Anda di halaman 1dari 23

BAB I

STATIKA FLUIDA
Kompetensi Akhir yang Diperoleh

Setelah mempelajari, membahas, mengkaji dan mendiskusikan isi bab ini, mahasiswa
diharapkan memiliki kemampuan untuk menggunakan prinsip-prinsip statika fluida dengan
tepat.

Indikator
Indikator keberhasilan yang diharapkan adalah mahasiswa dapat:
1.1 Definisi dan jenis-jenis fluida.
1.2 Sistem satuan SI, British dan dimensi.
1.3 Sifat-sifat fluida.
1.4 Tekanan fungsi posisi.
1.5 Pengukuran tekanan.
1.6 Gaya hidrostatik pada benda tercelup.
1.7 Fluida yang mengalami percepatan.

Pengantar
Pembelajaran bab 1 ini memberikan materi statika fluida yang terdiri dari beberapa sub
bab materi. Sub bab pertama menjelaskan definisi dan jenis-jenis fluida, tetapi jenis fluida
yang dibahas di buku ini adalah fluida newtonian.
Pembelajaran, Menurut Usman (2000) merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Proses pembelajaran merupakan
interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam pembelajaran yang satu sama
lain saling berhubungan dalam sebuah rangkaian untuk mencapai tujuan. Menurut Sudjana
(1989) yang termasuk dalam komponen pembelajaran adalah tujuan, bahan, strategi dan
alat serta penilaian. Strategi mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia,
strategi tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat atau dalam waktu yang relatif
lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung
(Instructional

1
effect) sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama disebut
dampak pengiring (nurturant effect) biasanya bekenaan dengan sikap dan nilai.
1.1 Pendahuluan

1.1 Definisi fluida dan jenis-jenis fluida


Fluida didefinisikan sebagai suatu zat yang mampu mengalami deformasi secara terus
menurus jika pada dirinya dikenakan gaya geser atau zat yang tidak dapat menahan
gaya/tegangan geser. Deformasi secara terus menerus inilah sering disebut mengalir, Massey
(1984). Contoh substansi atau zat yang disebut fluida antara lain adalah air, udara, gas,
minyak dan uap (steam/ vapour). Sedangkan mekanika fluida adalah merupakan salah satu
cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat-sifat (karakter) fluida, gaya-gaya yang
bekerja pada fluida dan perilaku fluida. Namun untuk Mekanika Fluida I ini, poko yang
dibahas secara mendalam hanyalah fluida yang tidak dapat mampat atau incompressible fluid.
Fluida yang lain seperti udara, gas dan uap (steam) tidak dibahas pada buku ini, kecuali hanya
sebagai contoh saja.
Secara umum fluida dikelompokan menjadi dua macam yaitu cairan (liquid) dan gas.
Cairan akan menempati volume suatu ruangan dengan permukaan yang bebas (kondisi
hidrostatika) sedangkan gas akan selalu memenuhi volume ruangan dimana gas berada. Selain
dikelompokan kedalam dua kelompok besar tersebut diatas, fluida dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis yaitu fluida Newtonian, dilatan, bingham, plastic dan pseudoplastic, White
(1994). Fluida digolongkan ke dalam fluida Newtonian jika memenuhi persamaan (1.1) dan
viscositasnya tergantung pada suhu dan tekanan. Contohnya adalah udara dan air, White
(1994).

du
τ =µ (1.1)
dy

Sedangkan fluida yang tidak mengikuti persamaan (1.1) disebut fluida non-newtonian dan
bila ingin mendalami tentang fluida non-newtonian dapat membaca buku rheology yang
ditulis oleh Bird (1987). Pada persamaan (1.1), τ adalah tegangan geser, µ adalah viskositas
dinamis dan du / dy adalah gradien laju aliran fluida terhadap deformasi. Fluida dilatan

2
adalah fluida yang jika tegangan geser yang dikenakan dinaikan, maka resistansi alirannya
justru semakin tinggi. Contoh fluida dilatan adalah larutan gula pekat, suspensi pati beras atau
pati jagung. Fluida pseudoplastic adalah kebalikan dari fluida dilatan, yaitu jika tegangan
gesernya dinaikan fluida tersebut akan mudah mengalir. Contoh fluida pseudoplastis adalah
lumpur, larutan polimer, polimer cair, koloid, tanah liat, susu, gelatin dan darah. Fluida
Bingham adalah fluida yang akan mengalir jika tegangan geser yieldnya telah tercapai.
Contoh fluida Bingham adalah pasta gigi, lihat White (1994), lumpur sungai, lumpur
pengeboran, cat minyak dan lumpur septic tank, Olson (1993). Jenis-jenis fluida tersebut
dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini.

