Disusun Oleh,
Kelas XI.IPA.7
Karya ilmiah dibuat sesuai dengan arahan dan bimbingan dari Guru
pembimbing.Waktu pelaksanaan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa.Berkat anugrah-
Nyalah maka Karya Ilmiah ini bisa dibuat sesuai dengan yang sudah ditentukan .
Adapun pembahasan Karya Ilmiah saya adalah sebagai berikut. Pengertian Pola
Asuh Orangtua dan Motivasi Belajar, Macam-Macam Pola Asuh Orangtua dan
Motivasi Belajar,Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua dan
Motivasi Belajar ,Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Asuh Orangtua,
danBagaimana Membina Hubungan Baik Antara Orangtua dengan Anak.
a.Teman teman seperjuangan yang telah membantu dalam pemilihan judul karya
ilmiah ini dan memberikan semangat dalam penyusunan karya ilmiah ini
saya menyadari karya ilmiah yang dibuat jauh dari kesempumaan.Oleh karena
itu,saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya nantikan dengan tangan
terbuka guna memperbaiki karya ilmiah yang akan datang.
Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul
Halaman Pengesahan.........................................................................
Kata Pengantar..................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................
I. PENDAHULUAN
I.3 Tuiuan............................................................................................
II.3 Faktor -Faktor Apa yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua dan
Motivasi Belajar...........................................................................
III.PENUTUP
III.1 Kesimpulan........................................................................................
III.2 Saran-saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
I.PENDAHULUAN
Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab
pendidikan, sebab secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada
di tengah-tengah ibu dan ayahnya.' Dikatakan orang tua sebagai pendidik utama
dan pertama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan
dan kehidupan anak dikemudian hari. Pada hakekatnya keluarga merupakan suatu
tempat pembentukan sifat dan karakter seorang anak yang masih berada dalam
bimbingan dan pengawasan orang tua.
Masa anak-anak berlangsung antara usia 6-12 tahun. pada masa ini dalam diri
anak ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah; suka
memuji diri sendiri; kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas
atau pekerjaan itu dianggap tidak penting; suka membandingkan dirinya dengan
anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya; suka meremehkan orang lain;
perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari: ingin tahu, ingin belajar
dan realistis: timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus; anak memandang
nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah; anak-
anak suka membentuk kelompok sebaya atau pergroup untuk bermain bersama,
mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.
Menurut Al Tridhonanto, pada usia 6-12 tahun teman sangat penting bagi anak
dan keterampilan sosial anak semakin berkembang. Pada usia ini anak juga
menyukai
Motivasi anak bisa didapatkan dari diri anak itu sendiri dan juga pengaruh
orang lain atau orang terdekat terutama orang tua. Terkadang satu proses belajar
tidak dapat mencapai hasil maksimal disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang
mendorong (motivasi). Maka dari itu orang tua selaku pendidik utama harus
berperan untuk dapat memotivasi cara belajar anak. Orang tua harus
memperhatikan belajar dan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan
pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang
tua harus mengarahkan cara belajar anak dirumah, mendampingi anak membuat
pekerjaan numahnya, tidak disitawaktu anak dengan mengerjakan pekerjaan
rumah tangga, orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam
belajar.
Dalam memberi motivasi dan membimbing anak orang tua perlu membangun
kedisiplinan dan keteraturan anak dalam belajar, hal ini dapat dilakukan dengan
cara orang tua mampu memahami kebiasaan yang dilakukan anak ketika sedang
berada dirumah; orang tua membantu anak mencari pemecahan atas masalah
belajarnya; orang tua menyediakan waktu belajar bersama-sama dengan anak;
orang tua membantu anak melakukan persiapan sebelum belajar, seperti
menyiapkan buku dan menyediakan minum atau keperluan lain yang biasa anak
butuhkan saat belajar; orang tua memberi dorongan moral saat anak sedang
belajar, kata pujian dapat menjadi dorongan moral yang sangat berharga untuk
anak,orang tua membuat jadwal belajar dan menemani anak ketika sedang
belajar,orang tua memberi kepercayaan bahwa dengan teratur belajar, anak akan
mencapai prestasi terbaik yang akan membuat orang tua bangga." Oleh karena itu
sebagai orang tua perlu memberikan motivasi yang positif kepada anak agar anak
itu sendiri kelak tidak mengalami kegagalan dan mencapai kesuksesan yang juga
akan membanggakan orang tua dan dirinya sendiri.
