Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENELITIAN SEJARAH LISAN

DINAMIKA DISTRIBUSI PUPUK MELALUI KERETA API DI PT PUPUK


KUJANG CIKAMPEK TAHUN 1975-2000

disusun oleh:

GALANG HERDHANANDA

NIM: 13030121130051

Dosen Pengampu:

1. Prof. Dr. Yety Rochwulaningsih, M.Si.

2. Dra. Sri Indrahti, M.Hum.

3. Mahendra Pudji Utama, M.Hum.

PROGRAM STUDI SEJARAH

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
A. Latar Belakang dan Permasalahan

PT Pupuk Kujang Cikampek yang diresmikan oleh Presiden


Soeharto pada tanggal 12 Desember 1978 memiliki fokus pada produksi
pupuk untuk wilayah Jawa bagian barat. Dahulu, perusahaan ini merupakan
perusahaan bawahan PT Pupuk Sriwidjaja di Palembang, Sumatera Selatan.
Perusahaan ini memasok pupuk untuk wilayah Jawa Barat, Banten, dan
Jawa Tengah bagian barat seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, dan
Cilacap. Sejak awal berdirinya, perusahaan ini terhubung dengan jalan
nasional Pantura Jawa (Jalan Nasional 1), jalan nasional Cikampek-
Bandung (Jalan Nasional 10), jalan provinsi, dan jalan kabupaten.
Perusahaan ini juga memiliki jalur kereta api yang terhubung dengan
Stasiun Dawuan di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek,
Kabupaten Karawang, yang berfungsi untuk pengangkutan distribusi
pupuk. Perusahaan ini juga memiliki lokomotif sendiri untuk mengangkut
pupuk hingga Stasiun Dawuan, lalu setelah pupuk tadi sampai di stasiun itu,
pupuk-pupuk ini diangkut ke gerbong milik PJKA dan diangkut oleh
lokomotif milik PJKA, hingga setelahnya berangkat menuju kota tujuan.
Jalur kereta yang tersedia di perusahaan ini menjadi primadona yang cukup
membanggakan bagi masyarakat sekitar dan perusahaan itu sendiri, dimana
banyak masyarakat yang senang ketika menyaksikan kereta ini membawa
pupuk dari daerah pabrik menuju daerah tujuan pengiriman pupuk.

Sebetulnya, pada pelaksanaannya, proses pengangkutan pupuk


dengan peran kerja sama antara PT Pupuk Kujang dengan PJKA ini berjalan
mulus sejak awal beroperasinya perusahaan pupuk berlogo senjata Kujang
ini. Namun peneliti ingin mendapatkan hal-hal yang lebih rinci lagi
mengenai pembahasan ini yang akan dituangkan dalam permasalahan
penelitian yakni bagaimana sejarah pemberlakuan sistem distribusi pupuk
di PT Pupuk Kujang melalui moda kereta api dan bagaimana mekanisme
dan dinamika selanjutnya dari distribusi pupuk melalui moda kereta api.
Permasalahan terbesar yang diangkat oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pada persoalan dinamika sistem distribusi pupuk ini sendiri karena
sempat mengalami perkembangan hingga kemunduran, yang cukup
menarik untuk dibahas karena adanya jalur kereta api dan lokomotif milik
perusahaan pupuk berlogo senjata tradisional Kujang ini merupakan
primadona bagi perusahaan dan lingkungan sekitar.

B. Pertanyaan Penelitian
Pada penelitian kali ini, berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan oleh peneliti, peneliti juga telah menyusun beberapa pertanyaan
yang lebih rinci mengenai penelitian kali ini. Adapun beberapa pertanyaan
penelitian ini adalah:
1. Mengapa kereta api dipilih sebagai moda transportasi untuk
pendistribusian pupuk hasil produksi PT Pupuk Kujang?
2. Bagaimana mekanisme dan perkembangan selanjutnya dari
distribusi pupuk melalui moda kereta api?
3. Mengapa distribusi pupuk melalui kereta api ini mengalami
kemunduran dan akhirnya berhenti beroperasi?
C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode sejarah lisan sebagai fokus


utama metode penelitian, dan disertai dengan sedikit penggunaan sumber
dokumentasi yang berkaitan dengan topik penelitian di atas. Metode sejarah
lisan adalah metode pengambilan sumber sejarah dengan cara-cara lisan,
yakni dengan mewawancarai informan yang paham mengenai topik di atas,
khususnya mereka yang mengalami secara langsung peristiwa tertentu yang
berkaitan dengan topik penelitian ini, untuk selanjutnya direkam dan
dianalisis oleh peneliti. Untuk teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti adalah wawancara langsung dan terbuka.

