5437 - Wooden Sailing Boat Yole de Bantry - Maritime Challenge - Achmad Rizky Yansah (1) - Dikonversi
5437 - Wooden Sailing Boat Yole de Bantry - Maritime Challenge - Achmad Rizky Yansah (1) - Dikonversi
A IZ H M A D R IE KY YA N 53 A H
Bab 1
2
Tabel 1 Kriteria kelas kuat (KK) kayu
Kelas kuat Berat jenis Keteguhan Keteguhan
lentur mutlak tekan mutlak
3
Tabel 2 kriteria kelas awet
Kelas awet I II III IV V
b) Hanya terbuka
terhadap angin dan
iklim tetapi 20 15 10 Beberap Sangat
dilindungi terhadap tahun tahun tahun a tahun pendek
pemasukan air dan
kelemasan
c) Dibawah atap tidak
berhubungan dengan Tak Tak Sangat Beberap
tanah lembab dan Pendek
terbatas terbatas lama a tahun
dilindungi terhadap
kelemasan
d) Seperti pada c.tetapi Tak Tak Tak 20
dipelihara yang 20 tahun
terbatas terbatas terbatas tahun
baik,selalu dicat,dsb
4
Kayu yang dipergunakan untuk bagian konstruksi
utama harus baik, sehat, tidak ada celah, dan tidak ada
cacat yang membahayakan. Kayu yang kurang tahan
terhadap perubahan kering dan basah hanya boleh
digunakan untuk bagianbagian di bawah garis air,seperti
papan alas. Bagian-bagian konstruksi di atas air seperti
papan samping, geladak, bangunan atas, ambang palka
harus dibuat dari kayu yang agak besar kelembabannya.
Persyaratan teknis kayu untuk bagian konstruksi kapal
dapat dilihat pada Tabel 3.
5
Fyson (1985) menyatakan bahwa terdapat
pertimbangan – pertimbangan prinsip yang harus
diperhatikan dengan pemilihan kayu seperti kekuatan,
daya tahan terhadap pembusukan, dan ketersedian dalam
mutu, jumlah dan ukuran yang diinginkan. Material
kayu membutuhkan kekuatan yang tinggi dan tahan
terhadap serangan organisme laut. Tingkat kekuatan
yang tinggi diharapkan dapat memperlama dalam jangka
waktu operasi kapal.
6
Bab 2
Ukuran utama
L = (L1 + L2)/2
Panjang L1 adalah jarak antara sisi belakang linggi buritan
dan sisi depan linggi haluan.panjang L2 adalah jarak antara
sisi belakang buritan datar dan sisi depan linggi haluan pada
geladak.
Lebar kapal B diukur pada sisi luar kulit-luar pada lebar
yang terbesar dari kapal.Tinggi H diukur pada pertengahan
panjang sebagai jarak vertical antara sisi bawah sponeng
lubas dan sisi atas papn geladak pada sisi kapal.Sarat air T
diukur pada pertengahan panjang L1 sebagai jarak vertikal
antara sisi bawah sponeng lunas dan tanda lambung timbul
untuk garis muat musim panas.untuk penjelasan tentang
ukuran-ukuran utama L,B,H, dan T di gambar dibawah ini.
7
Untuk angka penunjuk yang ada diantara angka-angka
penunjuk dalam tabel,maka ukuran-ukuran dapat
diinterpolasikan.Pada kontruksi memanjang kapal berlaku
untuk kapal-kapal dengan perbandingan L/H=8.Bagi kapal
dengan perbandingan L/H yang lebih besar, maka luas
penampang lunas luar dan juga tebal papan kulit luar harus
diperbesar menuut daftar di bawah ini:
Penambahan luas
L/H penampang atau tebal
dalam %
8,2 2
8,4 4
8,6 7
8,8 11
9 16
8
Bab 3
Penentuan Ukuran-ukuran bagian konstruksi
1. Lunas
Tinggi dan lebar lunas dalam dan lunas luar terdapat
dalam Tabel 1a dan 1b dan tergantung dari angka
penunjuk L (B/3 + H).Kapal-kapal dengan angka
penunjuk L (B/3 + H) yang lebih kecil dari 140, tidak
perlu dipasang lunas dalam (Lihat kolom 3 dari tabel).
