TINJAUAN PUSTAKA
A. Market Research
1. Definisi Market Research
a. Merumuskan masalah
Hal pertama kali yang harus dilakukan untuk menjalankan riset pemasaran
adalah merumuskan masalah. Perumusan tujuan riset dangat berkaitan dengan
masalah atau peluang pemasaran. Masalah atau peluang pasar baik internal
maupun eksternal tergantung bagaimana periset melihatnya. Riset pemasaran
dalam hal ini selain bertujuan mengeksplorasi dan mengidentifikasi masalah
sekaligus juga memberikan solusi, sehingga dapat memandang masalah tersebut
sebagai peluang di masa yang akan datang.
b. Menentukan desain riset
Setelah merumuskan tujuan riset, dilakukan penentuan desain riset yang sesuai.
Berdasarkan dari eksplorasi dan tujuan riset, desain riset. Pemasaran terbagi
menjadi tiga jenis desain yaitu riset eksploratif, riset deskriptif, dan riset kausal.
Desain riset dibutuhkan untuk menentukan prosedur secara rinci mengenai cara
mengumpulan data, cara pengujian hipotesa dan kemungkinan melakukan
kuisioner dengan berbagai model yang ditentukan.
c. Merancang metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari lapangan, sedangkan
data sekunder biasanya berupa data yang diambil Dari buku, internet,dan pustaka
lain nya yang relevan. Anda perlu menentukan bagaimana cara mengumpulkan
data – data tersebut dan dihimpun menjadi sebuah database.
d. Mengambil sampel dan melakukan pengumpulan data
Selanjutnya melakukan pengambilan sampel dan pengumpulan data dilapangan.
Bisa dilakukan pengambilan sampel didasarkan pada metode sampling yang
digunakan, baik itu probability atau non probability sampling.
e. Melakukan analisa dan interpretasi data
Sebuah pengumpulan data tidak akan pernah bisa menjadi sebuah kesimpulan
jika tidak dilakukan analisis dan interpretasi data. Bisa dimuali dari editing,
koding, tabulasi, analisa statistic, dan interpretasi data. Data yang diolah inilah
yang akan memberikan petunjuk pada kesimpulan yang akan diambil.
f. Menyusun laporan riset
Laporan riset pemasara berupa hasil laporan, kesimpulan serta rekomendasi
penilitian yang diberikan kepada pihak manajemen. Kemudian pihak managemen
akan mengambil keputusan berdasarkan hasil dari interpretasi data sebelum nya.
Laporan riset ini yang akan menjadi standar peneilitian oleh para eksekutif dalam
mengevaluasi manfaat riset pemasaran.
Marketing Communication atau Komunikasi Pemasaran adalah cara/ sarana
yang digunakan oleh perusahaan dalam upaya untuk mengiformasikan, membujuk,
mengingatkan konsumen denngan cara langsung atau tidak langsung tentang
produk dan merek (brand) yang dijual (1).
Dalam pengertian tertentu komunikasi pemasaran menggambarkan “suara”
merek dan merupkan sarana yang dapat digunakan untuk membangun dialog dan
membangun hubungan baik dengan konsumen. Bagi konsumen komunikasi
pemasaran memberikan informasi bagaimana sebuah produk digunakan, oleh orang
seperti apa, dimana, dan kapan waktunya. Selain dari itu konsumen dapat
mempelajari siapa pembuat produk dan apa yang dipertahankan dari sebuah merek
(3).
Komunikasi pemasaran dapat berkontribusi pada ekuitas merek (Brand equity) yaitu
dengan membangun dalam ingatan konsumen dan menciptakan citra merek pada
mereka (3) Untuk mencapai komunikasi yang efektif, seorang marketing
komunikator pemasaran perlu melakukan langkah-langkah berikut (5):
Dimulai dengan menentukan siapa yang akan menjadi target audience yang
jelas, misalnya: mereka yang sudah menjadi pembeli produ atau mereka yang
mempunyai prospek sebagai calon pembeli atau potential buyers atau yang
mempunyai pengaruh terhadap pembelian produk (5). Target audience berpengaruh
sangat kuat terhadap keputusan yang akan diambil para komunikator marketing
terutama pada action plan atau rencana yang akan disusun (5), antara lain:
Komunikator pemasaran perlu mengetahui target audience nya berada pada tahapan
mana diantara 6 tahapan buyers reading stage/tahap kesiapan konsumen untuk
membeli yang terdiri dari (5):
a. Awareness. Jika kebanyakan audience sasaran tidak sadar akan objek, tugas
komunikator adalah membangun kesadaran.
b. Knowledge. Audience sasaran mungkin memiliki kesadaran mereka, tetapi
tidak mengetahui lebih banyak. Komunikator harus membangun knowledge
pada konsumen misalnya dengan melakukan kampanye dengan advertensi
yang luas untuk meciptakan rasa familiar terhadap produk.
