Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN

DISUSUN UNTUK

MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH DASAR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU :

Nugrahani Astuti, S.Pd., M.Pd

Febriani Lukitasari S.Pd

Disusun oleh:

Kelompok 12/G

Firranita rahamadani 23050394255

Yuandra zhafara clairine n. 23050394233

Hasna nabila choirunnisa 23050394235

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2023/2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan YME yang telah
melimpahkan berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
menyelesaikan tugas mata kuliah “Dasar pendididkan”, dengan judul : “ Makalah landasan
pendidikan.”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dari
bimbingan Ibu Nugrahani Astuti, S.Pd., M.Pd dan Febriani Lukitasari S.Pd yang dengan tulus
memberikan bimbingan dan bantuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu kami mengharapkan segala
bentuk saran dari berbagai pihak. Kami berharap makalah ini dapat berguna bagi
perkembangan pendidikan dan orang yang membutuhkan. Serta kami mohon maaf jika ada
penulisan kata yang salah. Terimakasih

Surabaya, 22 september 2023

penyusun

ii
DAFTAR ISI

iii
BAB Ⅰ PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


1.2. Rumusan masalah
1.3. Tujuan pembelajaran

iv
BAB Ⅱ PEMBAHASAN

A. Landasan Pendidikan Nasional.

Dalam pengembangan pendidikan diperlukan landasan-landasan yang kokoh dan dapat


dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah, teknologi maupun etik relegius. Salah satu
problema pendidikan dalam pengembangannya adalah foundational problems, istilah ini
diartikan sebagai alas, landasan sebagai dasar atau tumpuan. Pondasi sebagai alas atau
pijakan berdirinya sesuatu hal memiliki dua sifat, ada yang bersifat material dan ada yang
bersifat konseptual. Suyitno dalam Muhaimin mengemukakan bahwa pondasi/landasan yang
bersifat matrial antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang (bangunan yang kokoh),
sedang pondasi/landasan pendidikan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara
Indonesia yaitu “ Pancasila dan UUD 1945, Sisdiknas, Peraturan Pemerintah tentang
pendidikan, dan sebagainya. Dengan demikian pendidikan sebagai usaha sadar yang
sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas
tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar
utama terhadap perkembangan manusia dan masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan
pendidikan tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan.

Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong pendidikan untuk menjemput
masa depan. Landasan Pendidikan Nasional sebagai wahana dan sarana pembangunan negara
dan bangsa dituntut mampu mengantisipasi proyeksi kebutuhan masa depan. Tuntutan
tersebut sangat bergayut dengan aspek-aspek penataan pendidikan nasional yang bertumpu
pada basis kehidupan masyarakat Indonesia secara komprehensif. Untuk kepentingan
penataan pendidikan nasional yang benar-benar merefleksi kehidupan bangsa, maka sangat
penting pendidikan nasional memiliki beberapa landasan yaitu; landasan filosopis, sosilogis,
yuridis dengan penajaman landasan tersebut secara kritis dan fungsional.

B. landasan historis

Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah
pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis
kemerdekaan, ada tiga tokoh pendidik sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang
melalui pendidikan. Mereka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaga masing-
masing untuk mengembalikan harga diri Dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan

v
Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Muhammad Syafei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai
Haji Ahmad Dahlan.

Muhammad Syafei mendirikan sekolah INS (Indonesisch Nederlandse School) Di Sumatera


Barat pada tahun 1926. Maksud utama Syafei adalah mendidik anakanak agar dapat berdiri
sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tujuan pendidikan INS adalah:

a. Mendidik anak-anak ke arah hidup yang mereka, melalui pendidikan hidup mandiri.
b. Menanamkan kepercayaan kepada diri sendiri, membina kemauan keras, dan
membiasakan berani bertanggung jawab.
c. Membiayai diri sendiri dengan semboyan cari sendiri dan kerja sendiri.
d. Mengembangkan anak secara harmonis, yang mencakup perasaan, kecerdasan, dan
keterampilan.
e. Mengembangkan sikap sosial, agar bermasyarakat dengan baik.
f. Menyesuaikan pendidikan dengan masing-masing bakat anak.
g. Membiasakan bekerja menurut kebutuhan lingkungan.

