Anda di halaman 1dari 23

I.

Latar Belakang
Meningkatnya usaha pembenihan ikan di kota Pekanbaru tidak diikuti
dengan peningkatan ketersediaan pakan alami yaitu cacing sutra, hal ini
dikarenakan pasokan cacing sutra di Kota Pekanbaru berasal dari tangkapan alam
sehingga jumlah yang ditawarkan sangat bergantung pada kondisi alam.
Kebutuhan pembenih ikan konsumsi maupun ikan hias terhadap cacing
sutra bukan hanya karena cacing sutra memiliki banyak keunggulan tetapi cacing
sutra juga sebagai alternatif dalam menurunkan tingkat kematian benih. Sehingga
wajar jika kebutuhan cacing sutra tergolong tinggi dan diikuti dengan permintaan
yang tinggi.
Namun ketersediaan cacing sutra khususnya di Pekanbaru tergolong
rendah. Berdasarkan data yang diperoleh bahwasannya pasokan cacing sutra di
Pekanbaru hanya sekitar 30%. Hal ini dikarenakan mayoritas pasokan cacing sutra
berasal dari tangkapan alam. Mengandalkan cacing sutra hasil tangkapan alam
untuk dipasarkan memiliki beberapa kelemahan, yaitu tidak adanya jaminan
kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Padahal jika melihat potensi permintaan cacing
sutra yang masih besar serta harga yang cukup tinggi, usaha ini sangat prospek
untuk dilaksanakan
Serangkaian kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, membuat saya
tertarik untuk membudidayakan cacing sutra dengan metode budidaya cacing
sutra menggunakan wadah bertingkat dengan system SCRS (semi closed
resirculating system). Metode ini diyakini mampu untuk mengatasi masalah
kebutuhan cacing sutra di Pekanbaru dan merebut peluang pasar ada.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


II. TUJUAN BISNIS
2.1 Yang ingin dicapai dengan bisnis yang direncanakan
Yang ingin saya capai dengan bisnis yang direncanakan ini adalah,
• Bisnis ini memberikan keuntungan pada pelaku budidaya
• Bisnis ini mampu memenuhi permintaan cacing sutra di kota Pekanbaru
• Bisnis ini menjadi pemasok utama cacing sutra
• Bisnis ini bisa terus berkembang hingga mampu menguasai 70% pangsa
pasar cacing sutra di Kota Pekanbaru
• Pada tahun ke tiga budidaya, saya akan menerapkan sistem pemasaran
kemitraan dimana pada sistem ini saya akan menyediakan wadah budidaya
bertingkat. Ketika konsumen sudah membeli wadah budidaya, saya juga
akan menawarkan untuk menjadi mitra dengan asumsi, mereka yang
menjadi mitra budidaya cacing sutra pasti membutuhkan bahan baku untuk
kelangsungan budidaya dan saya siap untuk jadi supplier bahan bakunya.
• Bisnis ini bisa terus berkembang dan memenuhi kebutuhan cacing sutra di
Riau
2.2 Cita-cita peserta
Adapun cita-cita yang ingin diwujudkan dari bisnis ini adalah :
• Bisnis budi daya cacing sutra ini bisa menjadi pusat pelatihan bagi mereka
yang ingin mempelajari teknik budidaya dan mulai membudidayakannya. Poin
ini saya khususkan bagi masyarakat ekonomi menengah kebawah agar mereka
memiliki lapangan usaha dan membuat mereka produktif
• Setelah usaha budidaya cacing sutra berjalan 2 tahun, saya ingin menerapkan
system budidaya yang terintegrasi. System budidaya yang terintegrasi adalah
system budidaya yang dimana satu jenis budidaya membantu kelangsungan
hidup budidaya lainnya seperti menerapkan budidaya integrasi antara cacing
sutra, maggot dan ikan konsumsi. Keterkaitan antara ketiganya adalah cacing
sutra akan mendapatkan supplai makanan dari maggot dan ikan konsumsi
akan mendapatkan supplai makanan dari cacing sutra sedangkan maggot
hanya perlu sampah organik sebagai makanannya.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


III. Deskripsi Produk
3.1 Produk
Cacing sutra termasuk ke dalam kelompok cacing-cacingan yang biasa
hidup di selokan dari parit-parit yang mengandung bahan organik. Cacing sutra
merupakan salah satu alternatif pakan alami bagi benih ikan. Bentuknya yang
halus dan kandungan gizi yang tinggi sesuai untuk pakan alami benih ikan seperti
ikan lele, mas, patin, gurami, belut, sidat dan ikan hias.

