

MIKROSKOPIS SEBELUM DAN SESUDAH HAEMOLISIS

SERTA MENENTUKAN TAHANAN OSMOTIK SEL-SEL

DARAH MERAH

Oleh :
PUTRI ADILLAH
2004111492
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
NELI SAFRINA, S.Pi, M.Si

LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN


JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKILTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Fisiologi
Hewan Air yang berjudul “Rupa Darah Secara Makroskopis Dan Mikroskopis
Sebelum dan Sesudah Haemolisis Serta Menentukan Tahanan Osmotik Sel Sel
Darah Merah” sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan. Laporan praktikum
ini disusun untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis. Laporan
parktikum ini juga sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai mata kuliah
Fisiologi Hewan Air.
Dalam penyelesaian laporan praktikum ini, penulis banyak mengalami
kesulitan namun berkat bimbingan dan bantuan dari asistensi laporan praktikum
ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dosen mata kuliah Fisiologi Hewan Air.
2. Asistensi yang selalu memberikan arahan dalam melaksanakan
praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
laporan praktikum ini. Maka dari itu penulis mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun. Saran serta kritik dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan laporan praktikum
selanjutnya.

Pekanbaru, 2 April 2022

Penulis
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................v

I. PENDAHULUAN...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Tujuan......................................................................................................................2

1.3 Manfaat....................................................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................4

III. BAHAN DAN METODE............................................................................................7

3.1 Waktu dan tempat....................................................................................................7

3.2 Alat Dan Bahan........................................................................................................7

3.3 Metode Praktikum....................................................................................................7

3.4. Prosedur Pratikum...................................................................................................8

3.4.1 Cara Mengambil Darah Ikan.............................................................................8

3.4.2 Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Haemolisis...............................8

3.4.3 Pembuatan sampel untuk pengamatan jenis-jenis darah....................................9

3.4.4 Tata cara saat menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah......................9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................10

4.1 Hasil.......................................................................................................................10

4.1.1 Rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis. .10

4.1.2 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah......................................14

4.2 Pembahasan............................................................................................................18

V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................20


iv

5.1.Kesimpulan............................................................................................................20

5.2.Saran......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................21

LAMPIRAN......................................................................................................................22
v

DAFTAR GAMBAR
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung

dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun ber sel

banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua komunikasi

intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al., 2017).

Ikan air tawar adalah ikan yang hidup di air tawar seperti danau, sungai, rawa,

serta danau atau sawah yang tergenang air. Ikan air tawar sangat banyak

macamnya. Ikan memiliki ciri khas yaitu hidup di air,merupakan hewan berdarah

dingin,berenang menggunakan sirip,bernafas dengan insang,termasuk binatang

bertulang belakang (vertebrata) serta memiliki linea lateralis.

Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital

keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut

zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh,

dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Selain itu, komponen darah seperti

trombosit dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama

dari serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh.

Sel-sel darah atau butiran darah terdiri atas eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Eritrosit atau sel darah merah berfungsi untuk mengangkut oksigen. Leukosit atau

sel darah putih berfungsi untuk membunuh bibit penyakit (Syamsuri, 2003).

Didalam darah mempunyai dua komponen utama yaitu sel-sel darah dan plasma

darah.
2

Difusi merupakan perpindahan partikel zat dari suatu tempat yang

konsentrasi partikelnya tinggi ke tempat yang kpnsentrasinya rendah sampai

terjadi kesetimbangan yang dinamis (Syamsuri, 2007).

Osmosis adalah perpindahan molekul air dari larutan yang berkonsentrasi

air tinggi ke larutan yang berkonsentrasi air rendah melalui selaput semi

permeable atau selektif semi permeable (Syamsuri, 2007).

Pengetahuan terhadap anatomi (anatomi makroskopis dan mikroskopis)

dan fisiologi tubuh akan sangat membantu dalam pemahaman pato fisiologi serta

dalam diagnosa dan penanganan penyakit (BBL Lampung, 2010).