 Masa Perjuangan Bangsa

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka dan mengisinya
agar menjadi Jaya adalah panjang sekali. Perjuangan itu yang dimulai dari zaman kerajaan,
sudah dikumandangkan, kan nilai-nilai keprajuritan sudah ditanamkan, dan sangat membela
kerajaan sudah dikobarkan. Walaupun perjuangan ini bersifat kedaerahan, namun nilai
semangat juang itu sudah cukup besar artinya bagi generasi yang mewarisi sejarah itu.
Perjuangan yang bersifat daerah itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya:
pertama, Budi Utomo pada tahun 1908. Budi Utomo dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa
Indonesia yang sempat mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi waktu itu. Mula-mula ia
mendirikan Yayasan Dana Belajar dengan maksud agar lebih banyak bangsa Indonesia dapat
berkesempatan belajar dan untuk mempertinggi kebudayaan Indonesia. Pendidikan pada
zaman penjajahan Belanda dapat dikatakan tidak menguntungkan bangsa Indonesia. Pada
waktu itu terjadi dualisme dalam pendidikan yaitu:

1) Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya.
Sistem pendidikan ini lengkap mulai dari SD sampai SMA dan lulusannya dapat
untuk meneruskan ke Eropa.
2) Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia, ya itu sebagian besar SD

vi
3) 3 tahun dan beberapa SD 5 tahun. Dan lulusannya dimanfaatkan untuk menjadi
pegawai pegawai pemerintah jajahan yang dibayar murah.

Namun berkat perjuangan bangsa Indonesia yang gigih dan kemudian muncul politik etis,
jumlah lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan serta lebih beragam.
Sampai perguruan tinggi pun didirikan yaitu kedokteran dan hukum. Tetapi hanya sejumlah
kecil bangsa Indonesia yang sempat menikmatinya. Seorang tamatan kedokteran pada
perguruan tinggi di atas adalah Wahidin. Yang telah mendirikan Yayasan Dana Belajar,
meneruskannya dengan mendirikan Budi Utomo karena mendapat sambutan hangat dari
mahasiswa. Pergerakan kebangsaan yang bersifat nasional dimulai dari kalangan warga
kampus yaitu alumni dan para mahasiswa. Salah satu usaha organisasi ini adalah mendirikan
sekolah-sekolah swasta, untuk menghidupkan dan menggalang rasa kebangsaan, cita
kebudayaan sendiri, melestarikan dan mengembangkannya. Kesadaran akan makna dan
manfaat organisasi pergerakan kebangsaan makin lama makin meningkat. Akibatnya,
organisasi-organisasi yang Senada dengan Budi Utomo banyak bermunculan seperti Serikat
Dagang, perkumpulan pemuda, dan partai politik. Perjuangan kebangsaan semakin meningkat
sejak dilakukannya Sumpah Pemuda tahun 1928. Dari isi sumpah pemuda ini kelihatan
bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin kuat, karena mereka diikat oleh negara, bangsa,
dan bahasa yang satu yaitu Indonesia. Perjuangan melawan penjajah tidak pernah padam,
perjuangan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Proses perjuangan seperti ini menempa
jiwa seseorang untuk berjiwa patriotik. Jiwa patriotik memiliki nilai-nilai 45 dan serangan 45.
Menurut Gema dan Surono (1988) nilai-nilai 45 dapat diwujudkan di antara lain:

1. Berani berbuat 6. Patuh kepada pemimpin

2. Rela berkorban 7. Mendahulukan kepentingan bersama


diatas kepentingan pribadi
3. Kompak Bersatu
8. Cinta akan kebenaran dan keadilan
4. Rasa senasib sepenanggungan
9. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
5. Pantang menyerah

Nilai-nilai di atas bila sudah dipahami dan dihayati akan dapat membentuk jiwa 45.
Selanjutnya orang yang telah memiliki jiwa 45 itu akan mempunyai semangat 45. Sehingga
dikatakan bahwa semangat 45 adalah perwujudan dinamis atau ekspresi dari jiwa 45 yang
membangkitkan kemauan untuk berjuang (Surono, 1988).

vii
 Masa Pembangunan Setelah Indonesia Merdeka

masalah dalam negeri sudah mulai reda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai
digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual
maupun material. Prioritas masa pembangunan, prioritas pertama jatuh pada pembangunan
bidang ekonomi. Untuk mencapai maksud di atas maka dikembangkan kebijakan link and
match dibidang pendidikan. Konsep berkaitan dan kepadatan ini diJadikan strategi
operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan. Link dan Match (1993) menyebutkan
bahwa arti konsep ini adalah:

1) Link berarti pendidikan memiliki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar.


Merupakan implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kelembagaan,
koordinasi, pengaturan, perencanaan dan program kerja.
2) Match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik , jenis,
jumlah maupun mutu yang dipersyaratkan.

Merupakan dampak outcome serta efisiensi internal dan eksternal. Inovasi inovasi pendidikan
juga sudah dilaksanakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan, beberapa
inovasi yang telah dilaksanakan antara lain adalah ( Tilaar, 1996). PPSP yang mencoba kan
belajar dengan modul, SD Pamong yaitu pendidikan antara masyarakat, orang tua, dan guru,
yang hilang dari peredaran setelah muncul SD Inpres untuk mengejar target kuantitatif atau
pemerataan pendidikan. Inovasi inovasi ini gagal antara lain karena hanya merupakan imitasi
dari praktek-praktek dari pemikiran dunia barat. Sementara itu Alisyahbana (1990)
mengemukakan ada tiga macam pesimisme dikalangan para ahli pendidikan. Pesimisme yang
dimaksud adalah:

1) Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki
pendidikan.
2) Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan transformasi sosial, yang
sangat perlu untuk mengadakan adaptasi terhadap dunia yang berubah begitu cepat.
3) Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan
memperjuangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan pendidikan nasional yang
mungkin tidak sejalan dengan keinginan pada birokrat yang berkuasa.

Deklarasi Konvensi nasional pendidikan dua tahun 1992 mengatakan bahwa:

viii
1) Realisasi tanggung jawab antara keluarga masyarakat, dan pemerintah, belum
terwujud secara menyeluruh dan bahkan belum dihayati sepenuhnya oleh semua
pihak.
2) Diperlukan political will dan pola Pembangunan seperti itu untuk daerah terpencil
belum terwujud.
3) Penanaman nilai-nilai budaya maupun agama tidak cukup melalui bidang studi saja
seperti keadaan sekarang, melainkan melalui semua bidang studi secara integratif.

Lebih jauh Bukhari( 1990) mengemukakan ada beberapa kesenjangan terjadi dalam dunia
pendidikan kita.

1) Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat


akademik dengan tugas-tugas yang akan dilakukan dalam dunia pendidikan.
2) Kesenjangan akademik, artinya pengetahuanpengetahuan di sekolah acapkali tidak
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
3) Kesenjangan kultural, Hal ini terjadi karena masih banyak lembaga pendidikan
menekankan pengetahuan klasik dan humaniora.
4) Kesenjangan temporal, adalah kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan
wawasan dunia sekarang. Pembangunan di bidang pendidikan masih banyak
menghadapi hambatan, yang membuat memindai dampak dari kondisi seperti adalah
pembangunan secara keseluruhan tidak dapat dilewati dengan lancar. Memang benar
pembangunan pendidikan secara kuantitatif dapat dipandang sudah berhasil dengan
selesainya wajib belajar 6 tahun.