Gambar 1.1 Jenis-jenis fluida

Penelitian di tahun enam puluhan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Metzner
(1961, 1965), mengungkapkan bahwa fluida dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok
yaitu:
1. Fluida viskus murni. Kelompok ini meliputi fluida-fluida Newtonian dan non Newtonian
dengan tegangan geser yang hanya bergantung pada laju geseran dan bukan pada waktu.
2. Fluida bergantung pada waktu. Fluida yang viskositasnya semakin lama semakin
berkurang meskipun laju geseran tetap disebut THICKSOTROPIK, contohnya adalah
tinta cetak, saus tomat dan beberapa jenis madu, sedangkan fluida yang viskositasnya
semakin lama semakin besar disebut RHEOPEKTIK, contohnya adalah pasta gips,
lumpur, suspense zat padat.
3. Fluida viskoelastis. Bahan-bahan seperti tir, tepung, donat dan polimer padat atau cair
menunjukan karakteristik zat padat elastis maupun fluida viskos.
4. Fluida non Newtonian yang lebih komplek. Bidang ilmu yang mempelajari fluida non
Newtonian adalah reologi.

1.2 Satuan SI, British dan dimensi


3
Sistem satuan yang digunakan pada buku ini ada dua macam yaitu Sistem
Internasional (SI) dan British. Beberapa contoh satuan dapat dilihat pada Tabel 1.1. Dimensi
adalah simbol dari satuan, misalnya satuan panjang adalah meter, maka simbulnya L, masa
memiliki satuan kg dan dimensinya M, waktu mempunyai satuan detik dan dimensinya T,
sedangkan suhu satuannya adalah Kelvin dan dimensinta θ. Densitas merupakan
perbandingan massa terhadap volume maka dimensinya adalah ML-3, sedangkan gaya
merupakan massa dikalikan dengan percepatan sehingga dimensinya adalah MLT-2.

Tabel 1.1 Dimensi, satuan dan konversi


Dimensi SI British Konversi
Masa (M) Kilogram (kg) slug 1 slug = 14.59 kg.
Panjang (L) Meter (m) Foot (ft) 1 ft = 0.305 m
Waktu (T) Detik (s) Detik (s) 1s=1s
Suhu (θ) Kelvin (K) Rankine (°R) 1 K = 1.8°R
2
Luas (L ) m² ft² 1 m² = 10.76 ft²
Volume (L³) m³ ft³ 1 m³ = 35.32 ft³
Kecepatan (LT-1) m/s ft/s 1 ft/s = 0.305 m/s
Percepatan (LT-2) m/s² ft/s² 1 ft/s² = 0.305 m/s²
-1 -2
Tekanan (ML T ) Pa = N/m² lbf/ft² 1 lbf = 47.88 Pa
Kecepatan anguler (T-1) s-1 s-1
-2
Energi, panas dan kerja (ML²T ) J = Nm ft lbf 1 ft lbf = 1.36 J
Tenaga (ML²T-3) W = J/s ft lbf/s 1 ft lbf/s = 1.36 W
-1 -1
Kekentalan (ML T ) Kg/ms Slug/ft s 1 slug/ft s = 515.4
kg/m s
Panas spesifik m²/(s².K) ft2/(s² °R) 1 m²/(s² K) = 5.98
(L²T-2θ-1) ft2/(s² °R)

Selain sistem dimensi di atas, di mekanika fluida juga dikenal istilah teorema Pi (π),
disebut juga teorema Buckingham (1914). Teorema ini pertama diperkenalkan oleh Vaschy
namun dipopulerkan oleh Buckingham, Riabouchinsky, Martinot-Lagarge, dan Birkhoff
(1950). Teorema ini sebenarnya adalah menurunkan suatu persamaan yang tidak memiliki
dimensi guna mempermudah dalam analisis dan bersifat general. Sebagai contoh gaya F,
merupakan perkalian antara massa (mengandung unsur densitas, ρ) dengan percepatan (U)
atau jika ditulis F = f (L,U , ρ , µ ) . F akan merupakan fungsi dari empat variabel dan dirinya
sendiri, dengan demikian terdapat lima variabel yang terkait dalam persamaan gaya.
Sedangkan variabel dimensi dasar yang terlibat adalah M, L dan T (tiga saja), jadi bentuk
persamaan tak berdimensi yang dapat dibuat adalah 5 - 3 = 2 saja. Selidikilah dimensi
masing-masing variabel: F (MLT-2), L (L), U (LT-1), ρ (ML-3), μ (ML-1T-1). Misal pilih
variabel yang diulang yaitu L¸U, ρ, maka

π 1 = LxU y ρ z F = (L ) x (LT −1 ) (ML−3 ) (MLT −2 ) = M 0 L0 T 0


y z

Pangkat untuk dimensi panjang : x - y -3z -2 = 0; Pangkat untuk massa : z + 1 = 0; Pangkat


untuk waktu : -y -2 = 0, maka x = -2; y = -2 dan z = -1; jadi

π 1 = L−2U −2 ρ −1 F = F /( L2U 2 ρ ) = C F

4
disebut koefisien gaya. Sekarang dicoba menentukan π 2 nya. Ambil empat variabel tanpa F
tetapi sertakanlah μ dengan pangkat sembarang misal pangkat -1, sehingga

