Anda di halaman 1dari 14

TOLERANSI

Disusun Oleh :
1. Destriyanti
2. Irgi Faiz Hadrian
3. Nabillah
4. Olivia Faradiba Italiana
5. Syafira Marsya Metta

Dibimbing Oleh : Salim, S.Ag

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Babelan


Jl. Taman Kebalen Indah Babelan Bekasi
Tahun Ajaran 2022 – 2023

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia–Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah ini dengan baik. Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak
yang terlibat dan berkontribusi baik dalam penyelesaian Makalah ini.
Saya menyadari bahwa Makalah ini belum bisa dikatakan sempurna serta masih
banyak kesalahan yang harus diperbaiki. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi
saya dan orang-orang yang membaca. Sekiranya ada kritik dan saran untuk
pembelajaran Makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Bekasi, 24 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 1
BAB II............................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2
A. Pengertian Toleransi ............................................................................................................ 2
B. Surah Yunus Ayat 40 – 41 ................................................................................................... 2
1. Membaca Surah Yunus ayat 40 – 41 ................................................................................ 2
2. Mufradat ........................................................................................................................... 3
3. Hukum Bacaan ................................................................................................................. 3
4. Terjemahan Surah Yunus ayat 40 – 41 ............................................................................ 3
5. Kandungan Surah ............................................................................................................. 4
C. Hadis tentang Toleransi ....................................................................................................... 4
D. Bentuk – Bentuk Toleransi dalam Islam .............................................................................. 5
1. Berbuat Adil pada Siapapun ............................................................................................. 5
2. Menghormati Prinsip Agama Lain ................................................................................... 6
3. Toleransi dalam Perdagangan dan Peradilan ................................................................... 6
4. Toleransi dalam Hutang Piutang ...................................................................................... 7
5. Toleransi dalam Ilmu ....................................................................................................... 7
6. Toleransi dalam Harga Diri .............................................................................................. 8
7. Toleransi dalam Reaksi Kesalahan .................................................................................. 9
BAB III ......................................................................................................................................... 11
PENUTUP..................................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Toleransi adalah sikap saling menghargai, menerima, serta menghormati
keragaman budaya dan perbedaan berekpresi. Al – Qur’an merupakan kitab suci yang
secara nyata memberikan perhatian terhadap toleransi. Hal tersebut dapat ditemukan
dalam ratusan ayat Al – qur’an yang mendorong toleransi serta menolak intoleransi.
Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk mengnhormati dan
membiarkan pemeluk agama untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untu
melaksanakan Ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing – masing.
Toleransi merupakan suatu perbuatan yang melarang diskriminasi terhadap kelompok
atau golongan yang berbeda. Sikap toleransi yang tumbuh dari masing – masing individu
dapat meberikan nilai tersendiri apabila terjun langsung ke masyarakat.
Dalam konteks toleransi anatr umat beragama Islam memiliki konsep yang jelas.
“Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama
kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.
Dari latar belakang tersebut penulis menulis makalah ini dengan judul “Toleransi”
agar dapat menjadi referensi dan memperkuat toleransi kita menurut Islam.

B. Rumusan Masalah
Pada pembahasan ini kami memberikan rumusan masalah sebgai berikut
1. Apa pengertian toleransi?
2. Apa arti dan kandungan dalam surah Yunus ayat 40 – 41?
3. Apa saja hadis tetang toleransi?
4. Apa saja bentuk – bentuk toleransi dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengertian toleransi.
2. Untuk mengetahui arti dan kandungan dari surah Yunus ayat 40 – 41.
3. Untuk mengetahui hadis – hadis tentang toleransi.
4. Untuk mengetahui bentuk – bentuk toleransi yang terdapat dalam Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau
memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kota “toleran”,
yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan dan sebagainya)
yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas
ukur ntuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Toleransi diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai,
atau memberikan tempa kerja kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak
sependapat.