Gambar 1. Cacing sutra


Effendi dan Tiyoso (2017) mengatakan bahwa Cacing sutra memiliki
kandungan 57% protein dan 13% lemak, sehingga cocok menjadi pilihan pakan
untuk ikan
3.2 Keunggulan produk
Saat ini, mayoritas cacing sutra yang beredar dipasaran khususnya pasar
kawasan Pekanbaru adalah cacing sutra hasil tangkapan alam. Cacing sutra hasil
tangkapan alam memiliki beberapa kelemahan untuk dijadikan pakan bagi benih
ikan. Kelemahan yang pertama adalah cacing sutra hasil tangkapan alam yang
tidak dilakukan serangkaian proses terlebih dahulu cenderung memiliki penyakit
dan kandungan zat kimia yang tidak aman untuk dijadikan pakan benih ikan yang
pada akhirnya bisa menyebabkan kematian masal pada benih ikan

Kelemahan yang kedua adalah jumlah cacing sutra di alam berfluktuatif


dikarenakan kondisi alam. Ketika musim penghujan tiba, debit air di selokan, parit

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


dan sungai yang menjadi tempat tinggal cacing sutra akan meningkat dan
mengalir membawa cacing sutra ke daerah lain. Dan ketika musim kemarau tiba,
selokan dan parit akan mengalami kekeringan sehingga cacing sutra akan
kekurangan air dan berakibat kematian. Kondisi-kondisi demikian, menyebabkan
ketersediaan dan harga cacing sutra menjadi tidak stabil dipasaran.
Beberapa kondisi kurang menguntungkan diatas mampu diatasi dengan
budidaya cacing sutra menggunakan media wadah bertingkat yang dipadukan
dengan system SCRS. System SCRS adalah system yang mengolah dan
menggunakan kembali air yang sudah digunakan. pengisian air hanya dilakukan
jika air menguap atau ada kebocoran

Beberapa keunggulan membudidayakan cacing sutra dengan wadah bertingkat


adalah :
• Cacing sutra hasil budi daya aman untuk dikonsumsi oleh benih ikan. Pasalnya
selama proses budidaya pembudidaya bisa mengontrol aktifitas budidaya dari
hama dan pakan yang diberikan terbuat dari bahan alami yang sesuai untuk
sehingga cacing sutra bebas dari zat kimia berbahaya.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


• Tidak tergantung pada kondisi alam.
Hal ini dikarenakan metode budidaya saya tidak menggunakan kolam,
sehingga keuntungan yang didapatkan adalah tidak perlu khawatir terhadap
musim. Karena apabila musim hujan tiba, maka kolam akan meluap dan
menyebabkan cacing sutra keluar dari kolam, apabila musim kemarau tiba,
maka pembudidaya akan sulit mendapatkan air
• Efesien lokasi
Harga tanah didaerah perkotaan cenderung tinggi, sehingga hal ini juga
menjadi kendala bagi pembudidaya karena membutuhkan investasi yang tinggi
juga. Budidaya menggunakan wadah bertingkat tidak memerlukan lahan yang
luas serta pengotrolan budi daya lebih mudah. Dan jika pembudidaya tidak
memiliki ruangan, budi daya bisa dilakukan di halaman atau lokasi daerah
rumah yang tidak terpakai
• Biaya investasi yang rendah
Setiap satu unit wadah bertingkat tidak memerlukan biaya investasi yang
banyak seperti investasi pada lahan kolam beton. Meskipun luas wadah
bertingkat tidak seluas kolam beton, namun produksinya bisa setara dengan
kolam beton
• Hemat penggunaan air.
Air yang sudah melewati susunan media di wadah bertingkat ditampung
dengan wadah yang ada dibagian bawah rak untuk kemudian dialirkan kembali
ke media yang paling atas menggunakan pompa air.
• Hemat probiotik dan vitamin.
Probiotik dan vitamin lainnya tidak terbuang sia-sia ke perairan luar. berbeda
dengan budi daya menggunakan kolam tanah di lahan yang ketika hujan air
akan meluap membawa probiotik dan vitamin keluar ke perairan lain.
• Terjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas
Dengan membudidayakan cacing sutra menggunakan wadah bertingkat dengan
sistem SCRS, maka para konsumen tidak perlu khawatir dengan kesehatan dan
kandungan gizi cacing sutra karena lingkungan dan pakan selama budidaya
selalu dikontrol oleh pembudidaya, konsumen juga tidak perlu khawatir dengan
ketidakpastian jumlah stok, karena pembudidaya bisa mengontrol jumlah