π 2 = LxU y ρ z µ −1 = (L )x (LT −1 ) (ML−3 ) (ML−1T −1 ) = M 0 L0 T 0 .


y z −1

Pangkat setiap variabel dapat dicari: Pangkat untuk panjang : x + y - 3z + 1 = 0; Pangkat untuk
massa : z - 1 = 0; Pangkat untuk waktu : -y + 1 = 0, maka x = y = z = 1, jadi
π 2 = LUρµ −1 = LUρ / µ = Re angka Reynolds untuk aliran di atas plat rata. Contoh lain
adalah tekanan persatuan panjang pada pipa bundar akan berhunbungan dengan diameter
pipa, densitas fluida, kekasaran saluran, viskositas fluida dan kecepatan fluida. Oleh sebab itu
penurunan tekanan persatuan panjang merupakan fungsi dari sifat-sifat tersebut dan
dinyatakan sebagai:

∆p
= f ( D , k s ,V , ρ , µ ) (1.2)
L

Jika F = ma = ML/T² dan M = FT²/L maka menurut sistem dimensi persamaan diatas dapat
ditulis:

F
3
= f (L, L / T , FT 2 / L4 , FT / L2 )
L

Dimensi dasar yang terlibat pada persamaan di atas adalah F, L, T maka jumlah dimensi dasar
tersebut 3 atau j = 3. Besaran yang terlibat ada 6 yaitu D, ks, V, ρ, μ, L jadi n = 6. Menurut
teorema π, banyaknya gugus tak berdimensi yang dapat dibuat adalah:

n! 6! 6!
= = = 15
( j + 1)!(n − j − 1)! (3 + 1)!(6 − 3 − 1)! 4!2!
gugus-gugus bebas ini akan dinyatakan sebagai π1, π2, ..., πn-j. Namun dari contoh di atas,
akan terdapat 3 gugus yang sama sebab j = 3 dan gugus-gugus yang sama disebut repeating
variable. Terdapat 3 aturan umum untuk memilih variabel berulang yaitu:
1. Variabel berulang harus meliputi semua dimensi dasarnya dalam contoh di diatas ada 3
sebab j = 3.
2. Variabel berulang tersebut harus memiliki hal yang berbeda misalnya variabel pertama
menyatakan geometri, yang kedua menyatakan sifat fluida dan yang ke tiga menyatakan
karakter aliran, lihat Tabel 1.2.
3. Variabel tidak bebas tidak boleh dijadikan variabel berulang.

Tabel 1.2 Tiga kelompok variabel


FLT MLT
Karakteristik geometrik
Panjang (diameter, tinggi, L L
lebar, tali busur, rentang,
dsb)
Sudut Tidak ada Tidak ada
5
Luas L² L²
Volume L³ L³

Sifat-sifat fluida
Massa FT²L-1 M
Kerapatan (ρ) FT2L-4 ML-3
Berat jenis (γ) FL-3 ML-2T-2
Viskositas kinematik (ν) L2T-1 L2T-1
Viskositas dinamik (μ) FTL-2 ML-1T-1
Modulus kenyal (K) FL-2 ML-1T-2
Tegangan permukaan (σ) FL-1 MT-2

Karakteristik aliran
Kecepatan (V) LT-1 LT-1
Kecepatan sudut (ω) T-1 T-1
Tekanan (p) FL-2 ML-1T-2
Gaya (hambat, angkat, geser) F MLT-2
Tegangan geser (τ) FL-2 ML-1T-2
Gradien tekanan per satuan FL-3 ML-2T-2
panjang
Laju aliran (Q) L3T-1 L3T-1
Laju aliran massa ( m& ) FTL-1 MT-1
Usaha atau energi FL ML2T-2
Usaha atau energi per satuan L L
berat
Momen gaya dan gaya FL ML2T-2
Usaha atau energi per satuan L2T-2 L2T-2
massa
Sumber: Olson (1993)

Jika disusun dalam teorema π, maka π1 akan mengandung D, ρ, V dan Δp/L, π2 akan
mengandung D, ρ, V dan ks, π3 akan mengandung D, ρ, V, μ, misal diambil
π 1 = D x ρ yV z ∆p / L , π 1 = Lx (FT 2 L−4 ) (LT −1 ) FL−3 = L0 F 0T 0 , persamaan yang dapat dibentuk
y z

adalah:
y +1 = 0 untuk gaya F
x − 4y + z −3 = 0 untuk panjang L
2y − z = 0 untuk waktu T
∆p D
dari persamaan-persamaan tersebut diperoleh x = 1, y = -1 dan z = -2, jadi π 1 = = f
L ρV 2
k µ 1
dengan cara yang sama π 2 = s = ε dan π 3 = = ; tetapi f, ε dan Re akan dibahas
D ρVD Re
lebih lanjut pada bab aliran fluida viskos.
Contoh 1.1
Pada aliran laminer, laju aliran merupakan fungsi dari diameter, viskositas dan
penurunan tekanan sepanjang x atau dp/dx. Dengan menggunakan teorema pi buatlah satu
persamaan tak berdimensi.