Dalam agama Islam itu sendiri, toleransi disebut dengan tasamuh. Tasamuh atau
tasahul memiliki arti kemudahan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa agama Islam
memberikan kemudahan bagi siapapun untuk menjalankan apa yang telah diyakini sesuai
dengan ajaran masing-masing tanpa adanya tekanan atau tidak mengusik kepercayaan
yang telah dijalani orang lain.Kemudian, adapun dalam konteks masyarakat dan agama,
toleransi bisa didefinisikan sebagai suatu sikap atau perbuatan yang melarang adanya
diskriminasi pada masyarakat-masyarakat tertentu yang memiliki perbedaan atau tidak
bisa diterima oleh orang-orang pada umumnya.Oleh karena itu, dalam toleransi
beragama, masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Dalam agama
Islam ini sendiri, konsep tasamuh mengandung konsep rahmatan lil alamin.

B. Surah Yunus Ayat 40 – 41


1. Membaca Surah Yunus ayat 40 – 41

2
2. Mufradat

3. Hukum Bacaan

4. Terjemahan Surah Yunus ayat 40 – 41

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur’an), dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika

3
mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
(Q.S Yunus 40-41)

5. Kandungan Surah

Ayat 40, Allah SWT. menerangkan bahwa umat manusia yang hidup setelah
diutusnya Nabi Muhammad saw. terbagi menjadi dua kelompok, sebagian menerima
Al-Qur'an, mengikuti ajaran Nabi Muhammad saw. dan mengambil manfaat dari
risalah yang dibawanya, sebagian lagi tidak beriman dan selalu mendustakan Nabi
Muhammad saw. Dan Allah SWT. lebih tahu tentang orang-orang yang akan
membawa kerusakan di muka bumi dengan kemusyrikan, kezaliman dan kedurhakaan,
karena mereka tidak mempunyai kesiapan untuk beriman.
Ayat 41, Allah SWT. memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw, untuk tegar
dalam menghadapi orang-orang yang ingkar akan ajaran yang dibawanya. Beliau
diperintahkan untuk menyatakan bahwa beliau tidak bertanggung jawab atas perbuatan
mereka, dan mereka pun tidak bertanggung jawab terhadap perbuatan beliau. Dengan
kata lain "Bagiku pekerjaanku, bagimu pekerjaanmu". Segala perbuatan sekecil apa
pun pasti ada balasannya. Amal baik akan mendapatkan balasan yang baik, sebaliknya
amal buruk akan mendapatkan keburukan pula. Yang dimaksud amalku (perbuatanku)
adalah nabi akan terus berdakwah, menyeru kepada kebaikan mengajarkan taat kepada
Allah SWT., memberi kabar gembira kepada yang beriman, dan ancaman bagi orang-
orang yang mendustakannya. Hasil dari amal beliau pun tidak ada kaitannya dengan
orang-orang kafir. Sedangkan yang dimaksud amalmu (perbuatanmu) adalah orang-
orang kafir diberi kebebasan untuk terus menerus mendustakan agama, tetap dalam
kekufuran dan syirik, zalim ataupun berbuat kerusakan. Semua amal perbuatannya
tidak ada kaitannya dengan amalan Nabi Muhammad saw.

C. Hadis tentang Toleransi


Mencintai sesama tetangga dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Anas bin Malik berikut.
Dari Anas bin Malik r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: "Demi (Allah)
yang jiwaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai
tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri." (HR. Muslim dan Abu Ya'la:
2967)
Mencintai diri sendiri tidaklah cukup untuk menggambarkan kualitas keimanan
seseorang, melainkan juga harus dibuktikan dengan mencintai semua tetangganya. Kata
"tetangga" dalam teks hadis ini cakupannya bersifat umum, yaitu tetangga sesama muslim
atau tetangga nonmuslim.
Dalam redaksi hadis lain Rasulullah saw. bersabda yang artinya: "Dari Ibnu 'Amr
r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah

4
yang paling baik di antara mereka terhadap sesama saudaranya. Dan, sebaik-baik
tetangga di sisi Allah adalah yang paling baik di antara mereka terhadap tetangganya.”
"Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad: 6566, At-Tirmizi: 1944, Ibnu Hibban:
518, Al-Hakim: 1620, Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman: 9541, Sa'id bin Mansur:
2388, Ad-Darimi: 2437, Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad: 115, dan Ibnu
Khuzaimah: 2539.
Pada teks hadis di atas tampak jelas bahwa sebaik-baik insan muslim adalah dia
yang terbaik muamalah (hubungan sosialnya) dengan semua tetangganya, baik tetangga
muslim maupun nonmuslim. Mereka semua harus mendapatkan sentuhan kasih sayang dan
kedamaian. Itulah sebabnya, sejarah membuktikan bahwa banyak unsur masyarakat yang
berdampingan secara damai dengan Rasulullah saw., sebelum Madinah dinyatakan sebagai
tanah haram (yang tidak boleh dihuni kecuali oleh muslim).
Rasulullah saw. kala itu bahkan bertetangga dengan orang Yahudi, Nasrani dan
lainnya secara damai. Begitu mulianya ajaran Islam di mata internal umat Islam maupun
nonmuslim. Ibarat lebah, sekiranya orang tidak mengganggunya tentu dia akan dapat
menikmati madunya. Namun sekiranya ada orang yang mengganggunya jangan disalahkan
apabila dia menyengat bahkan mematikan. Itulah gambaran kehadiran umat Islam sebagai
rahmatan lil 'alamin. Rahmat atau kasih sayang itu tidak hanya dirasakan umat Islam, tapi
nonmuslim pun juga ikut merasakannya.

D. Bentuk – Bentuk Toleransi dalam Islam


Agama Islam sangatlah menjunjung tinggi akan nilai-nilai toleransi. Dalam Al
Quran sendiri telah dijelaskan tentang bagaimana mengatur hubungan antar umat beragama
yang lainnya. Oleh sebab itu, setiap umat muslim wajib memiliki sikap toleran kepada
umat agama lainnya. Adapun bentuk-bentuk toleransi yang diajarkan dalam agama Islam
ialah sebagai berikut.
1. Berbuat Adil pada Siapapun
Ibnu Katsir Rahimullah pernah berkata mengenai hukum meremehkan atau
merendahkan umat non muslim, Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik
kepada non muslim yang tidak memerangi kalian seperti halnya melakukan perbuatan
baik kepada wanita serta orang-orang yang lemah di antara mereka. Oleh karena itu
hendaklah berbuat baik dan berlaku adil karena sesungguhnya Allah SWT menyukai
orang-orang yang berbuat adil.
Dalam Al-Quran surah Al Mumtahanah ayat 8-9 juga telah dijelaskan bahwa
sesungguhnya Allah SWT hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-
orang yang telah memerangi kamu karena agama serta mengusir kamu dari negerimu
dan membantu orang lain untuk mengusirmu.
Dan barang siapa yang menjadikan mereka sebagai teman maka sesungguhnya
mereka telah termasuk orang-orang yang dzalim. Dari ayat ini maka dapat
disimpulkan bahwa selamat umat agama lain tidak memerangi, memecah belah hingga

5
menjauhkan umat Islam dari aturan agama yang dianut maka sebagai umat Islam, kita
wajib untuk tetap berbuat baik dan berlaku adil.

