disusun oleh:
GALANG HERDHANANDA
NIM: 13030121130051
Dosen Pengampu:
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
A. Latar Belakang dan Permasalahan
B. Pertanyaan Penelitian
Pada penelitian kali ini, berdasarkan permasalahan yang telah
dirumuskan oleh peneliti, peneliti juga telah menyusun beberapa pertanyaan
yang lebih rinci mengenai penelitian kali ini. Adapun beberapa pertanyaan
penelitian ini adalah:
1. Mengapa kereta api dipilih sebagai moda transportasi untuk
pendistribusian pupuk hasil produksi PT Pupuk Kujang?
2. Bagaimana mekanisme dan perkembangan selanjutnya dari
distribusi pupuk melalui moda kereta api?
3. Mengapa distribusi pupuk melalui kereta api ini mengalami
kemunduran dan akhirnya berhenti beroperasi?
C. Metode Penelitian
D. Informan
Sejauh ini, peneliti mendapatkan 3 informan yang berhasil diwawancara
dengan topik pembahasannya sesuai tajuk penelitian ini. Ketiga informan
tersebut adalah:
1. Bapak Bambang Widagdo, lahir di Yogyakarta, 28 Juli 1961,
berusia 60 tahun, adalah seorang pensiunan karyawan PT Pupuk
Kujang (dikarenakan karyawan yang bekerja pada dekade 1990-
2000 sudah banyak yang memasuki masa pensiun).
2. Bapak Biem Arie Bambang, lahir di Malang, 14 Oktober 1958,
berusia 63 tahun, adalah seorang pensiunan karyawan PT Pupuk
Kujang (dikarenakan karyawan yang bekerja pada dekade 1990-
2000 sudah banyak yang memasuki masa pensiun).
3. Sdr. Feri Dwi Utomo, lahir di Purbalingga, 8 Februari 1994, berusia
28 tahun, adalah seorang ASN di Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Kabupaten Karawang. Kapasitas informan
ketiga ini untuk diwawancarai adalah seorang anggota Railfans
(penggemar kereta api) untuk wilayah sekitar Kabupaten Karawang,
termasuk wilayah Cikampek.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Gambaran Awal PT Pupuk Kujang dan Stasiun Dawuan
Stasiun Dawuan adalah stasiun yang dibangun pada awal abad ke-20 M
yang berlokasi di Desa Dawuan Tengah, Kecamatan Cikampek, Kabupaten
Karawang. Berdasarkan keterangan dari informan ketiga (Sdr. Feri), Stasiun
Dawuan yang ada saat ini bukanlah stasiun yang sama dengan stasiun pada zaman
dahulu. Bangunan stasiun lama Dawuan terletak di timur bangunan stasiun
sekarang. Dibangun pada awal abad ke-20 M, stasiun ini awalnya dimiliki oleh
Staatspoorwegen, sebuah perusahaan pengelola kereta api milik Pemerintah Hindia
Belanda. Stasiun ini merupakan bagian jalur kereta api Karawang-Bandung.
Meskipun sejak zaman dahulu hingga sekarang stasiun ini adalah stasiun berskala
kecil, namun stasiun ini memiliki peran sejarah yang cukup penting. Contoh
peristiwa sejarah yang pernah terjadi di stasiun ini adalah pertempuran antara
Pasukan TKR Resimen V Cikampek dengan pasukan Gurkha (Sekutu), yang
berujung pada kekalahan di pihak Sekutu. Selanjutnya, peran stasiun ini dalam
pengangkutan distribusi kereta api dari PT Pupuk Kujang hingga kota besar di Jawa
bagian barat, akan diungkap dalam pembahasan penelitian sejarah lisan kali ini.
Menurut informan ketiga (Sdr. Feri) yang informasinya juga persis dengan
informan pertama (Bapak Bambang), mekanisme dari pengoperasian jalur kereta
api dan lokomotif Pupuk Kujang ini adalah, pupuk-pupuk ini terlebih dahulu
diangkut di gudang milik PT Pupuk Kujang yang berjarak sekitar 2 km dari Stasiun
Dawuan. Karena PT Pupuk Kujang memiliki lokomotifnya sendiri; yang berasal
dari pemberian PT Pusri, pupuk-pupuk ini diangkut hingga Stasiun Dawuan saja.