6
Jawab:
Dari persoalan maka laju aliran dapat dinyatakan sebagai Q = f (D, µ , dp / dx ) . Dari
laju aliran tersebut maka terdapat empat variabel yang terlibat. Selidikilah dimensi masing-
masing variabel sebagai berikut: D (L); μ (ML-1T-1); dp/dx (ML-2T-2) dan Q (L3T-1). Dimensi
dasar dari variabel-variabel tersebut adalah M, L dan T (3 dimensi dasar). Terdapat 4 variabel
dengan 3 dimensi dasar, maka persamaan tak berdimensi yang dapat dibuat adalah 1 saja.

π 1 = D x µ y (dp / dx ) Q = (L ) (ML−1T −1 ) (ML−2T −2 ) (L3T −1 ) = M 0 L0T 0 .


z x y z

Pangkat untuk L : x - y - 2z + 3 = 0
Pangkat untuk M :y+z=0
Pangkat untuk T : -y - 2z - 1 = 0
diperoleh x = -4, y = 1 dan z = -1, jadi π 1 = µQ /( D 4 (dp / dx ))

1.3 Sifat-sifat fluida


Fluida memiliki sifat-sifat dasar dan sifat-sifat reliabiliti atau gabungan dari beberapa
sifat dasar. Sifat-sifat dasar dari fluida diantaranya adalah:
(i) Fluida selalu memiliki masa,
(ii) Fluida memiliki volume,
(iii) Fluida memiliki suhu, yaitu berkaitan dengan tingkat energi dalam yang dimiliki. Suhu
sangat dipertimbangkan untuk fluida terutama fluida mampu mampat. Jika beda suhu
sangat besar maka perpindahan panas juga harus diperhitungkan.
Sifat-sifat gabungan adalah sifat yang diperoleh dari menggabungkan beberapa sifat
dasar tersebut di atas yaitu misalnya:
(i) Densitas merupakan penggabungan dari sifat massa dan volume yaitu perbandingan antara
masa dan volume yang ditempatinya. Perbandingan antara densitas suatu fluida terhadap
air disebut dengan gavitasi jenis s (specific gravity).

m
ρ= (1.3)

ρ fluida
s= (1.4)
ρ air

dimana m adalah massa dengan satuan misalnya adalah kg, ∀ adalah volume satuanya
dapat berupa m³.

(ii) Tekanan juga merupakan sifat gabungan sebab tekanan didefinisikan sebagai
perbandingan gaya yang bekerja tegak lurus pada bidang fluida terhadap luas permukaan
bidang tersebut. Sementara gaya adalah perkalian antara massa dengan percepatan yang
juga merupakan penggabungan dari beberapa sifat fluida.

p = F / A = mg / A (1.5)

7
(iii) Tegangan permukaan, merupakan sifat gabungan antara gaya dengan satuan panjang
sehingga satuannya adalah (N/m).
(iv) Kapilaritas terjadi akibat adanya gaya kohesi dan adesi antar molekul, jika kohesi lebih
kecil dari pada adesi maka zat cair akan naik dan jika sebaliknya maka zat cair akan
turun.

2σ cos θ
h= (1.6)
γr

dimana σ adalah tegangan permukaan (N/m), θ adalah sudut kontak, sama dengan nol
untuk air dan sama dengan 140° untuk air raksa. γ adalah berat jenis yaitu berat zat dibagi
dengan volumenya sehingga satuanya adalah N/m³. r adalah jari-jari tabung satuannya
dapat berupa meter.
(v) Kompresibilitas, merupakan kemampuan untuk terkompresi atau sering disebut dengan
elastisitas. Kemampuan terkompresi ini merupakan perubahan volume akibat adanya
perubahan tekanan dan dinyatakan dengan modulus elastisitas.

dp
K= (1.7)
d∀ / ∀

(vi) Panas jenis yaitu energi yang dimiliki oleh satu satuan massa substansi fluida bila
suhunya berubah (naik atau turun) 1 K,
(vii) Konduktivitas panas yaitu laju aliran panas per meter per derajad Kelvin,
(viii) Juga memiliki entalpi, yaitu energi yang dimiliki oleh subtansi per satuan massa.
(ix) Memiliki entropi jika fluida berubah dari kondisi ketetimbangan satu ke kesetimbangan
berikutnya.