Kapal-kapal yang lebih besar harus dipasang lunas
dalam (dari linggi buritan sampai linggi-haluan) dan
lunas luar.
Tebal dan tinggi dari lunas dalam dan lunas luar dapat
diubah sedikit asal penampang seluruhnya seperti tertera
dalam kolom 2 dipertahankan. Juga perbandingan antara
penampang lunas dalam dan penampang lunas luar boleh
diubah, tetapi penampang lunas dalam bagaimanapun
tidak boleh kurang dari ½ penampang luas luar.
Jika lunas dalam dan lunas luar terbuat dari satu balok
maka penampang keseluruhannya boleh dikurangi 10%
dari angka yang dimuat menurut Tabel.
Jika lunas luar terdiri dari lapisan-lapisan kayu yang
dilem, maka penampang-penampangnya boleh dikurangi
15% dari angka yang didapat menurut Tabel. Tebal dari
masing-masing lapisan lunas tidak boleh melebihi 20
m/m.
Lebar dari sponeng lunas harus sama dengan 1
sampai 1 ½ kali tebal papan kulit luar.
9
Lunas luar dan lunas dalam dari kapal-kapal dan
panjangnya sampai 14 m masing-masing harus dibuat
dari satu potong kayu lunas luar dari kapal-kapal yang
lebih besar, maksimal hanya boleh terdiri dari 3 potong
yang satu sama lain disambung; bagian yang terpendek
dari lunas luar tersebut paling sedikit panjangnya 6 m.
Sambungan lunas di bagian belakang kapal pada kapal-
kapal bermotor harus dihindarkan. Sambungan-
sambungan lunas tidak boleh berada di bawah lubang
palka atau bukaan-bukaan geladak yang besar. Letak
sambungan-sambungan ini terhadap sekat yang terdekat
paling sedikit harus satu jarak gading-gading sedangkan
terhadap pemikul membujur mesin paling sedikit harus 5
jarak gading-gading.
Pada lunas luar tidak boleh ada sambungan skarp
tumpul.
Sambungan pada kapal-kapal dengan panjang sampai 15
meter harus dengan skarp miring; pada kapal-kapal yang
lebih besar sambungannya skarp miring berkait ganda.
Panjang dari sambungan paling sedikit harus 5 kali
tinggi lunas.Pada sambungan-sambungan lunas luar
harus dipasang stopwater yang dibuat dari kayu lunak di
titik-titik pertemuan antara sponeng dengan sambungan.
2. Linggi haluan dan linggi buritan
Tinggi dan tebal dari linggi haluan dan linggi
buritan terdapat di dalam Tabel 1a dan 1b.
Tinggi dan tebal dari linggi-linggi boleh diubah asal
besar penampang yang diperlukan tetap dipertahankan,
10
tebal linggi-linggi di antara sponeng-sponeng paling
sedikit harus 2,5 kali tebal papan kulit luar. Lebar dari
sponeng paling sedikit harus 1,5 kali tebal dari papan
kulit luar.
Di atas garis maut, tinggi fari linggi haluan boleh
dikurangi hingga menjadi 80% dari tinggi linggi tersebut
menurut Tabel.
Linggi baling-baling harus sedemikian lebarnya,
sehingga di samping lubang untuk tabung buritan masih
ada paling sedikit tebal kayu sebesar 20 mm, pada setiap
sisi; sedangkan untuk kapal-kapal dengan angka
penunjuk L (B/3 + H) di atas 120, tebal kayu paling
sedikit harus 25 mm pada setiap sisi. Tebal tersebut
harus diukur antara lubang (tabung buritan) dan sisi
dalam sponeng.
Sisi depan linggi haluan dan sisi belakang linggi buritan
boleh ditajamkan.Sambungan-sambungan pada linggi
harus dihindari kecuali sambungan antara linggi haluan
dan lunas. Kalaupun sambungan ini diadakan, maka
sambungannya harus terletak di atas garis muat. Panjang
sambungan kira-kira harus sama dengan 5 kali tinggi
(Linggi haluan).
Pada sambungan antara lunas dan linggi haluan dan
linggi buritan, harus dipasang stop water dari kayu lunak
pada titik-titik, dimana sponeng memotong sambungan-
sambungan tersebut.
Lutut-lutut linggi harus dipasang untuk penguatan
sambungan linggi haluan dengan lunas luar. Lutut-lutut
11
linggi tersebut harus berhimpitan dengan lunas dan
dengan linggi, masing-masing sepanjang 3x tinggi lunas.
12
Bila gagang kemudi mendapat tambahan momen
lengkung, umpamanya karena bantalan di tengah
letaknya tidak tepat di atas daun kemudi; maka diameter
gagang harus diperkuat atau dipasang lagi bantalan-
bantalan tambahan (umpama riem pengikat atau jari-jari)
Gagang kemudi yang mempunyai jarak antara 2 bantalan
lebih besar dari 4x jarak antara titik berat kemudi dengan
sumbu putarnya, atau gagang-gagang kemudi dari kapal
yang sesuai dengan penggunaannya akan sering kandas,
harus diperkuat.
Garis tengah gagang, kemudi dari kemudi gantung
(sekop) setelah didapat dari Tabel 2a harus diperbesar
dengan faktor C dari Tabel 2b.
Gagang-gagang kemudi yang diperkuat, boleh diperkecil
sampai garis tengah yang diharuskan menurut Tabel 2a,
mulai dari bantalan di bawah tabung kemudi, ke atas dan
ke bawah.
Garis tengah yang berlaku adalah untuk gagang-gagang
kemudi dari baja bangungan kapal, dengan tegangan
tarik sebesar 30-50 kg/mm2.
Bila digunakan bahan-bahan dengan tegangan tarik lain,
maka garis tengah harus disesuaikan dengan seizin BKI.
Pengelasan cincin pada gagang di sekitar pelat atas dari
kemudi dan di atasnya tidak diperbolehkan. Bila gagang
dihubungkan dengan cara pengelasan, maka pada
ketinggian kopeling flens harus dipasang bos yang
dibubut atau ditempa. Tebal bos ini minimal sama
dengan tebal flens, maksimal sama dengan flens + 5 mm.
13
Garis tengah bos ini harus 20 mm lebih besar dari garis
tengah gagang. Sebaiknya gagang ini setelah pengelasan
dipijarkan untuk menghilangkan tegangan. Tebal flens
dari kopeling horizontal harus paling sedikit sama
dengan garis tengah baut-baut kopeling.
Jumlah minimal dari baut adalah 6; di depan sumbu
gagang paling sedikit harus ada 2 baut. Penampang
seluruhnya dari baut-baut sama dengan 4/10 dari
penampang gagang. Bila ada 8 baut, maka garis tengah
baut-baut = 0,225 dari garis tengah gagang. Baut yang
dipasang harus baut pas, murnya harus diamankan
supaya jangan terlepas.
Untuk membantu baut-baut maka kopeling flens
dilengkapi dengan pasak. Bila pasak tidak dipasang garis
tengah dari baut dan tebal dari kopeling flens ditambah
10%. Gagang dan jari-jari lebih baik diperkuat agar bisa
dibubut lagi bila mulai aus.
Luas dari proyeksi bantalan sepatu linggi (tinggi
bantalan X garis tengah bantalan) – dan bantalan lainnya
paling sedikit harus sama dengan :
14
kira sama dengan 0,7x garis tengah gagang kemudi.
Tebal dinding bantalan harus paling sedikit ¼ garis
tengah jari-jari.
Badan kemudi dapat dibuat dari kayu, baja, atau logam
lainnya. Tebal pelat dari kemudi baja dengan 1 pelat dan
kemudi profil, jumlah dan ukuran dengan kemudi untuk
kemudi 1 pelat, dan jarak-jarak dari rusuk rusuk bagi
kemudi profil terdapat dalam Tabel 2c.
Rusuk-rusuk kemudi profil dilas pada satu sisi dengan
pelat kemudi. Sisi lain tidak boleh dihubungkan pada
pelat kemudi dengan cincin. Pelat kemudi dihubungkan
terdapat rusuk rusuk dengan las sumbat melalui bilah
pelat yang dilas terhadap rusuk.