Adapun lokomotif yang dimiliki oleh PT Pupuk Kujang ini berjenis Plymouth yang
berasal dari Inggris. Namun, karena jarak tempuh pengantarannya yang pendek,
kereta api ini berjalan sangat pelan, terlebih lagi rute rel kereta api ini menyeberangi
jalur Pantura Cikampek. Sehingga ketika lokomotif pengangkut ini akan lewat,
berdasarkan keterangan dari informan pertama (Bapak Biem), palang kereta api
yang masih beroperasi dengan sistem dorong akan dipasang ketika kereta api akan
lewat. Setelah sampai di Stasiun Dawuan, pupuk-pupuk tadi akan mengalami
pergantian lokomotif menjadi lokomotif milik PJKA yang akan membawa pupuk-
pupuk ini menuju kota besar di Jawa bagian barat, seperti Jakarta, Cirebon,
Bandung, dan sebagainya. Pengoperasian rel kereta api dan lokomotif pupuk ini
berjalan dengan mulus, namun pada akhir abad 20 M, sekitar tahun 1990-2000,
terjadi berbagai masalah yang menyebabkan kereta api ini harus berhenti
beroperasi.
1
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 57 Tahun 1990, selanjutnya PJKA berganti nama
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) hingga tahun 1999.
Menurut informan kedua (Bapak Biem), adalah pengganggu lalu lintas
Pantura Cikampek, yang menjadi alasan mengapa kereta api ini harus berhenti
beroperasi. Banyak di antara masyarakat yang menyebut kereta api ini sebagai
‘lori’, atas dasar kecepatannya yang sangat rendah ketika melintas di jalur kereta
api ini. Padahal lokomotif pengangkut pupuk itu bermesin uap, yang berbeda
dengan lori. Ketika lokomotif ini akan lewat, maka palang kereta api akan dipasang.
Sementara, lokomotif ini berjalan sangat pelan, yang menyebabkan banyaknya
masyarakat pengguna jalan yang harus menunggu lama ketika kereta api ini
melewati lintasannya. Sehingga, atas dasar itulah, kereta api ini harus benar-benar
berhenti beroperasi. Merujuk pada hasil wawancara dengan informan pertama
(Bapak Bambang), pada tahun 1996, terjadilah pemutusan hubungan kerja sama
antara pihak PT Pupuk Kujang dengan PT Pupuk Sriwidjaja, atas dasar perusahaan
berlogo senjata Kujang ini dianggap sudah mampu untuk beroperasi sendiri tanpa
harus menggantungkan diri dengan PT Pusri. Hal ini berpengaruh juga pada
pengoperasian lokomotif KA yang dimiliki oleh PT Pupuk Kujang yang harus
terhenti juga. Hingga saat ini, hanya tersisa satu lokomotif saja yang dimiliki oleh
PT Pupuk Kujang yang sudah dijadikan pajangan di salah satu bundaran akses jalan
menuju Komplek Perumahan Karyawan PT Pupuk Kujang. Kerugian yang dialami
oleh pihak Pupuk Kujang, lalu pengganggu lalu lintas, dan pemutusan hubungan
kerja sama dengan PT Pusri, mengakibatkan kereta api ini harus benar-benar
berhenti. Menurut keterangan yang disampaikan oleh informan kedua (Bapak
Biem), pada awal tahun 2000, pernah pula dioperasikan kembali lokomotif ini,
namun hanya sebagai upaya pengujian saja; apakah jalur kereta api ini masih layak
beroperasi ataukah tidak. Kenyataannya, hingga saat ini, baik lokomotif maupun
jalur kereta api yang ada semuanya tidak beroperasi; bahkan rel kereta api yang
dulu ada, saat ini kondisinya sangat mengenaskan. Banyak sambungan rel yang
terputus dan berkarat. Selain itu, rel kereta api ini sudah ada yang tertimbun aspal,
beton, dan ditumbuhi rerumputan. Meskipun kondisi jalur rel dan lokomotif yang
ada di kawasan PT Pupuk Kujang ini cukup mengenaskan, berdasarkan keterangan
dari informan kedua pula (Bapak Biem), jejak rel kereta api yang ada masih bisa
kita saksikan hingga sekarang.
F. Kesimpulan
G. Dokumentasi
Hasil dokumentasi ini didapat oleh peneliti melalui hasil wawancara yang
telah dilakukan oleh peneliti serta pengamatan langsung oleh peneliti.
Gambar 1. Dokumentasi dengan Informan 1, Bapak Biem Arie Bambang.