C. landasan filosofis

Landasan Filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau


hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah
masalah masalah pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu
diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya.
Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat,
falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasaYunani,phileinberarti mencintai,
dan Sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana. Filsafat menelaah sesuatu secara
radikal, menyeluruh dan konseptual yang menghasilkan konsepsi kosnsepsi mengenai
kehidupan dan dunia. Konsepsi konsepsi silosofis tentang kehidupan manusia dan dunianya

ix
pada umumnya bersumber dari dua faktor, yaitu:
a) Religi dan etika yang bertumpu pada keyakinan
b) Ilmu pengetahuan yang mengandalkan penalaran.
Filsafat berada dianatara keduanya: Kawasannya seluas religi, namun lebihdekat dengan
ilmu pengetahuan karena filsafat timbul dari keraguan dan karena mengandalkan akal
manusiaTinjauan filosofis tentang sesuatu, termasuk pendidikan, berarti berpikir
bebas serta merentang pikiran sampai sejauhjauhnya tentang sesuatu itu. Penggunaan istilah
filsafat dapat dalam dua pendekatan, yakni: Filsafat sebagai kelanjutan dari berpikir
ilmiah, yang dapat dilakukan oleh setiap orang serta sangat bermanfaat dalam memberi
makna kepada ilmu pengetahuannya itu Filsafat sebagai kajian khusus yang formal, yang
mencakup logika, epistemology (tentang benar dan salah), etika (tentang baik dan
buruk),
estetika (tentang indah dan jelek), metafisika (tentang hakikat yang “ada”, termasuk akal itu
sendiri), serta social dan politik (filsafat pemerintahan).Kajian-kajian yang dilakukan oleh
berbagai cabang filsafat (logika, epistemology, etika, dan estetika, metafisika dan lain-
lain) akan besar pengaruhnya terhadap pendidikan, karena prinsip prinsip dan kebenaran
kebenaran hasil kajian tersebut pada umumnya diterapkan dalam bidang pendidikan.
Peranan filsafat dalam bidang pendidikan tersebut berkaitan dengan hasil kajian antara
lain tentang: Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai mahluk didunia ini, seperti
yang disimpul kan sebagai zoon politicon, homo sapiens, animal educandum, dan
sebagainya.
c) Masyarakat dan kebudayaannya.
Keterbatasan manusia sebagai mahluk hidup yang banyak menghadapi tantangan; dan
Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan, utamanya filsafat
pendidikan.Hasil hasil kajian filsafat tersebut, utamnya tentang konsepsi manusia dan
dunianya, sangat besar pengaruhnya terhadap pendidikan. Beberapa aliran filsafat yaitu
sebagai berikut:
1) Naturalisme
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang menganggap segala kenyataan yang bisa
ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Aliran ini biasa pula
diberi nama yang berbeda sesuai dengan variasi penekanan konsepsinya tentang
manusia dan dunianya.
2) Idealisme

x
Berbeda dengan aliran diatas, Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah
ide sebagai gagasan kejiwaan. Apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah
bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran bersifat spiritual atau mental. Ide
sebagai gagasan kejiwaan itulah sebagai kebenaran atau nilai sejati yang absolute dan
abadi.
3) Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu
harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata lain, paham ini menyatakan
yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran kebenaran didasarkan pda kemanfaatan
dari sesuatu itu harus benar. Atau ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan
dari sesuatu itu kepada manusia . John Dewey, salah seorang tokoh pragmatisme,
mengemukakan bahwa penerapan konsep pragmatisme secara eksperimental melalui
lima tahap.

Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya situasi ketegangan


didalam pengalaman yang perlu dijabarkan secara spesifik. Diagnosi, yakni
mempertajam masalah termasuk perkiraan factor penyebabnya. Hipotesis, yakni
penemuan gagasan yang diperkiarakan dapat mengatasi masalah. Pengujian hipotesis,
yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan membandingkan hasilnya serta implikasinya
masing-masing jika dipraktikkan. Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya
setelah hipotesis terbaik dilaksanakan.

