Anda di halaman 1dari 56

BASIC WOO DENBOAT

A IZ H M A D R IE KY YA N 53 A H
Bab 1

Pemilihan material kayu

Kayu memiliki sifat fisik dan sifat mekanis yang


dapat dijadikan sebagai acuan untuk pemilihan jenis
material kayu yang digunakan untuk pembuatan
konstruksi bangunan atau perkapalan. Martawijaya et al.
(1981) menyebutkan bahwa sifat fisik kayu meliputi
penyusutan, kelas kuat, dan berat jenis, sedangkan sifat
mekanis kayu meliputi keteguhan lentur statik, tekan
pukul, belah geser, tarik sejajar arah serat, dan kekerasan
kayu yang diukur dalam keadaan basah. Berat jenis (BJ)
merupakan indikator utama dari sifat fisik dan mekanis
kayu (Mandang dan Pandit, 1997).
Syarat kayu sebagai material kapal (Pasaribu, 1985)
adalah:
1) Tidak mudah pecah;
2) Tahan terhadap hewan laut; dan
3) Tidak mudah lapuk, liat, kuat
Purba (2004) menyatakan bahwa tingkat kelas
kayu yang digunakan sebagai material kapal juga
merupakan faktor yang dapat mempengaruhi umur teknis
kapal perikanan. Tingkat kelas kayu tersebut terbagi
dua, yaitu tingkat kelas awet (KA) dan tingkat kelas kuat
(KK). Tingkat kelas kuat (KK) kayu adalah
pengelompokan kayu berdasarkan berat jenis (BJ) kayu
tersebut. Kriteria
kelas kuat (KK) kayu dapat dilihat pada Tabel 1.

2
Tabel 1 Kriteria kelas kuat (KK) kayu
Kelas kuat Berat jenis Keteguhan Keteguhan
lentur mutlak tekan mutlak

I >0.9 >1100 >650


II 0.6-0.9 725 – 1100 425 – 650
III 0,4 – 0,6 500 – 725 300 – 425
IV 0,3 – 0,4 360 – 500 215 – 300
V < 0,3 < 360 < 215
Sumber: Biro Klasifikasi Indonesia (1996)

Tingkat kelas awet (KA) kayu adalah klasifikasi


kayu berdasarkan daya tahan terhadap serangan jamur,
rayap dan organisme perusak lainnya. Kriteria kelas awet
(KA) kayu dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan
standar BKI (1989) persyaratan untuk membentuk kayu
sebagai konstruksi yang penting yaitu harus
dipergunakan dengan kayu ukuran minimum kelas kuat
III karena peraturan BKI yang menyebutkan untuk
lunas, linggi haluan, linggi buritan, wrang, gading–
gading, balok buritan, dan tutup sisi geladak harus
menggunakan jenis kayu yang memiliki massa jenis
minimum 0,7 ton/m3, untuk gading berlapis massa
jenisminimum 0,45 ton/m3, untuk kulit luar balok
geladak, galar balok digunakan kayu dengan berat jenis
minimum 0,65 ton/m3, untuk geladak dan galar bisa
digunakankayu dengan berat jenis minimum 0,45 ton/m3.

3
Tabel 2 kriteria kelas awet
Kelas awet I II III IV V

a) Selalu berhubungan Sangat Sangat


8 tahun 5 tahun 3 tahun
dengan tanah lembab pendek pendek

b) Hanya terbuka
terhadap angin dan
iklim tetapi 20 15 10 Beberap Sangat
dilindungi terhadap tahun tahun tahun a tahun pendek
pemasukan air dan
kelemasan
c) Dibawah atap tidak
berhubungan dengan Tak Tak Sangat Beberap
tanah lembab dan Pendek
terbatas terbatas lama a tahun
dilindungi terhadap
kelemasan
d) Seperti pada c.tetapi Tak Tak Tak 20
dipelihara yang 20 tahun
terbatas terbatas terbatas tahun
baik,selalu dicat,dsb

Agak Sangat Sangat


e) serangan oleh rayap Tidak Jarang
cepat cepat cepat

f) serangan oleh bubuk Hampir Tak Sangat


Tidak Tidak
kayu kering tidak seberapa cepat

4
Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi
utama harus baik, sehat, tidak ada celah, dan tidak ada
cacat yang membahayakan. Kayu yang kurang tahan
terhadap perubahan kering dan basah hanya boleh
digunakan untuk bagianbagian di bawah garis air,seperti
papan alas. Bagian-bagian konstruksi di atas air seperti
papan samping, geladak, bangunan atas, ambang palka
harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya.
Persyaratan teknis kayu untuk bagian konstruksi kapal
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Sumber: Dumanauw (1982)


Pengguna Persyaratan teknis Contoh kayu
an
Lunas Tidak mudah Ulin,kapur,merbabu,d
pecah,tahan an kayu lapis kualitas
binatang laut khusus
Gading Kuat.liat,tidak Bangkirai,bungur,cam
mudah pecah,tahan plong,dan kapur
binatang laut
Kulit/lam Kuat.liat,tidak Bangkirai,mahoni,mer
bung mudah pecah,tahan anti merah,dan
binatang laut bungur
Bangunan Ringan,kuat,awet,k Kapur,meranti
atas dan eras,tidak mudah merah,ulin,dan
dudukan pecah karena bangkirai
mesin getaran mesin

5
Fyson (1985) menyatakan bahwa terdapat
pertimbangan – pertimbangan prinsip yang harus
diperhatikan dengan pemilihan kayu seperti kekuatan,
daya tahan terhadap pembusukan, dan ketersedian dalam
mutu, jumlah dan ukuran yang diinginkan. Material
kayu membutuhkan kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap serangan organisme laut. Tingkat kekuatan
yang tinggi diharapkan dapat memperlama dalam jangka
waktu operasi kapal.

Aspek teknis yang perlu diperhatikan guna


memperoleh umur pakai yang lama dari kapal kayu
penangkap ikan (Pasaribu, 1987) adalah:
1) Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang
digunakan;
2) Kelayakan desain dan metode konstruksi
kapal; dan
3) Pengelolaan dan perawatan kapal
Fyson (1985) menjelaskan bahwa pemilihan material
kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh:
1) Keahlian galangan kapal, termasuk
kemampuan sumberdaya manusia
dan teknologi atau peralatan yang tersedia di
galangan;
2) Kemudahan dalam memperoleh bahan;
3) Keuntungan teknis dari tiap material; dan
4) Biaya pembelian bahan material.

6
Bab 2

Ukuran utama dan ukuran kontruksi

Ukuran utama

Panjang kapal L adalah rata-rata dari panjang pada garis


muat L1 dan panjan di geladak L2,jadi

L = (L1 + L2)/2
Panjang L1 adalah jarak antara sisi belakang linggi buritan
dan sisi depan linggi haluan.panjang L2 adalah jarak antara
sisi belakang buritan datar dan sisi depan linggi haluan pada
geladak.
Lebar kapal B diukur pada sisi luar kulit-luar pada lebar
yang terbesar dari kapal.Tinggi H diukur pada pertengahan
panjang sebagai jarak vertical antara sisi bawah sponeng
lubas dan sisi atas papn geladak pada sisi kapal.Sarat air T
diukur pada pertengahan panjang L1 sebagai jarak vertikal
antara sisi bawah sponeng lunas dan tanda lambung timbul
untuk garis muat musim panas.untuk penjelasan tentang
ukuran-ukuran utama L,B,H, dan T di gambar dibawah ini.

7
Untuk angka penunjuk yang ada diantara angka-angka
penunjuk dalam tabel,maka ukuran-ukuran dapat
diinterpolasikan.Pada kontruksi memanjang kapal berlaku
untuk kapal-kapal dengan perbandingan L/H=8.Bagi kapal
dengan perbandingan L/H yang lebih besar, maka luas
penampang lunas luar dan juga tebal papan kulit luar harus
diperbesar menuut daftar di bawah ini:

Penambahan luas
L/H penampang atau tebal
dalam %
8,2 2
8,4 4
8,6 7
8,8 11
9 16

8
Bab 3
Penentuan Ukuran-ukuran bagian konstruksi

1. Lunas
Tinggi dan lebar lunas dalam dan lunas luar terdapat
dalam Tabel 1a dan 1b dan tergantung dari angka
penunjuk L (B/3 + H).Kapal-kapal dengan angka
penunjuk L (B/3 + H) yang lebih kecil dari 140, tidak
perlu dipasang lunas dalam (Lihat kolom 3 dari tabel).
Kapal-kapal yang lebih besar harus dipasang lunas
dalam (dari linggi buritan sampai linggi-haluan) dan
lunas luar.
Tebal dan tinggi dari lunas dalam dan lunas luar dapat
diubah sedikit asal penampang seluruhnya seperti tertera
dalam kolom 2 dipertahankan. Juga perbandingan antara
penampang lunas dalam dan penampang lunas luar boleh
diubah, tetapi penampang lunas dalam bagaimanapun
tidak boleh kurang dari ½ penampang luas luar.
Jika lunas dalam dan lunas luar terbuat dari satu balok
maka penampang keseluruhannya boleh dikurangi 10%
dari angka yang dimuat menurut Tabel.
Jika lunas luar terdiri dari lapisan-lapisan kayu yang
dilem, maka penampang-penampangnya boleh dikurangi
15% dari angka yang didapat menurut Tabel. Tebal dari
masing-masing lapisan lunas tidak boleh melebihi 20
m/m.
Lebar dari sponeng lunas harus sama dengan 1
sampai 1 ½ kali tebal papan kulit luar.

9
Lunas luar dan lunas dalam dari kapal-kapal dan
panjangnya sampai 14 m masing-masing harus dibuat
dari satu potong kayu lunas luar dari kapal-kapal yang
lebih besar, maksimal hanya boleh terdiri dari 3 potong
yang satu sama lain disambung; bagian yang terpendek
dari lunas luar tersebut paling sedikit panjangnya 6 m.
Sambungan lunas di bagian belakang kapal pada kapal-
kapal bermotor harus dihindarkan. Sambungan-
sambungan lunas tidak boleh berada di bawah lubang
palka atau bukaan-bukaan geladak yang besar. Letak
sambungan-sambungan ini terhadap sekat yang terdekat
paling sedikit harus satu jarak gading-gading sedangkan
terhadap pemikul membujur mesin paling sedikit harus 5
jarak gading-gading.
Pada lunas luar tidak boleh ada sambungan skarp
tumpul.
Sambungan pada kapal-kapal dengan panjang sampai 15
meter harus dengan skarp miring; pada kapal-kapal yang
lebih besar sambungannya skarp miring berkait ganda.
Panjang dari sambungan paling sedikit harus 5 kali
tinggi lunas.Pada sambungan-sambungan lunas luar
harus dipasang stopwater yang dibuat dari kayu lunak di
titik-titik pertemuan antara sponeng dengan sambungan.
2. Linggi haluan dan linggi buritan
Tinggi dan tebal dari linggi haluan dan linggi
buritan terdapat di dalam Tabel 1a dan 1b.
Tinggi dan tebal dari linggi-linggi boleh diubah asal
besar penampang yang diperlukan tetap dipertahankan,

10
tebal linggi-linggi di antara sponeng-sponeng paling
sedikit harus 2,5 kali tebal papan kulit luar. Lebar dari
sponeng paling sedikit harus 1,5 kali tebal dari papan
kulit luar.
Di atas garis maut, tinggi fari linggi haluan boleh
dikurangi hingga menjadi 80% dari tinggi linggi tersebut
menurut Tabel.
Linggi baling-baling harus sedemikian lebarnya,
sehingga di samping lubang untuk tabung buritan masih
ada paling sedikit tebal kayu sebesar 20 mm, pada setiap
sisi; sedangkan untuk kapal-kapal dengan angka
penunjuk L (B/3 + H) di atas 120, tebal kayu paling
sedikit harus 25 mm pada setiap sisi. Tebal tersebut
harus diukur antara lubang (tabung buritan) dan sisi
dalam sponeng.
Sisi depan linggi haluan dan sisi belakang linggi buritan
boleh ditajamkan.Sambungan-sambungan pada linggi
harus dihindari kecuali sambungan antara linggi haluan
dan lunas. Kalaupun sambungan ini diadakan, maka
sambungannya harus terletak di atas garis muat. Panjang
sambungan kira-kira harus sama dengan 5 kali tinggi
(Linggi haluan).
Pada sambungan antara lunas dan linggi haluan dan
linggi buritan, harus dipasang stop water dari kayu lunak
pada titik-titik, dimana sponeng memotong sambungan-
sambungan tersebut.
Lutut-lutut linggi harus dipasang untuk penguatan
sambungan linggi haluan dengan lunas luar. Lutut-lutut

11
linggi tersebut harus berhimpitan dengan lunas dan
dengan linggi, masing-masing sepanjang 3x tinggi lunas.

Pemasangan linggi ke lunas di wooden sailing boat


3. Kemudi
Setiap kapal harus memiliki sistem kemudi yang
menjamin bahwa kapal dapat dikemudikan dengan baik.
Garis tengah gagang kemudi dengan 3 batang bantalan
dihitung menurut Tabel 2a. Letak bantalan-bantalan
tersebut adalah di atas tabung kemudi dan pada sepatu
linggi buritan. Garis tengah yang didapat menurut Tabel
2a berlaku untuk gagang kemudi seluruhnya. Di tempat
pemasangan kwadran, gagang tersebut boleh dibuat
konus (kira-kira 1 : 10)

12
Bila gagang kemudi mendapat tambahan momen
lengkung, umpamanya karena bantalan di tengah
letaknya tidak tepat di atas daun kemudi; maka diameter
gagang harus diperkuat atau dipasang lagi bantalan-
bantalan tambahan (umpama riem pengikat atau jari-jari)
Gagang kemudi yang mempunyai jarak antara 2 bantalan
lebih besar dari 4x jarak antara titik berat kemudi dengan
sumbu putarnya, atau gagang-gagang kemudi dari kapal
yang sesuai dengan penggunaannya akan sering kandas,
harus diperkuat.
Garis tengah gagang, kemudi dari kemudi gantung
(sekop) setelah didapat dari Tabel 2a harus diperbesar
dengan faktor C dari Tabel 2b.
Gagang-gagang kemudi yang diperkuat, boleh diperkecil
sampai garis tengah yang diharuskan menurut Tabel 2a,
mulai dari bantalan di bawah tabung kemudi, ke atas dan
ke bawah.
Garis tengah yang berlaku adalah untuk gagang-gagang
kemudi dari baja bangungan kapal, dengan tegangan
tarik sebesar 30-50 kg/mm2.
Bila digunakan bahan-bahan dengan tegangan tarik lain,
maka garis tengah harus disesuaikan dengan seizin BKI.
Pengelasan cincin pada gagang di sekitar pelat atas dari
kemudi dan di atasnya tidak diperbolehkan. Bila gagang
dihubungkan dengan cara pengelasan, maka pada
ketinggian kopeling flens harus dipasang bos yang
dibubut atau ditempa. Tebal bos ini minimal sama
dengan tebal flens, maksimal sama dengan flens + 5 mm.

13
Garis tengah bos ini harus 20 mm lebih besar dari garis
tengah gagang. Sebaiknya gagang ini setelah pengelasan
dipijarkan untuk menghilangkan tegangan. Tebal flens
dari kopeling horizontal harus paling sedikit sama
dengan garis tengah baut-baut kopeling.
Jumlah minimal dari baut adalah 6; di depan sumbu
gagang paling sedikit harus ada 2 baut. Penampang
seluruhnya dari baut-baut sama dengan 4/10 dari
penampang gagang. Bila ada 8 baut, maka garis tengah
baut-baut = 0,225 dari garis tengah gagang. Baut yang
dipasang harus baut pas, murnya harus diamankan
supaya jangan terlepas.
Untuk membantu baut-baut maka kopeling flens
dilengkapi dengan pasak. Bila pasak tidak dipasang garis
tengah dari baut dan tebal dari kopeling flens ditambah
10%. Gagang dan jari-jari lebih baik diperkuat agar bisa
dibubut lagi bila mulai aus.
Luas dari proyeksi bantalan sepatu linggi (tinggi
bantalan X garis tengah bantalan) – dan bantalan lainnya
paling sedikit harus sama dengan :

f = luas bagian kemudi yang membebani bantalan


tersebut dalam m2
v = kecepatan kapal dalam knot
Tinggi bantalan kira-kira sama dengan garis
tengahnya, tetapi maksimal sama dengan 1,3 garis
tengah bantalan. Pada kemudi dengan 3 bantalan, yang
tidak seimbang, garis tengah bantalan sepatu linggi kira-

14
kira sama dengan 0,7x garis tengah gagang kemudi.
Tebal dinding bantalan harus paling sedikit ¼ garis
tengah jari-jari.
Badan kemudi dapat dibuat dari kayu, baja, atau logam
lainnya. Tebal pelat dari kemudi baja dengan 1 pelat dan
kemudi profil, jumlah dan ukuran dengan kemudi untuk
kemudi 1 pelat, dan jarak-jarak dari rusuk rusuk bagi
kemudi profil terdapat dalam Tabel 2c.
Rusuk-rusuk kemudi profil dilas pada satu sisi dengan
pelat kemudi. Sisi lain tidak boleh dihubungkan pada
pelat kemudi dengan cincin. Pelat kemudi dihubungkan
terdapat rusuk rusuk dengan las sumbat melalui bilah
pelat yang dilas terhadap rusuk.
Gerakan kemudi ke setiap sisi harus dibatasi oleh
penahan. Sistem kemudi dengan roda atau dengan sistem
mekanis lain harus dilengkapi dengna kemudi darurat.
Kemudi darurat ini boleh dipasang pada ujung gagang,
dengan segi empat yang lebarnya 0,77 d dan tingginya d.
Pada sisi belakang dari kemudi harus dibuat sesuatu
yang memungkinkan dipasangnya tali atau rantai
sedemikian sehingga kemudi dalam keadaan darurat
dapat digerakkan oleh rantai atau tali tersebut. Gagang
gagang kemudi harus diamankan terhadapa pemindahan
aksial.
Naf dari celaga dan kwadran harus dipasang pada
gagang kemudi dengan cara penyusutan atau merupakan
naf yang terdiri dari 2 bagian. Hubungan ini harus
diamankan lagi dengan pasak. Naf harus mempunyai

15
ukuran, yang tergantung dari garis tengah gagang
kemudi d, sebagai berikut:
Garis tengah luar = 18 d,
tinggi = 0 1,4 d.
Garis tengah luar untuk celaga bantu = 1,5 d,
tinggi = 0 d.
Naf terdiri dari 2 bagian harus mempunyai paling sedikit
2 sekrup pada tiap sisi dari gagang kemudi. Jumlah luas
penampang garis tengah ulir dalam dari semua sekrup
adalah :

d = garis tengah gagang kemudi dalam cm


a = jarak antara garis sumbu sekrup dan garis sumbu
gagang dalam cm

Ukuran-ukuran lengan celaga dan kwadran harus sesuai

Penampang persegi
Jumlah lengan Pada naf Pada titik tangkap
lebar x tinggi Gaya lebar x tinggi
1 lengan 1,25 d x 0,5 d 0,7 d x 0,3 d
2 lengan 1,0 d x 0,4 d 0,55 d x 0,24 d
3 lengan 0,9 d x 0,3 d 0,5 d x 0,2 d
dengan tabel berikut:
Garis tengah d1 dari rantai kemudi didapat sebagai
berikut:

d = garis tengah gagang kemudi dalam mm menurut ayat

16
e = setengah garis tengah celaga atau radius kwadran
dalam mm.
Garis tengah dari batang tarik harus 1,25 d 1 dan
garis tengah tali baja harus 1,5 d1 (tali yang terdiri dari
114 kawat dengan :
0 = 130 kg/mm2
Garis tengah dari rel antara diukur sampai tengah-tengah
rantai harus sama dengan 16 sampai 18 kali garis tengah
rantai. Sekrup pemegang dan segel pada sistem kemudi
harus sesuai dengan Tabel sebagai berikut:

Garis tengah
Sekrup penegang Segel
rantai mm
Garis Garis
Nr Nr
tengah mm tengah mm
1 2 3 4 5
6 0,4 M 12 0,4 M 10
7 0,6 M 16 0,6 M 12
8 0,6 M 16 0,6 M 12
10 1 M 18 1 M 16
13 1,6 M 22 1,6 M 20
16 2,5 M 27 2,5 M 24
Yang bisa dipakai adalah segel bentuk B baut
pengamanan dengan pena dan sengkan; atau segel
bentuk C.

17
Pembuatan kemudi di kapal yole de bantry

4. Gading-gading dan Wrang-wrang


Untuk dapat dipergunakan gading-gading tunggal
lengkung atau gading-gading berganda yang lengkung,
gading-gading yang berlapis atau gading-gading dari
baja dan bila perlu dari logam lainnya. Jarka antara
gading-gading satu dengan yang lain diukur dari tengah
ke tengah – dapat dihitung menurut tabel 6a dan 6b dan
ukuran-ukuran gading menurut tabel 3a sampai dengan
3d.
Untuk gading-gading yang lengkung ini dapat
dipergunakan untuk jenis-jenis kayu, dimana urat-
uratnya sejalan dengan bentuk, gading-gading. Bilamana
jenis kayu demikian yang cukup panjang tidak terdapat,

18
maka gading-gading dapat disambung. Bagi gading--
gading tunggal, kedua bagian gading-gading tersebut
harus berimpitan sepanjang paling kurang 3 kali tebal
gading-gading, atau kedua bagian gading-gading tersebut
dilekatkan tumpul satu dengan yang lain dan disamping
dengan sebuah skrap samping dari suatu sisi, yang
berpenampang gading-gading yang panjangnya sasma
dengan 6 kali tebal gading-gading. Bagi gading-gading
berganda, sambungan antara kedua bagian gading-
gading tersebut satu dengan yang lain tidak perlu dengan
kayu penyambung. Bagian gading-gading tersebut dapat
dilekatkan tumpul satu dengan yang lain, tetapi
pertemuan gading-gading pertama dari gading-gading
berganda ini dengan pertemuan gading-gading kedua
harus kira-kira 6 kali tebal gading-gading, tetapi jarak
antara kedua pertemuan itu tidak perlu melebihi 700mm.
Gading-gading yang berlapis harus dibuat dalam satu
ukuran panjang. Tebal tiap lapisan kira-kira harus 1/8
tinggi gading-gading tetapi tidak perlu melebihi 20 mm.
Bagi gading-gading yang sangat lengkung dianjurkan
agar tebal lapisan tersebut diperkecil, supaya pada waktu
dilengkungkan tidak patah.
Bagi gading-gading tunggal yang lengkung gading-
gading sisi kiri da sisi kanan harus dihubungkan satu
dengan yang lain dengan wrang-wrang, hal mana
tingginya diatas lunas luar, dapat dihitung menurut tabel
4a dan tebalnya harus sama dengan tebal gading-gading.

19
Panjang wrang-wrang sekurang-kurangnya harus sama
dengan 0,4 B ( B = lebar kapal setempat ).
Bagi gading-gading berganda ada dua cara yang dapat
digunakan :
a. Gading-gading diteruskan sepanjang lunas luar.
Letak sambungan gading-gading harus disatu sisi dari
lunas 0,10B’ sampai ) 0,15 B’. Dan sisi lainnya 0,4 B’
sampai 0,35 B’ diukur dari bidang simetri kapal ke sisi
luar gading-gading. ( moulded ).
panjang keseluruhan dari kedua lengan gading-gading
harus sekurang-kurangnya sama dengan 0,5 B’.
Sambungan di gading-gading yang kedua letaknya harus
paling kurang 0,25 B’ diukur dari tengah lunas.
b. Bila titik pertemuan gading-gading pertama
letaknya di tengah lunas, maka titik pertemuan gading-
gading kedua letaknya paling kurang 0,25 B’ diukur dari
tengah lunas. Tinggi gasing-gading dari sisi atas lunas
luas harus sama dengan tinggi wrang menurut tabel 4.
Wrang-wrang dibawah pondasi mesin harus diperkuat
secukupnya. Pada wrang-wrang atau gading-gading
sebelah menyebelah sisi lunas harus dibuat lubang-
lubang air agar supaya air dapat mengalilr dengan baik
ke pompa bilga.

20
Mouldlofting gading dan wrang

21
5.Kulit luar dan gading-gading

Setiap papan kulit luar harus disambung pada


gading-gading dengan sekurang-kurangnya 2 baut
tumpul,baut-baut keeling atau spiker.Pemakaian sekrup
harus dihindarkan.untuk papan-papan yang tebalnya 40
mm cukup dipakai spiker.

Untuk papan-papan tebalnya dapat dihitung melalui tabel berikut

Gading-gading Tebal kulit


L(B/3+H) Tunggal Ganda luar
Jarak gading-gading
M2 mm mm Mm
20 265 295 24
25 275 305 26
30 285 315 28
35 300 330 30
40 315 350 32
45 330 370 34
50 350 390 36
Tebaal papan diatas hanya berlaku pada jarak gading-
gading yang dimuat pada tabel tersebut.Jika jarak gading
diperkecil maka pengurangan tebal papan hanya dapat
dilakukan atas persetujuan dari BKI.

