Disusun Oleh :
1. Destriyanti
2. Irgi Faiz Hadrian
3. Nabillah
4. Olivia Faradiba Italiana
5. Syafira Marsya Metta
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia–Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dan berkontribusi baik dalam penyelesaian Makalah ini.
Saya menyadari bahwa Makalah ini belum bisa dikatakan sempurna serta masih
banyak kesalahan yang harus diperbaiki. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi
saya dan orang-orang yang membaca. Sekiranya ada kritik dan saran untuk
pembelajaran Makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Toleransi ............................................................................................................ 2
B. Surah Yunus Ayat 40 – 41 ................................................................................................... 2
1. Membaca Surah Yunus ayat 40 – 41 ................................................................................ 2
2. Mufradat ........................................................................................................................... 3
3. Hukum Bacaan ................................................................................................................. 3
4. Terjemahan Surah Yunus ayat 40 – 41 ............................................................................ 3
5. Kandungan Surah ............................................................................................................. 4
C. Hadis tentang Toleransi ....................................................................................................... 4
D. Bentuk – Bentuk Toleransi dalam Islam .............................................................................. 5
1. Berbuat Adil pada Siapapun ............................................................................................. 5
2. Menghormati Prinsip Agama Lain ................................................................................... 6
3. Toleransi dalam Perdagangan dan Peradilan ................................................................... 6
4. Toleransi dalam Hutang Piutang ...................................................................................... 7
5. Toleransi dalam Ilmu ....................................................................................................... 7
6. Toleransi dalam Harga Diri .............................................................................................. 8
7. Toleransi dalam Reaksi Kesalahan .................................................................................. 9
BAB III ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Toleransi adalah sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati
keragaman budaya dan perbedaan berekpresi. Al – Qur’an merupakan kitab suci yang
secara nyata memberikan perhatian terhadap toleransi. Hal tersebut dapat ditemukan
dalam ratusan ayat Al – qur’an yang mendorong toleransi serta menolak intoleransi.
Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk mengnhormati dan
membiarkan pemeluk agama untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untu
melaksanakan Ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing – masing.
Toleransi merupakan suatu perbuatan yang melarang diskriminasi terhadap kelompok
atau golongan yang berbeda. Sikap toleransi yang tumbuh dari masing – masing individu
dapat meberikan nilai tersendiri apabila terjun langsung ke masyarakat.
Dalam konteks toleransi anatr umat beragama Islam memiliki konsep yang jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama
kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Dari latar belakang tersebut penulis menulis makalah ini dengan judul “Toleransi”
agar dapat menjadi referensi dan memperkuat toleransi kita menurut Islam.
B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini kami memberikan rumusan masalah sebgai berikut
1. Apa pengertian toleransi?
2. Apa arti dan kandungan dalam surah Yunus ayat 40 – 41?
3. Apa saja hadis tetang toleransi?
4. Apa saja bentuk – bentuk toleransi dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian toleransi.
2. Untuk mengetahui arti dan kandungan dari surah Yunus ayat 40 – 41.
3. Untuk mengetahui hadis – hadis tentang toleransi.
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk toleransi yang terdapat dalam Islam.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau
memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kota “toleran”,
yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya)
yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas
ukur ntuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.
Toleransi diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai,
atau memberikan tempa kerja kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak
sependapat.
Dalam agama Islam itu sendiri, toleransi disebut dengan tasamuh. Tasamuh atau
tasahul memiliki arti kemudahan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa agama Islam
memberikan kemudahan bagi siapapun untuk menjalankan apa yang telah diyakini sesuai
dengan ajaran masing-masing tanpa adanya tekanan atau tidak mengusik kepercayaan
yang telah dijalani orang lain.Kemudian, adapun dalam konteks masyarakat dan agama,
toleransi bisa didefinisikan sebagai suatu sikap atau perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi pada masyarakat-masyarakat tertentu yang memiliki perbedaan atau tidak
bisa diterima oleh orang-orang pada umumnya.Oleh karena itu, dalam toleransi
beragama, masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Dalam agama
Islam ini sendiri, konsep tasamuh mengandung konsep rahmatan lil alamin.
