Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PPOK

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:
1.
2. Ayyub Umar Alfaruq 172121011
3.
4.
5.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2020

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : PPOK
PokokBahasan : Penyakit Paru Obstruktif Kronik
Sasaran : Masyarakat umum
Tempat : Di Balai Desa Dilem
Hari/tanggal :
Waktu : 60 menit
Penyuluhan : (Moderator)
(Penyaji I)
(Penyaji II)

A. TujuanInstruksional
1. TujuanInstruksionalUmum
Setelah diberikanpenyuluhanselama60menit, diharapkanwarga dapat
memahami dan mengerti tentang Hipertiroidisme
2. TujuanInstruksionalKhusus
Setelah diberikan penyuluhan, sasaranmampu:
a. Menjelaskan pengertian PPOK
b. Menjelaskan penyebab PPOK
c. Menjelaskan tanda gejala PPOK
d. Menjelaskan komplikasi PPOK
e. Menjelaskan pengobatan PPOK
f. Menjelaskan pencegahan PPOK
g. Menjelaskan Penanganan PPOK
B. Sub PokokBahasan
1. Pengertian PPOK
2. Penyebab PPOK
3. Tanda gejala PPOK
4. Komplikasi PPOK
5. Pengobatan PPOK
6. Penanganan PPOK

C. KegiatanPenyuluhan
N Tahap Kegiatan Kegiatan Met Me
o an & Penyaji Audien ode dia
Waktu
1 Pemb a. Memberi a. Menjawab Cera Po
. ukaan salam salam mah we
(5 b. Memperken b. Mendenga r
menit) alkan rkan dan poi
anggota Memperha nt
kelompok tikan
dan c. Menyepak
pembimbin ati kontrak
g d. Memperha
c. Melakukan tikan dan
kontrak mendengar
waktu kan
d. Menjelaska
n tujuan dan
materi
yangakan
diberikan
2 Kegiat a. Menggali a. Menangga Cera Po
. an pengetahua pi dan mah we
(35 n audien menjelaska r
menit) tentang poi
PPOK n nt
b. Memberika b. Memperha
n tikan dan
reinforceme mendengar
nt positif kan
c. Menjelaska c. Memperha
n pengertian tikan dan
PPOK mendengar
d. Menjelaska kan
n penyebab d. Memperha
PPOK tikan dan
e. Menjelaska mendengar
n tanda kan
gejala e. Memperha
PPOK tikan dan
f. Menjelaska mendengar
n kan
komplikasi
PPOK f. Memperha
g. Menjelaska tikan dan
n mendengar
pengobatan kan
PPOK g. Memperha
h. Menjelaska tikan dan
n mendengar
pencegahan h. Memperha
PPOK tikan dan
i. Memberika mendengar
n kan
reinforceme i. Memperha
nt positif tikan dan
mendengar
kan
j. Memperha
tikan dan
mendengar
kan
k. Memberik
an
pertanyaan

3 Tanya a. Mempersila a. Memberik Disk Po


. Jawab hkan audien an usi we
( 15 bertanya pertanyaan r
menit b. Menjawab b. Memperha Poi
) pertanyaan tikan dan nt
mendengar da
kan n
Le
afl
et
4 Penut c. Menyimpul c. Memperha Cera Po
. up kan tikan dan mah we
(5 bersama- mendengar r
menit) sama kan poi
d. Mengucapk d. Memperha nt
an terima tikan dan
kasih mendengar
e. Mengucapk kan
an salam
penutup e. Menjawab
salam

D. Setting Tempat



Keterangan :
Penyaji

moderator

Observer

fasilitato
rrr
Warga 

E. Media Penyuluhan
1. Media : Power Point dan Leaflet
2. Media elektronik : Proyektor dan laptop

F. MetodePenyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanyajawab

G. Evaluasi
Evaluasiakandilakukanadalah:
1. EvaluasiStruktur
a) Pengorganisasiandilaksanakansebelumpelaksanaankegiatan.
b) Kontrakdenganpeserta pada H-7, diulangikontrak pada hari H.
c) Pelaksanaankegiatandilaksanakansesuaisatuan acara penyuluhan.
d) Warga ± 50 orang ditempatpenyuluhansesuaikontrak yang disepakati.
2. Evaluasi Proses
PesertaantusiasdalammenyimakuraianmateripenyuluhantentangHirscprung,tent
angpengertianHirscprung, penyebabHirscprung, terjadinyaHirscprung,
gejalaHirscprung, pengobatanHirscprung, pencegahanHirscprung,
komplikasiHirscprung, dan pemeriksaan penunjangHirscprung.
3. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukanpenyuluhanselama35menitpesertamampu :
a. 80% sasaranmampumenyebutkandefinisiHirscprung
b. 60% sasaranmampumenjelaskanpenyebab dan terjadinya Hirscprung
c. 60% sasarammampumenjelaskanpencegahan dan komplikasi Hirscprung
d. 60% sasaranmampumenjelaskantanda gejala dan pengobatan Hirscprung