Gerakan kemudi ke setiap sisi harus dibatasi oleh
penahan. Sistem kemudi dengan roda atau dengan sistem
mekanis lain harus dilengkapi dengna kemudi darurat.
Kemudi darurat ini boleh dipasang pada ujung gagang,
dengan segi empat yang lebarnya 0,77 d dan tingginya d.
Pada sisi belakang dari kemudi harus dibuat sesuatu
yang memungkinkan dipasangnya tali atau rantai
sedemikian sehingga kemudi dalam keadaan darurat
dapat digerakkan oleh rantai atau tali tersebut. Gagang
gagang kemudi harus diamankan terhadapa pemindahan
aksial.
Naf dari celaga dan kwadran harus dipasang pada
gagang kemudi dengan cara penyusutan atau merupakan
naf yang terdiri dari 2 bagian. Hubungan ini harus
diamankan lagi dengan pasak. Naf harus mempunyai
15
ukuran, yang tergantung dari garis tengah gagang
kemudi d, sebagai berikut:
Garis tengah luar = 18 d,
tinggi = 0 1,4 d.
Garis tengah luar untuk celaga bantu = 1,5 d,
tinggi = 0 d.
Naf terdiri dari 2 bagian harus mempunyai paling sedikit
2 sekrup pada tiap sisi dari gagang kemudi. Jumlah luas
penampang garis tengah ulir dalam dari semua sekrup
adalah :
Penampang persegi
Jumlah lengan Pada naf Pada titik tangkap
lebar x tinggi Gaya lebar x tinggi
1 lengan 1,25 d x 0,5 d 0,7 d x 0,3 d
2 lengan 1,0 d x 0,4 d 0,55 d x 0,24 d
3 lengan 0,9 d x 0,3 d 0,5 d x 0,2 d
dengan tabel berikut:
Garis tengah d1 dari rantai kemudi didapat sebagai
berikut:
16
e = setengah garis tengah celaga atau radius kwadran
dalam mm.
Garis tengah dari batang tarik harus 1,25 d 1 dan
garis tengah tali baja harus 1,5 d1 (tali yang terdiri dari
114 kawat dengan :
0 = 130 kg/mm2
Garis tengah dari rel antara diukur sampai tengah-tengah
rantai harus sama dengan 16 sampai 18 kali garis tengah
rantai. Sekrup pemegang dan segel pada sistem kemudi
harus sesuai dengan Tabel sebagai berikut:
Garis tengah
Sekrup penegang Segel
rantai mm
Garis Garis
Nr Nr
tengah mm tengah mm
1 2 3 4 5
6 0,4 M 12 0,4 M 10
7 0,6 M 16 0,6 M 12
8 0,6 M 16 0,6 M 12
10 1 M 18 1 M 16
13 1,6 M 22 1,6 M 20
16 2,5 M 27 2,5 M 24
Yang bisa dipakai adalah segel bentuk B baut
pengamanan dengan pena dan sengkan; atau segel
bentuk C.
17
Pembuatan kemudi di kapal yole de bantry
18
maka gading-gading dapat disambung. Bagi gading--
gading tunggal, kedua bagian gading-gading tersebut
harus berimpitan sepanjang paling kurang 3 kali tebal
gading-gading, atau kedua bagian gading-gading tersebut
dilekatkan tumpul satu dengan yang lain dan disamping
dengan sebuah skrap samping dari suatu sisi, yang
berpenampang gading-gading yang panjangnya sasma
dengan 6 kali tebal gading-gading. Bagi gading-gading
berganda, sambungan antara kedua bagian gading-
gading tersebut satu dengan yang lain tidak perlu dengan
kayu penyambung. Bagian gading-gading tersebut dapat
dilekatkan tumpul satu dengan yang lain, tetapi
pertemuan gading-gading pertama dari gading-gading
berganda ini dengan pertemuan gading-gading kedua
harus kira-kira 6 kali tebal gading-gading, tetapi jarak
antara kedua pertemuan itu tidak perlu melebihi 700mm.