2. Menghormati Prinsip Agama Lain


Dalam surah Al Kafirun yang memiliki arti “Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku”, kita dapat mengambil kesimpulan jika Islam selalu mengajarkan kita untuk
bertoleransi pada setiap agama apapun.
Kita harus memahami bahwa Tuhan yang kita sembah sebagai umat Islam tentu
berbeda dengan Tuhan dari agama lain. Begitu halnya dengan tempat ibadah yang kita
gunakan. Oleh karena itu, kita tidak boleh memaksakan pemeluk agama lain untuk
menganut ajaran Islam yang kita yakini. Begitu pun kita tidak seharusnya menghina
atau menganggu umat agama lain yang memiliki perbedaan keyakinan dengan yang
kita jalani.
Selain itu, sikap saling menghormati antar umat beragama penting untuk dilakukan
agar tidak menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Pada dasarnya, hidup rukun
dan saling bertoleransi antar setiap umat beragama tidak menunjukkan adanya ikut
campur antara ajaran agama yang satu dan yang lainnya. Namun, dengan adanya sikap
toleransi di tengah perbedaan tersebut akan semakin mengokokohkan rasa
kebersamaan dan perdamaian antar masyarakat.
Tradisi-tradisi keagamaan yang dimiliki suatu kelompok justru bisa menyatukan
keanekaragaman antar pemeluk agama lain. Dengan demikian nilai-nilai agama serta
sikap toleransi yang diajarkan sejak dini kepada anak bisa menjadi pengendali dalam
kehidupannya di masa depan. Terutama saat menemukan perbedaan-perbedaan di
sekitarnya.
Prinsip Islam yang berwatak moderat, humanistik, inklusif, santun, toleran terhadap
berbagai ragam padnangan, terbuka akan adanya perbedaan, menebarkan kedamaian,
rahman, dan kasih sayang ini dapat Grameds lebih pahami melalaui buku Islam yang
Santun dan Ramah, Toleran dan Menyejukkan.

3. Toleransi dalam Perdagangan dan Peradilan


Dalam masalah perdagangan dan peradilan, Islam juga mengajar tentang sikap
toleransi terutama dalam transaksi jual dan beli. Sebagai umat Islam kita diajarkan
untuk menakar ataupun menimbang secara jujur agar tidak merugikan orang lain demi
mendapatkan keuntungan pribadi.
Sebagaimana dalam Surah Hud ayat 85 yang memiliki arti “Dan Syuaib berkata:
Hai kaumku, cukupkanlah takaran serta timbangan secara adil, dan janganlah kalian
merugikan manusia atas hak-hak mereka.”
Di dalam ayat ini secara tegas mengajak umat manusia untuk tidak berlaku curang
dalam urusan perdagangan. Tentu perilaku membeli dengan meminta timbangan lebih
serta perilaku menjual dengan melakukan timbangan yang kurang sangat tidak
dibenarkan dalam Islam.

6
Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sikap toleran dalam transaksi perdagangan
akan mendapatkan kemudahan dalam Islam. Begitu halnya dengan orang-orang yang
selalu bersikap lapang maka akan diberikan pula kemudahan dalam setiap
permasalahan yang dihadapinya.

4. Toleransi dalam Hutang Piutang


Untuk urusan utang piutang, Islam juga memiliki ketetapan-ketetapannya sendiri
yang telah ditentukan. Dalam surah Al Baqarah ayat 280 yang memiliki arti “Dan jika
orang yang berutang tersebut sedang dalam kesukaran maka berikanlah masa
tangguh hingga ia berkelapangan. Dan menyedekahkan sebagian atau semua utang
tersebut sesungguhnya lebih baik bagimu, jika kamu mengetahuinya”. Dari ayat
tersebut mengandung arti bahwa sesungguhnya bersikap lapang dalam memberikan
utang atau pinjaman adalah sebuah keutamaan.
Begitu halnya dengan bersikap lapang kepada orang-orang yang kesulitan
mengembalikan pinjaman atau utangnya. Orang-orang yang memberikan kesempatan
kepada pihak yang sedang mengalami kesempitan telah dijanjikan oleh Allah SWT
untuk mendapatkan kemudahan di akhirat kelak saat semua orang mengalami
kesusahan.
Rasulullah suatu ketika pernah bersabda “Terdapat seorang pedagang yang
memberi pinjaman terhadap seseorang sehingga saat pedagang tersebut melihat
mereka yang mendapati kesulitan, maka pedagang tersebut akan berkata kepada para
bawahannya, ‘berikanlah dia tempo hingga memiliki kemudahan semoga Allah SWT
memudahkan urusan kita’. Maka, Allah SWT pun memberikan kemudahan kepada
pedagang tersebut.”
Sikap toleran merupakan sikap memberikan kemudahan serta kelapangan kepada
setiap orang. Sikap tersebut termasuk dalam bentuk rahmat dan kasih sayang antar
sesama. Maka jangan heran bila Allah SWT memang telah menjanjikan balasan
rahmat kepada siapapun yang memiliki sikap toleran ini kepada sesamanya yang
sedang mengalami kesulitan membayar utangnya.