Oleh karena itu, bagi paragtisme, pendidikan adalah suatu proses eksperimental dan
metode mengajar yang penting adalah metode pemecahan masalah. Pengaruh aliran
paragtisme tersebut bahkan terwujud dalam gerakan pendidikan progresif atau
progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi sosiopolitik pada akhir
abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat. Progresivisme menentang
pendidikan tradisionalis serta mengembangkan teori pendidikan dengan prinsip-
prinsip antara lain:
a) Anak harus bebas agar dapat berkembang wajar.
b) Menumbuhkan minat melalui pengalaman langsung untuk merangsang
belajar.
c) Guru harus menjadi peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d) Harus ada kerja sama sekolah dan rumah.

xi
e) Sekolah progresif harus merupakan suatu laboraturium untuk melakukan
eksperimentasi.
Selanjutnya perlu dikemukakan secara ringkas empat mazhab filsafat pendidikan yang
besar pengaruhnya dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan. Keempat
mazhab filsafat pendidikan itu4 :
4) Esensialisme.
Esensialisme merupakan mazhab filsafat pendidikan yang menerapkan prinsip
idealisme dan realisme secara eklektis. Berdasarkan eklektisisme tersebut tersebut
maka esensialisme tersebut menitikberatkan penerapan prinsip idealisme atau
realisme dengan tidak meleburkan prinsip-prinsipnya. Filsafat idealisme memberikan
dasara tinjauan yang realistic. Matematika yang sangat diutmakan idealisme, juga
penting artinya bagi filsafat realism, karena matematika adalah alat menghitung
penjumlahan dari apa-apa yang riil, materiil dan nyata
Menurut Mazhab ensesialisme, yang termasuk the liberalarts, yaitu:
a) Penguasaan bahasa termasuk e) Ilmu kealaman
rerorika f) Matematika
b) Gramatika g) Sejarah
c) Kesusateraan h) Seni keindahan (fine arts)
d) Filsafat
5) Perenialisme
Ada persama antara perenialisme dan esensialisme, yakni keduanya membela
kurikulum tradisional yang berpusat pada mata pelajaran yang poko-pokok (subject
centered). Perbedaannya ialah perenialisme menekankan keabadian teori
kehikamatan, yaitu:
a) Pengetahuan yang benar (truth)
b) Keindahan (beauty)
c) Kecintaan kepada kebaikan (goodness)
Oleh karena itu dinamakan perenialisme karena kurikulumnya berisi materi yang
konstan atau perennial. Prinsip pendidikan antaralain:
a. Konsep pendidikan itu bersifat abadi, karena hakikat manusia tak
pernah berubah.
b. Inti pendidikan haruslah mengembangkan kekhususan mahluk manusia
yang unik yaitu kemampuan berpikir.
c. Tujuan belajar ialah mengenal kebenaran abadi dan universal.

xii
d. Pendidikan merupakan persiapan bagi kehidupan sebenarnya
e. Kebenaran abadi itu diajarkan melalui pelajaran-pelajaran dasar (basic
subjects)
6) Pragmatisme dan Progresivisme
Prakmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional. Progresivisme yaitu perubahan untuk maju.
Manusia akan mengalami perkembangan apabila berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya berdasarkan pemikiran. Progresivisme atau gerakan pendidikan progresif
mengembangkan teori pendidikan yang mendasarkan diri pada beberapa prinsip,
antara lain sebagai berikut:
a) Anak harus bebas untuk dapat berkembang secara wajar
b) Pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang minat
belajar.
c) Guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing kegiatan belajar.
d) Sekolah progresif harus merupakan sebuah laboratorium untuk melakukan
reformasi pedagogis dan ekperimentasi.
7) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionalisme adalah suatu kelanjutan yang logis dari cara berpikir progresif
dalam pendidikan. Individu tidak hanya belajar tentang pengalaman-pengalaman-
pengalaman kemasyarakatan masa kini disekolah, tapi haruslah memelopori
masyarakat kearah masyarakatbaru yang diinginkan. Dan dalam pengertian lain.
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.

