Tugas Kelompok Maternitas
Tugas Kelompok Maternitas
Disusun oleh :
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................................
B. Perumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Masalah...............................................................................................................
BAB II........................................................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................
A. Konsep Postpartum.........................................................................................................
B. Konsep Sectio Caesarea (SC)........................................................................................
C. Konsep Letak Susang....................................................................................................
D. Konsep Ketuban Pecah Dini.........................................................................................
BAB III.....................................................................................................................................
LAPORAN KASUS.................................................................................................................
A. Pengkajian.....................................................................................................................
B. Intervensi Keperawatan.................................................................................................
C. Implementasi dan Evaluasi...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik untuk bayi yang
langsung diproduksi dari payudara ibu kepada bayi yang baru dilahirkannya,
karena komposisinya sesuai pada setiap tumbuh kembang bayi, ASI juga
mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit
infeksi. Pemberian ASI mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan
emosional yang dapat mempengaruhi hubungan batin antara ibu dan bayi
(Lowdermilk, et.al, 2013). World Health Organization (WHO), United Nation
Internasional Children’s Emergency Fund (UNICEF) dan Kementerian Kesehatan
merekomendasikan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan bayi,
ASI eksklusif selama 6 bulan, hingga 2 tahun, ASI harus tetap diberikan bersama
dengan makanan pendamping ASI yang aman dan bergizi (UNICEF, 2016). WHO
juga menambahkan bahwa selama pemberian ASI eksklusif ada beberapa cairan
yang dapat dikonsumsi oleh bayi pada keadaan tertentu, cairan tersebut ialah
beberapa tetes sirup yang terdiri dari vitamin, suplemen mineral atau obat-obatan
(Angriani et al., 2023).
Menurut data Riset Keseatan Dasar (RISKESDAS) 2021, 52,5% atau
hanya setenga dari 2,3 juta bayi berusia kurang dari enam bulan yang mendapat
ASI ekslusif di Indonesia, atau menurun 12 persen dari angka taun 2019. Angka
inisiasi menyusui dini (IMD) juga turun dari58,25% pada taun 2019 menadi
48,6% pada taun 2021. Berdasarkan data capaian ASI Eksklusif di Provinsi Jawa
Barat pada tahun 2021 sebesar 76,46 % dan mengalami kenaikan 0,5 %
dibandingkan tahun 2022 sebesar 77 %. Faktor-faktor yang menghambat
pemberian ASI eksklusif yaitu produksi ASI kurang (32%), ibu bekerja (16%),
ingin dianggap modern 4%), masalah putting susu (28%), pengaruh iklan susu
formula (16%), pengaruh keluarga (4%), oleh karena itu dukungan keluarga,
masyarakat dan petugas kesehatan sangat dibutuhkan untuk pemberian ASI
sehingga dapat menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas(Tahun & Julianti,
2023).
Memberikan ASI merupakan tugas seorang ibu setelah tugas melahirkan
bayi berhasil dilaluinya. Menyusui dapat merupakan pengalaman yang
menyenangkan atau dapat menjadi pengalaman yang tidak nyaman bagi ibu dan
bayi dikarenakan puting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu terhambat,
mastitis, dan absesny payudara. Hal ini dapat terjadi dikarenakan teknik menyusui
yang tidak benar (Wardiyah et al., 2019) Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sebagai
salah satu yang memberikan pengaruh paling besar terhadap kelangsungan
hidup anak, pertumbuhan, dan perkembangannya . Secara umum, produksi ASI
dapat dipengaruhi oleh masalah payudara dan masalah kelelahan (Chan, et al,
2006). Faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu faktor fisik dan
faktor psikis. Terkait faktor fisik ibu yaitu adalah status kesehatan ibu, umur dan
paritas, asupan nutrisi dan cairan, faktor merokok, nyeri luka operasi. Nyeri
luka operasi bisa disebabkan karena tindakan Sectio Caesarea terkait faktor
psikis ibu seperti kecemasan akibat dari kecemasan ibu dapat menghambat
produksi ASI. Menurut Hanifah (2015) pengeluaran ASI terhambat pada ibu yang
menggunakan tindakan SC (Sectio Caesarea) dikarenakan tidak mobilisasi, hal
ini disebabkan rasa nyeri pada luka jahitan.