Berdasarkan para ahli diatas maka diambil kesimpulan sebagai berikut

Bahwa fisiologi memberikan pengetahuan tentang proses yang berlangsung di

dalam tubuh makhluk hidup, pada sel, jaringan, dan organ. Jadi, dapat digunakan

ilmunya untuk mengamati rupa darah secara makroskopis dan mikroskopis

sebelum dan sesudah haemolisis dan menentukan tahanan osmotik sel sel darah

merah yang terdapat pada ikan air tawar yaitu ikan lele (Clarias sp). dua

komponen utama yang menyusun darah ikan adalah sel sel darah merah dan

plasma darah. Sel darah pada ikan terdiri dari eritrosit, leukosit, trombosit. yang

mana darah akan mengalami difusi dan osmosa.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk melihat atau mengamati rupa darah

makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis agar mengetahui

cara pengambilan darah, proses apa yang terjadi terhadap rupa sel darah merah

ikan ketika diberi aquades dan NaCl 3%, dan mengetahui langkah langkah

pembuatan sampel sebagai pengamatan jenis jenis darah. Praktikum menentukan


3

tahanan osmotik sel-sel darah merah pada ikan lele (Clarias sp) untuk melihat

perubahan perubahan yang terjadi ketika NaCl (0,3 %, 0,5 %, 0,6%, 0,7%, 0,8%,

0,9%, 1 %, 3 %) dan di beri 10 tetes darah.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pratikum ini adalah menambah pengetahuan praktikan serta

mengetahui rupa darah ikan, jenis-jenis sel darah merah ikan dan dapat

menentukan tahanan osmotik ikan tersebut secara tepat dan benar.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

Fisiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang

berlangsung dalam tubuh makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun

ber sel banyak, termasuk interaksi antar sel, jaringan, organ serta semua

komunikasi intercellular, baik energetik maupun metabolik. (Windarti et al.,

2017).

Ikan merupakan binatang terbanyak dari pada jenis-jenis binatang yang

lain (Endang,2006). Klasifikasi ikan lele menurut SNI (2000), yaitu :

Filum : Chodata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariopysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Crias
Spesies : Clarias sp
5

Gambar 2.1. Ikan lele (clarias sp)

Darah dapat berfungsi untuk mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel

tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormone dan

enzim kedala organ yang memerlukan.pertukaran oksigen dari air dengan CO 2

terjadi pada semi permeable yaitu pembuluh yang terdapat pada daerah insang.

Volume darah yang beredar dalam tubuh ikan telostei berkisar antara 1,5 – 3%

dari bobot tubuhnya.pada Sentulus acenthiies. Volume darah mencapai 5% dari

bobot tubuhnya. (Wikipedia, 2017).

Sel darah merah ikan berinti berfungsi untuk mengikat oksigen. Eritrosit

berwarna merah kekuningan, bentuknya lonjong, kecil dan ukurannya sekitar 7-36

µm. Jumlah eritrosit tiap mm3 darah ikan sekitar 20.000-3.000.000

butir, tergantung pada jenis dan ukuran ikan (Windarti at al.,2012).

Poedjiadi (2000) menyatakan bahwa komposisi elektrolit dalam sel darah

merah kualitatif sama dengan yang terdapat dalam plasma, hanya kuantitatifnya

ada perbedaan Tekanan osmosis didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan

0,9 % NaCl dalam air. Apabila terjadi perubahan tekanan osmosis pada larutan

diluar sel darah merah akan berpengaruh terhadap besarnya sel tersebut. Larutan

yang hipotonik menyebabkan air masuk kedalam sel dan sel akan bertambah besar

kemudian pecah dan haemoglobin keluar dari sel, roses ini disebut haemolisis.

Sebaliknya apabila larutan sekeliling sel hipertonis, maka air dari dalam sel akan

keluar sehingga sel mengecil (mengkerut). Tetapi proses haemolisis dapat

disebabkan oleh faktor-faktor lain misalnya ada pelarut lain seperti eter dan

kloioform.
6

Sel darah putih, jumlahnya jauh lebih kurang dari pada sel darah merah,

dan rasio antar kedua tipe tersebut kira-kira 1:700. Sebenarnya ada 5 tipe sel darah

putih yang berbeda terdapat dalam darah yang sedang beredar. Semuanya

mempunyai nucleus. Ukurannya berkisar dari limfosit yang tiidak jauh lebih besar

(10µm) dari pada sel darah merah, sampai monosit-monosit yang mungkin tiga

kali lebih besar (25µm). Bentuk sel darah putih sangat bervariasi, terutama bila

sel-sel ini sedang melalui kapiler-kapiler (Wikipedia, 2017).

Sistem peredaran darah pada semua organisme merupakan proses

fisiologis yang sangat penting. Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal

artinya terdapat satu jalur sirkulasi peredaran darah. Mulai dari jantung, darah

menuju insang untuk melakukan pertukaran gas.Selanjutnya darah dialirkan ke

dorsal aorta dan terbagi kesegenap organ-organ tubuh melalui saluran-saluran

kecil .Selain itu ,sebagian darah dari insang. Pertama, sebelum dihubungkan ke

sistem vena,peranan kedua organ ini mungkin sebagai ventilasi kontrol dan untuk

seksresi gas kearah cairan mata (Fujaya, 2010).


7

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan tempat


Praktikum fisiologi hewan air dengan judul ”Rupa Darah Secara

Makroskopis Dan Mikroskopis Sebelum Dan Sesudah Haemolisis Serta

Menentukan Tahanan Osmotik Sel Sel Darah Merah” ini dilaksanakan pada hari

Selasa tanggal 29 Maret 2022 pukul 08.30 – 11.30, yang bertempat di

Laboratorium Biologi Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas

Riau.

3.2 Alat Dan Bahan


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan lele (Clarias

sp) yang diambil darahnya, aquades, EDTA atau heparin, NaCl 3%, ethanol,

larutan Giemsa, NaCl dengan konsentrasi yang berurutan, yaitu 0,3 %, 0,5 %, 0,6

%, 0,7 %, 0,8 %, 0,9 %, 1 % dan 3 %.

Alat yang digunakan dalam pratikum ini adalah nampan, jarum suntik

untuk mengambil darah, tabung reaksi sebagai wadah darah yang telah diambil,

objek glass, cover glass, mikroskop untuk mengamati preparat darah, pipet tetes

untuk mengambil larutan, serbet untuk membalut kepala ikan agar ikan tidak

stress dan memudahkan dalam proses praktikum, serta alat tulis untuk mencatat.

3.3 Metode Praktikum


Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode langsung

dimana objek diteliti dan diamati secara langsung oleh praktikan guna diambil

datanya sesuai dengan tuntunan yang terdapat didalam buku penuntun praktikum.
8

3.4. Prosedur Pratikum

3.4.1 Cara Mengambil Darah Ikan

Langkah-langkah dalam praktikum pendugaan populasi adalah pertama-

tama Ikan dibius dengan minyak cengkeh secukupnya (sekitar 5 tetes/liter) sampai

pingsan kemudian jarum suntik dan spuit dibasahi dengan EDTA 10 % untuk

mencegah pembekuan darah. Darah ikan diambil melalui vena caudalis.

Selanjutnya darah ikan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah dibasahi

EDTA 10 %.