1.4 Tekanan fungsi posisi


Tekanan fluida dapat dipengaruhi oleh posisi fluida tersebut, misal tekanan di
permukaan laut akan berbeda dengan tekanan di atas gunung atau di dasar laut. Sebuah
silinder lihat Gambar 1.2, jika fluidanya diam, maka silinder tentu dalam keadaan yang
setimbang dan gaya yang bekerja padanya adalah gaya-gaya yang bekerja pada permukaan
karena tekanan dan grafitasi saja. Oleh sebab itu persamaan kesetimbangan gaya-gayanya
dapat ditulis sebagai (Massey, 1984):

( p + δp )δA − pδA + ρgδAδl cos θ = 0 (1.8)

Jika P adalah berada pada posisi z dan Q adalah pada posisi z + δz , maka perbedaan
ketinggian arah vertical antara P dan Q adalah δz dan δz = δl cos θ . Oleh karena itu
persamaan (1.8) dapat ditulis kembali menjadi:

∂p
δp + ρgδz = 0 atau = − ρg (1.9)
∂z

Tanda negatif menunjukan bahwa tekanan menurun dengan bertambahnya ketinggian. Tiga
kondisi dari kesetimbangan ini harus dipenuhi yaitu:
1. Tekanan harus sama pada kedudukan horizontal yang sama.
8
2. Densitas harus sama pada kedudukan horizontal yang sama.
3. dp / dz = − ρg
Untuk menentukan tekanan pada sembarang titik, maka persamaan (1.9) dapat diintegralkan
p z
menjadi: p dp = z =0 − ρgdz , integral ini hanya bisa diselesaikan jika variasi densitas dan
0

posisi (z) diketahui.

Gambar 1.2 Kesetimbangan gaya-gaya pada fluida diam dalam tabung

Apabila densitas dari fluida adalah konstan atau bukan merupakan fungsi dari z, maka
tekanan pada suatu titik dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana yaitu:

p + ρgz = konstan (1.10)

Jika fluidanya adalah cairan dimana ketinggian diukur berlawanan arah dengan z, atau h = -z,
dan pada permukaan cairan tersebut terdapat tekanan atmosfir, maka persamaan (1.10) dapat
ditulis kembali menjadi:

p = p a + ρgh (1.11)

Tekanan pada persamaan (1.5) disebut tekanan absolut sebab mengandung tekanan atmosfir
(Pa) pada referensi z = 0. Oleh sebab itu, jika yang dibutuhkan adalah tekanan ukur, maka
persamaan (1.11) disederhanakan menjadi p = ρgh .
Untuk fluida compressible, misalnya udara atau gas dan dianggap sebagai gas ideal
maka persamaan (1.10) dapat disajikan sebagai:

dp pg p
= − ρg = − , sebab ρ =
dz RT RT
dp g dz
=− (1.12)
p R T

Jika persamaan (1.12) diintegralkan untuk suhu konstan (isotermal) akan menjadi:

 p  g (z − z0 )
ln  = −
 po  R T
( − g ( z − z ) / RT )
p / po =e 0
(1.13)

9
Untuk atmosfir, pada ketinggian pertama 10 km, suhu bervariasi secara linear dengan
konstanta 0.0065 K/m, dan dari 11 – 32 km, suhu udara konstan sekitar -55°C selanjutnya di
atas 32 km, suhu naik kembali, lihat Olson (1993). Untuk perubahan suhu yang linear,
T = To − λz , dimana To adalah suhu pada z0 = 0. Maka persamaan (1.13) ditulis menjadi:

dp g dz
=−
p R (T0 − λz )
 
ln
p
=−
g
[− ln(T0 − λz )]0z = g [ln(T0 − λz ) − ln(T0 )] = g ln1 − λz 
po λR λR λR  T0 
g

p  λz  λR
= 1 −  (1.14)
p0  T0 

Apabila tekanan adalah merupakan hubungan politropik, dengan konstanta politropik


n, maka:
1/ n
 p 
ρ = ρ o  
 po 
p dp z ρ
po p zo po1/ n gdz
o
1 / n
= − (1.15)

n  n n −1 
n −1
ρo
p − p n  = − g (z − z o )
n −1 o  ( po )1 / n

 n −1

n  p  n
  − 1 = −
g
g (z − z o ) (1.16)

n − 1  po   RTo
 
n

p  n − 1 z − z 0  n −1
= 1 − g  (1.17)
p0  n RT0 

Jika p digantikan dengan suhu, maka akan menjadi:

T  n − 1 g ( z − z0 ) 
= 1 −  (1.18)
T0  n RT0 

Atmosfir baku AS ditetapkan sebagai atmosfir dengan tekanan 1,01325 x 105 Pa (abs)
dan suhunya 15°C (288 K), dan harga n dapat diprediksi dengan persamaan:

1
n= (1.19)
1 + (R / g )(dT / dz )

Tekanan fungsi ketinggian dapat dilihat pada tabel 1.3 yang diambil dari Olson (1993) atau
gambar 1.3.

10
Tabel 1.3 Sifat-sifat atmosfir baku AS
Ketinggian Suhu Tipe Lapse g n Tekanan p Kerapatan ρ
(m) (°C) atmosfer rate (m/s²) (Pa) (kg/m³)
(°C/km)
0 15 1,013 x 105 1,225
11000 -56,5 politropik -6,5 9,790 1,235 2,263 x 104 3,639 x 10-1
20000 -56,5 Isotermal 0,0 9,759 5,475 x 103 8,804 x 10-2
32000 -44,5 Politropik 1,0 9,727 0,972 8,680 x 102 1,323 x 10-2
47000 -2,5 Politropik 2,8 9,685 0,924 1,109 x 102 1,427 x 10-3
52000 -2,5 Isotermal 0,0 9,654 5,900 x 101 7,594 x 10-4
61000 -20,5 Politropik -2,0 9,633 1,063 1,821 x 101 2,511 x 10-4
79000 -92,5 Politropik -4,0 9,592 1,136 1,038 2,001 x 10-5
88743 -92,5 Isotermal 0,0 9,549 1,644 x 10-1 3,170 x 10-6
Sumber: Olson (1993).