Produksi ASI yang tidak lancar menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI secara eksklusif, Hal tersebut
sesuai dengan penelitian Chan (2006), dari 44 ibu post partum, sebanyak 44%
berhenti menyusui sebelum bayi berusia 3 bulan karena ASI yang kurang, 31%
karena masalah payudara, 25% merasa kelelahan (Angriani et al., 2023)
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang manajemen laktasi
adalah dengan memberikan penyuluhan. Manajemen laktasi meliputi perawatan
payudara, praktek menyusui yang benar, serta dikenalinya masalah laktasi dan
cara mengatasi. Memberikan informasi tentang menyusui yang benar pada ibu
sangat penting demi suksesnya ibu dalam memberikan ASI. Seorang ibu perlu
mendapat dukungan tentang cara menyusui yang benar. Cara meletakkan bayi
pada payudara ketika menyusui berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui.
Teknik menyusui perlu diajarkan kepada ibu untuk mencegah kesulitan dalam
pemberian ASI (Wardiyah et al., 2019)
Bagi ibu post partum dengan riwayat sectiosecaria maka diperlukan
penanganan yang lebih optimal untuk kelancaran produksi ASI. Dengan
menggunakan pengobatan komplementer. Terdapat beberapa teknik atau metode
komplementer untuk merangsang produksi ASI diantaranya dengan
mengkonsumsi sauropus adrogynus atau daun katuk dan teknik akupresur yang
dapat menstimulasi prolaktin dan oksitosin. Akupresur tersebut dapat
memberikan perintah kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan
oksitosin Selain itu, tehnik akupresur merupakan tehnik pijat dengan lembut
dengan bantuan anggota keluarga. Pijatan dengan bantuan anggota keluarga
dapat meningkatkan rasa kasih sayang sehingga ibu dapat merasa rileks dan
nyaman.
Terapi akupresur atau bisa dikenal dengan terapi totok/tusuk jari
merupakan pemijatan dan rangsangan pada titik-titik tertentu di daerah tubuh
(Fengge, 2012 dalam Pangastuti and Mukhoirotin,2018). Akupresur yang
digunakan adalah teknik Acupressure point for lactation.
B. Perumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan tahap yang dapat menentukan arah
penelitian. Dari rumusan masalah dapat diketahui jangkauan penelitian serta
tujuan penelitian (Nirmala & Hendro, 2021). Perumusan masalah dapat
didefinisikan sebagai suatu kalimat pernyataan yang sudah disusun berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis telah merumuskan beberapa masalah penelitian
yang menjadi fokus pembahasan literatur Review: Bagaimana Efektifitas
Pemberian Terapi Akupresure Terhadap Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post
Partum Post Sectio Caesarea?
C. Tujuan Masalah
Tujuan penelitian diperoleh dari rumusan masalah penelitian yang telah
ditetapkan sebagai indikator terhadap hasil yang diharapkan (Nursalam, 2008).
Tujuan penulisan adalah gagasan atau ide yang ditulis untuk mencapai idenya
dalam suatu penelitian, Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Efektifitas Pemberian Terapi Akupresure Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Post Sectio Caesarea
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi Efektifitas Pemberian Terapi Akupresure Terhadap
Peningkatan Produksi ASI Pada Ibu Post Partum Post Sectio Caesarea
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Postpartum
1. Definisi Postpartum
Postpartum adalah masa enam minggu setelah melahirkan. Biasanya disebut
juga mana nifas atau puerperium. Post partum adalah masa setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada keadaan sebelum
hamil, masa post partum berlangsung selama 6 minggu. Post partum atau
peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu (142 hari) setelah itu (Dewi, 2020; Fatmawati, 2020; Saleha, 2013).
Masa postpartum terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
a. Periode immediate postprtum : periode 24 jam setelah melahirkan
b. Periode early postpartum : periode minggu pertama setelah melahirkan,
pada periode ini risiko komplikasi sering terjadi seperti perdarahan
c. Periode late postpartum : periode dua minggu setelah melahirkan
Kesimpulannya post partum atau masa nifas ini terjadi setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu yang meliputi masa penyembuhan,
pemulihan dan pengembalian kembali alat-alat kandungan ke keadaan seperti
sebelum hamil.
2. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Postpartum
Terdapat beberapa perubahan pada ibu postpartum, yaitu :
a. Uterus
Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.uterus berangsung-angsur mengecil sampai keadaan
sebelum hamil. Proses ovulasi uterus disertai dengan penurunan tinggi
fundus uteri. Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar
12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap
harinya, sehingga pada hari ke 7 TFU sekitar 5 cm dan pada harike 10
TFU tidak teraba di simfisis pubis (Wahyuningsih, 2019).
b. Lochea
Lochea adalah cairan berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa
post partum (Saleha, 2013). Berikut ini beberapa jenis lochea:
1) Lochea rubra, berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa sisa
selaput ketuban, desidua, verniks kaseosa,lanugo, mekonium
berlangsung 2 hari 2 hari post partum.
2) Lochea sanguilenta, berwarna merah kuning berisi darah dan vernik
berlangsung 7 sampai 7 hari post partum.
3) Lochea serosa, berwarna kuning karena mengandung serum, jaringan
desidua, leukosit dan eritrosit berlangsung 7 sampai 14 hari post
partum.
4) Lochea alba, berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua
berlangsung 14 hari sampai 2 minggu berikutnya.
c. Edometrium
Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis
di tempat implantasi plasenta. Bekas implantasi plasenta karena kontraksi
sehingga menonjol ke kavum uteri, hari ke 1 endometrium tebal 2,5 mm,
endometrium akan rata setelah hari ke 3 (Sulistyawati, 2015).
d. Serviks
Setalah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari,
setelah 4 minggu rongga bagian luar kembali normal (Sulistyawati,
2015).
e. Vagina dan Perineum
Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tatpi jarang sekali
kembali seperti ukuran nullipara. Minggu ke 3 rugae vagina kembali.
Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur-
angsur pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva
hygiene perlu dilakukan (Sulistyawati, 2015).
f. Mamae/payudara
Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami.
Ada 2 mekanisme yaitu produksi susu dan sekresi susu. Selam kehamilan
jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya mempersiapkan
makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin
pada payudara mulai dirasakan. ketika bayi menghisap puting, oksitosin
merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan
keluaran ASI (Sulistyawati, 2015).
g. Sistem pencernaan
Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, terkecuali ada komplikasi
persalinan, tidak ada alasan menunda pemberian makan. Konstipasi
terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka episiotomi.
h. Sistem perkemihan
Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan. Kembali normal
akhir minggu ke 4 setelah melahirkan. Kurang dari 40% wanita post
partum mengalami proteinuria non patologis.
i. Sistem musculosceletal
Ligamen, diafragma pelvis merangsang saat kehamilan, berangsur-angsur
mengecil seperti semula.
j. Sistem endokrin
Menurut Kustriyani (2020) hormon hormon yang berperan diantara lain
adalah:
1) Oksitosin, berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan,
membantu uterus kembali normal. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin.
2) Prolaktin, dikeluarkan oleh kelanjar dimana piuitrin merangsang
pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI, jika ibu post partum tidak
menyusui dalam 14 sampai 21 hari timbul menstruasi.
3) Estrogen dan progesteron, setelah melahirkan estrogen menurun dan
progesteron meningkat.
k. Perubahan tanda-tanda vital
Menurut Sulistyawati (2015) perubahan tanda-tanda vital diantaranya:
1) Suhu tubuh, saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5 oC setelah 2
jam post partum normal.
2) Nadi dan pernapasan, nadi dapat bradikardi tetapi jika takikardi
waspada mungkin ada perdarahan. Pernapasan akan sedikit
meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.
3) Tekanan darah, kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa
hari asalkan tidak ada penyakit yang menyertai.
l. Setelah partus/ melahirkan, adanya striae pada dinding abdomen tidak
dapat dihilangkan sempurna dan berubah menjadi putih (striae albicans).
m. Evaluasi tonus otot abdomen untuk menentukan diastasis (derajat
pemisahan otot rektus abdomen). Setiap wanita mempunyai 3 set otot
abdominalis yaitu rectus abdominalis, oblique, transverse. Rectus
abdominalis merupakan otot paling luar yang bergerak dari atas ke
bawah. Otot ini dinamakan rekti lebarnya ± 0,5 cm dan dihubungkan oleh
jaringan fibrous (linea alba) (Sulistyawati, 2015).