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


produksi. Apabila produksi ingin ditingkatkan, maka pembudidaya hanya perlu
menambah jumlah pakan dan tingkatan wadah. Dengan metode ini, kontinuitas
produk bisa diadakan karena budidaya bebas dari ketergantungan musim.
3.3 Pesaing terdekat produk
Pesaing terdekat produk saya adalah penyedia cacing sutra hasil tangkapan
alam dan penyedia pakan buatan.
3.4 Ketersediaan bahan baku dan SDM di Pekanbaru
Untuk kesuksesan budidaya cacing sutra, dibutuhkan bahan baku, media
tumbuh serta penunjang lainnya untuk kelangsungan budi daya cacing sutra.
Bahan baku yang dimaksud adalah ampas tahu, pupuk kandang, molase dan
cairan probiotik. Media tumbuh yang dimaksud adalah besi, ember, paralon dan
mesin pengalir air mini. Sedangkan penunjang lainnya berupa mesin pompa dan
paranet. Berbagai komponen tersebut tersedia banyak di pasar-pasar kota
Pekanbaru dan juga didukung dengan kemudahan dalam mengaksesnya. SDM
yang butuhkan untuk budidaya cacing sutra juga tidak sulit untuk diadakan karena
dengan metode wadah bertingkat, pembudidaya hanya perlu mengontrol aliran air
dan jumlah pakan cacing sutra. budidaya ini juga akan didukung oleh akademisi
dan praktisi yang berpengalaman.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


IV. PERENCANAAN BISNIS
4.1 Target Pasar
Tabel 1.
TAHUN Rata-rata
JENIS USAHA
2015 2016 2017
Pembenih Ikan Kolam Air tawar
71 72 61
(Orang)
Pembenih Ikan Hias (Orang) 55 65 65
Produksi Benih Ikan Kolam Air
89.077.000 74.473.000 76.733.548
Tawar (Ekor)
Poduksi Ikan Hias (Ekor) 840.537 1.009.400 930.890
Jumlah Produksi (Ekor) 89.917.537 75.482.400 77.664.438 243.064.375
Sumber: Dinas Pertanian Kota Pekanbaru 2018
Cacing sutra merupakan pakan alami bagi ikan hias dan benih ikan kolam air
tawar. Data pada tabel 1 merupakan data produksi ikan hias dan pembenih ikan kolam
air tawar yang terdiri dari benih ikan lele, patin, gurami, nila, baung. Berdasarkan data
tersebut maka yang menjadi target pasar saya adalah pembenih ikan kolam air tawar
pembenih ikan hias dan pemasok cacing sutra. Target pasar ini juga didasarkan pada :
• Pembudidaya benih ikan membutuhkan pakan alami yang kadar gizinya tinggi .
Berdasarkan hal tersebut, maka cacing sutra menjadi pilihan yang tepat karena
cacing sutra mengandung 57% protein dan 13% lemak yang dibutuhkan oleh
benih ikan. Sehingga konsumen yang pasti membutuhkan cacing sutra adalah
pembenih ikan kolam air tawar. Asumsi ini juga diperkuat dengan hasil
wawancara dengan pencari cacing sutra di alam yang mengatakan bahwa
pembudidaya benih ikan konsumsi selalu mengeluh karena kekurangan cacing
sutra
• Cacing sutra juga berguna untuk meningkatkan kontras warna pada ikan hias,
maka dari itu, pembudidaya ikan hias juga akan menjadi target konsumen.
• Cacing sutra yang tidak habis dimakan oleh benih ikan akan tetap hidup didasar
kolam, sehingga kualitas air kolam tetap aman untuk benih ikan. Berdasarkan
hal tersebut, maka pembenih ikan pasti lebih memilih cacing sutra dibanding
pakan buatan (pelet)

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


4.2 Proyeksi Permintaan Dan Penawaran Budi Daya Cacing Sutra Selama 5 Tahun
Kedepan
Tabel 2. Jumlah produksi benih ikan kolam air tawar kota pekanbau tahun 2013-2017

TAHUN Jumlah (ekor)


JENIS USAHA
2013 2014 2015 2016 2017
Pembenih Ikan Kolam Air
63 65 71 72 61
tawar (Orang)
Produksi benih Ikan Kolam
89,036,000 - 89,077,000 74,473,000 76,733,548
(Ekor)

Jumlah Produksi (Ekor) 89,036,000 - 89,077,000 74,473,400 76,733,548 332,100,375

Sumber : Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2018

Tabel 3. Proyeksi produksi, permintaan dan penawaran cacing sutra


Produksi (liter) Permintaan (Liter) Penawaran (Liter)
Tahun Unit Per Per Per Per Per Per Per Per
Per Hari
tahun Bulan Hari Tahun Bulan Hari Tahun Bulan
0 4 2,160 180 6 26.568 2.214 74 1,728 144 4,8
1 9 4.860 405 14 26.568 2.214 74 3.888 324 11
2 17 9.180 765 26 26.568 2.214 74 7.344 612 20
3 30 16.200 1.350 45 26.568 2.214 74 12.960 1.080 36
4 45 24.300 2.025 68 26.568 2.214 74 19.440 1.620 54
5 60 32.400 2.700 90 26.568 2.214 74 25.920 2.160 72