Gading-gading yang berlapis harus dibuat dalam satu
ukuran panjang. Tebal tiap lapisan kira-kira harus 1/8
tinggi gading-gading tetapi tidak perlu melebihi 20 mm.
Bagi gading-gading yang sangat lengkung dianjurkan
agar tebal lapisan tersebut diperkecil, supaya pada waktu
dilengkungkan tidak patah.
Bagi gading-gading tunggal yang lengkung gading-
gading sisi kiri da sisi kanan harus dihubungkan satu
dengan yang lain dengan wrang-wrang, hal mana
tingginya diatas lunas luar, dapat dihitung menurut tabel
4a dan tebalnya harus sama dengan tebal gading-gading.
19
Panjang wrang-wrang sekurang-kurangnya harus sama
dengan 0,4 B ( B = lebar kapal setempat ).
Bagi gading-gading berganda ada dua cara yang dapat
digunakan :
a. Gading-gading diteruskan sepanjang lunas luar.
Letak sambungan gading-gading harus disatu sisi dari
lunas 0,10B’ sampai ) 0,15 B’. Dan sisi lainnya 0,4 B’
sampai 0,35 B’ diukur dari bidang simetri kapal ke sisi
luar gading-gading. ( moulded ).
panjang keseluruhan dari kedua lengan gading-gading
harus sekurang-kurangnya sama dengan 0,5 B’.
Sambungan di gading-gading yang kedua letaknya harus
paling kurang 0,25 B’ diukur dari tengah lunas.
b. Bila titik pertemuan gading-gading pertama
letaknya di tengah lunas, maka titik pertemuan gading-
gading kedua letaknya paling kurang 0,25 B’ diukur dari
tengah lunas. Tinggi gasing-gading dari sisi atas lunas
luas harus sama dengan tinggi wrang menurut tabel 4.
Wrang-wrang dibawah pondasi mesin harus diperkuat
secukupnya. Pada wrang-wrang atau gading-gading
sebelah menyebelah sisi lunas harus dibuat lubang-
lubang air agar supaya air dapat mengalilr dengan baik
ke pompa bilga.
20
Mouldlofting gading dan wrang
21
5.Kulit luar dan gading-gading
22
merata dikulit luar keseluruhan.jarak antara sambungan
dari papan yang bersisian harus sekurang-kurangnya 3
kali jarak gading dan bila ada satu lajur
diantaranya,harus sekurang-kurangnya 2 kali jarak antar
gading dan bila ada 2 lajur diantaranya maka sekurang-
kurangnya 1 kali jarak antar gading.sambungan tersebut
dapat dibuat ditengah-tengah gading dan sambungannya
terletak pada satu gading yang sama.
15+(t/2) (cm)
23
perebusan papan kulit agar mudah dilengkungkan
24
Bab 4
Pembautan
Elemen
26
65 18 16 14
72 19 17 14
80 20 18 15
90 21 19 15
100 22 19 16
115 23 20 17
130 24 21 17
145 25 21 18
160 26 22 19
175 27 23 19
195 28 24 20
215 29 24 21
240 30 25 22
270 31 26 23
27
Tabel 4b(jumlah baut dalm sambungan lunas dalam)
28
Gading-gading dan wrang
29
baut tumpul di setiap wrang.Tetapi letaknya tidak boleh
sejajar melainkan agak miring dan panjangnya haus
demikian hingga baut itu masuk kedalam kulit luar
hingga kurang lebih 8/10 sampai 9/10 dari pada kulit
luar.Setiap lengan dari lutut-lutut lingi harus disambung
dengan sekurang-kurangnya 3 baut.
30
gading hingga lebih dari 9/10 tinggi gading. Sambungan
papan-papan kulit luar pada lunas dan linggi dapat
dilaakukan dengan sekrup dari kayu atau spiker yang
dapat dihitung menurut tabel 4d.Jarak antara sekrup atau
spiker satu sama lain haus urang lebih sama denga 10
sampai 12 kali garis tengah sekrup atau lebar sisi spker
itu.
tebal papan kulit dengan gading,dengan lunas dan geladak dengan balo geladak
linggi
spiker baut sekrup paku
mm mm mm mm mm
sampai 38 8 9 10 5
38 sampai 9 10 11 5
45
45 sampai 10 11 12 5
52
52 sampai - 12 13 6
60
60 sampai - 13 14 6
67
67 sampai - 14 15 7
75
75 sampai - 15 16 7
83
31
sipergunakan spiker dan baut,papan yang lebih tebal dari
52 mm hanya dapat dihubungkan dengan baut.