I.2 Rumusan Masalah
3.Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua dan Motivasi Belajar
I.3 Tujuan
1.Untuk mengetahui apa itu pola asuh orang tua dan motivasi belajar
2.Untuk mengetahui bagaimana dan apa saja pengaruh dan faktor apa saja yang
memberi hambatan dan dukungan
3.Dapat memahimi beberapa macam bentuk pola asuh orangtua dan motivasi
belajar dan
Dari uraian di atas dapat di simpulkan Pola asuh orang tua yang di
maksud dalam penelitian ini adalah keseluruhan interaksi antara orang tua
dengan anak meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih
sayang serta memberikan perhatian kepada anak dalam mendidik, merawat,
dan membimbing anak agar menjadi pribadi yang baik dalam berperilaku
atau bertindak
B.Pengertian Motivasi Belajar
Sejalan dengan motivasi belajar yang muncul pada diri seseorang berjalan
tanpa adanya pengaruh dari luar dirinya yang merupakan sebagai motivasi
instrinsik, sedangkan motivasi yang muncul akibat pengaruh dari luar dirinya
dinamakan motivasi ekstrinsik, kedua hal tersebut merupakan komponen yang
dapat mempengaruhi belajar seseorang
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan
orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, kemudian anak diberi
kesempatan untuk tidak selalu tergantung kepada orang tua. Orang tua
sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan
pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan. Pola asuh ini orang tua
juga memberikan sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa
yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya,
anak diperhatikan dan didengarkan saat anak berbicara, dan bila
berpendapat orang tua memberikan kesempatan untuk mendengarkan
pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut
dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak diberi kesempatan
mengembangkan kontrol internalnya sehingga sedikit demi sedikit
berlatih untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Pola asuh demokratis ini memiliki dapak yang baik untuk kepribadian
anak. Dampaknya yaitu anak akan mandiri, mempunyai kontrol diri,
percaya diri, dapat berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,
mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru,
kooperatif dengan orang dewasa, patuh, dan berorientasi pada prestasi.
Dari berbagai macam model pola asuh orangtua yang telah diuraikan di atas,
menurut Syaiful Bahri Djamarah, Pola asuh demokratis adalah tipe pola asuh yang
terbaik dari semua tipe pola asuh yang ada. Hal ini disebabkan pola asuh ini selalu
mendahulukan kepentingan individu anak. Serta dalam penerapannya pola asuh
demokratis berdampak baik terhadap pemmembentuk perilaku anak seperti
memiliki rasa percaya diri, bersikap bersahabat, mampu mengendalikan diri,
bersikap sopan, dapat bekerjasama, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,
mempunyai tujuan atau arah hidup yang jelas, berorientasi pada prestasi. Oleh
karena itu pola asuh demokratis dikatakan sebagai tipe pola asuh terbaik dari
semua tipe pola asuh yang ada.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan tiga macam pola asuh
yakni pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis.