4.3 asumsi yang digunakan dalam proyeksi permintaan dan penawaran


• Untuk mengetahui permintaan 5 tahun yang akan datang, saya me-review data
jumlah produksi benih ikan kolam air tawar kota Pekanbaru dari tahun 2013-2017
(selama 5 tahun) kemudian produksi benih ikan dijumlahkan, sehingga menghasilkan
produksi sebanyak 332,100,375 ekor (produksi kurun waktu 2013-2017)
• Berdasarkan perhitungan dalam buku Efendi (2014), setiap 50,000 benih lele
membutuhkan 20 liter cacing sutra

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


• Karena produksi benih ikan kolam air tawar di kota Pekanbaru pada tahun 2013-
2017 didominasi oleh ikan lele dan patin dan ada kesamaan dalam pola makan, maka
perhitungan kebutuhan cacing sutra oleh benih ikan didasarkan pada permintaan
cacing sutra untuk benih lele dan patin
• Maka kebutuhan cacing sutra selama 5 tahun ke depan bisa diketahui dengan cara
menjumlahkan produksi benih ikan dari tahun 2013-2017 kemudian jumlah produksi
tersebut dibagi dengan per 50,000 benih ikan lalu dikalikan dengan 20 (liter cacing
sutra) maka, (332,100,375:50,000) x 20 = 132,840 liter
• Hasil 132,840 adalah permintaan cacing sutra selama 5 tahun ke depan untuk daerah
kota Pekanbaru (2018-2023), dan kebutuhan per tahunnya adalah (132,840 : 5 =
26,568 ) maka kebutuhan atau permintaan cacing sutra setiap tahunnya (2018-2023)
adalah 26,568 liter
• Jumlah permintaan cacing sutra sebanyak 26,568 liter/tahun merupakan jumlah yang
dianggap stabil, karena jumlah produksi benih ikan kolam air tawar kota pekanbaru
dari tahun 2013-2017 tidak mengalami perubahan yang signifikan
• Panen cacing sutra dilakukan 3-4 kali per 30 hari
• Satu unit wadah bertingkat mampu menghasilkan 45 liter dalam 30 hari, jika
diasumsikan panen dalam 30 hari dilakukan sebanyak 3 kali, maka dalam satu bulan
ada tiga kali proses produksi (30/10 = 3)
• Setiap 10 hari, 1 unit wadah bertingkat bisa menghasilkan 15 liter cacing sutra
• Dan pada tahun pertama budidaya, saya menggunakan 4 unit wadah bertingkat, maka
dalam satu tahun jumlah produksi cacing sutra menggunakan 4 unit wadah bertingkat
berjumlah 2,160 liter/tahun atau 180 liter/bulan atau 6 liter/hari
• Permintaan cacing sutra dalam satu tahun berjumlah 26,568 liter (berdasarkan
perhitungan rumus)
• Jika permintaan cacing sutra dalam satuan tahun dikonversikan dalam satuan bulan
dan hari, maka akan berjumlah 2,214 liter/bulan atau 74 liter/hari
• 2,214 liter/bulan atau 74 liter/hari cacing sutra adalah jumlah permintaan konsumen
• Berdasarkan hasil wawancara saya dengan pencari cacing sutra tentang cacing sutra
yang sudah ada di kota Pekanbaru, bahwasannya dalam satu hari, rata-rata
ketersediaan cacing sutra berjumlah 25 liter.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


• Jika proyeksi permintaan cacing sutra (74 liter) dikurangkan dengan jumlah pasokan
cacing sutra yang ada di pasar, maka permintaan cacing sutra yang belum terpenuhi
adalah 49 liter atau 67%
• Jumlah 49 liter ini menjadi acuan bagi saya untuk mengontrol berapa jumlah yang
harus saya produksi dan tawarkan
• Jumlah permintaan sebanyak 49 liter atau 67% belum termasuk permintaan
pembudidaya ikan hias kota Pekanbaru dan permintaan dari luar kota Pekanbaru. Hal
ini berarti potensi permintaan cacing sutra masih tinggi.
• Jumlah produksi saya pada tahun pertama budidaya hanya mampu memenuhi
permintaan sebanyak 12%, hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah unit wadah
budidaya. Maka dari itu, pada tahun 1-5 saya melakukan penambahan unit agar
permintaan bisa dipenuhi dan peluang yang ada bisa dimanfaatkan
4.4 Strategi atau program pemasaran yang akan dijalankan
Ada tiga strategi pemasaran yang akan saya lakukan, yang pertama adalah
melakukan promosi. Hasil budidaya akan dipromosikan kepada para pembudidaya
benih ikan air tawar, Dinas Pertanian kota Pekanbaru dan para pencari cacing sutra
untuk terus bekerja sama.
Apabila permintaan cacing sutra tidak lagi mampu dipenuhi, maka saya
menerapkan strategi pemasaran sistem franchise dimana jika ada orang yang ingin
membudidayakan cacing sutra, maka saya akan menyediakan unit budidaya serta
pakannya. Ini merupakan strategi kedua dan strategi ini saya lakukan sebagai langkah
nyata saya dalam mengurangi jumlah pengangguran dan memperluas pangsa pasar saya
Apabila para mitra saya tidak memiliki pasar untuk memasarkan hasil
budidayanya, maka saya akan membeli hasil budidaya tersebut. Langkah ini sebagai
jaminan agar cacing sutra hasil budidaya mitra saya tidak sia-sia. Selanjutnya cacing
sutra yang dibeli dari mitra akan dikumpulkan untuk memenuhi permintaan pasar yang
tidak mampu saya penuhi.
Strategi yang ketiga adalah saya menerapkan aplikasi casut. Aplikasi casut ini
berisikan tentang manajemen budidaya cacing sutra dimana aplikasi ini bisa membantu
pembudidaya untuk mengetahui berapa kebutuhan pakan cacing sutra setelah pemberian
pakan sebelumnya, berapa jumlah pembelian benih dan produksi cacing sutra untuk
mendapatkan BEP, kapan jadwal panen setelah dilakukan penambahan benih, berapa