5. Toleransi dalam Ilmu


Tidak bisa dipungkiri jika ilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam agama
Islam. Orang-orang yang berilmu juga telah dijamin kedudukannya oleh Allah SWT.
Begitu halnya dalam hal mengabdikan ilmu atau membagikan ilmu kepada sesama
manusia.
Mengabdikan ilmu untuk umat adalah hal yang utama dan melebihi harta. Oleh
sebab itu, orang-orang yang memiliki ilmu sudah seharusnya membuka lebar-lebar
kepada siapapun untuk membagikan pengetahuannya.
Entah dengan cara saling berdiskusi ataupun dengan cara mengajar orang-orang
yang membutuhkan ilmu tersebut. Seorang ahli ilmu memang sudah sepatutnya untuk

7
memberikan perhatiannya kepada pihak yang akan bertanya tentang berbagai hal yang
dibutuhkannya.
Sebagai contoh, jika seseorang memberikan pertanyaan kepada sang ahli ilmu,
hendaklah memberikan uraian atau penjelasan secara gamblang dan jelas. Jika perlu,
ia harus menyampaikan berbagai sumber informasi tersebut seperti dalil-dalilnya,
asbabul wurudnya, asbabun nuzulnya hingga hal-hal lain yang harus disampaikan
kepada penanya.
Dalam sebuah hadis yang bersumber dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa
“Terdapat seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallalahu alaihi
wassalam dan kemudian berkata “wahai Rasulullah, kami naik kapal dan hanya
membawa sedikit air, jika kami wudhu menggunakannya maka tentu kami akan
kehausan. Apakah kami boleh berwudhu dengan air laut?”.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wassalam pun menjawab, “Air laut
tersebut airnya suci dan bangkainya halal”. Dari hadis ini dapat disimpulkan bahwa
Rasulullah Muhammad SAW sangat memberikan kelapangan saat menjawab sebuah
pertanyaan dari umat-Nya.
Padahal jika dicermati lebih lanjut mengenai pertanyaannya hanyalah mengenai
boleh atau tidaknya mereka menggunakan air laut untuk wudhu. Namun, Rasulullah
Muhammad SAW justru memberikan penjelasan yang lebih luas dan gamblang.
Beliau tidak hanya sekadar menjawab boleh atau tidak menggunakan air laut tetapi
juga menegaskan bahwasannya air laut tersebut suci dan menyucikan. Bahkan
Rasulullah Muhammad SAW juga turut menambahkan bahwa bangkai di dalam air
laut pun tetap suci untuk dimakan.

6. Toleransi dalam Harga Diri


Pada dasarnya, setiap orang memiliki harga diri yang wajib dijaganya. Sayangnya,
di tengah kehidupan bermasyarakat hari ini, masih banyak orang yang gemar
menjatuhkan atau melecehkan kehormatan seseorang.
Tentu perilaku seperti ini hanya akan membuat malu orang yang bersangkutan
tersebut. Terkadang, seseorang yang dilecehkan harga dirinya akan langsung
meresponnya dengan bentuk emosional terhadap pelaku yang merendahkan harga
dirinya.
Tentu kita sering melihat peristiwa orang-orang marah atau murka di sekitar kita
karena disebabkan oleh masalah harga diri ini. Dan pada akhirnya akan berujung pada
pertikaian dan pemutusan tali silaturahmi.
Di zaman Rasulullah SAW terdapat seorang sahabat yang pernah mengalami kasus
seperti di atas. Sahabat tersebut direndahkan kehormatannya oleh orang yang sering ia
bantu. Dalam sebuah hadis diceritakan seperti ini, Aisyah radhiyallahuanha
berkata“Maka kemudian turunlah ayat yang membebaskan diriku dari fitnah
tersebut”.
Abu Bakar As-Siddiq yang selalu membiayai kehidupan Misthah bin Usasah
karena beliau memiliki hubungan kekeluargaan dan juga memiliki masalah