D. Informan
Sejauh ini, peneliti mendapatkan 3 informan yang berhasil diwawancara
dengan topik pembahasannya sesuai tajuk penelitian ini. Ketiga informan
tersebut adalah:
1. Bapak Bambang Widagdo, lahir di Yogyakarta, 28 Juli 1961,
berusia 60 tahun, adalah seorang pensiunan karyawan PT Pupuk
Kujang (dikarenakan karyawan yang bekerja pada dekade 1990-
2000 sudah banyak yang memasuki masa pensiun).
2. Bapak Biem Arie Bambang, lahir di Malang, 14 Oktober 1958,
berusia 63 tahun, adalah seorang pensiunan karyawan PT Pupuk
Kujang (dikarenakan karyawan yang bekerja pada dekade 1990-
2000 sudah banyak yang memasuki masa pensiun).
3. Sdr. Feri Dwi Utomo, lahir di Purbalingga, 8 Februari 1994, berusia
28 tahun, adalah seorang ASN di Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Karawang. Kapasitas informan
ketiga ini untuk diwawancarai adalah seorang anggota Railfans
(penggemar kereta api) untuk wilayah sekitar Kabupaten Karawang,
termasuk wilayah Cikampek.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Gambaran Awal PT Pupuk Kujang dan Stasiun Dawuan

PT Pupuk Kujang sebagai perusahaan pupuk BUMN di Jawa Barat sudah


berdiri mulai tanggal 9 Juni 1975, namun baru diresmikan pada tahun 1978. Awal
mula berdirinya perusahaan ini adalah sebagai reaksi dari keinginan pemerintah
pusat di bawah koordinasi Presiden Soeharto yang menginginkan adanya
perusahaan pupuk sebagai pemasok utama pupuk bagi wilayah Jawa bagian barat.
Sebelum PT Pupuk Kujang berdiri, sudah terlebih dahulu berdiri PT Pusri atau
Pupuk Sriwidjaja di Palembang, Sumatera Selatan yang menjadi mitra utama PT
Pupuk Kujang dalam menjalankan produksi pupuk bahkan dalam pengoperasian
kereta api di perusahaan berlogo senjata tradisional Kujang ini. Secara
administratif, PT Pupuk Kujang terletak di atas tanah desa Dawuan Tengah dan
Kalihurip, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Perusahaan ini tentu
memproduksi berbagai jenis pupuk mulai dari NPK, Amoniak, Urea, dan jenis
lainnya yang berguna sebagai pupuk untuk tanaman pangan yang ditanam oleh para
petani, utamanya padi.

Stasiun Dawuan adalah stasiun yang dibangun pada awal abad ke-20 M
yang berlokasi di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Kabupaten
Karawang. Berdasarkan keterangan dari informan ketiga (Sdr. Feri), Stasiun
Dawuan yang ada saat ini bukanlah stasiun yang sama dengan stasiun pada zaman
dahulu. Bangunan stasiun lama Dawuan terletak di timur bangunan stasiun
sekarang. Dibangun pada awal abad ke-20 M, stasiun ini awalnya dimiliki oleh
Staatspoorwegen, sebuah perusahaan pengelola kereta api milik Pemerintah Hindia
Belanda. Stasiun ini merupakan bagian jalur kereta api Karawang-Bandung.
Meskipun sejak zaman dahulu hingga sekarang stasiun ini adalah stasiun berskala
kecil, namun stasiun ini memiliki peran sejarah yang cukup penting. Contoh
peristiwa sejarah yang pernah terjadi di stasiun ini adalah pertempuran antara
Pasukan TKR Resimen V Cikampek dengan pasukan Gurkha (Sekutu), yang
berujung pada kekalahan di pihak Sekutu. Selanjutnya, peran stasiun ini dalam
pengangkutan distribusi kereta api dari PT Pupuk Kujang hingga kota besar di Jawa
bagian barat, akan diungkap dalam pembahasan penelitian sejarah lisan kali ini.

2. Pembangunan Fasilitas Distribusi KA Pupuk Kujang 1975-


1978: Mengapa Kereta Api Dipilih?

Di antara kedua tempat prestisius di Cikampek ini, terhubunglah jalur kereta


api yang terbangun atas hasil kerja sama PT Pupuk Kujang dengan PJKA
(Perusahaan Jawatan Kereta Api) pada masa pembangunan PT Pupuk Kujang
antara tahun 1975-1978. Pembangunan jalur kereta api Pupuk Kujang-Stasiun
Dawuan dan pemberian lokomotif kepada PT Pupuk Kujang ini juga memiliki
campur tangan juga dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat pada era Presiden
Soeharto kala itu menginginkan dibangunnya pabrik pupuk berstatus BUMN yang
nantinya dapat melayani pasokan pupuk tani untuk wilayah Jawa bagian barat,
lengkap dengan jalur kereta apinya sebagai sarana dan prasarana distribusi pupuk.
Alhasil, setelah bangunan perusahaan ini diresmikan pada tahun 1978, otomatis
jalur kereta api pengangkut pupuk dan lokomotif yang diberikan kepada perusahaan
pupuk itu, jelas beroperasi. Bapak Bambang sebagai informan pertama turut
menjelaskan apa keuntungan yang didapat oleh PT Pupuk Kujang dari
pengoperasian sistem distribusi pupuk melalui moda kereta api ini. Dari sisi PT
Pupuk Kujang sendiri, pada awalnya distribusi pupuk dengan moda kereta api ini
sangatlah menguntungkan dan memudahkan pendistribusian pupuk dikarenakan
pemakaian distribusi pupuk melalui kereta api pasti akan tiba tepat waktu,
menghemat waktu, serta lebih efisien. Terlebih lagi sudah ada kesepakatan yang
tercipta dengan PJKA. Dari sisi PJKA sendiri pun pembangunan jalur kereta api
lengkap dengan lokomotifnya tentu memperkaya khazanah perkeretaapian di
Cikampek.

3. Mekanisme dan Perkembangan Distribusi Pupuk melalui


Kereta Api pada Periode 1978-1990

Menurut informan ketiga (Sdr. Feri) yang informasinya juga persis dengan
informan pertama (Bapak Bambang), mekanisme dari pengoperasian jalur kereta
api dan lokomotif Pupuk Kujang ini adalah, pupuk-pupuk ini terlebih dahulu
diangkut di gudang milik PT Pupuk Kujang yang berjarak sekitar 2 km dari Stasiun
Dawuan. Karena PT Pupuk Kujang memiliki lokomotifnya sendiri; yang berasal
dari pemberian PT Pusri, pupuk-pupuk ini diangkut hingga Stasiun Dawuan saja.
Adapun lokomotif yang dimiliki oleh PT Pupuk Kujang ini berjenis Plymouth yang
berasal dari Inggris. Namun, karena jarak tempuh pengantarannya yang pendek,
kereta api ini berjalan sangat pelan, terlebih lagi rute rel kereta api ini menyeberangi
jalur Pantura Cikampek. Sehingga ketika lokomotif pengangkut ini akan lewat,
berdasarkan keterangan dari informan pertama (Bapak Biem), palang kereta api
yang masih beroperasi dengan sistem dorong akan dipasang ketika kereta api akan
lewat. Setelah sampai di Stasiun Dawuan, pupuk-pupuk tadi akan mengalami
pergantian lokomotif menjadi lokomotif milik PJKA yang akan membawa pupuk-
pupuk ini menuju kota besar di Jawa bagian barat, seperti Jakarta, Cirebon,
Bandung, dan sebagainya. Pengoperasian rel kereta api dan lokomotif pupuk ini
berjalan dengan mulus, namun pada akhir abad 20 M, sekitar tahun 1990-2000,
terjadi berbagai masalah yang menyebabkan kereta api ini harus berhenti
beroperasi.