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


harga jual agar pembudidaya mendapatkan keuntungan. Strategi ini sebagai bentuk
inovasi baru dalam budidaya cacing sutra

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


V. Proyeksi Keuangan
5.1 Biaya Investasi Budidaya Cacing Sutra Sebanyak 4 unit wadah bertingkat
Harga
Jumlah Penyusutan Nilai sisa
No Bahan Volume Satuan Satuan UE
(Rp) (Rp) (Rp)
(Rp)
Pembuatan Kerangka
1 2 HOK 100,000 200,000 - - -
(2 orang x 1 hari)

2 besi untuk kerangka 4 48 Batang 45,000 2,160,000 5 432,000 432,000.0


unit
Pembuatan penutup
3 wadah budidaya 2 HOK 100,000 200,000 5 40,000 40,000.0
(2 orang x 1 hari)
4 penyaring media 4 Unit 35,000 140,000 2 70,000 28,000
6 lem paralon 6 Pcs 12,000 72,000
7 sambungan paralon L 5 Pcs 15,000 75,000 5 15,000 15,000
8 sambungan paralon T 5 Pcs 15,000 75,000 5 15,000 15,000
9 paralon 1 inci 10 M 15,000 150,000 5 30,000 30,000

11 plastik untuk wadah 6 M 35,000 210,000 2 105,000 42,000


media
12 plastik UV penutup 15 M 15,000 225,000 2 112,500 45,000

13 Paranet (2x50 m) 15 M 18,000 270,000 2 135,000 54,000


kerapatan 50%
14 Paku 3 Kg 30,000 90,000 5 18,000 18,000

15 tempat pengendapan 2 Set 300,000 600,000 5 120,000 120,000


air
16 wadah fermentasi 3 Unit 140,000 420,000 5 84,000 84,000
17 peralatan produksi 5
b. serok halus 2 Buah 15,000 30,000 5 6,000 6,000
c. baskom 6 Buah 30,000 180,000 5 36,000 36,000
d. selang setengah
10 M 10,000 100,000 5 20,000
inci
e. plastik HDPE (30 5 Set 70,000 350,000 5 70,000 70,000
cm x 40 cm)
f. Mesin air 1 Unit 400,000 400,000 5 80,000 80,000
JUMLAH BIAYA INVESTASI 5,947,000 1,368,500 1,135,000

Asumsi biaya investasi


• Awal usaha ini menggunakan 4 unit wadah bertingkat dengan alasan 4 unit adalah
jumlah dimana budidaya yang dilakukan memberi keuntungan finansial
• Budidaya ini menggunakan 4 unit wadah dengan ukuran panjang = 3 m , lebar = 0.5 m
dan tinggi = 1.8 m

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


• Setiap 1 unit terdiri dari 6 tingkat. Jarak antar tingkat 30 cm, lebar = 50 cm dan
panjang = 300 cm
• Wadah sengaja dibuat dari besi dengan asumsi lebih tahan dibanding kayu atau bambu
• Setiap jenis peralatan memiliki umur ekonomis yang berbeda, maka dari itu apabila
umur ekonomis peralatan telah habis, perlu dilakukan pembelian peralatan yang baru
untuk kelangsungan budidaya
• Penetapan harga masing-masing alat didasarkan pada harga yang berlaku pada bulan
September tahun 2018
• Setiap tahun, harga peralatan diasumsikan meningkat karena inflasi kota Pekanbaru
sebesar 5,3%
• Inflasi dihitung berdasarkan rata-rata inflasi kota Pekanbaru dari tahun 2010-2015
• Setiap barang yang memiliki masa umur ekonomis dibawah 5 tahun, maka dilakukan
pembelian barang baru, dan harga yang menjadi dasar dalam menentukan harga pada
tahun tersebut adalah harga tahun sebelumnya
• Sebagai contoh, pada tahun ke 5, peralatan mengalami kenaikan harga dengan asumsi
kenaikan tersebut didasarkan rata-rata inflasi Riau dari tahun 2010-2015 sebesar 5,3%
pada tahun 4 dijadikan sebagai indeks harga dasar untuk kenaikan harga sebesar 5,3%