Pemilihan ketiga jenis pola asuh ini secara umum diterapkan oleh orang tua
dalam mendidik dan mengasuh anaknya, ada orang tua yang melaksanakan
pola asuh demokratis tetapi kadang juga menerapkan pola asuh otoriter dan
pola asuh permisif. Bahkan sangat sulit menemukan orang tua yang
melaksanakan satu pola asuh murni tetapi orang tua cenderung
menggabungkan ketiga pola asuh tersebut.
a. Dimensi Kontrol
Di dalam dimensi kontrol ini, orang tua mengharapkan dan menuntut
kematangan serta perilaku yang bertanggung jawab dari anak. Dimensi kontrol
memiliki lima aspek berperan, yaitu:
1) Pembatasan (Restrictiveness), yaitu berupa pencegahan atas apa
yang ingin dilakukan anak
2) Tuntutan (Demandingeness), yaitu berupa standar tingkah laku,
sikap dan tanggung jawab sosial yang telah ditetapkan orang tua
kepada anak.
3) Sikap Ketat (Strictness), yaitu berupa aturan dan tuntutan yang telah
ditetapkan orang tua kepada anak.
4) Campur Tangan (Intrusiveness), yaitu berupa intervensi orang tua
terhadap rencana-rencana anak serta kegiatan anak.
5) Kekuatan yang Sewenang-wenang (Arbitrary exercise of power),
yaitu berupa kontrol tinggi orang tua dalam aturan dan batasan yang
diberikan orang tua kepada anak.
b. Dimensi Kehangatan
Selain dimensi kontrol, yang tidak kalah pentingnya adalah dimensi
kehangatan sebab ketika dalam pengasuhan anak mampu menciptakaan suasana
yang menyenangkan dalam kehidupan keluarga.
Dimensi kehangatan memiliki beberapa aspek yang berperan, di
antaranya:
1) Perhatian orang tua terhadap kesejahteraan anak.
2) Responsivitas orang tua terhadap kebutuhan anak.
3) Meluangkan waktu untuk melakukan kegiatan bersama dengan
anak.
4) Menunjukan rasa antusias pada tingkah laku yang ditampilkan anak.
5) Peka terhadap kebutuhan emosional anak.
Sedangkan Edwards, mengemukakan bahwa pola asuh orang tua
memiliki beberapa dimensi, yaitu memberi contoh, respon positif, tidak ada
respon dan hukuman.
a. Memberi Contoh
Memberikan contoh melalui suatu perbuatan akan lebih cepat diserap,
ditiru dan difahami anak dibandingkan jika hanya dengan menyuruh
anak melakukan apa yang orang tua katakan. Jika orang tua menyuruh
anak untuk berkata sopan dengan orang tua namun orang tua tersebut
masih berkata kasar kepada anaknya sama halnya dengan menyangkal
perkataan diri sendiri. Tentunya perbuatan lebih berpengaruh dari pada
kata-kata.
b. Respon Positif
Memberikan respon positif mengenai sikap anak. Memberikan pujian,
apresiasi setelah anak menuruti nasehat orang tua. Jika orang tua
mengatakan betapa mereka menghargai anak karena mereka menuruti
nasehat orang tua maka anak akan mengulangi sikap tersebut.
c. Tidak Ada Respon
Mengabaikan sikap-sikap anak. Sikap-sikap anak yang cenderung
diabaikan maka cenderung tidak akan diulangi. Mengabaikan suatu
perilaku tertentu dapat mengurangi perilaku tertentu, terutama apabila
perilaku tersebut bersifat mengganggu misalnya sikap suka merengek.
d. Hukuman
Melalui sebuah hukuman. Orang tua memberi pelajaran kepada anak- anak
melalui hukuman atau secara aktif memberikan respon negatif terhadap
suatu sikap. Meskipun hukuman bisa menjadi metode yang efektif
dibandingkan dengan metode positif yang lain, hukuman tidak banyak
membantu, khususnya jika dilakukan terlalu sering. Jika hukuman
dilakukan terlalu sering maka tindakan tersebut malah bisa membuat
sikap negatif yang semakin menjadi-jadi karena reaksi emosional anak
terhadap hukuman itu sendiri.
