Anda di halaman 1dari 3

Nama : Muhammad Fadli

NIM : 2230304089

Mata Kuliah : Ilmu Hadits

Soal

1. Apa yang dimaksud dengan hadits shahih dan hadits dhoif?


2. Apa persamaan dan perbedaan dari kedua hadits tersebut?
3. Bagaimana kualitas dari kedua hadits tersebut?
4. Berikan contoh dari masing-masing hadits!
5. Berikan analisis anda terhadap hadits-hadits itu!

Jawaban

1. Hadits shahih merupakan Hadits yang disandarkan kepada Nabi yang sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang ‘adil dan dhâbith hingga sampai akhir
sanad, tidak ada syâdz (kejanggalan) dan tidak mengandung ‘illat(cacat), dan Hadits
dhoif adalah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hasan. Hadits
dhaif tidak sama dengan hadits maudhu’, atau palsu. Hadits dhaif memang
dinisbahkan kepada Rasulullah, tetapi perawi haditsnya tidak kuat hafalan ataupun
kredibilitasnya, atau ada silsilah sanad yang terputus. Sementara hadits maudhu’ ialah
informasi yang mengatasnamakan Rasulullah SAW, tetapi sebenarnya bukan
perkataan Rasulullah SAW.
2. Persamaan:
-Kedua jenis hadis ini merupakan bagian dari warisan keilmuan Islam dan terkait
dengan pernyataan atau perbuatan Nabi Muhammad SAW.
-Kedua jenis hadis ini diteliti dan dikaji oleh para ulama hadis dengan menggunakan
ilmu hadis dan metodologi yang ketat.
-Baik hadis shahih maupun hadis dhaif memiliki peran dalam memahami sejarah dan
ajaran Islam.
Perbedaan:
-Keabsahan: Hadis shahih dianggap lebih sahih dan dapat diandalkan sebagai sumber
hukum Islam, sedangkan hadis dhaif memiliki tingkat keabsahan yang lebih rendah
dan tidak dapat dijadikan hujjah.
-Rantai Sanad: Hadis shahih memiliki rantai sanad yang sahih dan dapat dipercaya,
sedangkan hadis dhaif memiliki cacat dalam rantai sanadnya.
-Penggunaan: Hadis shahih digunakan sebagai sumber hukum utama dalam agama
Islam, sementara hadis dhaif hanya digunakan sebagai tambahan informasi atau
nasihat umum.
-Kepercayaan: Hadis shahih umumnya diterima oleh mayoritas umat Islam,
sedangkan hadis dhaif dianggap memiliki tingkat keraguan yang lebih tinggi dan tidak
dijadikan dasar hukum.

3. Hadis shahih dianggap memiliki kualitas yang tinggi dalam hal keabsahan dan
reliabilitas, Hadis shahih memiliki rantai sanad yang sahih dan tsiqah (dapat
dipercaya) dari awal hingga akhir. Rantai sanad ini memastikan keberadaan perawi
yang terpercaya dan dapat diandalkan, Hadis shahih juga memiliki matan (isi) yang
tidak cacat. Matan ini tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama, ilmu
pengetahuan, atau akal sehat, sedangkan Hadis dhaif dianggap memiliki kualitas yang
rendah dibandingkan dengan hadis shahih, Hadis dhaif memiliki cacat dalam rantai
sanad, seperti perawi yang tidak dapat dipercaya atau tidak dikenal kejujurannya. Hal
ini mengurangi reliabilitas hadis tersebut.

4. Hadits Shahih:

Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam Shahihnya, ia berkata,

‫َح َّد َثَنا َع ْبُد ِهَّللا ْبُن ُيوُسَف َقاَل َأْخ َبَر َنا َم اِلٌك َع ْن اْبِن ِش َهاٍب َع ْن ُمَحَّمِد ْبِن ُج َبْيِر ْبِن ُم ْطِع ٍم َع ْن َأِبيِه َقاَل َسِم ْع ُت‬
‫َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقَر َأ ِفي اْلَم ْغ ِرِب ِبالُّطوِر‬

”Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata, ‘Telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari
ayahnya, ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam shalat Maghrib
membaca “Ath-Thur.”
Hadits dhoif:

‫ه‬rr‫ عن أبي هريرة عن النبي صلى هللا علي‬،‫ما أخرجه الترمذي من طريق "حكيم األثرم" عن أبي تميمة الهجيمي‬
.‫ ص‬،‫طلح الحديث‬rr‫ "من أتى حائضا أو امرأة في دبرها أو كاهنا فقد كفر بما أنزل على محمد" (تيسير مص‬:‫وسلم قال‬
)79

Artinya:

“apa yang diriwayatkan at-tirmidzi dari jalan “hakim al atsram” dari abi tamimah al
hujaimi dari abi hurairah dari nabi shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: barangsiapa
yang mendatangi wanita haid atau mendatangi wanita dari duburnya atau mendatangi
dukun maka sungguh dia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada nabi
Muhammad shallallahu alaihi wasallam” (taisir musthalah hadits, hal. 79)

5. Dalam mempertimbangkan kedua jenis hadits ini, penting untuk memahami bahwa
hadits shahih memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi daripada hadits dhaif. Hal
ini dikarenakan hadits shahih telah melalui proses penelitian yang ketat oleh para ulama
hadits, sedangkan hadits dhaif memiliki cacat-cacat tertentu yang memengaruhi
validitasnya.

Ketika mempelajari hadits shahih, kita dapat memiliki keyakinan yang lebih besar bahwa
pesan atau perintah yang terkandung dalam hadits tersebut berasal dari Nabi Muhammad
SAW. Kita cenderung menganggapnya sebagai panduan yang sahih dan dapat dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, ketika berhadapan dengan hadits dhaif, kita perlu lebih berhati-hati. Hadits dhaif
memiliki kelemahan dalam rantai sanadnya, seperti ada perawi yang tidak diketahui
kehandalannya atau ada kesenjangan dalam periwayatannya. Oleh karena itu, kita tidak
dapat sepenuhnya mengandalkan hadits dhaif dalam membuat keputusan atau mengambil
tindakan.

Anda mungkin juga menyukai