3.4.2 Menyiapkan Sampel Darah Ikan Untuk Proses Haemolisis

Ambil 3 buah tabung reksi dan diberi label A, B dan C. Kemudian, ke

dalam tiap-tiap tabung masukkan 1 cc darah ikan. Pada tabung A tambahkan 1 cc

aquades. Pada tabung B masukkan 1 cc NaCl 3 % dan darah pada tabung C

dibiarkan seperti semula atau tidak ditambah apa-apa. Tabung dikocok, lalu

dibiarkan selama 5 menit. Buatlah preparat ulas / usap darah dari darah yang

sudah diperlakukan tersebut. Dari setiap tabung, ambil 1 tetes darah, teteskan pada

bagian ujung dari objek glass. Kemudian ambil objek glass lain, sentuhkan salah

satu ujungnya pada tetesan darah tersebut dan geser sepanjang objek glass (objek

glass untuk menggeser darah dalam posisi sudut 450 terhadap objek glass tempat

darah diteteskan). Angkat objek glass dengan ulasan darah tersebut dan terawang

pada cahaya datang (dasar hitam) dan cahaya tembus (dasar putih). Amati dengan

menggunakan mikroskop. Darah pada tabung A ditambah lagi dengan 1 cc larutan

NaCl 3 %. Darah pada tabung B ditambah dengan 1 cc aquades. Perhatikan

apakah sifat tembus cahaya pada darah di tabung A dan B juga sama.
9
10

3.4.3 Pembuatan sampel untuk pengamatan jenis-jenis darah

Buatlah preparat ulas darah dari darah ikan yang murni (tidak ditambah NaCl

maupun aquades. Preparat di keringkan selama 5 menit. Preparat dicelup pada

ethanol murni dan dikeringkan sekitar 5 menit. Preparat dicelup dalam larutan

Giemsa dan dikeringkan selama 5 menit. Preparat dicuci dengan air bersih dengan

cara dicelup-celupkan ke dalam air sampai kelebihan pewarna Giemsa bersih.

Preparat dikeringkan lagi dan siap diamati dibawah mikroskop. Gambarlah

bentuk-bentuk sel darah merah dan putih. Amatilah bentuk inti serta kondisi

sitoplasmanya.

3.4.4 Tata cara saat menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah

Ambil darah ikan mas dengan menggunakan jarum suntik yang telah

dibasahi oleh EDTA. Sediakan 8 buah tabung reaksi dan beri label. Isilah tia-tiap

tabung dengan larutan NaCl dengan konsentrasi yang berurutan, yaitu 0,3 %, 0,5

%, 0,6 %, 0,7 %, 0,8 %, 0,9 %, 1 % dan 3 %. Teteskan 10 tetes darah ikan yang

tersedia ke dalam tiap-tiap tabung, biarkanlah lebih kurang 30 menit. Setelah 30

menit amati kondisi lapisan merah di permukaan air. Perhatikan tabung mana

lapisan merah tersebut lenyap / tidak terlihat lebih cepat. Ambillah dari tiap-tiap

tabung satu tetes campuran darah dan larutan NaCl, teteskan diatas objek glass

dan tutup dengan cover glass. Kemudian lihatlah dibawah mikroskop dan

gambarlah.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Rupa darah makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah

haemolisis

Hasil pengamatan dari praktikum mengenai Rupa darah makroskopis dan

mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis yaitu diperoleh suatu hasil dari pada

pengamatan makroskopis yaitu ketika darah pada tabung reaksi A ditambahkan

aquades terdapat endapan dibawah yang lebih pekat. Sedangkan ketika darah pada

tabung B ditambahkan larutan NaCL terdapat endapan yang lebih terang dan

larutan menyatu. Sel-sel darah berbentuk padat atau sel-sel darahnya mengkerut

dan tidak tembus cahaya. Untuk darah pada tabung C yang dijadikan sebagai

kontrol terdapat endapan berwarna merah asli.


12

4.1.1.1 Rupa darah secara makroskopis

Gambar 4.1.1.1 : Gambar rupa darah secara makroskopis

Tabung A (1ml darah Tabung B (1ml darah Tabung C (1ml darah

ikan + 1ml aquades. ikan + 1ml Nacl ikan.)

Tabung A’ (1ml darah Tabung B’ (1ml darah

ikan + Aquades +1ml ikan + 1ml NaCl +

Nacl 3 %. Aquades)
13

Hasil dari pada pengamatan mikroskopis yaitu ketika 1 ml darah pada

tabung reaksi A setelah ditambahkan 1 ml aquades sel sel darah merah

membengkak karena proses difusi oleh aquades sehingga inti selnya pecah.