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.2 BIAYA OPERASIONAL BUDIDAYA CACING SUTRA

5.2.1. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 0 (4 UNIT)

Harga/satuan Jumlah
No Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)

1 Benih cacing sutra liter 24 30,000 720,000


2 Biaya produksi

PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 0 (4 UNIT)

- Ampas Tahu kg 2,400 1,400 3,360,000


- Kotoran Ayam kg 340 1,500 510,000
-Probiotik botol 24 23,000 552,000
-Kunyit kg 12 25,000 300,000
-Molase kg 68 15,000 1,020,000

UPAH TENAGA KERJA PER 15 HARI

TAHUN 0 - HOK - - -

PENGGUNAAN LISTRIK
mesin air (200 watt) kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL TAHUN 0 6,762,000

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.2.2. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 1 (9 UNIT)

Jumlah
No Uraian Satuan Volume Harga/satuan (Rp)
(Rp)

1 Benih cacing sutra - - - -


2 Biaya produksi
PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 1 (9 UNIT)
- Ampas Tahu kg 7,200 1,400 10,080,000
- Kotoran Ayam kg 765 1,500 1,147,500
-Probiotik botol 72 23,000 1,656,000
-Kunyit kg 27 25,000 675,000
-Molase kg 153 15,000 2,295,000

UPAH TENAGA KERJA 180 HARI DALAM SETAHUN


TAHUN 1 1 Orang HOK 180 50,000 9,000,000

PENGGUNAAN LISTRIK
- mesin air (200 watt) Kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 25,153,500

5.2.3. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2 (17 UNIT)

Jumlah
No Uraian Satuan Volume Harga/satuan (Rp)
(Rp)
1 Benih cacing sutra - - - -
2 Biaya produksi
PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 2 (17 UNIT)
- Ampas Tahu Kg 13,600 1,400 19,040,000
- Kotoran Ayam Kg 1,445 1,500 2,167,500
-Probiotik Botol 136 23,000 3,128,000
-Kunyit Kg 51 25,000 1,275,000
-Molase Kg 289 15,000 4,335,000

UPAH TENAGA KERJA 180 HARI DALAM SETAHUN


TAHUN 2 2 Orang HOK 180 50,000 18,000,000

PENGGUNAAN LISTRIK
- mesin air (200 watt) Kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 48,245,500

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.2.4. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 3 (30 UNIT)

Jumlah
No Uraian Satuan Volume Harga/satuan (Rp)
(Rp)
1 Benih cacing sutra - - - -
2 Biaya produksi
PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 3 (30 UNIT)
- Ampas Tahu Kg 24,000 1,400 33,600,000
- Kotoran Ayam Kg 2,550 1,500 3,825,000
-Probiotik Botol 240 23,000 5,520,000
-Kunyit Kg 90 25,000 2,250,000
-Molase Kg 510 15,000 7,650,000

UPAH TENAGA KERJA 180 HARI DALAM SETAHUN


TAHUN 3 4 Orang HOK 180 50,000 36,000,000

PENGGUNAAN LISTRIK
- mesin air (200 watt) Kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 89,145,000

5.2.5. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 4 (45 UNIT)

Jumlah
No Uraian Satuan Volume Harga/satuan (Rp)
(Rp)

1 Benih cacing sutra - - - -


2 Biaya produksi
PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 4 (45 UNIT)
- Ampas Tahu Kg 36,000 1,400 50,400,000
- Kotoran Ayam Kg 3,825 1,500 5,737,500
-Probiotik botol 360 23,000 8,280,000
-Kunyit Kg 135 25,000 3,375,000
-Molase Kg 765 15,000 11,475,000

UPAH TENAGA KERJA 180 HARI DALAM SETAHUN


TAHUN 4 5 Orang HOK 180 50,000 45,000,000

PENGGUNAAN LISTRIK
- mesin air (200 watt) kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 124,567,500

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.2.6. BIAYA OPERASIONAL TAHUN 5 (60 UNIT)

Harga/satuan Jumlah
No Uraian Satuan Volume
(Rp) (Rp)