4. Kemunduran Distribusi Pupuk melalui Kereta Api pada


Periode 1990-2000

Seperti telah disebutkan pada bagian awal pembahasan, distribusi pupuk


melalui kereta api ini berjalan dengan mulus. Lokomotif yang mengangkut pupuk
ini terus berjalan hingga awal tahun 1990. Namun, beberapa kendala yang dirasa
menjadi masalah kecil, berkembang menjadi masalah besar. Beberapa masalah di
antaranya yakni ‘permainan’ antara pihak PT Pupuk Kujang sendiri dengan
Perumka.1 Menurut informan pertama (Bapak Bambang), hal ini disebabkan oleh
tingkah laku dari segelintir karyawan PT Pupuk Kujang sendiri dan pegawai
Perumka yang mementingkan kepentingannya sendiri dalam pengoperasian pupuk
ini, dimana di antara mereka; bahkan ada yang bekerja sama dengan masyarakat
sekitar Dawuan, mengambil pupuk untuk dijual secara ilegal. Pada awal tahun
1990, kasus kekurangan pupuk yang didistribusikan semakin sering terjadi. Seperti
yang telah dijelaskan oleh informan ketiga (Sdr. Feri), contoh kasusnya adalah,
pengantaran pupuk dengan lokomotif yang seharusnya berjumlah 10 ton, ketika
sampai di Stasiun Dawuan hanya menyisakan 5 ton, atau separuh dari total pupuk
yang diantar. Beberapa kasus pengurangan pupuk yang diantar ini juga terjadi
akibat pelemparan dan pengambilan pupuk di tengah jalan sebelum sampai ke
Stasiun Dawuan oleh masyarakat sekitar yang bekerja sama dengan segelintir
pegawai PT Pupuk Kujang dan Perumka. Setelah pupuk-pupuk ini diambil, maka
pupuk-pupuk itu akan dijual kepada pihak yang membutuhkan secara ilegal. Hal ini
tentu merugikan PT Pupuk Kujang sebagai pemasok pupuk dan Perumka sebagai
penyedia layanan kereta api distribusi pupuk. Namun ada pula penyebab lain yang
menyebabkan kereta api ini harus berhenti beroperasi.

1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 1990, selanjutnya PJKA berganti nama
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) hingga tahun 1999.
Menurut informan kedua (Bapak Biem), adalah pengganggu lalu lintas
Pantura Cikampek, yang menjadi alasan mengapa kereta api ini harus berhenti
beroperasi. Banyak di antara masyarakat yang menyebut kereta api ini sebagai
‘lori’, atas dasar kecepatannya yang sangat rendah ketika melintas di jalur kereta
api ini. Padahal lokomotif pengangkut pupuk itu bermesin uap, yang berbeda
dengan lori. Ketika lokomotif ini akan lewat, maka palang kereta api akan dipasang.
Sementara, lokomotif ini berjalan sangat pelan, yang menyebabkan banyaknya
masyarakat pengguna jalan yang harus menunggu lama ketika kereta api ini
melewati lintasannya. Sehingga, atas dasar itulah, kereta api ini harus benar-benar
berhenti beroperasi. Merujuk pada hasil wawancara dengan informan pertama
(Bapak Bambang), pada tahun 1996, terjadilah pemutusan hubungan kerja sama
antara pihak PT Pupuk Kujang dengan PT Pupuk Sriwidjaja, atas dasar perusahaan
berlogo senjata Kujang ini dianggap sudah mampu untuk beroperasi sendiri tanpa
harus menggantungkan diri dengan PT Pusri. Hal ini berpengaruh juga pada
pengoperasian lokomotif KA yang dimiliki oleh PT Pupuk Kujang yang harus
terhenti juga. Hingga saat ini, hanya tersisa satu lokomotif saja yang dimiliki oleh
PT Pupuk Kujang yang sudah dijadikan pajangan di salah satu bundaran akses jalan
menuju Komplek Perumahan Karyawan PT Pupuk Kujang. Kerugian yang dialami
oleh pihak Pupuk Kujang, lalu pengganggu lalu lintas, dan pemutusan hubungan
kerja sama dengan PT Pusri, mengakibatkan kereta api ini harus benar-benar
berhenti. Menurut keterangan yang disampaikan oleh informan kedua (Bapak
Biem), pada awal tahun 2000, pernah pula dioperasikan kembali lokomotif ini,
namun hanya sebagai upaya pengujian saja; apakah jalur kereta api ini masih layak
beroperasi ataukah tidak. Kenyataannya, hingga saat ini, baik lokomotif maupun
jalur kereta api yang ada semuanya tidak beroperasi; bahkan rel kereta api yang
dulu ada, saat ini kondisinya sangat mengenaskan. Banyak sambungan rel yang
terputus dan berkarat. Selain itu, rel kereta api ini sudah ada yang tertimbun aspal,
beton, dan ditumbuhi rerumputan. Meskipun kondisi jalur rel dan lokomotif yang
ada di kawasan PT Pupuk Kujang ini cukup mengenaskan, berdasarkan keterangan
dari informan kedua pula (Bapak Biem), jejak rel kereta api yang ada masih bisa
kita saksikan hingga sekarang.
F. Kesimpulan