3. Pemilihan Pesan
Pemilihan media atau saluran komunikasi yang tepat adalah salah satu fungsi dari
komunikator pemasaran. Secara garis besar ada 2 macam saluran komunikasi yaitu
(5):
B. FRAKTUR TULANG
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun
memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur dapat
diakibatkan oleh cedera, stres yang berulang, kelemahan tulang yang abnormal
atau disebut juga fraktur patologis (Solomon et al., 2010).
Klasifikasi fraktur secara klinis dibagi menurut ada tidak nya hubungan patahan tulang
dengan dunia luar, yaitu fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tulang terbuka
dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringan nya luka dan fraktur yang
terjadi, seperti yang dijelaskan pada table 1.
Fraktur sangat bervariasi dari segi klinis, namun untuk alas an praktis, fraktur dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu :
1. Complete Fracture
Tulang terbagi menjadi dua atau lebih fragmen. Patahan fraktur yang
dilihat secara radiologi dapat membantu untuk memprediksi tindakan yang
harus dilakukan setelah melakukan reduksi. Pada fraktur transversal (gambar
1a), fragmen tetap pada tempatnya setelah reduksi, sedangkan pada oblik atau
spiral (gambar 1c) lebih cenderung memendek dan terjadi pergeseran meskipun
tulang telah dibidai. Fraktur segmental (gambar 1b) membagi tulang menjadi 3
bagian. . Pada fraktur impaksi fragmen menumpuk saling tumpang tindih dan
garis fraktur tidak jelas. Pada raktur kominutif terdapat lebih dari dua
fragmen, karena kurang menyatunya permukaan fraktur yang membuat
tidak stabil (Solomon et al.,2010)
2. Incomplete fractures
Pada fraktur ini, tulang tidak terbagi seutuhnya dan terdapat kontinuitas
periosteum. Pada fraktur buckle, bagian yang mengalami fraktur hampir
tidak terlihat (gambar 1d). Pada fraktur greenstick (gambar 1e dan 1f), tulang
melengkung atau bengkok seperti ranting yang retak. Hal ini dapat terlihat
pada anak‒anak, yang tulangnya lebih elastis daripada orang dewasa. Pada
fraktur kompresi terlihat tulang spongiosa tertekan kedalam (Solomon et al.,
2010).
Gambar II.6. Variasi fraktur. Keterangan : Complete fractures: (a) transversal; (b) segmental;
(c) spiral. Incomplete fractures: (d) fraktur buckle; (e, f) fraktur greenstick
(Solomon et al., 2010).
C. PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR
Penyembuhan fraktur umum nta dilakukan dengan cara mobilisasi. Akan tetapi,
penyembuhan fraktur alamiah dengan kalus dan pembventukan kalus berespon
terhadap pergerakan bukan terhadap pembidaian. Pada umum nya fraktur dilakukan
pembidaian hal ini dilakukan tidak untukmenjamin penyatuan tulang namun untuk
meringankan nyeri dan menjamin penyatuan tulang pada posisi yang benar dan
mempercepat pergerakan tubuh dan pengembalian fungsi (Solomon et al,2010)
Dalam 8 jam, fraktur mengalami reaksi inflamasi akut dengan migrasi sel
inflamatorik dan inisiasi proliferasi dan diferensiasi dari stem sel
mesenkimal dari periosteum menembus kanal medular dan sekitar otot.
Sejumlah besar mediator inflamasi seperti sitokin dan beberapa faktor
pertumbuhan dilibatkan. Selanjutnya bekuan darah hematom diabsorbsi
perlahan dan membentuk kapiler baru pada area tersebut
c. Pembentukan kalus
d. Konsolidasi
e. Remodeling
Fraktur telah dijembatani dengan lapisan tulang yang solid. Pada beberapa
bulan atau bahkan tahun, dilakukan pembentukkan ulang atau reshaped
dengan proses yang kontinu dari resorpsi dan pembentukan tulang
(gambar 2d).
(a) Pembentukan hematom (b) Pembentukan kalus (c) pembentukan kalus (d) Tulang yang
pada fraktur fibrokartilago yang keras mengalami remodeling
Proses perbaikan tulang dimulai dari korteks perifer beberapa sentimeter dari lokasi
fraktur. Meskipun terdapat perubahan pada perbaikan lingkungan dan jaringan
hipoksia akibat dari kerusakan suplai darah, hal ini mengawali pembentukan oleh
lapisan dalam periosteum dan sel mesenkimal yang belum berdiferensiasi dari massa
kartilago baik di luar korteks disebut external callus dan di dalam korteks disebut
internal callus (Shapiro, 2008)
Kalus diawali dengan kartilago dan fibrokartilago untuk menstabilisasi lokasi fraktur.
Kemudian melalui peran vaskuler, kalus bertambah dari lapisan korteks paling jauh
dari lokasi fraktur dan dari periosteum yang terletak pada batas luar external callus.
Terlihat fase awal pembentukkan tulang endokondral, terdapat external dan internal
callus (gambar 3).