1 Benih cacing sutra - - - -


2 Biaya produksi
PEMBUATAN MEDIA HIDUP, PAKAN DAN PEMUPUKKAN TAHUN 5 (60 UNIT)
- Ampas Tahu Kg 48,000 1,400 67,200,000
- Kotoran Ayam Kg 5,100 1,500 7,650,000
- Probiotik botol 480 23,000 11,040,000
- Kunyit kg 180 25,000 4,500,000
- Molase kg 1,020 15,000 15,300,000

UPAH TENAGA KERJA 180 HARI DALAM SETAHUN


TAHUN 5 7 Orang HOK 180 50,000 63,000,000

PENGGUNAAN LISTRIK
mesin air (200 watt) kwh 200 1,500 300,000

JUMLAH BIAYA OPERASIONAL 168,990,000

Asumsi biaya operasional


• Biaya operasional terdiri dari pembelian bahan baku yang habis dalam sekali
penggunaan, upah tenaga kerja dan biaya listrik mesin air
• Tabel biaya operasional untuk setiap tahunnya dibuat terpisah karena kebutuhan
bahan baku dan tenaga kerja setiap tahun berbeda sehingga dengan membuat tabel
secara terpisah, diharapkan lebih mempermudah pembaca memahami isi tabel
• Jumlah bahan baku yang dicantumkan (dalam satuan volume) adalah jumlah bahan
baku yang dibutuhkan selama satu tahun
• Khusus untuk pembelian benih cacing sutra, pembelian benih hanya dilakukan pada
proses produksi yang pertama. Untuk proses produksi selanjutnya, benih didapat
dari hasil produksi cacing sutra yang tidak dijual (10% dari produksi)
• Dalam satu tahun setiap 1 unit wadah bertingkat membutuhkan 800 kg ampas tahu,
85 kg kotoran ayam, 8 botol probiotik, 3 kg kunyit dan 17 kg molase.
• Pada bagian upah tenaga kerja, tenaga kerja diupah selama 180 hari dalam satu
tahun

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


• Sistem upah seperti ini didasarkan pada, pembuatan dan pemberian pakan dilakukan
dua hari sekali sehingga dalam satu bulan, ada 15 hari pembuatan dan pemberian
pakan dan 180 hari dalam satu tahun
• Upah tenaga kerja per orang dihargai sebesar Rp. 50,000
• Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan didasarkan pada jumlah unit yang tersedia
• Pada tahun awal budidaya, saya tidak menggunakan tenaga kerja karena jumlah unit
wadah yang ada masih bisa saya kontrol
• Setiap 4 unit wadah budidaya membutuhkan 1 tenaga kerja
• Pada tahun 1 sampai tahun 5, saya melakukan penambahan unit wadah bertingkat.
Maka dari itu, seiring dengan penambahan unit maka saya juga menambah jumlah
tenaga kerja
• Biaya listrik yang dibutuhkan adalah biaya listrik mesin air. Karena budidaya
cacing sutra ini menggunakan system mendaur ulang air yang sudah ada, maka
dibutuhkan pompa air untuk mengalirkan air
• Harga di biaya operasional didasarkan pada harga barang di Kota Pekanbaru pada
bulan September tahun 2018
• Setiap tahun biaya produksi atau biaya operasional diasumsikan meningkat karena
inflasi sebesar 5,3%
• Inflasi sebesar 5,3% didasarkan pada rata-rata inflasi kota Pekanbaru dalam jangka
waktu 2010-2015

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.5 LABA/RUGI USAHA BUDIDAYA CACING SUTRA

No Uraian Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5


A. Produksi 1,728 3,888 7,344 12,960 19,440 25,920
B Harga Jual 35,000 37,000 40,000 40,000 45,000 45,000
C Total Penerimaan 60,480,000 143,856,000 293,760,000 518,400,000 874,800,000 1,166,400,000

D Jumlah Unit 4 9 17 30 45 60
E Biaya
- Biaya Investasi 5,947,000 13,782,173 26,813,982 48,738,356 75,300,760 103,413,044
- Biaya Operasional 6,762,000 25,153,500 48,245,500 89,145,000 124,567,500 168,990,000
- Jumlah 12,709,000 38,935,673 75,059,482 137,883,356 199,868,260 272,403,044

Penerimaan sebelum 53,718,000 118,702,500 245,514,500 429,255,000 750,232,500 997,410,000


F.
Pajak

G. Pajak 0,5 % 2,685,900 5,935,125 12,275,725 21,462,750 37,511,625 49,870,500

Penerimaan setelah
H. 51,032,100 112,767,375 233,238,775 407,792,250 712,720,875 947,539,500
Pajak

I. Laba/Rugi bersih 51,032,100 112,767,375 233,238,772 407,792,250 712,720,875 947,539,500

G. BCR 4.01 2.90 3.11 2.96 3.57 3.48


Rata-Rata BCR 3.34

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.6 NPV PROYEKSI KEUANGAN BUDIDAYA CACING SUTRA

Net benefit D.F


Tahun Investasi (Rp) operasional (Rp) total cost (Rp) Benefit (Rp) Present value (Rp)
(Rp) (15%)