2
2. Mufradat
3. Hukum Bacaan
“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur’an), dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika
3
mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
(Q.S Yunus 40-41)
5. Kandungan Surah
Ayat 40, Allah SWT. menerangkan bahwa umat manusia yang hidup setelah
diutusnya Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi dua kelompok, sebagian menerima
Al-Qur'an, mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. dan mengambil manfaat dari
risalah yang dibawanya, sebagian lagi tidak beriman dan selalu mendustakan Nabi
Muhammad saw. Dan Allah SWT. lebih tahu tentang orang-orang yang akan
membawa kerusakan di muka bumi dengan kemusyrikan, kezaliman dan kedurhakaan,
karena mereka tidak mempunyai kesiapan untuk beriman.
Ayat 41, Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, untuk tegar
dalam menghadapi orang-orang yang ingkar akan ajaran yang dibawanya. Beliau
diperintahkan untuk menyatakan bahwa beliau tidak bertanggung jawab atas perbuatan
mereka, dan mereka pun tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan beliau. Dengan
kata lain "Bagiku pekerjaanku, bagimu pekerjaanmu". Segala perbuatan sekecil apa
pun pasti ada balasannya. Amal baik akan mendapatkan balasan yang baik, sebaliknya
amal buruk akan mendapatkan keburukan pula. Yang dimaksud amalku (perbuatanku)
adalah nabi akan terus berdakwah, menyeru kepada kebaikan mengajarkan taat kepada
Allah SWT., memberi kabar gembira kepada yang beriman, dan ancaman bagi orang-
orang yang mendustakannya. Hasil dari amal beliau pun tidak ada kaitannya dengan
orang-orang kafir. Sedangkan yang dimaksud amalmu (perbuatanmu) adalah orang-
orang kafir diberi kebebasan untuk terus menerus mendustakan agama, tetap dalam
kekufuran dan syirik, zalim ataupun berbuat kerusakan. Semua amal perbuatannya
tidak ada kaitannya dengan amalan Nabi Muhammad saw.
4
yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya. Dan, sebaik-baik
tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.”
"Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad: 6566, At-Tirmizi: 1944, Ibnu Hibban:
518, Al-Hakim: 1620, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman: 9541, Sa'id bin Mansur:
2388, Ad-Darimi: 2437, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad: 115, dan Ibnu
Khuzaimah: 2539.
Pada teks hadis di atas tampak jelas bahwa sebaik-baik insan muslim adalah dia
yang terbaik muamalah (hubungan sosialnya) dengan semua tetangganya, baik tetangga
muslim maupun nonmuslim. Mereka semua harus mendapatkan sentuhan kasih sayang dan
kedamaian. Itulah sebabnya, sejarah membuktikan bahwa banyak unsur masyarakat yang
berdampingan secara damai dengan Rasulullah saw., sebelum Madinah dinyatakan sebagai
tanah haram (yang tidak boleh dihuni kecuali oleh muslim).
Rasulullah saw. kala itu bahkan bertetangga dengan orang Yahudi, Nasrani dan
lainnya secara damai. Begitu mulianya ajaran Islam di mata internal umat Islam maupun
nonmuslim. Ibarat lebah, sekiranya orang tidak mengganggunya tentu dia akan dapat
menikmati madunya. Namun sekiranya ada orang yang mengganggunya jangan disalahkan
apabila dia menyengat bahkan mematikan. Itulah gambaran kehadiran umat Islam sebagai
rahmatan lil 'alamin. Rahmat atau kasih sayang itu tidak hanya dirasakan umat Islam, tapi
nonmuslim pun juga ikut merasakannya.
5
menjauhkan umat Islam dari aturan agama yang dianut maka sebagai umat Islam, kita
wajib untuk tetap berbuat baik dan berlaku adil.