Gambar II.8. Potongan longitudinal proses penyembuhan fraktur mid diafisis os femur
(Shapiro, 2008). Keterangan : E : external callus, I : internal callus
External callus (gambar 4), terlihat jaringan fibrosa pada bagian atas dan awal
perbaikan kartilago pada bagian bawah gambar. Secara keseluruhan external callus
yang baru terbentuk ini dikatakan terdapat jaringan fibrokartilago
Gambar II.9. Memperlihatkan bagian external callus pada fraktur (Shapiro,2008)
Setelah satu minggu terlihat pembentukkan periosteum tulang baru pada sebelah
kanan dari korteks dan pembentukkan kartilago pada sebelah kiri korteks yang
lebih mobile dan kurang stabil pada lokasi fraktur (gambar 5). Dengan cara seperti ini
tulang anyaman disintesis pada kartilago yang terkalsifikasi dari kalus hingga
perbaikan kartilago telah diubah dengan sempurna oleh tulang melalui mekanisme
endokondral (Shapiro, 2008).
Gambar II.11. Tulang anyaman (W) dan tulang lamelar (L) (Shapiro, 2008)
Setelah 6 minggu gap telah terisi dengan tulang baru. Terlihat (gambar 7) tulang
anyaman berwarna ungu gelap, dikelilingi dengan tulang lamelar berwarna ungu
terang dan osteoblas yang mengisi rongga kosong. Jaringan ini disebut juga woven
bone atau tulang anyaman (Shapiro, 2008)
Gambar II.12. Tulang anyaman (ungu gelap), tulang lamelar (ungu terang) dan
osteoblas (Shapiro, 2008).
3. Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
Gambar II.13Open Reduction Internak Fixation Of Femoral Shaft Right Upper Leg
ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi) adalah sebuah prosedur bedah medis, yang
tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulamg, seperti yang
diperlukan untuk beberapa patah tulang. Fiksasi internal mengacu pada fiksasi
sekrup dan piring untuk mengaktifkan atau memfasilitasi penyembuhan.
(Brunner&Suddart,2003)
ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan teknik
pembedahan yang mencakup didalam nya pemasangan pen, sekrip, logam atau
protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan (Depkes,1995)
Prinsip umum dari fiksasi interna antara lain dengan menggunakan pin and
wire, plate and screw, tension‒band principle, intramedullary nails dan
biodegradable fixation (gambar 8). Pin and wires menggunakan metode
Kirschner wires (K‒wires) dan Steinmann pins memiliki beberapa kegunaan,
mulai dari traksi skeletal hingga fiksasi fraktur yang sementara dan definitive.
Metode ini juga memberikan fiksasi sementara untuk rekonstruksi dari fraktur
yang melibatkan kerusakan tulang dan soft tissue yang minimal
(Lakatos,2014).
Bone screw adalah bagian dasar dari metode fiksasi interna modern dan
dapat digunakan baik secara independen atau dengan kombinasi dengan tipe
implantasi lain. Kekuatan dipengaruhi oleh pemasangan pengencangan screw.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah kekuatan kompresif menurun secara
lambat saat tulang mengalami remodeling terhadap tekanan. Namun, waktu
penyembuhan fraktur biasanya lebih singkat dibandingkan waktu yang
dibutuhkan dari substansi yang hilang akibat kompresi dan fiksasi (Lakatos,
2014). Metode lain dengan menggunakan plate memiliki berbagai macam
ukuran dan bentuk untuk tulang dan lokasi yang berbeda.
Growth factor adalah protein yang disekresikan oleh sel yang aktif pada sel
target atau sel yang memiliki aksi yang spesifik. Dengan kegunaan klinis
yang potensial dalam meningkatkan perbaikan tulang, termasuk mempercepat
penyembuhan tulang.
Gambar II.14 Kerangka Teori pengaruh ALS-R terhadap perbaikan fraktur
D. IMPLANT BIODAGRADABLE
Fiksasi tulang biasanya dengan menjalankan operasi pemasangan implant pada kasus
pasien fraktur tulang. Biomaterial yang digunakan umumnya dalam fiksasi tulang
adalah biomaterial inert seperti stainless steal yaitu paduan cobalt-chromium dan
paduan titanium. Namun, implant ini bersifat innert dan masih tetap utuh bahkan
setelah tulang sembuh akan timbul ketidak nyamanan pada pasien. Keberadaan
implant non biodegradable dapat menimbulkan resiko seperti peradangan akibat
pelepasan ion atau partikel dari implant, oleh karna itu sebagian pasien yang
menggunakan implant non- biodegradable harus melakukan operasi yang kedua
untuk pengangkatan implant. Berbeda hal nya dengan perkembangan teknologi saat
ini operasi kedua dapat dihilangkan jika pasien menggunakan implant biodegradable
dimana pada implant ini diharapkan dapat memberikan sokongan pada tulang dalam
jangka waktu tertentu ( sementara) dan kemudian akan terdegradasi secara bertahap
dalam tubuh hingga akhirnya akan hilang. Skema proses penyembuhan tulang
menggunakan implant biodegradable dan non biodegradable pada gambar berikut :
Gambar II.15.Skema proses penyembuhan tulang dengan menggunakan implant biodegradable dan
non – biodegradable ( Kannan,2015)