0 5,947,000 6,762,000 12,709,000 60,480,000 47,771,000 1.0000 47,771,000

1 13,782,173 25,153,500 38,935,673 143,856,000 104,920,328 0.8696 91,235,067

2 26,813,982 48,245,500 75,059,482 293,760,000 218,700,518 0.7561 165,369,012

3 48,738,356 89,145,000 137,883,356 518,400,000 380,516,644 0.6575 250,195,870

4 75,300,760 124,567,500 199,868,260 874,800,000 674,931,740 0.5718 385,894,413

5 103,413,044 168,990,000 272,403,044 1,166,400,000 893,996,956 0.4972 444,474,488


JUMLAH 736,858,815 3,057,696,000 2,320,837,185
NPV 1,384,939,850
Asumsi NPV
• Net Present Value (NPV) dihitung dengan rumus net benefit x diskon factor
• Diskon faktor digunakan untuk melihat biaya pada suatu tahun di masa yang akan
datang ke dalam nilai sekarang, berdasarkan pengertian tersebut, maka net benefit
Rp. 2,320,837,185. senilai dengan Rp. 1,384,939,850 pada tahun ke 5
• Berdasarkan kriteria NPV, apabila nilai NPV suatu usaha lebih besar dari 0, maka
usaha tersebut layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV budidaya cacing sutra sebesar
Rp. 1,384,939,850. Maka budidaya cacing sutra layak untuk dilaksanakan
5.5 Ringkasan
No Uraian Hasil
1 Rata-rata RCR 4,01
2 NPV Rp. 1,197,713,658
3 Diskon Faktor 15%
4 IRR 47%
5 BEP
4 Investasi per unit Rp. 1,468,750
5 Biaya produksi per unit per bulan Rp. 140,875

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


5.5 Perencanaan Untuk Mendapatkan Sumber Pembiayaan
Untuk mendapatkan sumber pembiayaan, saya berencana menempuh beberapa
cara, yaitu :
• Investasi modal pribadi
• Mengikuti lomba-lomba entrepreneurship untuk menunjukkan potensi
budidaya cacing sutra
• Mengajukan proposal ke investor dengan system bagi hasil keuntungan
60:40
• Mengajukan pinjaman ke bank syariah dengan system bagi hasil
• Menjadi juara di lomba Minang Entrepreneurship Award II 2018 yang
diselanggarakan oleh Kementerian Riset Teknologi Dan Pendidikan
Tinggi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah X

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


VI. Analisis resiko bisnis
Setiap bisnis pasti memiliki risiko yang bisa menghambat atau bahkan
berpotensi menggagalkan bisnis tersebut, berikut risiko yang menghambat dan
berpotensi menggagalkan bisnis budidaya cacing sutra :
• Cacing sutra yang terkena penyakit
Cacing sutra yang terkena penyakit akan menular ke cacing sutra lainnya.
Pasalnnya cacing sutra hidup dalam satu wadah yang dialiri air yang sama,
sehingga ketika cacing sutra di bagian atas wadah terkena penyakit, maka cacing
sutra yang dibagian wadah bawah juga akan terkena penyakit dan kondisi ini
berpotensi besar menghambat bisnis. Solusi yang dilakukan adalah dengan
mengkarantina cacing sutra sebelum dimasukkan dalam satu wadah yang sama.
• Serangan hama
Meskipun budi daya yang cacing sutra dilakukan didalam ruangan,
predator alami cacing sutra seperti katak, ayam, bebek, tikus bisa saja masuk ke
tempat budi daya cacing sutra. Maka dari itu, langkah pencegahan seperti
memasang paranet sebagai penutup wadah perlu dilakukan dan pembudidaya rutin
mengontrol aktivitas didalam ruangan budidaya.
• Kesalahan dalam takaran
Kesalahan dalam menakar parameter kualitas air seperti oksigen, Ph air,
suhu, kandungan nutrisi, nitrogen dan karbon yang sesuai dengan kebutuhan
cacing sutra. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa menyebabkan cacing sutra sulit
berkembang dan kematian massal.
• Pompa dan aliran air
Aliran air menjadi penting untuk menyuplai oksigen bagi cacing sutra,
aliran air ini berasal dari pompa air yang digerakkan oleh listrik. Dikarenakan air
budidaya cacing sutra mengandung pasir, lumpur dan Ph air yang asam, membuat
pompa menjadi rusak dan tidak bisa mengalirkan air. Kendala ini menjadi serius
apabila pembudidaya tidak memperhatikan kondisi mesin pompa air.

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Anda mungkin juga menyukai