8
kemiskinan berkata: “Demi Allah, setelah ini aku tak akan memberikan nafkah lagi
kepada Misthah untuk selama-lamanya setelah apa yang telah ia katakan terhadap
Aisyah”
Setelah itu, Allah pun menurunkan ayat:
“Dan janganlah orang-orang yang memiliki kelebihan serta kelapangan di antara
kalian bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah lagi memberikan bantuan kepada
kerabatnya, orang-orang yang miskin serta orang-orang yang sedang berhijrah di
jalan Allah SWT. Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah
kamu tak ingin Allah SWT mengampunimu? Dan sesungguhnya Allah SWT adalah zat
yang Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. An Nur ayat 22).
Abu Bakar kemudian berkata:
“Ya, Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mencintai jika Allah SWT mengampuniku.
Maka Abu Bakar pun kembali memberi nafkah kepada Misthah sebagaimana
sebelumnya lalu ia berkata: Aku tidak akan berhenti memberi nafkah terhadapnya
untuk selama-lamanya…..” (Diriwayatkan dalam Hadist Al Bukhari).

7. Toleransi dalam Reaksi Kesalahan


Siapapun itu tentu memiliki niat untuk menjadi orang baik terlebih jika dirinya
memiliki keimanan. Namun, tidak bisa dipungkiri jika yang namanya manusia pasti
tak pernah lepas dari yang namanya kesalahan. Terkadang berbuat salah ataupun
mungkar di kehidupannya. Untuk menyikapi perilaku salah orang lain maka sikap
dasar kita adalah seperti yang disebutkan dalam surah Al Maidah ayat 54 yang artinya
berbunyi. “…. Yang bersikap lemah lembut terhadap orang mukmin”.
Serta disebutkan juga dalam surah Asy Syu’ara ayat 215 yang memiliki arti
“……dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu
orang-orang beriman”.
Dari ayat-ayat tersebut dapat diambil pelajaran bahwasannya sifat-sifat kaum
mukmin pada dasarnya haruslah lembut, tenang, tidak mudah marah serta cepat
berpikiran negatif kepada sesamanya.
Untuk lebih mempelajari nilai toleransi tersebut, Grameds dapat melihat salah satu
contohnya pada buku (In)toleransi – Memahami Kebencian & Kekerasan Atas Nama
Agama yang menceritakan catatan pencarian dari seorang muda berlatar belakang
santri yang masuk dalam dunia kosmopolit yang dihadapi dengan berbagai tantangan
dalam dunia tersebut.
Selain ayat-ayat tentang toleransi, juga terdapat hadis yang membahas mengenai
sikap toleran antar sesama ini. Hadis yang pertama ialah “Agama yang paling dicintai
Allah adalah agama yang lurus dan toleran.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadis lain juga menyebutkan bahwasannya Rasulullah Muhammad SAW
bersabda: “Dari Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi
(Allah) yang nyawaku di tangan – Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia
mencintai tetangganya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim
dan Abu Ya’la: 2967).

9
Sikap toleransi memang perlu untuk dirawat di sekitar kita. Saling menyayangi dan
menghargai antar sesama keluarga yang berbeda keyakinan pun sudah termasuk dalam
sikap toleransi. Oleh karena itu, sikap toleransi ini diharapkan tidak hanya
ditumbuhkan di lingkungan keluarga tetapi juga di masyarakat yang lebih luas.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Toleransi adalah sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara
kelompok- kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya,
politik, maupun agama
2. Toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu'amalah
(hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallah).
3. “Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (al- Qur’an), dan
di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan
Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Dan jika
mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku
kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan”
(Q.S Yunus 40-41)
4. Bentuk toleransi dalam islam dibagi menjadi 7, yaitu berbuat adil pada siapapun,
menghormatu prinsip agama lain, toleransi dalam perdagangan dan peradilan,
toleransi dalam hutang piutang, toleransi dalam ilmu, toleransi dalam harga diri,
toleransi dalam reaksi kesalahan.

B. Saran
1. Sebaiknya kita lebih toleran dalam kehidupan sehari-hari
2. Sebaiknya kita dapat melakukan toleransi yang benar sesuai Islam

11

Anda mungkin juga menyukai