Papan yang dipakai harus sepanjang mungkin


dan setiap sambungan pada papan harus dibagi secar

22
merata dikulit luar keseluruhan.jarak antara sambungan
dari papan yang bersisian harus sekurang-kurangnya 3
kali jarak gading dan bila ada satu lajur
diantaranya,harus sekurang-kurangnya 2 kali jarak antar
gading dan bila ada 2 lajur diantaranya maka sekurang-
kurangnya 1 kali jarak antar gading.sambungan tersebut
dapat dibuat ditengah-tengah gading dan sambungannya
terletak pada satu gading yang sama.

Sambungan papn lunas (garboard strake) dan


sambungan lunas, tidak boleh terletak dalam satu bidang
tetapi harus berjarak satu sama lain minimal 3 kali jarak
gading.dalam pemasangan papn kulit diperhatikan
dengan baik agar bagian dalam kayu (hati kayu)
menghadap kearah sebelah dalam dan berhimpitan
dengan gading.

Papan yang akan dipasang pada bagian kapal


yang melengkung,sebelum dipasang agar dilengkungkan
dulu cara menggunakan uap panas ataupun direbus.lebar
papan kulit luar diatas garis air dapt dibuat selebar
mungkin namun pada umumnya tidak boleh lebih dari

15+(t/2) (cm)

Dimana t =tebal papan kulit luar,dalam

23
perebusan papan kulit agar mudah dilengkungkan

Pemasangan kulit luar

24
Bab 4

Pembautan

Elemen

Nilai-nilai yang diperlukan mengenai sambungan


bagian-bagian kontruksi satu dengan yang lain diambil
dari tabel 4a sampai 4c.Nilai-nilai dalam tabel-tabel itu
berlaku untuk baut-baut baja tumpul,baut-baut
keeling,sekrup,spiker-spiker dan paku –paku baja.Juga
dipakai baut-baut dan yang lain-lain yang sama kuat dan
terdiri dari logam-logam baut-baut dan lain-lain yang
sama kuat dan terdiri dari logam-logam yang tahan dari
air laut.

Baut-baut tumpul dan baut-baut keling adalah


baut-baut silindris berkepala.Garis tengah kepala ini
harus kuranglebih 2 kali garis tengah baut .Ujung –ujung
baut tumpul ini dapat dijadikan konis.Baut-baut keling
harus dikeling diatas cincin.

Mur-mur dari sekrup harus diletakkan diatas


cincin alas.Spiker adalah paku empat persegi,yang 2/3
dari panjangnya ditajamkan secara mendatar.Garis
tengah kepala harus kurang lebih 2 kali lebar sisi-sisi.

Sebagai baut tumpul,spiker dan paku baja,dapat


juga dipakai sekrup dari kayu,dengan garis tengah 2 mm
lebih besar dari pada yeng tertera dalam tabel untuk garis
25
tengah baut.Cincin alas atau cincin keling dan mur harus
dibuat dari bahan sekrup dan baut. Garis tengah cincin
harus sekurang-kurangnya 3 kali dan tebal cincin 25%
dari garis tengah baut.Lubang bor harus lebih kecil dari
pada garis tengah baut karena baut ini dapat dimasukkan
sedemikian sehingga menjadi kokoh dan kedap air.

Diameter baut,sekrup,dan paku keling


Ljur lunas
dengan wrang
Lunas,linggi galar balok Sambungan
L(B/3+H) dan lutut dengan luasnas
(m2) linggi gading dan dalm galar
dengan balok balok kim
wrang geladak,tutup dengan
(mm) sisi geladak gading
dengan balok (mm)
geladak
sambungan
lunas
(mm)
20 13 11 11
25 14 12 12
30 14 12 12
37 15 13 12
45 16 14 13
55 17 15 13

26
65 18 16 14
72 19 17 14
80 20 18 15
90 21 19 15
100 22 19 16
115 23 20 17
130 24 21 17
145 25 21 18
160 26 22 19
175 27 23 19
195 28 24 20
215 29 24 21
240 30 25 22
270 31 26 23

Tabel 4a(baut dalm lunas,linggi wrang,dan galar)

Tinggi lunas jumlah


(mm)
Sampai 240 4
240 sampai 290 5
290 sampai 340 6
340 sampai 390 7
390 sampai 440 8
440 sampai 490 9

27
Tabel 4b(jumlah baut dalm sambungan lunas dalam)

Lebar gading atau tebal Garis tengah baut


kayu
Sampai 80 12
80 sampai 90 13
90 sampai 100 14
100 sampai 110 15
110 sampai 120 16
120 sampai 130 17
130 sampai 140 18
140 sampai 150 19
150 sampai 160 20
160 sampai 175 21
175 sampai 185 22
185 sampai 200 23
200 sampai 215 24
Tabel 4c (pembautan gading dengan wrang,lutut balok
dengan balok bergeledak,galar balok,kulit luar)

28
Gading-gading dan wrang

Gading-gading dihubungkan dengan


penyambung gading dengan sekurang-kurangnya 2 baut
untuk kapal agak besar dengan sekurang-kurangnya 3
baut.Bagi gading berganda jarak antar baut-baut
penyambung satu sama lain tidak boleh melebihi 4 kali
tebal gading.Gading tunggal harus disambung pada tiap
lengan dari wrang sekurang-kurangnya dengan 3
baut.Untuk gading berganda sekurang-kurangnya
diperlukan 4 baut.

Garis tengah baut dapat dihitung menurut tabel


untuk sambungan gading-gading dengan wrang dengan
tebal gading sampai 70 mm harus dipakai keeling atau
sekrup dan bagi tebal gading yang melebihi 70 mm haru
dipakai baut tumpul

Lunas dan linggi

Baut penyambung dari lunas dan linggi dengan


wrang dapat dihitung menurut tabel 4a.Untuk kapal-
kapal dengan angka petunjuk L(B/3 + H) melebihi
130,pada tiap wrang harus dipakai 2 baut.pada kapal
yang lebih kecil,ujung kapal di luar 0.25 Ldan 0.75 L
cukup diperlukan 1 baut yang mempunyai gari tengah
yang 20% lebih besar.Baut itu hars terdiri dari sekerup
atau baut keling, tetapi untuk kapal dengan angka
petunjuk L(B/3 + H) sampai 60 dapt dipergunakan 2

29
baut tumpul di setiap wrang.Tetapi letaknya tidak boleh
sejajar melainkan agak miring dan panjangnya haus
demikian hingga baut itu masuk kedalam kulit luar
hingga kurang lebih 8/10 sampai 9/10 dari pada kulit
luar.Setiap lengan dari lutut-lutut lingi harus disambung
dengan sekurang-kurangnya 3 baut.