32
Contoh screw di kulit luar dengan gading
33
BAB 5
Pengeleman
34
Pada waktu mengelem, peraturan-peraturan
pengeleman yang diberikan oleh pabrik-pabrik lem dan
perbandingan campuran yang tepat harus ditaati; lem-
lem tersebut tidak boleh dipakai lagi, bilamana waktu
pengerasan yang diberikan oleh pabrik-pabrik lem sudah
dilampui.
Hanya kayu-kayu yang cukup kering boleh
dilem.Dianjurkan, supaya kelembahan yang berikut tidak
dilampui:
Lunas luar dan linggi-linggi 18%
Kulit luar alas 15%
Lunas dalam dan wrang-wrang 14%
Kulit luar sisi 12%
Galar balok 10%
Geladak 8%
Bangunan dalam 8%
Kayu-kayu akan dilem satu sama lain harus
memiliki kelembahan yang kira-kira sama. Sebelum
dikerjakan kayu-kayu sudah cukup lama disimpan
didalam ruangan-ruangan yang kering dan pada waktu
mengelem kayu-kayu itu harus memiliki suhu yang sama
dengan suhu ruangan, dimana pengeleman itu dilakukan.
Sambungan memanjang dengan lem dari bagian-
bagian konstruksi di dalam kapal, umpama galar-galar
dapat dilakukan tanpa-disekerup atau dikeling, bila mana
panjang sambungan itu kira-kira sama dengan kali
tinggi atau lebar dari bagian konstruksi itu.
35
Untuk bagian konstruksi yang dilem berlapis,
seperti lunas-lunas, linggi-linggi, wrang-wrang, gading-
gading, balok-balok geladak dan seterusnya tidak
dipergunakan penyekrupan atau pengelingan tambahan.
Tebal tiap-tiap lapisan harus kira-kira 1/10 dari
tinggi. Tetapi lapisan-lapisan itu tidak boleh lebih tipis
dari 5 mm dan tidak boleh lebih tebal dari 20 mm.
Bilamana bagian-bagian konstruksi yang terdiri
dari kayu yang masih dilem satu sama lain atau dilem
dengan bagian-bagian konstruksi yang terdiri dari
kayu berlapis, maka sambungan tersebut diperkuat
dengan sekerup-sekerup atau keling-keling.
Bagian-bagian pengisi di dalam konstruksi kayu
berlapis juga harus berlapis, guna mencegah pecahnya
konstruksi itu yang diakibatkan oleh pemuaian atau
kekeringan.
Bagi kapal-kapal yang seluruhnya dilem, maka
setelah diadakan pembicaraan dengan Biro Klasifikasi
Indonesia (BKI), dapat diizinkan engurangan dari
ukuran-ukuran bagian-bagian konstruksi dan ukuran-
ukurn dari sekerup dan keling. Potongan pinggir dari
pelat multipleks begtu juga lobang-lobang bor, harus
dicelupkan dalam cairan lak damar buatan yang
diencerkan atau lem damar buatan yang diencerkan.
36
Pengeleman planking tiruan
37
Bab 6
Pemakalan
38
pemakalan pada wooden sailing boat project
39
Bab 7
Sambungan
40
pena,sekrup dan sebaainya itu tdak boleh terlalu besa
garis tengahnya.
41
bor dan kehalusan mata sekrup dan permukaan
lubang.Pemakaian lubang bor setepatnya adalh lebih
penting dari pada faktor lainnya.
42
tebalnya kayu.ujung kayu harus diselesaikan dengan
ketam sampai permukaannya sempurna dan rata.
43
sambungan tirus
Sambung an bibir
miring
44
Contoh teknik sambungan pada wooden sailing boat project
45
Gambar linesplan kapal kayu yole de bantry
Figure 1
46
Potongan frame dan dudukan pendayung
47
Daftar pustaka:
48
LAMPIRAN
48
3 shorea sp.at geladak, sumatera
BALAU group
hopea sp. tiang tiang utara,
damar laut
balau simantok,
(dipterro
carpaceae)
−0,98 dan bagian
bagian lain
sumatera
tengah,
pooti, kelepek,
I-II I-II 0,85 yang kalimantan
bangkirai, 1,22 membutuhk timur
benuas, resak an
minyak kekuatan.
4 palaquim rid papan sumatera,
BALAM loyi k.ot g.
(sapotacome
−1,04 papan kep. Riau
bengkalis,
suntai,
II I 0,90 kalimantan,
somaran, 1,12 sumatera
sambun, nyato utara
5 shoren geladak, terutama
BANGKIRAI tiang dan kalimantan
−1,13 bagian timur
I-II I-II
0,60 bagian
49
6 lagorstroomia rangka diseluruh
BUNGUR speciosa
pers(lythracea
−0,69 rangka/gadi
ng
indonesia
terutama
e)
II-III II-III 0,58 didaerah
wungu, ketangi −0,81 pantai
50
9 vitex cofassus lunas, Terutama di
GOFASA reinw,
(verbenaceae)
−0,74 dinding
balok balok
Sulawesi dan
Maluku
gofasa, batu
I II 0,57 rangka dsb.
tempira, biti −0,93
walata
10 dryobalanops papan Kalimantan
KAPUR lanceolata papan Timur,
burck, (kapur −0,95 geladak Sumatera
ringan)aroma 0,62
(𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡)
sintok, kamper ntica II-III II-III
patanang, kuras dyer(kapur 0,48 − 0,59
burnes champer berat) (𝑘𝑎𝑝𝑢𝑟 𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛)
wood oocarpa
v.sl.dr.
11 dipterocarpus papan Sumatera,
KERUWING spec. Div geladak Riau, dan
(dipterocarpas −0,79 lambung Kalimantan
palahlar, ene) II-III I-II 0,51 dsb.
keladan dan −1,01 Terutama
bagian
logar
dalam kapal
51
12 soorodocarpu lunas, Sumatera,
KULIM s bowneonsis
bece
−0,94 gading
balok balok
Riau, dan
Kalimantan
(olacaeae)
I I 0,73
kayu bawang −1,05
13 lutsia bagian Sumatera
MERBAU spec.div.(gaoc
alpiniaceae)
−0,80 kapal diatas
garis air
Selatan dan
tengah
ipil, merbo,
I I 0,52
kayu −1,04
besi(maluku)
14 anis ptera sp. papan Sumatera,
MERSAWA (dipterocos
paceae)
−0,66 papan Kalimantan
damor, tanan,
IV II 0,49
keruing kucing −0,85
sesawa
52
15 kallspis papan Sulawesi(Malil
POLAPI, POLAPI
POOTE
celebica
kastera
−0,61 papan i) dan
Kalimantan
(caosalponice
II-III II 0,59
p. Maeto, p.
Watu kalapi
ae) 0,71
16 mossaudapsis gading Sumatera
PATIN boscariswa
baill.
−0,92 gading selatan, Riau,
dan
(bibiaceae)
II I-II 0,82 Kalimantan
selumar −0,02
17 madhuca lunas dan Sulawesi,
SOLEWE philip kulit Muna
ppinonsis −0,93 lambung
merr I-II I-II
0,84
polapi, latoo
53
18 pragraca kulit Sumatera
TEMBUSU sororia lambung selatan dan
tembusan
j.jb.dan
f.fragraha
−0,81 dan lunas Timur, Riau,
Kalimantan
talang, t. roxb. F. allitica
II-III I-II 0,59 selatan
Tanduk roxb. −0,93
t.rawang, ketan, (loganiceae)
randatijiag
19 heriteria papan Bangka, Riau,
TERAING symplicialia papan dan Kalimantan
mast. Aya −0,75 gading dan Sumatera
tarrietia II-III II-III 0,52 gading
dungun,
meagkulang
ayaplicfalia
mast.
−0,99
(starculiaceae)
54
5