11
Gambar 1.3 Standar atmosfir baku Amerika.
https://en.wikipedia.org/wiki/U.S._Standard_Atmosphere

Contoh 1.2
Berapakah temperatur, tekanan dan densitas udara pada ketinggian 19 km dalam kondisi
atmosfir baku AS.

Jawab:
Dari nol hingga 19 km, merupakan daerah politropis dengan n = 1,235, g = 9,79 ms-2
dan R = 287,1 mN/kgK, dan daerah isotermal. Jadi temperatur udara, tekanan dan densitas di
daerah politropis hingga ketinggian 11 km dapat dilihat pada tabel 1.3 di atas: T = −56,5 °C;
p = 2,263 x 10 4 Pa; ρ = 0,3639 kg/m³. Selanjutnya pada ketinggian 19 km adalah merupakan
daerah isotermal, jadi suhu, tekanan dan densitasnya dapat dihitung sebagai berikut:
T = −56,5 °C konstan;
p = p o e ( − g ( z − z ) / RT ) = (2,263 x10 4 )exp(− 9,762(8) / (287,1x(−56,5) )) = 2,26 x10 4 Pa
0

12
p 2,26 x 10 4
ρ= = = 0,364 kg/m³
RT 287,1(216,5)
Pada gambar 1.3 nampak bahwa densitas dan tekanan udara selalu turun seiring dengan
meningkatnya ketinggian dan mendekati nol di atas ketinggian 30 km.

1.5 Pengukuran tekanan


Tekanan dapat diukur dengan peralatan seperti barometer, pressure gauge dan
manometer. Manometer ada beberapa diantaranya adalah manometer terbuka dan tertutup.
Lihat pada gambar 1.4. Sebuah pipa yang salah satu ujungnya ditutup, dimasukan kedalam
bak air dan misalkan air di dalam pipa naik setinggi hb dan pada ujung pipa yang ditutup
memiliki tekanan p v , maka tekanan pada permukaan air di dalam bak yang besarnya sama
dengan tekanan atmosfir akan memenuhi persamaan sebagai berikut:

p v + γ b hb = p a (1.20)

Cairan yang tingginya hb tersebut bisa dari air, benzene atau air raksa. Air raksa lebih banyak
digunakan sebab memiliki berat jenis yang besar yaitu 133200 N/m³ sehingga tinggi hb masih
dapat diterima dan juga memiliki tekanan uap yang kecil yaitu 0.18 Pa abs. Misal untuk 1 atm
jika menggunakan air, maka butuh ketinggian 10 m, sedangkan pakai air raksa hanya butuh
0.75 m.

Gambar 1.4 Barometer atau manometer tertutup

Contoh 1.3
Berapakah tekanan isap pada sebuah pompa sentrifugal apabila diukur dengan sebuah
manometer seperti pada gambar 1.5 jika h = 10 cm dan cairan manometer adalah air raksa
dengan s = 13,6?.

Jawab:

13
Tekanan-tekanan di sini adalah tekanan ukur sehingga 0 − γh = pmasuk ,
p masuk = −(13600)(9,81)(0,1) = −13,34 kPa. Tanda minus menyatakan tekananya lebih rendah
dari tekanan atmosfer. Apabila tekanan tersebut ditambah dengan tekanan atmosfer maka
menjadi tekanan absolut yaitu -13,34 + 100 kPa = 86,66 kPa (abs).

Gambar 1.5 Untuk contoh 1.3

Contoh 1.4
Beda tekanan antara titik 1 dengan titik 2 dalam sebuah pipa yang dialiri minyak
diukur dengan manometer air raksa seperti pada gambar 1.6. Berapakah p2 - p1 ? jika h = 14
inch, berat jenis minyak γ = 0,8(62,4 ) lbf/ft³ dan berat jenis air raksa γ m = 2,95(62,4 ) lbf/ft³.

Gambar 1.6 Untuk contoh 1.4

Jawab:
Ini dapat diekspresikan sebagai:
( p1 + hγ ) − ( p2 + hγ m ) = 0
14
p1 − p 2 = h(γ m − γ ) = [(2,95)(62,4 ) − (0,8)(62,4 )] = 156,5 psf.
12

14
Contoh 1.5
Sebuah manometer peka berisi air dan minyak seperti pada gambar 1.7. Berapakah
beda tekanan jika mula-mula pB = pA dimana saat itu tinggi zat cair di A 0,002 m lebih tinggi
dari kedudukan setimbang dan di B 0,002 m lebih rendah dari kedudukan setimbang.