D. landasan psikologis
Lanadasan Pendidikan yang keempat adalah landasan Psikologis. Pendidikan selalu
melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga psikologis merupakan salah satu
landasan yang penting dalam pendidikan. Memahami peserta didik dari aspek
psikologis merupakan salah satu faktor keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu hasil
kajian dalam penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, umpamanya pengetahuan tentang urutan perkembangan anak. Setiap
individu memiliki bakat, minat, kemampuan, kekuatan, serta tempo dan irama
perkembangan yang berbeda dengan yang lainnya.30 Sebagai implikasinya

xiii
pendidikan tidak mungkin memperlakukan sama kepada peserta didik. Penyusunan
kurikulumharus berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan
dijadikan garis-garis besar program pengajaran serta tingkat keterincian bahan belajar
yang digariskan.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis perkembangan manusia yang
berlangsung sejak konsepsi (pertemuan ovum dan sperma) sampai saat kematian,
sebagai perubahan maju (progresif) ataupun kadangkadang kemunduran (regresif).
Salah satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang berkaitan
dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat diwujudkan kepribadian
yang mantap dan mandiri. Meskipun terdapat variasi pendapat, namun dapat
dikemukakan beberapa prinsip umum kepribadian. Disebut sebagai prinsip prinsip
umum karena prinsip tersebut yang dikemukakan dengan variasi tertentu dalam
berbagai teori kepribadian. Prinsip itu akan tampak bervariasi pada kepribadian
manusia tertentu (sebab: kepribadian itu unik) Terdapat dua hal kepribadian yang
penting di tinjau dari konteks perkembangan kepribadian, yakni:
a. Terintegrasinya seluruh komponen ke dalam struktur yang teroganisir
secara sistematik.
b. Terjadi tingkah laku yang konsisiten dalam menghadapi lingkungan.

E. landasan sosiologis
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu bahkan
dua generasi, yang memungkinkan dari generasi kegenerasi berikutnya
mengembangkan diri searah dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat pada
zamannya.27 Oleh karena itu dalam mengahdapi kondisi seperti itu, lembaga
pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga sosial lainnya. Dalam hal ini
pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi, politik sebagai pranata
kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society learning) harus dijadikan
sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan yang melibatkan
masyarakat bisa tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi. Hasrat
masyarakat untuk belajar semakin meningkat. Kegiatan pendidikan merupakan suatu
proses interaksi antara dua individu bahkan dua generasi, yang memungkinkan dari
generasi kegenerasi berikutnya mengembangkan diri searah dengan perkembangan
dan kemajuan masyarakat pada zamannya.27 Oleh karena itu dalam mengahdapi

xiv
kondisi seperti itu, lembaga pendidikan harus diberdayakan bersama dengan lembaga
sosial lainnya. Dalam hal ini pendidikan disejajarkan dengan lembaga ekonomi,
politik sebagai pranata kemasyarakatan, pembudayaan masyarakat belajar (society
learning) harus dijadikan sarana rekonstruksi sosial. Apabila perencanaan pendidikan
yang melibatkan masyarakat bisa tercapai maka patologi sosial setidaknya terkurangi.
Hasrat masyarakat untuk belajar semakin meningkat.
F. landasan kultural dan Tutwuri Handayani
Landasan Pendidikan yang ketiga adalah Landasan Kultural. Pendidikan selalu terkait
dengan manusia, sedangkan setiap manusia selalu menjadi anggota masyarakat dan
pendukung kebudayaan tertentu. Oleh karena itu dalam Undang- undang RI no. 20
Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 ditegaskan bahwa, pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasar Pancasila dan undang-undang Dasar Negara republik Indonesia Tahun
1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap perubahan zaman. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai
hubungan timbal balik, kebudayaan dapat diwariskan dengan jalan meneruskan
kepada generasi penerus melalui pendidikan. Sebaliknya pelaksanaan pendidikan ikut
ditentukan oleh kebuadayaan masyarakat dimana proses pendidikan berlangsung.
Asas Tut Wuri Handayani Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan
oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut
Wuri Handayani mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki
mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan,
membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru
pendidik membantunya. Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada
masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era kemerdekaan gagasan
tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional Indonesia
(Jurnal Pendidikan, No.2:24). Asas Tut Wuri Handayani yang kini menjadi semboyan
Depdikbud( sekarang Kementerian Pendidikan Nasional ), pada awalnya merupakan
salah satu dari “Asas 1922” yakni tujuh buah asas dari Perguruan Nasional Taman
Siswa (didirikan 3 Juli 1922),35 ketujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa yang
merupakan asas perjuangan untuk menghadapi Pemerintah kolonial Belanda sekaligus
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa. Ketujuh asas tersebut yang
secara singkat disebut ”Asas 1922” adalah sebagai berikut:
a. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat tertibnya persatuan dalam perikehidupan umum.

