Anda di halaman 1dari 4

Cara Beternak Ikan Lele dengan Sistem

Bioflok

Perikanan,Tips |
Februari 28, 2019

Pak Tani
Startup Sosial : Media & Pasar Digital Petani Indonesia | Mendorong terwujudnya
Pasar Digital Pertanian 2021 | Menghubungkan petani dengan berbagai stackholder
pertanian seperti pembeli akhir, supplier alat/bahan pertanian, transporter, dan lain-
lain.

Sejahteralah Petani Indonesia!


Siapa yang tidak kenal dengan ikan lele? Jenis ikan konsumsi yang satu ini memang
sangat akrab dengan lidah orang Indonesia. Karena itu, kita akan cukup mudah
menemukannya di rumah-rumah makan terdekat. Jadi, sudah sewajarnya permintaan
akan ikan lele semakin meningkat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Namun, peningkatan permintaan tidak sebanding dengan penambahan peternak,
sehingga terjadinya kekurangan produksi. Tentu saja, hal ini adalah peluang bisnis
yang menjanjikan buat kamu.

Dalam memulai bisnis ternak lele, kamu harus tahu cara yang akan kamu terapkan.
Cara yang pertama adalah cara konvensional atau sering juga disebut dengan beternak
lele secara tradisional. Keuntungan cara tersebut adalah tidak membutuhkan modal
yang cukup besar namun harus memiliki lahan yang luas dengan hasil panen yang
normal.

Cara yang kedua adalah menggunakan Sistem Bioflok yang membutuhkan modal
sedikit lebih banyak dibandingkan dengan cara konvensional tetapi bisa diterapkan
di lahan yang tidak terlalu luas dengan hasil panen yang lebih banyak dibandingkan
dengan cara konvensional.

Pada artikel kali ini, kita akan berfokus pada cara yang kedua, yaitu sistem Bioflok.
Prinsip dasar dari sistem Bioflok adalah memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme/bakteri pembentuk gumpalan/flok yang bisa menghasilkan pakan
untuk ternak lele itu sendiri. Cara ini akan menghemat biaya sekaligus menambah
konsumsi pakan lele. Lalu, bagaimana cara beternak lele dengan sistem Bioflok?
Simak uraian berikut ini.

Kolam
Ternak lele, dengan sistem Bioflok, pada umumnya menggunakan kolam berbentuk
bulat yang terbuat dari terpal. Jenis kolam tersebut dinilai lebih praktis dan dapat
menghemat tempat. Kolam dengan ukuran diameter 3 meter mampu menampung
hingga 3 ribu ekor lele.
Pada dasar kolam, dipasang pipa yang akan berfungsi sebagai jalan keluar kotoran lele
yang mengendap di dasar kolam. Proses pembuangan kotoran lele harus diikuti
dengan penambahan air, sehingga kolam tidak akan mengering. Kotoran yang
dikeluarkan tersebut dapat digunakan sebagai pupuk organik dan sumber pakan bagi
lele tersebut.

Sumber: bebeja.com

Air
Ketinggian air yang ideal adalah 80-100 cm dan pada hari kedua setelah diisi air,
maka perlu memasukkan probiotik 5 ml/m3. Pada hari ketiga, masukkan prebiotik
molase 250 ml/m3 dan pada malam harinya, taburkan dolomite 150-200 gram/m3.

 Probiotik adalah jenis bakteri yang bersifat baik yang akan berfungsi sebagai bahan pakan lele
 Prebiotik adalah makanan untuk Probiotik

Baca juga: Probiotik, Solusi Peningkatan Kualitas Ikan yang Ramah


Lingkungan

Benih Ikan Lele


Setelah air dan campuran yang disebutkan sebelumnya selesai dilakukan, maka
langkah selanjutnya adalah menunggu selama 7-10 hari sebelum menaburkan benih
ikan lele. Pastikan kamu sudah menyiapkan benih ikan lele yang unggul. Setelah
penebaran selesai, tambahkan prebiotik 5 ml/m3 keesokan harinya.

Perawatan
Sebelum lele mencapai panjang 12 cm, maka kamu perlu memasukkan probiotik
sebanyak 5 ml/m3, ragi tempe 1 sdm/m3, ragi tape 2 butir/m3, dan air dolomite 200-300
gram/m3 setiap 10 harinya.

Anda mungkin juga menyukai