Anda di halaman 1dari 4

Nama : Iqbal Agustiana

NPM : 180110210007
Kelas :A
Mata Kuliah : Pengantar Ilmu Sastra dan Budaya
Dosen : Nana Suryana, M.Hum

PANDANGAN PARA AHLI MENGENAI KEBUDAYAAN INDONESIA

SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

Menurut Sutan Takdir Alisjahbana kebudayaan adalah sebuah istilah yang terdiri dari kata
“budi” yang artinya pikiran atau kesadaran yang disebabkan oleh pemikiran seseorang dan juga
dari kata”daya” yang artinya kekuatan untuk mencapai hasil tertentu. Menurutnya budi adalah
dasar dari segala kehidupan kebudayaan manusia, budi mengandung dorongan-dorongan hidup
yang dasar, insting, perasaan dengan pemikiran pengetahuan dan fantasi. Sutan Takdir Alisjahbana
lebih menggunakan istilah akal-budi untuk kebudayaan, karena menurutnya akal-budi merupakan
keseluruhan hidup manusia. Menurutnya juga hukum yang terbangun dari akal-budi akan mejadi
suatu keharusan yang harus ditaati, ketaatan tersebut yang membuat dan menentukan manusia
untuk menciptakan kebudayaan yang lebih tinggi, tetapi Sutan Takdir Alisjahbana juga
mempersoalkan hak-hak dan kebebasan manusia. Hal tersebut berkaitan dengan akal-budi,
ditunjukkan dalam kebebasannya memilih nilai-nilai yang menjadi motivasi, pendorong dan
sekaligus tujuan dari perilaku dan perbuatan. Dapat disimpulkan dari pemikirannya tersebut,
kebudayaan sebagai keseluruhan wujud dari proses penilaian dan nilai-nilai yang muncul dari
perilaku, perbuatan, perkembangan benda-benda rohani dan jasmani manusia, yang saling
terhubung.

Sutan Takdir Alisjahbana juga adalah salah satu penggagas perangkulan budaya barat,
beliau merasa senang, kerena gagasannya diterima semua orang bahwa budaya modern (yang
digagasnya) berdasarkan ilmu pengatahuan, kemajuan teknologi dan ekonomi yang berasal dari
zaman Reinesans. Beliau juga mengemukakan gagasannya dalam dokumenter Lontar Foundation,
bahwa Nenek Moyang kita itu sudah habis waktunya, yang penting itu bukan di masa lampau,
namun masa sekarang, itu tanggung jawab kita, dan masa depan yang sudah mulai terlihat corak-
coraknya. Hal tersebut yang mendorong Sutan Takdir Alisjahbana untuk mendirikan sastra
generasi baru yaitu ditandai dengan munculnya majalah Poedjangga Baroe, sastra di zaman
tersebut lebih menyesuaikan diri dengan zamannya dan juga lebih melihat (berorientasi) pada masa
depan.

UMAR KAYAM

Prof. Umar Kayam atau biasa dikenal dengan Umar Kayam, sudah sejak lama menawarkan
tinjauan sejarah kebudayaan, dimulai dari proses Jawanisasi atau Indonesianisasi untuk melawan
pengaruh kebudayaan luar seperti kebudayaan India, pengaruh Islam, kemunculan orang barat,
hingga sebelum dan sesudah kemerdekaan Republik Indonesia. Umar Jayam juga menggagas
“Transformasi Budaya”, transformasi budaya adalah suatu proses yang lama, bertahap-tahap dan
pada saat yang sama juga dapat dikatakan sebagai sebuah titik balik yang cepat bahkan tidak
terduga.

Umar Kayam memandang kebudayaan indonesia sebagai kebudayaan yang terkurung,


seperti memiliki bingkai, terlebih lagi budaya regional (lokal). Umar Kayam menghimbau untuk
membebaskan budaya-budaya lokal Nusantara agar berkembang tanpa dikecilkan serta tanpa
dikurung oleh wacana tunggal kesatuan. Pemikirannya tersebut membukakan kepada kita sebuah
tinjauan sejarah kebudayaan dan analisis yang cukup sistemastis agar dapat memahami
permasalahan kebudayaan yang sedang dihadapi Indonesia pada zaman sekarang, pemikirannya
masih relevan sampai saat ini.