Sedangkan ketika 1 ml darah pada tabung B setelah ditambahkan 1 ml larutan

NaCL 3 % sel sel darah merah nya menumpuk yang disebabkan karena terjadinya

proses osmosis, pada gambar membuktikan bahwa butir butir darahnya mengisut

karena larutan NaCl yang pekat. Untuk darah pada tabung C yang dijadikan

sebagai kontrol yang tidak diberi aquades dan NaCl 3% pada gambar

menunjukkan bahwa susunan darahnya rapi dan sel pada darah tersebut terlihat

normal karena pada selnya maupun intinya tidak terjadi pengkerutan maupun

pembengkakan.

4.1.1.2. Rupa darah secara mikroskopis

Gambar 4.1.1.2 : Rupa darah secara mikroskopis

4.1.1.2.1 Rupa darah tabung A setelah ditambahkan 1 ml aquades


14

4.1.1.2.2 Rupa darah tabung B setelah ditambahkan 1 ml NaCl 3 %

4.1.1.2.3 Rupa darah tabung C sebagai kontrol

4.1.1.2.4 Rupa darah tabung A’ + Aquades +1ml Nacl 3 %


15

4.1.1.2.5 Rupa darah tabung B’+ 1ml Nacl 3 % +Aquades

4.1.2 Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah

Pada percobaan 2 didapatkan suatu hasil setelah darah ditambahkan

dengan berbagai macam konsentrasi yang berbeda mulai dari 0,3%, 0,5%, 0,6%,

0,7%, 0,8%, 0,9%, 1% dan 3% maka hasil tabung darah yang warnanya tidak

pekat adalah konsentrasi larutan NaCl 0,3%, 0,5%, 0,6%. Hasil tabung darah

yang tidak terjadi endapan adalah NaCl 0, 7 %. Pada tabung darah yang memiliki

banyak endapan adalah yang konsentrasi NaCl 0,8%. Hasil tabung darah yang

terdapat endapan dan lapisan adalah yang konsentrasi NaCl 0,9%, 1%, dan 3%.

10 tetes Darah ditambahkan dengan berbagai konsentrasi NaCl.


16

0,3% 0,5% 0,6% 0,7% 0,8% 0,9% 1% 3%

Gambar 4.1.2. Darah ditambahkan dengan berbagai konsentrasi NaCl

0,3%
17

0,5%

0,6%

0,7%
18

0,8%

0,9%

1%
19

3%

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan pada rupa

darah secara makroskopis dan mikroskopis sebelum dan sesudah haemolisis yaitu

pada perolehan hasil secara makroskopis darah yang ditambahkan aquades

endapan lebih pekat warna nya sangat merah. Hal ini berbanding terbalik dengan

darah yang ditambahkan NaCl 3% yang endapannya lebih terang.

Pada hasil secara mikroskopis darah ketika ditambahkan aquades darah

membengkak disebabkan karena proses difusi oleh aquades. Ketika sel darah

masuk kedalam larutan yang hipotonis maka sel darahnya akan mengembang dan

kemudian inti sel darah pecah. Peristiwa pecahnya sel darah merah hingga isinya

menyebar keseluruh larutan yang disebut sebagai haemolisa Pulungan (2004).

Darah yang mengalami haemolisis memiliki sifat yang bisa tembus

cahaya(hipotonis). Sedangkan darah setelah ditambahkan larutan NaCl sel-sel

darahnya mengkerut, tidak tembus cahaya (hypertonis). Untuk darah yang


20

dijadikan sebagai kontrol bentuk sel dan intinya tidak terjadi pengkerutan maupun

pembengkakan.