H. MateriPenyuluhan
MATERI PENYULUHAN
HIPERTIROIDISME

A. Pengertian

Secara definisi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat disebut sebagai
penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh adanya hambatan atau
sumbatan aliran udara yang bersifat irreversible atau reversible sebagian dan
menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner bermakna yang berkontribusi
terhadap tingkat keparahan pasien.1 PPOK biasanya berhubungan dengan
respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya dalam udara.
PPOK merupakan suatu penyakit multikomponen yang dicirikan oleh
terjadinya hipersekresi mukus, penyempitan jalan napas, dan kerusakan alveoli
paru-paru. Penyakit tersebut bisa merupakan kondisi terkait bronkitis kronis,
emfisema, atau gabungan keduanya.3 Pada PPOK, seringkali ditemukan
bronkitis kronik dan emfisema bersama, meskipun keduanya memiliki proses
yang berbeda. Akan tetapi menurut PDPI 2010, bronkitis kronik dan emfisema
tidak dimasukkan definisi PPOK, karena bronkitis kronik merupakan diagnosis
klinis, sedangkan emfisema merupakan diagnosis patologi. 1,3,4 Bronkitis
kronis adalah kelainan saluran pernafasan yang ditandai oleh batuk kronis yang
menimbulkan dahak selama minimal 3 bulan dalam setahun,
sekurangkurangnya dua tahun berturut-turut dan tidak disebabkan oleh penyakit
lainnya. Emfisema adalah kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran
rongga udara distal pada bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan
dinding alveolus.1,4 Tidak jarang penderita bronkitis kronik juga
memperlihatkan tanda-tanda emfisema, termasuk penderita asma persisten berat
dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi
kriteria PPOK.4
B. Etiologi
PPOK mempunyai progresivitas yang lambat, diselingi dengan fase
eksaserbasi akut yang timbul secara periodik. Pada fase eksaserbasi akut terjadi
perburukan yang mendadak dari perjalanan penyakitnya yang disebabkan oleh
suatu faktor pencetus dan ditandai dengan suatu manifestasi klinis yang
memberat.4,5 Secara umum resiko 4 terjadinya PPOK terkait dengan jumlah
partikel gas yang dihirup oleh seorang individu selama hidupnya serta berbagai
faktor dalam individu itu sendiri.
1. Asap Rokok
Dari berbagai partikel gas yang noxius atau berbahaya, asap rokok merupakan
salah satu penyebab utama, kebiasaan merokok merupakan faktor resiko
utama dalam terjadinya PPOK. 3 Asap rokok yang dihirup serta merokok saat
kehamilan juga berpengaruh pada kejadian PPOK karena mempengaruhi
tumbuh kembang paru janin dalam uterus. Sejak lama telah disimpulkan
bahwa asap rokok merupakan faktor risiko utama dari bronkitis kronis dan
emfisema. Serangkaian penelitian telah menunjukkan terjadinya percepatan
penurunan volume udara yang dihembuskan dalam detik pertama dari
manuver ekspirasi paksa (FEV1) dalam hubungan reaksi dan dosis terhadap
intensitas merokok, yang ditunjukkan secara spesifik dalam bungkus-tahun
(rata-rata jumlah bungkus rokok yang dihisap per hari dikalikan dengan
jumlah total tahun merokok). Walaupun hubungan sebab akibat antara
merokok dan perkembangan PPOK telah benar-benar terbukti, namun reaksi
dari merokok ini masih sangat bervariasi. Merokok merupakan prediktor
signifikan yang paling besar pada FEV1, hanya 15% dari variasi FEV1 yang
dapat dijelaskan dalam hubungan bungkus-tahun. Temuan ini mendukung
bahwa terdapat faktor tambahan dan atau faktor genetik sebagai kontributor
terhadap dampak merokok pada perkembangan obstruksi jalan nafas.3,6
2. Paparan Pekerjaan
Meningkatnya gejala-gejala respirasi dan obstruksi aliran udara dapat
diakibatkan oleh paparan debu di tempat kerja. Beberapa paparan pekerjaan
yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan emas, dan debu
kapas tekstil telah diketahui sebagai faktor risiko obstruksi aliran udara kronis.
1,6
3. Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang-orang
yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan mereka yang 5
tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan meningkatnya polusi di
daerah padat perkotaan. Pada wanita bukan perokok di banyak negara
berkembang, adanya polusi udara di dalam ruangan yang biasanya
dihubungkan dengan memasak, telah dikatakan sebagai kontributor yang
potensial.5,6
4. Infeksi Berulang
Saluran Respirasi Infeksi saluran respirasi telah diteliti sebagai faktor risiko
potensial dalam perkembangan dan progresivitas PPOK pada orang dewasa,
terutama infeksi saluran nafas bawah berulang. Infeksi saluran respirasi pada
masa anak-anak juga telah dinyatakan sebagai faktor predisposisi potensial
pada perkembangan akhir PPOK.3,6
5. Kepekaan Jalan
Nafas dan PPOK Kecenderungan meningkatnya bronkontriksi sebagai reaksi
terhadap berbagai stimulus eksogen, termasuk methakolin dan histamin,
adalah salah satu ciriciri dari asma. Bagaimanapun juga, banyak pasien PPOK
juga memiliki ciriciri jalan nafas yang hiperesponsif. Pertimbangan akan
tumpang tindihnya seseorang dengan asma dan PPOK dalam kepekaan jalan
nafas, obstruksi aliran udara, dan gejala pulmonal mengarahkan kepada
perumusan hipotesis Dutch yang menegaskan bahwa asma, bronkitis kronis,
dan emfisema merupakan variasi dari dasar penyakit yang sama, yang
dimodulasi oleh faktor lingkungan dan genetik untuk menghasilkan gambaran
patologis yang nyata.1,6
6. Defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT)
Defisiensi α1AT yang berat merupakan faktor risiko genetik terjadinya PPOK.
Walaupun hanya 1-2% dari pasien-pasien PPOK yang mewarisi defisiensi
α1AT, pasien-pasien ini menunjukkan bahwa faktor genetik memiliki
pengaruh terhadap kecenderungan untuk berkembangnya PPOK. α1AT adalah
suatu anti-protease yang diperkirakan sangat penting untuk perlindungan
terhadap protease yang terbentuk secara alami oleh bakteri, leukosit PMN,
dan monosit.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah
Perkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri dari PPOK adalah malfungsi
kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-
batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat pagi hari.
Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut. Batuk dan
produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi batuk
persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banya. Reeves
(2001). Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernafasan dan
kehilangan berat badan yang cukup drastis, sehingga pada akhirnya pasien
tersebut tidak akan mampu secara maksimal melaksanakan tugas-tugas rumah
tangga atau yang menyangkut tanggung jawab pekerjaannya. Pasien mudah
sekali merasa lelah dan secara fisik banyak yang tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari. Selain itu pada pasien PPOK banyak yang mengalami
penurunan berat badan yang cukup drastis, sebagai akibat dari hilangnya nafsu
makan karena produksi dahak yang makin melimpah, penurunan daya kekuatan
tubuh, kehilangan selera makan (isolasi sosial) penurunan kemampuan
pencernaan sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel dalam sistem (GI)
gastrointestinal. Pasien dengan PPOK lebih membutuhkan banyak kalori karena
lebih banyak mengeluarkan tenaga dalam melakukan pernafasan.
D. KOMPLIKASI
 Infeksi pernapasan. Pengidap PPOK rentan terserang flu dan pneumonia.
 Masalah jantung. Untuk alasan yang belum jelas, PPOK bisa meningkatkan
risiko penyakit jantung, salah satunya serangan jantung.
 Tekanan darah tinggi. PPOK dapat menyebabkan tekanan darah tinggi di
arteri yang membawa darah ke paru-paru.
 Depresi. Kesulitan bernapas membuat kamu tidak bisa melakukan banyak hal.
Kondisi ini bisa membuat kamu lama kelamaan mengalami depresi.