Menurut Umar Kayam permasalahan-permasalahan kebudayaan yang terjadi di Indonesia


dapat disebut sebagai “kecemburuan budaya” antara budaya-budaya lokal Indonesia. Kemudian
Umar Kayam juga mengungkapkan bahwa permasalahan kebudayaan Indonesia juga dipengaruhi
oleh kebudayaan barat yang semakin lama semakin meluas dan membesar, terlebih lagi di
kalangan generasi muda. Mereka (generasi muda) yang sepatutnya sebagai pemegang masa depan
bangsa ini harus dapat menjadikan tradisi-tradisi atau budaya-budaya lama sebagai pedoman dasar
dalam pencarian jati diri bangsa.
Y.B. MANGUNWIJAYA

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau biasanya dikenal dengan nama YB Mangunwijaya


maupun Romo Mangun. Romo Mangun menganut gagasan bahwa Indonesia memerlukan revolusi
kebudayaan, revolusi kebudayaan yang dimaksud adalah revolusi budaya dari struktur-struktur
feodal dan eks-kolonial menuju kebudayaan yang memerdekakan. Romo Mangun
mengintegrasikan pemikiran budayanya melalui arsitektur, menurutnya arsitektur perlu mengikuti
budaya dan kedirian masyarakat setempat, menurutnya juga arsitektur perlu menciptakan budaya
baru dan selalu memberikan kontribusi terhadap perkembangan budayanya sendiri. Mangunwijaya
mengartikan arsitektur sebagai sebuah gagasan mendasar bahwa ilmu arsitektur, termasuk
pemikiran dan budaya yang datang dari luar (Indonesia), harus menjadi sesuatu yang akan
memberikan pengaruh yang akan memperkaya kebudayaan manusia Indonesia. Mangunwijaya
juga memiliki pemahaman yang sama dengan Rudofsky, bahwa berarsitektur sama dengan
berbahasa, sehingga menghadirkan unsur individu arsitek. Menurutnya setiap orang
berkomunikasi dengan beragam, dapat terlihat dengan memiliki keunikan logatnya, pemilihan kata
yang tepat sebagai ekpresi diri dan tetap dapat dipahami oleh komunitasnya. Kemudian
Mangunwijaya juga mengemukakan bahwa dalam menciptakan karya arsitektur, seorang arsitek
sejogjanya membahasakan kebudayaan masyarakat tertentu dengan tidak menahan atau
mengekang upaya pengekspresian diri individu penciptanya.
REFERENSI

Angkasa, N. (29 April 2013). Menjelajahi Pemikiran Budaya Umar Kayam dan Kuntowijoyo
(Bagian 1). Diakses pada 15 November 2021 dari
https://www.kompasiana.com/nugroho_angkasa/552b2afbf17e619d623c1/menjelajahi-
pemikiran-budaya-umar-kayam-dan-kuntowijoyo-bagian-1?page=2&page_images=1

Angkasa, N. (30 April 2013). Menjelajahi Pemikiran Budaya Umar Kayam dan Kuntowijoyo
(Bagian 2). Diakses pada 15 November 2021 dari
https:/www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/nugroho_angkasa/menjelajahi-
pemikiran-budaya-umar-kayam-dan-kuntowijoyo-bagian-2_552a4b2ff17e61a171d6248e

Gunawan, Y. (n.d.). Memahami Ruang Y.B. Mangunwijaya. Diakses pada 15 November 2021 dari
http://adoc.tips/download/memahami-ruan-yb-mangunwijaya.html

Hadi, A. (n.d.). KONSEP KEBUDAYAAN SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA. Diakses pada 14


November 2021 dari http://digilib.uinsby.ac.id/7849/6/babiii.pdf

Pratikno, P. (2020). Membaca Pesan YB Mangunwijaya Lewat Wastu Citra Berdasar Konsep
Hibriditas dan Otentisitas. Talenta Publisher : Sumatera Utara.

Rahman, J. & Theofany, S. (1 Juli 2017). Romo Mangun dan Humanisme Indonesia. Diakses pada
15 November 2021 dari https://www.balariungpress.com/2017/07/romo-mangun-dan-
humanisme-indonesia/

Sutan Takdir Alisjahbana (n.d.). Diakses pada 14 November 2021 dari BeBaSIn TV
https://youtu.be/--iiCnF7Oeg

Anda mungkin juga menyukai