Garis tengah dan jumlah baut penyambung pada


sambungan yang terdapat pada lunas dan yang terdapat
pada lunas dalam tengah dapat dihitung menurut tabel 4a
kolom 2 dan bla perlu kolom 4 tabel 4c.

Kulit luar dan gading-gading

Setiap papn kulit luar harus disambung pada


gading dengan sekurang-kurangnya 2 baut tumpul,baut
keeling atau spiker.Pemakaian sekrup harus
dihindarkan.umtuk papan yang tebalnya sampai 40 mm
cukup dipakai spikeruntuk papan yang tebalnya 40
sampai 52 dapat digunakan spiker dan baut untuk papan-
papan yang lebih tebal lagi hanya boleh dengan
baut.Untuk papn yang lebarnya lebih dari 225 mm harus
digunakan 3 baut atau spiker dan untuk papan yang
lebarnya lebih dari 325 mm harus dipakai 4 baut.

Garis tengah baut atau lebar sisi dari spike dapat


dilihat di tabel 4d.Panjangnya baut tumpul dan spiker
harus kira-kira 10 sampa 12 kali garis tengah baut
itu,tetapi baut tumpul spike tidak boleh masuk kedalam

30
gading hingga lebih dari 9/10 tinggi gading. Sambungan
papan-papan kulit luar pada lunas dan linggi dapat
dilaakukan dengan sekrup dari kayu atau spiker yang
dapat dihitung menurut tabel 4d.Jarak antara sekrup atau
spiker satu sama lain haus urang lebih sama denga 10
sampai 12 kali garis tengah sekrup atau lebar sisi spker
itu.

tebal papan kulit dengan gading,dengan lunas dan geladak dengan balo geladak
linggi
spiker baut sekrup paku
mm mm mm mm mm
sampai 38 8 9 10 5
38 sampai 9 10 11 5
45
45 sampai 10 11 12 5
52
52 sampai - 12 13 6
60
60 sampai - 13 14 6
67
67 sampai - 14 15 7
75
75 sampai - 15 16 7
83

Untuk hubungan antara kulit luar yang tebalnya sampai


40 mm dengan gading dapat dipergunakan spiker.Umtuk
papan ang tebalnya 40 sampai 52 mm dapat berganti

31
sipergunakan spiker dan baut,papan yang lebih tebal dari
52 mm hanya dapat dihubungkan dengan baut.

32
Contoh screw di kulit luar dengan gading

33
BAB 5
Pengeleman

Kapal-kapal dimana sebagian atau seluruh


bagian-bagian konsruksinya dilem, harus dibangun
dalam sebuah ruangan tertutup dimana suhu yang
merata sekurang-kurangnya 15o harus dipertahankan.
Galangan harus mempunyai cukup banyak
pengalaman dalam pengeleman dan instalasi pengeleman
yang lengkap, umpama alat-alat yang dapat
menghasilkan tekanan pres yang tinggi dan alat-alat
pengukur yang dapat dipercayai untuk menentukan
kelembahan kayu. Sedapat mungkin harus ada sebuah
instalasi pengering kayu. Galangan-galangan yang
membangun kapal-kapal yang seseluruhannya hanya
dilem, harus mempunai ijin pengeleman dari Biro
Klasifikasi Indonesia (BKI).
Lem-lem yang dipergunakan harus bersifat tahan
cuaca, tahan air dan tahan panas dan harus memiliki
daya tahan lama.
Lem-lem yang merusak kayu tidak boleh
dipergunakan.
Untuk pengeleman bagian-bagian konstruksi yang
memikul pembebanan dan bagian-bagian konstruksi
yang harus terus-menerus kena air atau cuaca hanya aat
dipergunakan lem-lem montase kapal-kapal kayu yang
sudah disetujui oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

34
Pada waktu mengelem, peraturan-peraturan
pengeleman yang diberikan oleh pabrik-pabrik lem dan
perbandingan campuran yang tepat harus ditaati; lem-
lem tersebut tidak boleh dipakai lagi, bilamana waktu
pengerasan yang diberikan oleh pabrik-pabrik lem sudah
dilampui.
Hanya kayu-kayu yang cukup kering boleh
dilem.Dianjurkan, supaya kelembahan yang berikut tidak
dilampui:
Lunas luar dan linggi-linggi 18%
Kulit luar alas 15%
Lunas dalam dan wrang-wrang 14%
Kulit luar sisi 12%
Galar balok 10%
Geladak 8%
Bangunan dalam 8%
Kayu-kayu akan dilem satu sama lain harus
memiliki kelembahan yang kira-kira sama. Sebelum
dikerjakan kayu-kayu sudah cukup lama disimpan
didalam ruangan-ruangan yang kering dan pada waktu
mengelem kayu-kayu itu harus memiliki suhu yang sama
dengan suhu ruangan, dimana pengeleman itu dilakukan.
Sambungan memanjang dengan lem dari bagian-
bagian konstruksi di dalam kapal, umpama galar-galar
dapat dilakukan tanpa-disekerup atau dikeling, bila mana
panjang sambungan itu kira-kira sama dengan kali
tinggi atau lebar dari bagian konstruksi itu.

35
Untuk bagian konstruksi yang dilem berlapis,
seperti lunas-lunas, linggi-linggi, wrang-wrang, gading-
gading, balok-balok geladak dan seterusnya tidak
dipergunakan penyekrupan atau pengelingan tambahan.
Tebal tiap-tiap lapisan harus kira-kira 1/10 dari
tinggi. Tetapi lapisan-lapisan itu tidak boleh lebih tipis
dari 5 mm dan tidak boleh lebih tebal dari 20 mm.
Bilamana bagian-bagian konstruksi yang terdiri
dari kayu yang masih dilem satu sama lain atau dilem
dengan bagian-bagian konstruksi yang terdiri dari
kayu berlapis, maka sambungan tersebut diperkuat
dengan sekerup-sekerup atau keling-keling.
Bagian-bagian pengisi di dalam konstruksi kayu
berlapis juga harus berlapis, guna mencegah pecahnya
konstruksi itu yang diakibatkan oleh pemuaian atau
kekeringan.
Bagi kapal-kapal yang seluruhnya dilem, maka
setelah diadakan pembicaraan dengan Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI), dapat diizinkan engurangan dari
ukuran-ukuran bagian-bagian konstruksi dan ukuran-
ukurn dari sekerup dan keling. Potongan pinggir dari
pelat multipleks begtu juga lobang-lobang bor, harus
dicelupkan dalam cairan lak damar buatan yang
diencerkan atau lem damar buatan yang diencerkan.