6
Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sikap toleran dalam transaksi perdagangan
akan mendapatkan kemudahan dalam Islam. Begitu halnya dengan orang-orang yang
selalu bersikap lapang maka akan diberikan pula kemudahan dalam setiap
permasalahan yang dihadapinya.
7
memberikan perhatiannya kepada pihak yang akan bertanya tentang berbagai hal yang
dibutuhkannya.
Sebagai contoh, jika seseorang memberikan pertanyaan kepada sang ahli ilmu,
hendaklah memberikan uraian atau penjelasan secara gamblang dan jelas. Jika perlu,
ia harus menyampaikan berbagai sumber informasi tersebut seperti dalil-dalilnya,
asbabul wurudnya, asbabun nuzulnya hingga hal-hal lain yang harus disampaikan
kepada penanya.
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa
“Terdapat seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallalahu alaihi
wassalam dan kemudian berkata “wahai Rasulullah, kami naik kapal dan hanya
membawa sedikit air, jika kami wudhu menggunakannya maka tentu kami akan
kehausan. Apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?”.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pun menjawab, “Air laut
tersebut airnya suci dan bangkainya halal”. Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa
Rasulullah Muhammad SAW sangat memberikan kelapangan saat menjawab sebuah
pertanyaan dari umat-Nya.
Padahal jika dicermati lebih lanjut mengenai pertanyaannya hanyalah mengenai
boleh atau tidaknya mereka menggunakan air laut untuk wudhu. Namun, Rasulullah
Muhammad SAW justru memberikan penjelasan yang lebih luas dan gamblang.
Beliau tidak hanya sekadar menjawab boleh atau tidak menggunakan air laut tetapi
juga menegaskan bahwasannya air laut tersebut suci dan menyucikan. Bahkan
Rasulullah Muhammad SAW juga turut menambahkan bahwa bangkai di dalam air
laut pun tetap suci untuk dimakan.
8
kemiskinan berkata: “Demi Allah, setelah ini aku tak akan memberikan nafkah lagi
kepada Misthah untuk selama-lamanya setelah apa yang telah ia katakan terhadap
Aisyah”
Setelah itu, Allah pun menurunkan ayat:
“Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan serta kelapangan di antara
kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah lagi memberikan bantuan kepada
kerabatnya, orang-orang yang miskin serta orang-orang yang sedang berhijrah di
jalan Allah SWT. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tak ingin Allah SWT mengampunimu? Dan sesungguhnya Allah SWT adalah zat
yang Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. An Nur ayat 22).
Abu Bakar kemudian berkata:
“Ya, Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mencintai jika Allah SWT mengampuniku.
Maka Abu Bakar pun kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana
sebelumnya lalu ia berkata: Aku tidak akan berhenti memberi nafkah terhadapnya
untuk selama-lamanya…..” (Diriwayatkan dalam Hadist Al Bukhari).
9
Sikap toleransi memang perlu untuk dirawat di sekitar kita. Saling menyayangi dan
menghargai antar sesama keluarga yang berbeda keyakinan pun sudah termasuk dalam
sikap toleransi. Oleh karena itu, sikap toleransi ini diharapkan tidak hanya
ditumbuhkan di lingkungan keluarga tetapi juga di masyarakat yang lebih luas.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok- kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya,
politik, maupun agama
2. Toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu'amalah
(hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallah).
3. “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur’an), dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika
mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
(Q.S Yunus 40-41)
4. Bentuk toleransi dalam islam dibagi menjadi 7, yaitu berbuat adil pada siapapun,
menghormatu prinsip agama lain, toleransi dalam perdagangan dan peradilan,
toleransi dalam hutang piutang, toleransi dalam ilmu, toleransi dalam harga diri,
toleransi dalam reaksi kesalahan.
B. Saran
1. Sebaiknya kita lebih toleran dalam kehidupan sehari-hari
2. Sebaiknya kita dapat melakukan toleransi yang benar sesuai Islam
11