Peneliti berkesimpulan bahwa pembangunan fasilitas kereta api sebagai


moda transportasi distributor pupuk memiliki sebab yang beriringan dengan
dibangunnya kawasan pabrik PT Pupuk Kujang mulai tahun 1975. Selanjutnya
setelah pabrik ini diresmikan pada tahun 1978, pendistribusian pupuk
menggunakan moda kereta api pun dimulai. Penggunaan kereta api sebagai moda
transportasi untuk pendistribusian pupuk produksi PT Pupuk Kujang dipilih atas
alasan penghematan waktu dan efisiensi yang didapatkan oleh perusahaan dalam
mendistribusikan pupuk produksinya. Pada perkembangan selanjutnya, perusahaan
pupuk berlogo senjata Kujang ini terus mengirimkan pupuk melalui moda kereta
api secara rutin, di samping pendistribusian pupuk dengan menggunakan moda
transportasi truk. Adapun mekanisme dari pendistribusian pupuk ini adalah pupuk-
pupuk ini diangkut menggunakan gerbong dan lokomotif milik PT Pupuk Kujang
terlebih dahulu dengan tujuan Stasiun Dawuan yang berjarak 2 km sebelah utara
kawasan pabrik, lalu selanjutnya pupuk-pupuk yang diangkut ini akan mengalami
pergantian lokomotif dari lokomotif milik PT Pupuk Kujang menjadi lokomotif
milik PJKA. Setelah pabrik ini berdiri, pendistribusian pupuk menggunakan kereta
api terus berjalan, hingga tahun 1990 mulai mengalami kemunduran akibat
permainan ‘oknum’, dianggap sebagai pengganggu lalu lintas jalan raya yang
dilintasi jalur relnya, serta pemutusan hubungan kerja sama secara khusus dengan
PT Pupuk Sriwidjaja yang sudah banyak membantu PT Pupuk Kujang sejak awal
berdirinya perusahaan berlogo senjata Kujang ini.

G. Dokumentasi

Hasil dokumentasi ini didapat oleh peneliti melalui hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti serta pengamatan langsung oleh peneliti.
Gambar 1. Dokumentasi dengan Informan 1, Bapak Biem Arie Bambang.

Gambar 2. Dokumentasi dengan Informan 2, Bapak Bambang Widagdo.


Gambar 3. Dokumentasi dengan Informan 3, Sdr. Feri Dwi Utomo.

Gambar 4. Bekas Rel KA Pupuk Kujang Cikampek di Kawasan PT Pupuk Kujang.


Gambar 5. Lokomotif Plymouth yang dipajang di Bundaran Jl. Ir. A. Salmon Mustafa, Kawasan
PT Pupuk Kujang.

Gambar 6. Sisa gerbong pupuk di Stasiun Dawuan.

Anda mungkin juga menyukai