36
Pengeleman planking tiruan

pengeleman dalam laminasi bambu pada dudukan


pendayung

37
Bab 6

Pemakalan

Kampuh-kampuh dari papan geladak dan papan kulit


luar harus dipakal dengan tali henep.Kulit luar kapal
yang panjangnya dibawah 22 meter,tidak perlu
dipakal,bila mana papan itu diseluruh lebarnya satu
diatas lain tersusun baik.kampuh-kampuh dari papan
harus berbentuk seperti pasak,seperti itu berarti diluar
terbuka,didalam tertutup.kulit luar dari kapal yang
panjangnya lebih dari 22 meter yang terletak dibawah
garis muat terdalam,harus dipakai kuat sekali,dan diatas
garis air cukup dengan pemakalan yang ringan.Untuk
perlindungan terhadap cuaca,kampuh yang dipakal itu
harus disira ter atau didempul dengan dempul yang
cocok.Bilamana kult luar dilapis dengan logam,maka
cukup kampuh yang dipakal itu diberi ter.

38
pemakalan pada wooden sailing boat project

39
Bab 7

Sambungan

Dikatakan bahwa kekuatan dai kapal kayu


tergantung kepada semua bagian dari cosco/badan
kapal,tetapi bahwa tidak ada suatu bagian yang lebih
penting dari pada sambungan dan cara serta alat
melekatkan sambungan tersebut.Masing-masing bagian
dari bangunan memberikan sambungan sendiri-sendiri
dalam membentuk kekuatan seluruhnya dari kapal,baik
kea rah memanjang maupun melintang.Semua bagian ini
harus dihubungkan dengan baik dan dilekatkan dengan
pehitungan setepatnya mengenai kepentingan masing-
masing bagian tersebut.

Cara meketakkan bagian yang bermacam-macam


ini sangatpenting sekali guna tercapainya kekuatan
bangunan yang sebesarnya.Alat melekatkan smabungan
yang terlalu besar atau terlalu banyak akan lebih banyak
menimbulkan kelemahan dari pad akekuatan,seperti juga
halnya kayu besar saja tidak akan memberikan kekuatan
jika tidak ditempatkan dengan baik.Alat untuk
menyambung yang terkuat untuk kayu berat adalh pena
kayu,sesudah itu adalah pena baja yaitu sebatang baja
yang dipancangkan kedalam lubang yang dibor dalam
kayu .Dibawah kedua alat macam alat pelekat tersebut
dipandang dari sudut kekuatannya,adalah pala tebal(log
screw). Cara melekatkan bagian-bagian bahwa

40
pena,sekrup dan sebaainya itu tdak boleh terlalu besa
garis tengahnya.

Effisiensi dari suatu baut sebagian besar


tergantung pada lubang dimana dipancangkan.Lubang
tersebut harus licin dan sesuai besarnya dengan
baut.lubang yang terlau longgar akan menyebabkan baut
hanya bekerja pada suatu garis saja,sedangkan lubang
yang terlalu sempit dapat menyebabkan kayu akan
pecah.Pena untuk kayu besar memerlukan lubang yang
garis menegahnya 1/1611 (1,5 mm)lebih kecil dari pada
penanya.Lubang untuk baut dalam kayu kering pada
sambungan ujung berpapasan miring atau bergigi harus
rapi sehingga baut dapat dimasukkan dengan mudah
dengan pukulan martil yang ringan.Mur harus rapat
tetapi jangan terlalu rapat sehingga menghancurkan serat
kayu dan juga jangan sampai mur yang longgar karena
sama sekali tidak ada artinya.

Lubang-lubang kubangan dapat dipakai untuk


kepala dan mur baut jika diapakai untuk melekatkan
sambungan ujung berpapasan miring atau bergigi pada
tipe-tipe atau bagian tepi geladak,tetapi hanya
secukupnya guna memasukkan sumbat kayu atau
dempul.Sekrup pada umumnya dianggap alat melekatkan
papn yang terbaik karena mempunyai ketahanan yang
lebih besar dan tak mudah berubah terhadap
pencabutannya.Ketahanan pencabutan ini tergantung
pada diameter dan panjang sekrup,ukuran dari lubang

41
bor dan kehalusan mata sekrup dan permukaan
lubang.Pemakaian lubang bor setepatnya adalh lebih
penting dari pada faktor lainnya.

Betapa penting arti penyambungan dalam


pembuatan kapal perlu kita camkan betul-betul.Banyak
sekali kapal yang sebenarnya direncanakan dengan
baik,tetapi akhirnya rusak dan waktu pemakaiannya
sangat berkurang disebabkan cara pekatan sambungan
tidak dilakukan dengan baik.Harus diingat bahwa kapal
kayu terdiri dari banyak sambungan akan mengurangi
kualitasnya.jika sambungan itu tidak dilekatkan dengan
baik,kapal itupun pasti menjadi kapal yang kurang baik
walaupun bahan-bahan dan perlengkapan lai nny yang
dipaki dalam membuat kapal tersebut sangat
baik.Sambungan mekanis yang paling lazim dan paling
baik dipaki dalam pembuatan kapl adalah sambungan
ujung berpapasan ujung berpapasan bergigi (nibbod
scrarf).

Sambungan ini dipakai pada lunas luar,lunas


dalam,serta bagian lainnya yang memanjang,papn
geladak dan pada papan kulit luar dan dalam dari
kapal.dengan memakai cara ini dapat dihasilkan
sambungan tanpa memakai papn penyambung dari
kayu.Gigi pada sambungan tersebut membantu
menghindarkan kemungkinan meleset kea rah
memanjangnya,lebih baik kalau lubang baut telah
menjadi yang berpapasan tersebut,kira-kira 6 kali

42
tebalnya kayu.ujung kayu harus diselesaikan dengan
ketam sampai permukaannya sempurna dan rata.