xv
b. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang
dalamarti lahir dan batin dapat memerdekakan diri.
c. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan
sendiri.
d. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau
kepada seluruh rakyat.
e. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuh-penuhnya
lahir maupun batin hendaknya diusahakan dengan kekuatan sendiri,
dan menolak bantuan apapun dan dari siapapun yang mengikat baik
berupa ikatan lahir maupun ikatan batin.
f. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka
mutlak harus membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
g. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan
batin untuk mengorbankan segala kepentingan pribadi demi
keselamatan dan kebahagiaan anak- anak.36 Asas Tut wuri Handayani
merupakan inti dari asas pertama dalam asas 1922 yang menegaskan
bahwa setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan
tetap memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
1) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang
pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan
profesinya dalam masyarakat.
2) peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan
yang diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki
lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya.
3) peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan
sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi
manusia yang mandiri,
4) peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk
memperoleh pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang

xvi
menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang memadai
sebagai manusia yang mandiri.

G. landasan IPTEKS
Pembangunan didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
rangka mempercepat terwujudnya ketangguhan dan keunggulan bangsa. Dukungan
IPTEK terhadap pembangunan dimaksudkan untuk memacu pembangunan menuju
terwujudnya masyarakat yang mandiri, maju, dan sejahtera. Di sisi lain,
perkembangan IPTEK itu sendiri berlangsung semakin cepat, bersamaan dengan
persaingan antar bangsa semakin meluas, sehingga diperlukan penguasaan,
pemanfaatan, dan pengembangan IPTEK, yang pada gilirannya mengandung
implikasi tertentu terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM), supaya
memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan serta pengembangan dalam
bidang IPTEK. Dalam hal ini, implikasi IPTEK dalam pengembangan kurikulum,
antara lain:
1. Pengembangan kurikulum harus dapat meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk lebih
banyak menghasilkan teknologi baru sesuai dengan perkembangan
zaman dan karakteristik masyarakat Indonesia.
2. Pengembangan kurikulum harus difokuskan pada kemampuan peserta
didik untuk mengenali dan merevitalisasi produk teknologi yang telah
lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu sendiri.
3. Perkembangan IPTEK berimplikasi terhadap pengembangan
kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi atau materi
pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta
penggunaan sistem evaluasi. Ini secara tidak langsung menuntut dunia
pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki
kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan
untuk memecahkan masalah pendidikan.

xvii
xviii
BAB Ⅲ PENUTUP

Kesimpulan

xix
DAFTAR PUSTAKA

M.V. Roesminingsih Dan Lamijan Hadi Susarno. 2015. Teori Dan Praktek Pendidikan .
Surabaya: Lembaga Pengkajian Dan Pengembangan Ilmu Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Kerjasama Dengan Penerbit Bintang.

Dr. Nurhuda M.Pd. 2022. Landasan Pendidikan Ahlimedia Press (Anggota IKAPI:
264/JTI/2020) Jl. Ki Ageng Gribig, Gang Kaserin MU No. 36 Kota Malang 65138
Https://Repository.Uir.Ac.Id/19791/1/Landasan%20Pendidikan.Pdf

File:///C:/Users/HP/Downloads/1380-Article%20Text-2836-1-10-20160922.Pdf

File:///C:/Users/HP/Downloads/20-Article%20Text-95-1-10-20181228.Pdf

xx

Anda mungkin juga menyukai