Gambar 1.7 Untuk contoh soal 1.5

γ a = 7848 N/m³; γ = 9810 N/m³; γ m = 132435 N/m³, y = 20 cm dan h = 50 cm

Jawab:
Dari persamaan-persamaan manometer didapat bahwa:
p A − p B = γ a ( y − 0,002 ) + hγ m − γ (h + y + 0,002 )
p A − p B = 7848(0,2 − 0,002 ) + (0,5)(132435) − (9810 )(0,5 + 0,2 + 0,002 ) = 60,9 kPa.

1.6 Gaya hidrostatik pada benda tercelup


Sebuah permukaan rata yang tenggelam dan posisinya horizontal akan memperoleh
intensitas tekanan yang sama pada setiap titik di permukaannya dan total gaya yang bekerja
ke bawah di atas plat datar tersebut adalah

F = γhA (1.14)

yaitu sama dengan berat jenis cairan di atas plat tersebut. Tetapi bagaimanakah jika benda
tersebut tercelup miring membentuk sudut θ ? apakah intensitas tekananya sama di setiap titik
di permukaan plat tersebut?, lihatlah gambar 1.8 di bawah ini. Plat A dicelupkan miring
dengan sudut θ . Diukur dari permukaan bebas kedalamannya h dan diukur dri titik O sejajar
dengan plat jaraknya y. dF = pdA = γhdA = γy sin θdA dan F = A γy sin θdA = γ sin θ A ydA ,
akan tetapi A ydA adalah momen luasan terhadap titik O yang dapat dinyatakan sebagai
y jarak dari O ke CG pusat massa (central gravity).

A ydA = yA (1.15)
F = γ sin θyA = γh A = pA (1.16)

15
Namun gaya F tidak bekerja pada CG kecuali untuk kasus khusus dimana setiap titik
memperoleh intensitas tekanan yang sama atau pada plat mendatar. Perkalian antara F dengan
pusat gayanya yang diukur dari titik O merupakan momen inersia maka Fy F = A γy 2 sin θ dA .
Momen inersia berbagai bidang terhadap CG dapat dilihat pada Tabel 1.4.

Gambar 1.8 Permukaan rata tercelup miring dengan sudut θ

γ sin θ A y 2 dA A y 2 dA
yF = =
γ sin θ A ydA A ydA
A y dA = I CG + y A
2 2
(1.17)
I CG
yF = y + (1.18)
Ay

Contoh 1.6
Lihat gambar 1.8 tentukan (a) gaya hidrostatik, (b) pusat tekanan, (c) berapakah F2
untuk membuka gerbang tersebut, diameter gerbang 4 m dan terbenam 10 m di bawah
permukaan bebas.

Jawab:
Gaya yang bekerja pada gerbang adalah tekanan pada pusat dikalikan dengan
luasanya;
(a) F1 = pA = γyA = 9810(12)(3,14) = 3,7 x 10 5 N.

16
(b) y F = 12 +
(1 / 16)A(4) 2

= 12 + 1 / 12 = 12,083 m
A(12)
25
(c) Momen terhadap engsel (2 + 1 / 12)F1 = 4 F2 , maka F2 = F1 = 1,93 x 10 5 N
48

Gambar 1.8 Untuk contoh soal 1.6

Gaya pada permukaan lengkung


Gaya pada permukaan lengkung dapat diproyeksikan menjadi gaya pada bidang
vertikal yaitu gaya-gaya horizontal dan bidang horizontal yaitu gaya-gaya vertikal. Lihat
gambar 1.9, ada dua aturan main yaitu:
1. Komponen horizontal sama dengan gaya pada bidang vertikal.
2. Komponen vertikal sama dengan berat volume fluida yang menempati ruangan di atasnya
sampai ke permukaan bebas.

Gambar 1.9 Komponen gaya yang bekerja pada permukaan lengkung

Gaya horizontal pada gambar 1.9 sebelah kanan adalah gaya yang bekerja pada
proyeksi permukaan 143 dan di sebelah kiri adalah 123 terhadap bidang vertikal. Gaya
vertikal ke bawah FVa adalah berat volume fluida yang dibatasi oleh 5416 (diarsir miring),
sedangkan gaya vertikal ke atas FVb adalah berat volume fluida yang dibatasi oleh 54326
(arsiran horizontal dan miring).

17
Tabel 1.4 Momen inersia untuk berbagai bidang datar
Permukaan Gambar bentuk plat Luasan ICG
Persegi panjang atau bujur ah 1
sangkar (ah )h 2
12

Segitiga 1 1 1  2
ah  ah h
2 18  2 

Kuadran lingkaran atau 1 2  πr 2  2


setengah lingkaran πr 0,0699 r
4  4 

18
Kuadran elips atau setengah 1
πab  πab  2
elips 0,0699 a
4  4 

Parabola 4  4ha  2
ha 0,0699 h
3  3 

19
Lingkaran 1 2 1 1 2 2
πd  πd d
4 16  4 

Elips π 1 π  2
ba  ba a
4 16  4 

20
Contoh 1.7
Lihatlah Gambar 1.21, silinder dengan diameter 10 m untuk memisahkan air di
sebelah kanan dan kiri. Air disebelah kiri tingginya 5 m dan di sebelah kanan 10 m, tentukan:
a. Komponen gaya horizontalnya dan resultan horizontal.
b. Komponen gaya vertikal dan resultan gaya vertikalnya.
c. Gaya resultan.