3. Adaptasi Psikologis Ibu Post Partum
Proses adaptasi psikologi sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses
kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan
seorang wanita dapat bertambah (Wahyuningsih, 2019). Hal-hal yang dapat
membantu ibu dalam beradaptasi pada masa post partum adalah:
a. Fungsi menjadi orang tua
b. Respons dan dukungan dari keluarga.
c. Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
d. Harapan, keinginan dan fase-fase yang akan dialami oleh ibu post partum
menurut Reva Rubin diantaranya :
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari
hari pertama sampai hari ke 2 setelah melahirkan. Ibu berfokus pada
dirinya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada
luka jahitan, kurang tidur, dan kelelahan. Hal yang perlu
diperhatikan adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan
asupan nutrisi.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
Tabel 3.1 Tabel Identitas Pasien
Identitas Pasien Pasien 1 Pasien 2
Nama Ny. N Ny. S
Usia 36 tahun 37 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan Terakhir SMA SMA
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
Alamat Kaledong, Kab.Bandung Bandung
Diagnosa Medis P3A0 Partus Maturus Post SC P2A0 Partus Maturus dengan SC a.i Bekas SC
Tanggal Masuk RS 05 Oktober 2023 09 Oktober 2023
Tanggal Operasi 05 Oktober jam 22.30 10 Oktober 2023 jam 08.00
Tanggal Pengkajian 06 Oktober 2023 Pukul 14.00 WIB 10 Oktober 2023 jam 15.00
No. Rekam Medis 696237 901006
Keluhan Utama Nyeri luka bekas SC, sering mules Pasien mengatakan nyeri post op skala 5 (0-
10)
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk IGD pada pukul 14.30 dengan Pada tanggal 02 Oktober 2023 pasien control
keluhan sakit kepala,perut mulas-mulas dan rutin ke dr. Dwiwahyu sp.Og letak bayi
sering tegang, usia kehamilan pasien 35 sungsang dan bekas SC disarankan operasi SC,
minggu, Gravida 3 . Pasien dipindahkan ke namun pasien belum siap karena anaknya sakit
ruang vk pada pukul 15.30, dan dilakukan sehingga pasien disarankan untuk kontrol tiap
Tindakan SC pada pukul 22.00. minggu
Pada saat dikaji pasien mengatakan nyeri luka Pada tanggal 09 oktober 2023 jam 16.00 WIB
bekas SC, skala nyeri 5 (0-10), pasien tampak pasien kontrol Kembali dan letak bayi masih
meringis ketika merasa nyeri. sungsang, hasil USG disebut hamil tunggal
hidup dengan taksiran BB 2250 gr. pasien
diasrankan Kembali SC. Pasien dan suami
setuju untuk dilakukan Tindakan SC, pasien
masuk ke IGD pada tanggal 09 Oktober 2023
jam 18.00 saat di IGD keluhan perut tegang
tapi tidak teratur, belum ada pengeluaran
cairan jalan lahir, pasien masuk rawat inap
Darussalam lantai 2 jam 21.00 WIB, dan
direncanakan operasi SC tanggal 10 Oktober
2023 jam 08.00 WIB.
Pada saat pengkajian tanggal 10 Oktober 2023
jam 15.00 pasien mengeluh nyeri di daerah
luka operasi skala 5 (0-10), nyeri dirasakan
seperti disayat-sayat benda tajam, nyeri
bertambah bila mobilisasi dan merubah posisi
miring kiri dan miring kanan, nyeri berkurang
apabila menarik nafas dalam, wajah pasien
tampak meringis ketika berubah posisi dan
bersikap protektif ketika abdomen akan
diperiksa. Keluhan lain kaki masih terasa baal,
tapi sudah dapat digerakan. Perut kadang
terasa kram pada area perut bagian bawah.
Pasien merasa lemas dan pegal post operasi
SC karena masih harus tirah baring sampai
jam 20.00 malam ini
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Pasien 1 Pasien 2
Radiologi - dimensi ruang-ruang Tidak ada
jantung normal
- mild concentric LVH
- Fungsi sistolik global
dan segmental LV
normal
- LVEF 65%
- Fungsi diastolik normal
- Katup-katup baik
- Kontraktilitas RV
normal
- Low PH probability
Tabel 3.6 Terapi Farmakologi
Pasien 1
Nama Obat Dosis Rute Indikasi
Pasien 2
Jenis Dosis Rute Waktu Kegunaan
Terapi
Ceftazidime 1x 2 gr iv Jam 06.00 Ceftazidme termasuk dalam antibiotic sefalosporin generasi ketiga. Obat ini bekerja
dengan cara menghambat pembentukan dinding sel bakteri yang dibutuhkan untuk hidup
sehingga bakteri mati.
