1.Latar Belakang
Mayoritas umat Islam memandang hadist sebagai akar ajaran Islam,kedua setelah Al-Qur’an fokus dalam PPT ini
membahas tentang tinjauan hadist dalam perspektif Sunni dan Syiah serta takhrij hadist.PPT ini menggambarkan bahwa
kedua kaum tersebut menyutujuinya bahwa hadist di gunakan sebagai akar hukum kedua setelah Al-Qur’an,namun pada
masing-masing kaum tersebut mengalami perbedaan mengenai penerimaan hadist yang bisa digunakan sebagai
Hujjah.Kaum Sunni mendefinisikan hadist ada segala sesuatunya di sandarkan oleh Rasulullah SAW,baik dalam
perkataan,perbuatan,dan ketetapannya.Sedangkan Kaum Syi’ah mendefinisikan hadist adalah sebagai Sunnah,karena bagi
mereka hadist bukan hanya sekedar ucapan,perbuatan ataupun ketetapan Rasulullah SAW saja.Namun Iman Ali dan Iman 12
lainnya.
Dalam pengklasifikasian hadistnya,berdasarkan kwalitasnya,Sunni membagi hadist menjadi hadist Shohih,hadits Hasan,dan
hadist Dhaif.Seedangkan Syi’ah membagi hadist menjadi hadist Shoheh,hadist Hasan,hadist Muassaq,dan hadist
Dhaif.Meskipun diantara keduanya memiliki perbedaan yang cukup kuat,namun pada dunia yang nyata mau bagaimanapun
manusia akan tetap membutuhkan hadist dalam hidupnya .Kemudian dalam keadalahan Sahabat Sunni menganggap bahwa
Sahabat pada manusia yang Fasik,sebab bagi mereka sebuah persahabatan dengan Nabi Muhammad SAW tidak menentukan
manusia tersebut,sifat dalam kebaikan dan kejujuran
Maka dengan adanya dua pemahaman yang berbeda seseorang yang ingin mengetahui kehujjahan hadist,maka dipandang
perlu untuk mentahrij hadist agar kita bisa menentukan kedudukan hadist tersebut
II.-Pengertian hadits menurut Sunni
Adalah segala sesuatu yang berupa
ucapan,tindakan,dan ketetapan Nabi Muhammad
SAW
-Pengertian hadist menurut Syi’ah
Adalah segala sesuatu yang disandarkan pada
Imam-imam Mashum yakni Nabi Muhammad SAW
dan Iman
berupa ucapan,tindakan,dan ketetapannya yang
menjadikan hadits sebagai akar kedua sesudah Al-
Qur’an
III.Penulisan hadist dalam perspektif Sunni Syi’ah
Suatu keterangan bahwa hadits yang dinukilkan ke dalam kitab susunannya itu
terdapat dalam kitab lain yang telah disebutkan nama penyusunnya. Misalnya,
penyusun hadits mengakhiri penulisan haditsnya dengan kata-kata akhrajahul
Bukhari artinya bahwa hadits yang dinukil itu terdapat dalam kitab Jami’us
Shahih Bukhari. Bila ia mengakhirinya dengan kata akhrajahul muslim berarti
hadits tersebut terdapat dalam kitab Shahih Muslim.
Faktor Penyebab Takhrij Al-Hadits
Adapun faktor utama yang menyebabkan kegiatan penelitian
terhadap hadits (takhrij al-hadits) dilakukan oleh seorang peneliti
hadits adlah sebagai berikut:
Al-Bughyatu fi tartibi
ahadisi al-hilyah
Al-Jami’us Sagir
Manfaat Takhrij Al-Hadits
*Memberikan informasi bahwa suatu hadits termasuk hadits shahih,
hasan, ataupun dhaif, setelah diadakan penelitian dari segi matan
maupun sanadnya.
*Memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan
setelah tahu bahwa suatu hadits adalah hadits makbul (dapat
diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui
bahwa suatu hadits adalah mardud (tertolak).
*Menguatkan keyakinan bahwa suatu hadits adalah benar-benar
berasal dari Rasulullah SAW. Yang harus kita ikuti karena adanya
bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadits tersebut, baik dan
segi sanad maupun matan.
KESIMPULAN PERTAMA
Berdasarkan penjelasan diatas, secara definisi hadist dalam perspektif sunni dan
syiah mengalami perbedaan yang sangat jauh. Selanjutnya, dalam
pengklasifikasian hadist, perspektif sunni membagi hadist berdasarkan atas segi
kualitasnya menjadi hadist shoheh, hadist hasan, dan hadist dha’if. Sedangkan
dalam perspektif syiah membagi hadist menjadi hadist shoheh, hadist hasan,
hadist muwwassaq, dan hadist dha’if. Sunni dan syiah sudah menyetujui
bahwasanya setelah Al-Quran, hadist menjadi inti kedua dalam islam. Hanya saja
pada penerimaan hadist yang ingin dijadikan hujjah mengalami perbedaan. Hal ini
dikarenakan perbedaan tentang keadalahan sahabat. Sunni menganggap seluruh
sahabat bersifat adil, sehinga hadist yang diriwayatkan oleh sahabat tersebut
boleh diterima dan boleh dijadikan hujjah. Dan syiah menganggap sahabat ialah
manusia yang fasik’, karena bagi mereka sebuah persahabatan dengan Nabi SAW
tidak menentukan orang tersebut untuk memiliki sifat dalam kebaikan dan
kejujuran. Oleh sebab itu, dalam penghujjahan hadist masih perlu dilakukan
penelitian yang mendalam.
KESIMPULAN KEDUA
Berdasarkan penjelasan di atas jika seseorang ingin
mengetahui kedudukan hadist dalam
kehujjahan,maka sebaiknya kita mentakhrij hadist
dengan memakai metode menurut lafadz pertama
matan hadist atau melalui kata-kata matan hadist
dengan mempergunakan kitab-kitab takhrij hadist
yang telah dikarang oleh para Ulama