Gambar 1.21 Untuk contoh soal no. 1.7

Jawab:
a. Gaya horizontalnya kiri dan kanan
FHL = pA = γh A = (9810)(2,5)(5) = 12,26 kN
FHR = pA = γh A = (9810)(5)(10) = 490,5 kN
resultan horizontal = 490,5 - 12,26 = 478,24 kN ke kiri.

b. Gaya-gaya vertikal atas dan bawah


 πr 2   π 52 
Fva = γ  r 2 −  = 9810 5 2 −  = 52,73 kN
 4   4 
 πr 2   π 52 
Fv 2 −3 = γ  r 2 +  = 9810 5 2 +  = 437,77 kN
 4   4 
γπr 2 9810π 5 2
Fv 3− 4 = = = 192,52 kN
4 4
maka resultan gaya vertikalnya adalah 437,77 + 192,52 - 52,73 = 577,56 kN dan resultan
totalnya adalah F = FH2 + FV2 = 478,24 2 + 577,56 2 = 749,9 kN dengan sudut 50,4° dari
horizontal.

Contoh 1.8
Batas kedalaman seorang penyelam di dalam laut adalah 185 m, berapakah tekanan
yang diderita penyelam tersebut?

Jawab:
Diketahui : h = 185 m, g = 9,81 m/s², ρ = 1025 kg/m³

21
p = ρgh = (1025)(9,81)(185) = 1,86 MPa.

Contoh 1.9
Sebuah barometer air raksa memiliki kolom ketinggian 750 mm.
a. Berakah tekanan mutlak dalam Pascal?
b. Berapakah ketinggian dalam kolom air?

Jawab:
a. Tekanan dalam Pascal p = γh = (13546)(9,81)(0,75) = 99,66 kPa
p 99,66 x 1000
b. Dalam kolom air h = = = 10159,5 mm kolom air.
γa 1000(9,81)

Contoh 1.20
Sebuah barometer air raksa yang dipasang dekat turbin uap menunjukan angka 760
mm dan tekanan di dalam turbin uap besarnya 380 kPa. Berapakah tekanan mutlaknya?

Jawab:
Tekanan mutlak adalah tekanan absolut yaitu tekanan ukur ditambah dengan tekanan
atmosfir. Tekanan atmosfirnya pada soal ini adalah 760 mmHg dan tekanan ukurnya adalah
380 kPa, maka tekanan mutlaknya: p = pukur + p atm = 380 + (13546 )(9,81)(0,76 ) / 1000 = 481 kPa
(abs)

Contoh 1.21
Lihatlah Gambar 1.22, berapakah gravitasi jenis fluida A?

Gambar 1.22 Untuk contoh soal no. 1.21

Jawab:
Pandanglah pipa U sebelah kiri dan tempatkan titik c pada skala -80, maka
p a + γ (125 − −80) = γ A (100 − −80 ) + p100
p100 = p a + γ (205) − γ A (180 ) (1')
Pandanglah titik d,
p100 + γ A (100 − 90 ) + γ (90 − −100 ) = p a + γ (150 − −100 )

22
p100 + γ A (10 ) + γ (190 ) = p a + γ (250 ) (2')
dari persamaan (1') dan (2') diperoleh:
γ (205) − γ A (180) + γ A (10) + γ (190) = γ (250)
γ A (170 ) = γ (145)
γ A = γ (145 / 170 ) = 0,823γ
s A = 0,823

Contoh 1.22
Lihatlah Gambar 1.23, berapakah gravitasi jenis fluida B?

Jawab:
Buatlah titik C pada skala -80, maka
p a + γ (70 − −80 ) = p a + γ (40 − −10 ) + γ B (− 10 − −80 )
γ (100 ) = γ B (70 )
γB 100
= sB = = 1,43
γ 70

Gambar 1.24 Untuk contoh soal 1.23


Gambar 1.23 Untuk contoh soal 1.22

Contoh 1.23
Lihatlah Gambar 1.24, dua tanki kecil berisi minyak tanah dengan s = 0,6
dihubungkan dengan manometer yang berisi air raksa dengan s = 13,6. Tanki bertekanan
tinggi terletak 15 m lebih rendah dari tanki bertekanan rendah.
a. Berapakah beda tekanan kedua tanki jika defleksi manometer 25 cm?
b. Berapakah piezometric head yang ditunjukan?

Jawab:
a. p A + γ (0,25) = p B + γ (15) + γ m (0,25) , jika ρair = 1000 kg/m³, maka
p A − p B = 9810(15) − 9810(0,25) + 133416(0,25) = 178 kPa

23

Anda mungkin juga menyukai