Nacl 0.9% 1000 IV Pemberian Norages adalah sediaan obat dengan kandungan metamizole digunakan untuk mengatasi
+ Norages cc/ 24 1 labu saja nyeri sedang hingga berat termasuk pasca operasi. Bekerja dengan cara menghalangi
1000 mcg + jam sintesis pyrogen endogen sehingga menghasilkan efek anti nyeri serta antiperadangan.
fentanyl Begitupun fentanil bekerja dengan cara memblokir sinyal rasa sakit dalam otak.
200 mcg
Asam 3x1 PO 08-14-20 Asam mefenamat merupakan obat yang termasuk dalam golongan anti inflamasi non
mefenamat steroid sebagai anti nyeri tingkat ringan hingga sedang, dengan cara reversible
menghambat siklooksigenase -1 dan -2 (COX-1 dan -1), mengakibatkan penurunan laju
(mulai tgl.
sintesis prostaglandin (sifat analgesic), antiinflamasi dan antipiretik.
11/10/23)
Cefadroxil 2x1 PO 08-20 Cefadroxil merupakan antibiotic golongan Cefalosporin yang bekerja dengan cara
mengikat 1 atau lebih protein pengikat penisilin (PBPs) yang pada gilirannya menghalangi
(mulai tgl
langkah trfanspetidasi akhir sintesis peptidoglikan di dinding sel bakteri, sehingga
12/10/23)
menghambat biosistesis dinding sel yang mengakibatkan lisis bakteri.
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d post partum SC hari ke 1 d.d adanya nyeri diluka operasi
2. Risiko perdarahan b.d komplikasi pasca partum
3. Risiko infeksi b.d post partum SC
4. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan refleks menghisap bayi d.d Pasien terlihat menyusui bayinya, namun posisi
menyusui masih salah, dan pelekatan saat menyusui sala
B. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
2. Risiko perdarahan d.d Setelah intervensi keperawatan Perawatan pasca secsio sesaria
pasien mengatakan kadang selama 2x24 jam diharapkan
Observasi 1. Riwayat kehamilan dan
kram area perut bawah, status pasca partum membaik
persalnan yang bermasalah dapat
TFU 1 jari dibawah pusar, dengan kriteria hasil : 1. identifikasi Riwayat kehamilan
bersiko meningkatan perdarahan
kontraksi uterus teraba dan persalinan
kuat, lochea rubra 40cc 1. Sirkulasi perifer meningkat pasca partum
2. Perdarahan vagina menurun 2. monitor tanda vital ibu 2. Tanda tanda vital terutama
tekanan darah dan frekuensi serta
3. jumlah lochea membaik
kekuatan pulsasi dapat
3. monitor tinggi fundus uteri,
4. warna lochea membaik memberikan gambaran kondisi
involusio uteri, pengeluaran
hemodinamik pasien, apakah
lochea dan perdarahan jalan lahir
stabil atau menunjukkan tanda-
tanda syok
4. monitor respon fisiologis (mis.
3. kontraksi uterus yang tidak
Nyeri, perubahan uterus,
adequat atau adanya atonia uteri
kepatenan jalan nafas dan lokea)
akan menyebabkan perdarahan,
Terapeutik
dikarenakan tidak adanya
5. Diskusikan perasaan, pertanyaan vasokontriksi dari pembuluh
dan perhatian pasien terkait darah.
pembedahan.
4. respon fisiologisperlu dimnitor
Edukasi
untuk menentukan intervensi
6. Informasikan pada ibu dan yang cepat dan tepat bagi pasien
keluarga tentang kondisi ibu dan
6. hal ini dapat menurunkan
bayi.
kecemasan pasien sehingga
7. Ajarkan Latihan ekstremitas,
memperbaiki status pasca partum
perubahan posisi, batuk dan
pasien
nafas
7. Informasikan secara jelas
1. terkat kondisi ibu dan bayi, untuk
menghindari kecemasan dan
kebingungan pasien, serta
melibatkan pasen dan keluarga
dalam rencana perawatan ibu dan
bai selanjutnya
8. hal-hal ini penting dilakukan
untuk mencegah terjadinya
dehisensi luka operasi akibat
tekanan yang terlalu keras akibt
perubahan posisi, atuk dan
tarikan napas yang terlalu keras