Dari uraian di atas dapat diambil pengertian dua dimensi pola asuh
orang tua, yaitu dimensi kontrol orang tua meliputi orang tua mengendalikan
atau menuntut aturan yang ditetapkan, mengharapkan anak untuk mengikuti
orang tua, dan mengontrol anak dengan ketat untuk memastikan bahwa
aturan-aturan dipatuhi. Peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan
pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu dan berfungsi untuk
mendidik anak bersikap lebih bermoral. Orang tua juga memberikan
hukuman yang merupakan sanksi pelanggaran, hukuman memiliki peranpenting
dalam perkembangan moral anak. Sedangkan dalam dimensi kehangatan, meliputi
orang tua dapat menerima kondisi anak, orang tua responsif penuh kasih sayang,
memeberi pujian, dan adanya komunikasi antara anak dan orang tua, serta adanya
konsistensi dalam mendidik anaksehingga dapat memacu proses belajar dan
motivasi belajar anak.
c. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang
yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan dari orang lain.
Seseorang yang secara intrinsik termotivasi akan melakukan pekerjaan
karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bisa memenuhi
kebutuhannya, tidak tergantung pada paksaan eksternal.
Faktor motivasi berhubungan erat dengan daya juang anak untuk mencapai suatu
sasaran tertentu. Salah satu cara orang tua dalam menumbuhkan motivasi anak
adalah dengan pemberian hadiah. Namun ada yang berpendapat bahwa hadiah
justru akan melemahkan motivasi anak untuk melakukan sesuatu yang memang
seharusnya mereka lakukan. Berdasarkan pertimbangan pendapat tersebut banyak
orang tua segera memberi hukuman. Sebetulnya dilihat dari urgensinya, hukuman
dan hadiah sama pentingnya bagi pembinaan pribadi dan karier anak terlebih-
lebih untuk pembentukan perilaku yang harus dilakukan secara terus menerus dan
konsisten (ajeg). Dengan pemberian penghargaan ini baik berupa hadiah maupun
hukuman akan membuat anak berperilaku positif yang dapat mendorong gairah
belajar anak.
Menurut Henderson, guru bukanlah satu-satunya orang dewasa yang dapat
mnempengaruhi dan membentuk perbedaan anak di sekolah. Orang tua secara
langsung maupun tidak langsung dapat pula mempengaruhi keberhasilan anak di
sekolah. Skor tes IQ dan Tes Prestasi, juga terhadap perilaku dan sikap terhadap
sekolah.
Pada anak-anak yang duduk di kelas tinggi (4, 5 atau 6) di SD yang memasuki
masa bersosialisasi dan meninggalkan keakuannya, dapat menerima suatu otoritas
orang tua sebagai suatu yang wajar, sehingga anak-anak tersebut juga
membutuhkan perlakuan yang objektif dari orang tua sebagai pemegang otoritas.
Pada masa ini, anak-anak sangat sensitif dan mudah mengenali sikap pilih kasih
dan ketidak adilan, sehingga disini orang tua harus bertindak bijaksana dan
proporsional dalam memutuskan suatu tindakan
.Sesuatu yang dapat menimbulkan adanya motivasi belajar pada seorang anak
adalah adanya tujuan yang hendak dicapai, misalnya dalam belajar ingin
mendapat prestasi yang terbaik ada juga dalam belajar yang terpenting adalah
ilmu yang didapat, tidak hanya prestasi yang baik saja. Bagaimana sikap anak
dalam menentukan tujuan belajar tersebut tergantung orang tua dalam
mendidiknya
Tindakan orang tua agar anaknya termotivasi dan berhasil mengikuti pendidikan
di sekolah antara lain:
a. Mereka membaca, berbicara dan mendengarkan pada anaknya, mereka
menceritakan perihal anaknya, bermain bersama, bersama-sama melakukan hobi,
dan mendiskusikan berbagai berita, program televisi dan kejadian- kejadian yang
hangat (up to date).
b. Mereka menyediakan tempat belajar dan menyimpan buku-buku secara teratur.
c. Mereka mempersiapkan makanan pada waktu tertentu dengan tepat, tempat
tidur, dan tempat mengerjakan PR dan berkeyakinan bahwa anaknya dapat
mengikuti pelajaran di sekolah.
d. Mereka selalu mengawasi waktu anak-anak menonton televisi, program yang
dilihat dan kegiatan anak setelah kembali dari sekolah.
e. Mereka menaruh perhatian tentang kehidupan anaknya di sekolah, cerita
anaknya tentang kejadian di sekolah dan berbagai masalah yang timbul selama
anaknya sekolahKemandirian merupakan kemampuan seseorang untuk berdiri
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Kemandirian ini juga sangat diperlukan dalam belajar karena ini tidak hanya
berhubungan dengan tindakan yang bersikap fisik, namun juga sikap psikis.
Seorang anak yang memiliki kemandirian akan merasa percaya diri dan tidak
perlu meminta pendapat orang lain dalam setiap akan melakukan sesuatu.
Misalnya saja waktu ke sekolah tanpa diantar, mampu mengambil keputusan
berdasarkan daya pikinya sendiri dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut.
Seorang anak yang memiliki rasa kemandirian yang tinggi akan melahirkan rasa
percaya diri yang tinggi pula, ini sangat mempengaruhi motivasi anak dalam
belajar. Seorang anak yang menmiliki rasa percaya diri memiliki keberanian untuk
menentukan nasibnya sendiri dengan segala resiko.Misalnya saja seorang anak
dalam belajar tidak hanya mendapatkan nilai yang bagus saja, namun juga kualitas
ilmu yang didapat sangat dibutuhkan. Ini akanmembuat anak menjadi termotivasi
dalam belajarnya karena memiliki tujuan yang jelas. Sedangkan pada anak, rasa
percaya diri ini selalu berkembang sesuai dengan bertambahnya usia dan
pengalaman serta bimbingan dari orang dewasa antara lain orang tua dan guru.
Beberapa hal yang perlu dipahami orang tua terhadap anaknya yaitu anak
sebagai peserta didik bukan miniatur orang dewasa, anak punya periode
perkembangan tentang dan punya pola perkembangan serta tempo dan irama, anak
memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan semaksimal
mungkin, anak sebagai peserta didik memiliki perbedaan dengan anak yang lain,
anak dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, anak merupakan objek
pendidikan yang aktif dan kreatif serta produktif. Peran orang tua sebagai
pendidik adalah korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator,
vasilitator dan pembimbing.
Keluarga adalah institusi pendidikan yang pertama dan utama bagi anak. Pada
institusi keluarga ini seorang anak mengalami apa yang disebut sebagai
pengasuhan. Keberhasilan seorang anak dalam melewati tugas-tugas pertumbuhan
dan perkembangannya sangat bergantung pada pola pengasuhan yang
diberikan di dalam keluarga, (Adnan, 2018).
Pola asuh yang diterapkan orang tua akan tercermin tidak hanya dari perilaku
anak secara umum akan tetapi dapat tercermin juga pada kebiasaan siswa dalam
belajar. Kepedulian orang tua dalam mendorong dan memotivasi agar anak
memiliki kebiasaan belajar
yang baik ditunjukkan dalam berbagai bentuk, antara lain:
(1) membantu memecahkan kesulitan belajar,
(2) mendorong semangat dan kesungguhan belajar,
(3) melakukan pemantauan saat anak sedang belajar,
(4) mengingatkan anak pada tugas-tugas belajar ,
(5) keterlibatan orang tua di sekolah,
(6) mengadakan diskusi dengan anak,
(7) membatasi waktu bermain dan menonton televisi, dan
(8) menerapkan sanksi dan memberikan hadiah,
(Dasmo, Nurhayati, dan Marhento, (2015)). Orang tua merupakan orang yang
pertama kali dikenal dan dekat dengan anak, keberadaan siswa antara di sekolah
dengan di rumahtentunya lebih banyak di rumah, maka dari itu peran orang tua
sebagai orang yang dekat dengan siswa dinilai sangat penting terutama dalam
memotivasi belajar siswa, (Rumbewas, Laka, dan Meokbun(2018)).
Perhatian yang diberikan orang tua kepada anak dapat berpengaruh terhadap
motivasi belajarnya. Anak yang mendapatkan perhatian dari orang tua merasa di
dalam dirinya terdapat kasih sayang dan kepedulian sehingga anak menjadi
nyaman dan senang berada di dekat orang tuanya serta lebih mudah
untuk diarahkan ke hal-hal yang baik, misalnya diperintah untuk belajar. Lain
halnya ketika anak tidak mendapatkan perhatian, anak akan mencari perhatian di
luar karena tidak dekat dengan orang tuanya dan cenderung lebih mudah
mengikuti keadaan di lingkungan sekitarnya. Sama halnya dengan pendapat
(Fadhilah, Handayani, dan Rofian, (2019)). Sikap orang tua yang selalu
memerhatikan kemajuan belajar
anaknya, akan mendorong anak lebih semangat dalam belajar. Perhatian dan peran
orang tua memang sangat dibutuhkan oleh anak, karena dalam usia ini, mereka
belum mampu mandiri dalam segala hal, termasuk dalam belajar.
B.Faktor Penghambat Pola Asuh Orangtua dalam Meningkatkan Motivasi
Belajars
Tak hanya kesibukan bekerja saja, bagi sebagian orang tua yang memiliki anak
balita lebih fokus memberikan perhatian dan pendampingan ke anak yang lebih
kecil apalagi di usia yang masih balita,selain itu orang tua juga disibukkan dengan
tugas-tugas rumah seperti memasak, menyapu, mengepel, dan lain-lain sehingga
orang tua kurang mencukupi dalam mendampingi anaknya belajar.
Menurut Masni (2016) berpendapat bahwa jika orang tua sibuk bekerja maka
intensitas perhatian pada keluarga menjadi berkurang, namun jika orang tua tidak
bekerja maka ekonomi keluarga menjadi terganggu atau kurang tercukupi. Dua
kondisi ini bukanlah untuk dijadikan alasan orang tua untuk menghindar dari
tanggungjawab jika salah satu kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi.
Orang tua harus memberikan rasa cinta, kasih sayang, kenyamanan, ketentraman,
dan kesejahteraan dalam keluarga.
II.5 Membina Hubungan Baik Antara Guru dan Orangtua dengan Anak
Hubungan yang terjalin antara orangtua dan anak tidak dapat di lepaskan begitu
Saja, banyak keterkaitan yang terjadi dalam hubungan antara orang tua dan anak.
Jika dilihat dari pungsinya keluarga sendiri merupakan sekolah pertama bagi anak
sebagai Tempat anak tumbuh dan berkembang, mempelajari berbagai hal-hal baru
dalam hidupnyapertama yang diketahui oleh anak adalah anak menaruh
kepercayaan terbesarnya diletakkan pada keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
fisiknya. Kepercayaan anak dibentuk ketika kebutuhan anak dipenuhi secara
konsisiten, dapat dilakukan prediksi, dan dengan kasih sayang, barulah anak
memandang bahwa keluarga sebagai
tempat yang aman dan dapat diandalkan. Ketika anak memiliki masalah yang
tidak bisa terselesaikan, maka anak akan mencari tempat untuk perlindungan dan
memberikan perasaan aman tersebut adalah keluarga. Kemudian seorang anak
menemukan bahwa ia mempunyai pemikiran dan Pendapat yang berbeda dari
orang orang disekitarnya, ia mulai mencoba untuk melakukan hal-hal baru yang
menurut anak menarik dan mencoba untuk mengembangkan kemampuannya
sendiri. Pada tahapan ini terkadang mendapatkan maasalah antara
ketidaksingkronan antara pemahaman antara ibu dan anak. Namun pada Sisi lain
seringkali orangtualah yang selalu mendominasi anak dengan memberikan
peraturan seperti harus melakukan ini dan itu, boleh dan tidak boleh, serta
mendengarkan perintah dari orangtua, tanpa melihat dan memperhatikan bahwa
nak sendiri mempunyai pemikiran dan kehendak yang berbeda dari orang tuanya.
Akibat dari berbagai larangan yang mengekang anak akan berdampak kepada
kurangnya rasa percaya diri terhadap anak timbulnya keraguan terhadap
kemampuan mereka sendiri.
Terhadap psikologisnya melalui hubungan yang terjalin antara orangtua dan anak.
situasi pergaulan antara orang tua dengan anak tidak bisa dilepaskan dari situasi
pendidikan. Kita ketehui bahwa kebanyakan anak yang mempunyai sifat keras dan
kasar, sifat itu ditiru dari orang tuanya dirumah yaitu ayah dan ibunya yang biasa
berlaku keras dan kasar terhadapnya.
Disini orang tua juga bertanggung jawab dalam membimbing anak- anaknya
untuk belajar dirumah, yang mana kegiatan dari bimbingan belajar tersebut antara
lain:
1. Menyediakan fasilitas belajarAdanya kesedian orang tua untuk memenuhi
fasilitas belajar anaknya, dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga
anak dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Mengawasi kegiatan belajar anak dirumahOrang tua perlu mengawasi kegiatan
belajar anaknya dirumah agar orang tua dapat mengetahui apakah anaknya belajar
dengan sebaik-baiknya.
3. Mengawasi penggunaan waktu belajar anak dirumahDengan mengawasi ni
penggunaan waktu belajar anaknya dirumah, orang tua dapat mengetahui apakah
anaknya menggunakan waktu belajar dengan teratur dan sebaik-baiknya.
4. Mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajarUntuk mengenal kesulitan
anak dalam belajar,, orang tua dapat melakukannya dengan cara menanyakan
kepada anaknya apakah ada pelajaran yang sukar untuk diikutinya.
5. Menolong anak mengatasi kesulitannya dalam belajarJika orang tua berusaha
mengetahui kesulitan anaknya dalam belajar,berarti orang tua berusaha menolong
anak agar berhasil dalam proses belajarnya
Dalam hal kunjungan Guru ke rumah orang tua murid yang tujuan atau
Keperluan untuk meminta saran dalam memecahkan masalah Pendidikan untuk
III.1 kesimpulan
Pola asuh orangtua adalah keseluruhan interaksi antara orang tua dengan anak
meliputi cara orang tua memberikan aturan, hukuman, kasih sayang serta
memberikan perhatian kepada anak dalam mendidik, merawat, dan membimbing
anak agar menjadi pribadi yang baik dalam berperil aku atau bertindak.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan ekstemal pada anak yang belajar
untuk mengadakan penubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung.
Pola asuh orangtua terbagi menjadi tiga macam yaitu pola asuh otoriter, pola asuh
permisif, dan demokratis
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua. Faktor- faktor
tersebut adalah usia orang tua, ketegangan yang terjadi dalam keluarga, hubungan
suami dan istri, keterlibatan kedua orang tua dalam mengasuh anak, pendidikan
orang tua, pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress orang tua dan
terpengaruh cara orang tua sebelumnya membesarkan.
Faktor yang mendukung dan menghambat pola asuh orangtua tua dalam
meningkatkan Motivasi belajar yakni faktor perhatian orangtua dan faktor
kesibukan orangtua
III.2 Saran-Saran
Dari hasil pembahasan, dan kesimpulan di atas maka penulis mengajukan sayran
sebagai berikut :