Pengamatan yang dapat dibahas pada penentuan tekanan osmotik sel-sel

darah merah darah yang larutan NaCL 0,3% darah menyatu dengan larutan dan

warnanya tidak pekat dan bisa ditembus oleh cahaya. Pada tabung darah hasil

konsentrasi NaCl 0,5% terdapat endapan dan warnanya tidak pekat. Pada tabung

darah hasil konsentrasi NaCl 0,6 % terjadi endapan dan warna merah belum

begitu pekat. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0, 7 % darah menyatu dan

tidak terjadi endapan. Pada tabung darah hasil konsentrasi NaCl 0,8% terdapat

endapan yang lebih banyak dan warnanya merah kehitaman. Pada tabung darah

hasil konsentrasi NaCl 0,9% terdapat endapan dan membentuk 2 lapisan. Pada

tabung darah hasil konsentrasi NaCl 1% terdapat endapan dan lapisan . Dan pada

tabung darah hasil konsentrasi NaCl 3% darah membentuk endapan yang cerah

dan ada lapisan.

Eritrosit (sel darah merah) ikan berinti, bewarna merah kekuningan.

Erotrosit dewasa berbentuk lonjong, kecil dan berdiameter 7-36 mikron

bergantung kepada spesies ikannya.


21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Dari hasil praktikum percobaan pertama dapat disimpulkan bahwa pada

rupa sel darah ketika ditambahkan aquades, sel darah membengkak karena sel

menyerap aquades (Hipotonis) dan inti sel menjadi pecah terjadi haemolisis

sehingga sel darah merah tembus cahaya. Sedangkan bentuk sel darah yang

ditambahkan NaCl 3% sel darah mengkerut hal ini dikarenakan sifat dari NaCl

yang merupakan garam sehingga menyerap partikel air dan cairan sel dilepaskan

keluar sel dan jarak antar sel menjadi rapat. Dan darah yang tidak tembus cahaya

disebut hypertonis.

Dari hasil praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada

percobaan 2 dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tahanan

osmotik sel-sel darah merah melalui darah setelah ditambahkan larutan NaCL

dengan berbagai konsentrasi dengan melihat apakah ada endapan, perubahan

warna darah dan lapisan merah atau lapisan putih.

5.2.Saran

Agar pratikum Fisiologi Hewan Air ini bermanfaat untuk semua praktikan

sebaiknya untuk pengambilan darah dengan cara penyuntikan ikan dilakukan

bergantian supaya semua praktikan bisa melakukannya dan bisa menambah

pengalaman serta pengetahuan.


22

DAFTAR PUSTAKA

Endang, Sri Mulyani. 2006. Menggalakkan Perikanan Laut. Bandung: Sarana


Cipta Ilmu
Fujaya,Yushinta.2010. Fisiologi Ikan. Bogor: Rineka Cipta
Suyanto. 2009. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.Yogyakarta: Gajah
Mada University.
Windarti et al. 2017. Buku ajar fisiologi hewan air. Fakultas perikanan dan ilmu
kelautan. Universitas Riau.

Windarti, Yuliati, Nurasiah, Beni Heltonika.2012, Penuntun Praktikum Fisiologi


Hewan Air, Fakultas Perikanan Universitas Riau. (tidak diterbitkan)
23

LAMPIRAN
24

Lampiran 1. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
25

Bahan yang digunakan :


Ikan lele (Clarias sp)

Hasil foto :
1. Tabung A (1 ml darah ikan + 1 ml aquades)
26

2. Tabung B (1ml darah ikan + 1 ml NaCl 3%)

3. Tabung C pengamatan jenis-jenis darah

4. Tabung A1 (1 ml darah + 1 ml aquades + NaCl 3%)

5. Tabung B1 (1 ml darah ikan + 1 ml NaCl 3% + aquades)


27

6. Tabung darah dengan NaCl 0.3%

7. Tabung darah dengan NaCl 0.5%

8. Tabung darah denaga NaCl 0.6%


28

9. Tabung darah denaga NaCl 0.7%

10. Tabung darah denaga NaCl 0.8%

11. Tabung darah denaga NaCl 0.9%


29

12. Tabung darah denaga NaCl 1%

13. Tabung darah denaga NaCl 3%

Anda mungkin juga menyukai