Sambungan ujung ketemu ujung (bult) dan ujung


berpapasan lurus (lap) adalah jenis sambungan lain yang
biasa dipakai dalam pembuatan kapal.Disamping
kekuatan sambungan tergantung dari sesuainya
sambungan dan cara pelekatannya.Pada umumnya lebih
baik kalau dipakai beberapa baut kecil yang ditempatkan
berseling-seling pada sambungan daripada satu baut
besar dari kekuatan yang sama. Walaupun hal itu tidak
selalu mungkin dikerjakan,tetapi harus dianggap sebagai
cara yang terbaik.Janganlah memakai alat penyambung
yang karena dengan cara demikian banyak bahan
terbuang dengan percuma mengingat sambungan tidak
akan lebih kuat daripada kayu yang terkecil
tersebut,bagaimanapun cara melekatkannya.

43
sambungan tirus

Sambung an bibir
miring

Sambung an bibir miring


berkait

44
Contoh teknik sambungan pada wooden sailing boat project

45
Gambar linesplan kapal kayu yole de bantry

Figure 1

46
Potongan frame dan dudukan pendayung

47
Daftar pustaka:

Peraturan tentang Klasifikasi dan Kontruksi Kapal Kayu


dari BIRO KLASIFIKASI INDONESIA.

Kontruksi Kapal Kayu oleh :Ir.A.K.Boedi.

Diktat Bahan Baku Kapal oleh :Ir.Bambang Supangkat dan


Ir.Muhammad Bakri.

48
LAMPIRAN

Nama dagang nama kelas


(huruf besar) latin(famili berat jenis keringn udara tempat
No. pemakaian
dan nama nama dalam tanda (u = 15±3%) tumbuh
lain (huruf kecil) kurung) awet kuat

1 tectoma semua jawa tengah


JATI grandis j.f bagian dari dan timur,
(verbonaceae) kapal muna, nusa
I II −0,70
teak,tack,jatos
0,59 −0,82 tenggara timur

2 swietenia kulit jawa tengah


MAHONI magoni fack, s
macrophylla
−0,64 lambung dan timur

king. III I-III 0,56


mahogany (moliaceae 0,72

48
3 shorea sp.at geladak, sumatera
BALAU group
hopea sp. tiang tiang utara,
damar laut
balau simantok,
(dipterro
carpaceae)
−0,98 dan bagian
bagian lain
sumatera
tengah,
pooti, kelepek,
I-II I-II 0,85 yang kalimantan
bangkirai, 1,22 membutuhk timur
benuas, resak an
minyak kekuatan.
4 palaquim rid papan sumatera,
BALAM loyi k.ot g.
(sapotacome
−1,04 papan kep. Riau
bengkalis,
suntai,
II I 0,90 kalimantan,
somaran, 1,12 sumatera
sambun, nyato utara
5 shoren geladak, terutama
BANGKIRAI tiang dan kalimantan
−1,13 bagian timur
I-II I-II
0,60 bagian

49
6 lagorstroomia rangka diseluruh
BUNGUR speciosa
pers(lythracea
−0,69 rangka/gadi
ng
indonesia
terutama
e)
II-III II-III 0,58 didaerah
wungu, ketangi −0,81 pantai

7 heritiera rangka hampir


DUNGUN litteralis dr. rangka diseluruh
(sterculiace lunas dan Indonesia
ae) −0,98 bagian terutama
III I 0,88 bagian lain
yang
didaerah
pantai
dungun dungun,
dasi kambing
−1,23 memerluka
n
pelengkung
an uap
8 cotylelobium rangka Sumatera
GIAM specdi
(dipterocarpac
−0,99 rangka/luna
s dsbnya
Timur, Riau,
Kalimantan
resak tembaga, eae)
I I 0,83 Barat dan
resak daun −1,15 Timur
lebar

50
9 vitex cofassus lunas, Terutama di
GOFASA reinw,
(verbenaceae)
−0,74 dinding
balok balok
Sulawesi dan
Maluku
gofasa, batu
I II 0,57 rangka dsb.
tempira, biti −0,93
walata
10 dryobalanops papan Kalimantan
KAPUR lanceolata papan Timur,
burck, (kapur −0,95 geladak Sumatera
ringan)aroma 0,62
(𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡)
sintok, kamper ntica II-III II-III
patanang, kuras dyer(kapur 0,48 − 0,59
burnes champer berat) (𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛)
wood oocarpa
v.sl.dr.
11 dipterocarpus papan Sumatera,
KERUWING spec. Div geladak Riau, dan
(dipterocarpas −0,79 lambung Kalimantan
palahlar, ene) II-III I-II 0,51 dsb.
keladan dan −1,01 Terutama
bagian
logar
dalam kapal

51
12 soorodocarpu lunas, Sumatera,
KULIM s bowneonsis
bece
−0,94 gading
balok balok
Riau, dan
Kalimantan
(olacaeae)
I I 0,73
kayu bawang −1,05
13 lutsia bagian Sumatera
MERBAU spec.div.(gaoc
alpiniaceae)
−0,80 kapal diatas
garis air
Selatan dan
tengah
ipil, merbo,
I I 0,52
kayu −1,04
besi(maluku)
14 anis ptera sp. papan Sumatera,
MERSAWA (dipterocos
paceae)
−0,66 papan Kalimantan

damor, tanan,
IV II 0,49
keruing kucing −0,85
sesawa

52
15 kallspis papan Sulawesi(Malil
POLAPI, POLAPI
POOTE
celebica
kastera
−0,61 papan i) dan
Kalimantan
(caosalponice
II-III II 0,59
p. Maeto, p.
Watu kalapi
ae) 0,71
16 mossaudapsis gading Sumatera
PATIN boscariswa
baill.
−0,92 gading selatan, Riau,
dan
(bibiaceae)
II I-II 0,82 Kalimantan
selumar −0,02
17 madhuca lunas dan Sulawesi,
SOLEWE philip kulit Muna
ppinonsis −0,93 lambung
merr I-II I-II
0,84
polapi, latoo

53
18 pragraca kulit Sumatera
TEMBUSU sororia lambung selatan dan

tembusan
j.jb.dan
f.fragraha
−0,81 dan lunas Timur, Riau,
Kalimantan
talang, t. roxb. F. allitica
II-III I-II 0,59 selatan
Tanduk roxb. −0,93
t.rawang, ketan, (loganiceae)
randatijiag
19 heriteria papan Bangka, Riau,
TERAING symplicialia papan dan Kalimantan
mast. Aya −0,75 gading dan Sumatera
tarrietia II-III II-III 0,52 gading
dungun,
meagkulang
ayaplicfalia
mast.
−0,99
(starculiaceae)

54
5

Anda mungkin juga menyukai