E. PENCEGAHAN
 Pencegahan utama dan yang terbaik untuk menghindari PPOK adalah dengan
menghindari paparan rokok, baik secara aktif maupun pasif. Oleh sebab itu, bagi
orang yang tidak merokok disarankan untuk tidak mencoba rokok dan sebisa
mungkin menghindari asapnya. Sedangkan bagi perokok, cara terbaik adalah
berhenti merokok dan juga menghindari paparan asapnya.
 Bagi para pekerja yang bekerja di lingkungan yang penuh dengan bahan kimia
yang dapat membuat paru-paru menjadi iritasi, disarankan untuk menggunakan
alat pelindung seperti masker.

F. PENGOBATAN
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini
umumnya disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan
ampisillin 4 x 0,25-0,5 g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman
penyebab infeksinya adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi
beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada
pasien yang mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan
dam membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-
10 hari selama periode eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-
tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotic yang lebih kuat. 8
d. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
e. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.
f. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik.
Pada pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250
mikrogram diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25- 0,5 g iv
secara perlahan.
1. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4
x0,25- 0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
nafas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru.
1) Fisioterapi.
2) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.
3) Mukolitik dan ekspektoran.
4) Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II
dengan PaO2

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action. Arikunto. 2002.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : FIP. IKIP. Asih,
Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC Buku Kedokteran. Brashers,
Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen
Edisi 2. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai