Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Kepala Sekolah


Kepala Sekolah terdiri dari dua kata yaitu
“kepala” dan “sekolah”. Kata kepala dapat diartikan
sebagai ketua atau pimpinan dalam suatu organisasi
atau sebuah lembaga. Sedang sekolah merupakan
suatu lembaga di mana menjadi tempat berlangsung-
nya kegitan belajar mengajar. Jadi secara umum
kepala sekolah dapat diartikan pimpinan sekolah atau
suatu lembaga dimana lembaga tersebut sebagai
tempat menerima dan memberi pelajaran atau tempat
berlangsungnya proses pembelajaran. Wahjosumidjo
(2002) memberikan batasan:

Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional


guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu
sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi
antara guru yang memberi pelajaran dan murid
yang menerima pelajaran.

Sementara itu menurut Permendikbud Nomor:


0296/U/1996 tentang Penugasan guru Pegawai Negeri
Sipil sebagai Kepala Sekolah di lingkungan Depdikbud
menyebutkan bahwa Kepala Sekolah adalah guru yang
memperoleh tambahan tugas untuk memimpin
penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan
mutu pendidikan sekolah.

9
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat
diartikan bahwa kepala sekolah adalah seorang guru
yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala
sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga
dapat didayagunakan secara maksimal untuk menca-
pai tujuan bersama. Sebagai pemimpin suatu lembaga
kepala sekolah dituntut untuk selalu mengembangkan
hubungan kerja sama yang harmonis antara sekolah
dengan masyarakat guna mewujudkan sekolah yang
efektif dan efisien. Hubungan yang harmonis ini akan
membentuk saling pengertian antara sekolah dengan
orang tua, masyarakat dan lembaga-lembaga untuk
saling membantu dan mengetahui manfaat dan peran-
nya masing-masing dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan di sekolah.

Kepala sekolah merupakan figur penting dalam


penyelenggaraan pendidikan di sekolah tidak hanya
dituntut dapat melaksanakan tugas di bidang pelak-
sanaan pembelajaran saja namun juga dituntut me-
laksanakan berbagai peran sebagai pemimpin satuan
pendidikan. Purwanto (2002) menyebutkan sepuluh
macam peranan kepala sekolah sebagai berikut:

Dalam melaksanakan tugasnya seorang kepala


sekolah mempunyai sepuluh macam peranan,
yaitu: (1) sebagai pelaksana (executive), (2) peren-
cana (planner), (3) seorang ahli (expert), (4) menga-
wasi hubungan antara anggota-anggota (controller
of relationship), (5) mewakili kelompok (group
representative), (6) bertindak sebagai pemberi gan-
jaran, (7) bertindak sebagai wasit dan penengah
(arbitrator and mediator), (8) pemegang tanggung-

10
jawab, (9) sebagai seorang pencipta (idiologist), dan
(10) sebagai seorang ayah (father figure)

Dilihat dari peranya yang begitu kompleks maka


seorang kepala sekolah dituntut memiliki standar
kompetensi minimal yang memadai untuk dapat
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut.

2.2 Standar Kompetensi Kepala Sekolah


Dilihat dari peran serta tugas pokok yang tinggi
sebagai seorang kepala sekolah dituntut memiliki
standar kompetensi minimal yang memadai sehingga
dapat melaksanakan peran serta tugas pokok dan
fungsinya dengan baik. Standar kompetensi minimal
tersebut merupakan modal dasar bagi seorang kepala
sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Standar
merupakan suatu patokan atau ukuran yang harus
dipenuhi atau harus dicapai. Sedangkan kompetensi
menurut Purwadarminta diartikan sebagai suatu
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau
memutuskan suatu hal. Kompetensi juga dapat
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang
yang nampak pada sikapnya yang sesuai dengan
kabutuhan kerja dalam parameter lingkungan organi-
sasi dan memberikan hasil yang diinginkan.

Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang


Standar Kepala Sekolah/Madrasah menjelaskan
bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima
kompetensi dasar yaitu: kompetensi kepribadian,

11
kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan,
kompetensi supervisi dan kompetensi sosial.

Bila kelima kompetensi dasar tersebut dapat


dipenuhi oleh seorang Kepala Sekolah maka dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya akan ber-
jalan secara efektif, kepala sekolah yang efektif di-
tuntut memiliki beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi yaitu (Sagala, 2010):

Kepala Sekolah yang efektif dapat memenuhi


kebutuhan yang diperlukan, maka syarat yang
diperlukan untuk menjadi kepala sekolah yang
efektif adalah, kepala sekolah tersebut (1) mau dan
mampu melakukan perubahan; (2) mampu men-
desain kerja organisasi pendidikan yang memberi
ruang pada kreativitas yang inovatif; (3) mempo-
sisikan proses perubahan sebagai proses belajar;
(4) mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi
dengan cara pelibatan semua komponen yang
terkait secara proporsional dengan sekolah secara
lebih luas; dan (5) memperbaiki kinerja sekolah
dengan cara memfasilitasi dan melayani personel
sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.

Seorang kepala sekolah yang efektif dalam


menentukan kebijakan ataupun mengelola program
kegiatan di sekolah yang dipimpinnya akan mampu
memberdayakan seluruh potensi kelembagaan yang
ada untuk mencapai program yang telah ditetapkan.

2.3 Peran Kepala Sekolah


Secara otomatis seorang guru yang mendapat
tugas tambahan sebagai kepala sekolah tentu memiliki

12
tugas dan tanggung jawab yang lebih besar jika
dibandingkan tugasnya sebagai seorang guru biasa.
Sebagai Kepala Sekolah harus mampu memberdaya-
kan seluruh potensi kelembagaan dalam menentukan
kebijakan, pengadministrasian dan inovasi kurikulum
di sekolah yang dipimpinnya. Seorang kepala sekolah
memiliki tugas pokok dan fungsi serta peran yang
tinggi dalam melaksanakan tugasnya.

Mulyasa (2006) menjelaskan ada tujuh tugas


pokok atau peran dari kepala sekolah yaitu: kepala
sekolah Sebagai edukator, kepala sekolah sebagai
manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala
sekolah sebagai supervisor, kepala sekolah sebagai
pimpinan/leader, kepala sekolah sebagai inovator/
pembaharu dan kepala sekolah sebagai motivator/
pembangkit minat.

Kepala sekolah sebagai seorang edukator


mempunyai tugas dan peran yang sangat kompleks.
Sutomo (2007) menjelaskan peran kepala sekolah
sebagai edukator mempunyai tugas membimbing guru,
karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
menjadi contoh dalam proses pembelajaran. Sebagai
edukator kepala sekolah juga berperan sebagai guru
yaitu bertugas melaksanakan proses pembelajaran
terhadap siswa. Adams & Dickey dalam Hamalik
(2001) mengemukakan bahwa peran guru adalah
sebagai pengajar (teacher as instructor), sebagai
pembimbing (teacher as counsellor), sebagai ilmuan

13
(teacher as scientist) dan guru sebagai pribadi (teacher
as person).

Peran lain yang harus dilaksanakan oleh kepala


sekolah adalah sebagai seorang manajer atau penge-
lola terhadap sekolah. Dalam rangka melaksanakan
perannya sebagai manajer, kepala sekolah dituntut
memiliki strategi yang tepat dalam memberdayakan
segala potensi yang dimiliki sekolah yang dipimpinnya.
Wahjosumidjo (2002) menyebutkan tiga peranan kepa-
la sekolah sebagai manajer sebagai berikut: (1) peran-
an hubungan antar perseorangan; (2) peranan infor-
masional; dan (3) peranan sebagai pengambil keputus-
an. Sementara itu Sutomo (2007) menyebutkan seba-
gai manajer kepala sekolah memiliki tugas menyusun
program, menyusun pengorganisasian sekolah, meng-
gerakkan staf, mengoptimalkan sumber daya sekolah
dan mengendalikan kegiatan.

Peran kepala sebagai administrator, sebagai


seorang administrator memiliki tugas mengelola admi-
nistrasi di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai penge-
lola administrasi kepala sekolah dituntut memiliki
kemampuan dan profesionalisme dalam hal pengelo-
laan administrasi sekolah, karena kelemahan adminis-
trasi sekolah sebagian besar disebabkan ketidak-
mampuan pengelola dalam menjalankan fungsinya
secara profesional (Sagala, 2010). Sementara Danim
(2002) menyebutkan, tugas kepala sekolah sebagai
administrator dalam konteks struktur dan artikulasi
adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan men-

14
dorong ke arah keberhasilan pekerjaan bagi semua
staf dengan cara mengidentifikasi tujuan, mengeva-
luasi kinerja, mengelola sumber-sumber organisasi.
Dengan demikian peran kepala sekolah sebagai
administrator sekolah adalah melakukan perubahan
ke arah yang lebih berkualitas dan kompetitif terhadap
sekolah yang dipimpinnya.

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor me-


miliki tugas menyusun program supervisi, melaksana-
kan supervisi serta melakukan tindak lanjut terhadap
hasil supervisi yang dilakukan sebagai perbaikan
terhadap kegiatan mengajar guru. Peran dan fungsi
kepala sekolah sebagai supervisor adalah membantu
dan memfasilitasi guru dalam melakukan proses
belajar mengajar dan melakukan penilaian menggu-
nakan teknik-teknik supervisi sesuai kebutuhan
(Sagala, 2010).

Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai


seorang pemimpin (leader) yaitu bertugas memimpin
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Tugas seorang
pemimpin sekolah antara lain menyusun program atau
visi dan misi sekolah, mengambil keputusan serta
melakukan komunikasi baik secara intern sekolah
maupun dengan pihak lain di luar sekolah. Sebagai
seorang pemimpin kepala sekolah dituntut memiliki
kemampuan memberikan petunjuk dan pengawasan
guna meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan,
membuka komunikasi dua arah, dan mendelegasikan
wewenang (Kisworo, 2011). Kepala sekolah sebagai

15
pemimpin dipersyaratkan mempunyai pandangan yang
jelas kemana arah sekolah yang dipimpinnya akan
dibawa, mampu berkomunikasi dengan semua
stakeholder sekolah, memiliki kegigihan dan ketang-
guhan, konsistensi dan fokus untuk mencapai visi dan
misi serta memiliki pengetahuan organisasi yang
mencukupi agar dapat memonitor dan mengendalikan
kinerja organisasi sekolah (Sagala, 2010).

Kepala sekolah juga memiliki peran lain, yaitu


sebagai inovator atau pembaharu. Seorang inovator
atau pembaharu dituntut memiliki kemampuan untuk
mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai
aspek. Kepala sekolah juga dituntut mampu menjamin
keberhasilan pembaharuan tersebut untuk meningkat-
kan mutu pendidikan di sekolah yang dipimpinnya.
Menurut Uno (2011) keberhasilan suatu inovasi
dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut:

(1) keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi


dianggap menguntungkan penerima; (2) kompati-
bel (compatibility) yaitu tingkat kesesuaian inovasi
dengan nilai, pengalaman dan kebutuhan peneri-
ma; (3) kompleksitas (complexity) yaitu tingkat
kesukaran untuk memahami dan menggunakan
inovasi; (4) trialabilitas (trialability) yaitu dapat
dicoba tidaknya suatu inovasi; dan (5) dapat
diamati (observability) yaitu mudah tidaknya
diamati hasil inovasi.

Sebagai seorang innovator kepala sekolah ditun-


tut mampu mendorong semua guru, staf dan orang
tua siswa untuk memahami dan memberikan dukung-
an terhadap pembaharuan yang ditawarkan. Keber-

16
hasilan terhadap pembaharuan yang dilaksanakan
kepala sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
pihak-pihak tersebut.

Kepala sekolah juga memiliki peran sebagai


motivator atau penggerak bagi guru di sekolah yang
dipimpinnya. Sutomo (2007) menyebutkan sebagai
seorang motivator kepala sekolah bertugas menyihir
lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip
penghargaan dan hukuman (reward and punishment)
yang sistemik. Apabila kepala sekolah mampu ber-
peran sebagai motivator maka produktivitas kerja guru
dan karyawan di sekolah akan meningkat. Keber-
hasilan kepala sekolah sebagai motivator dapat dilihat
bilamana guru dan karyawan yang dipimpinnya mau
bekerja keras dan antusias untuk mencapai produk-
tivitas kerja yang tinggi (Hasibuan, 2003).

Dari ketujuh peran kepala sekolah seperti yang


tercantum pada tugas pokok dan fungsi tersebut
seorang kepala sekolah memiliki peran dan tanggung
jawab yang sangat besar sehingga dituntut memiliki
kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan tugas-
nya. Sementara itu Sagala (2010) menjelaskan ada
empat peran dan tanggung jawab kepala sekolah yaitu
sebagai Administrator, sebagai Pemimpin, sebagai
Pengawas dan sebagai Supervisor Pembelajaran.
Sebagai administrator seorang kepala sekolah harus
memiliki kemampuan untuk memfasilitasi, mengarah-
kan, mengkoordinasikan, mendorong semua guru, staf
dan karyawan serta personel sekolah lainnya untuk

17
merencanakan dan melaksanakan tugas dan pekerja-
annya sendiri ke arah perubahan yang lebih ber-
kualitas. Tugas kepala sekolah sebagai administrator
menurut Danim (2002) adalah mengarahkan, meng-
koordinasikan dan mendorong ke arah keberhasilan
pekerjaan bagi semua staf dengan cara mendefini-
sikan tujuan, mengevaluasi kinerja, mengelola
sumber-sumber organisasi dan lain-lain.

Sebagai seorang administrator kepala sekolah


memiliki tugas melakukan proses administrasi pada
lembaga yang dipimpinnya. Masih dalam Sagala
(2010), Sutisna (1985) mengatakan bahwa proses
administrasi adalah membuat keputusan, merencana-
kan, mengkoordinasikan, mengkomunikasikan, meng-
evaluasi dan menilai. Keberhasilan seorang kepala
sekolah sebagai administrator dalam melaksanakan
tugasnya dapat dilihat sejauhmana ia mampu mem-
berdayakan seluruh personel sekolah sesuai tugas
pokok dan fungsinya dengan landasan profesional ke
arah pencapaian tujuan organisasi secara optimal.

Sutomo (2007) memberikan batasan pemimpin


memiliki arti seorang yangmemimpin, orang yang
memegang tangan sambil menuntun, menunjukkan
jalan orang yang dibimbing, orang yang menunjukkan
jalan dalam arti kiasan, orang yang melatih mendidik,
mengajari supaya akhirnya dapat mengerjakan sendiri.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin di sekolah harus
memahami kultur sekolah sebagai dasar untuk
meningkatkan kondisi-kondisi di sekolah, sehingga

18
tercipta perwujudan dan kegiatan belajar mengajar
yang berkualitas. Kultur sekolah tersebut dapat
berupa perilaku dalam berorganisasi di sekolah seperti
motivasi, komunikasi, kepemimpinan, penentuan
tujuan, evaluasi dan pengawasan yang dilakukan.

Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai


seorang pemimpin maka kepala sekolah harus mem-
punyai jiwa kepemimpinan. Sagala (2010) memberikan
definisi dari kepemimpinan:

Kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting


yang memotivasi dan mengkoordinasikan organi-
sasi dalam rangka mencapai tujuan melalui suatu
proses untuk mempengaruhi orang lain, baik
dalam organisasi maupun diluar organisasi untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu
situasi dan kondisi tertentu.

Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa


kepemimpinan di sekolah yang diperankan oleh kepala
sekolah adalah mempengaruhi orang lain yaitu guru
dan personel sekolah lainnya dengan menggunakan
berbagai upaya seperti memberikan motivasi, memberi
penghargaan, memberi hukuman atau dengan ajakan
atau bujukan untuk mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Dengan upaya yang dilakukan oleh
kepala sekolah tersebut diharapkan guru dan personel
lainnya mampu membangun komitmen dan mampu
serta mau bekerja keras untuk menjadikan sekolah
yang dipimpinnya menjadi lebih maju dan berkualitas.

19
Keberhasilan kepala sekolah dalam perannya
sebagai seorang pemimpin dapat dilihat dari adanya
perubahan dan peningkatan kualitas layanan belajar
dengan dibuktikan guru maupun personel lain di
sekolah itu mampu membangun kerja sama serta
kemampuan mereka dalam menyusun sendiri
dokumen-dokumen administrasi pembelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah yang
kompeten dalam mengambil kebijakan akan selalu
berhubungan dengan data dan fakta yang selalu
berubah secara dinamis mengikuti perkembangan
sehingga akan dapat memberikan layanan berkualitas
yang berdampak pada lulusan dan sumber daya
manusia yang berkualitas.

Sebagai pengawas seorang kepala sekolah mela-


kukan kegiatan yang menjamin tidak ada penyim-
pangan-penyimpangan, terhindar dari kesalahan
sehingga kegiatan sekolah atau lembaga yang dipimpin
dapat berjalan sesuai rencana, dan dapat mencapai
sasaran yang ditetapkan. Kepala sekolah melakukan
pengawasan untuk memastikan apakah guru serta
personel lainnya melaksanakan tugas dan tanggung-
jawab sesuai dengan yang sudah ditugaskan.

Pengawasan yang dilakukan oleh kepala sekolah


akan dapat berjalan dengan baik bila seorang kepala
sekolah melakukan pengawasan internal. Menurut
Hasibuan (2006) dalam Sagala (2010) memberikan
definisi tentang pengawasan internal; “Pengawasan
atau pengendalian internal adalah pengendalian yang

20
dilakukan oleh seorang atasan kepada bawahanya,”
Cakupan dari pengendalian meliputi pelaksanaan
tugas, prosedur kerja, proses kerja dan kedisiplinan.
Masih dalam Sagala (2010) menurut Usman (2006)
memberikan definisi:

Pengawasan internal adalah suatu penilaian


objektif dan sistematis oleh pengawas internal atas
pelaksanaan dan pengendalian organisasi berupa
pemberian bantuan kepada manajemen dalam
mengidentifikasi sekaligus merekomendasi masa-
lah efisiensi maupun potensi kegagalan sistem dan
program yang berdampak buruk pada kinerja
organisasi.

Keberhasilan kepala sekolah sebagai pengawas


akan dapat dilihat apakah dia dapat mengatasi kele-
mahan serta kelebihan yang ditemukan. Atas dasar
temuan tersebut dapat dilakukan perbaikan serta
penguatan untuk memberikan layanan pendidikan
yang berkualitas di sekolah yang dipimpin.

2.3.1 Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Sebagai seorang pimpinan kepala sekolah juga


mempunyai peran sebagai seorang supervisor yaitu
seorang yang melakukan supervisi. Pandangan kuno
melihat supervisi sebagai suatu inspeksi atau kegiatan
mencari kesalahan terhadap guru dalam melaksana-
kan tugas. Namun dalam pandangan modern supervisi
merupakan kegiatan pemberian bantuan untuk mem-
perbaiki proses pembelajaran. Purwanto (1987) menga-
takan bahwa supervisi adalah aktivitas pembinaan

21
yang direncanakan untuk membantu para guru dan
pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan
mereka secara efektif.

Supervisi yang dilakukan oleh seorang kepala


sekolah terhadap guru dapat berupa bagaimana guru
tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran
terhadap siswa yang dinamakan supervisi akademik.
Supervisi juga dilakukan kepala sekolah terhadap
administrasi guru sebagai pendukung pelaksanaan
proses pembelajaran. Arikunto (2004) membedakan
kegiatan supervisi menjadi dua sesuai dengan konsep
pengertianya, yaitu:

a. Supervisi Akademik adalah supervisi yang


menitik beratkan pengamatan pada masalah
akademik, yaitu yang langsung pada lingkup
kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk membantu siswa ketika sedang
berada dalam proses belajar;
b. Supervisi administrasi adalah supervisi yang
menitikberatkan pengamatan aspek-aspek
administrasi yang berfungsi sebagai pendu-
kung terlaksananya pembelajaran.

Supervisi dilakukan oleh kepala sekolah harus


direncanakan secara matang, teratur, dan berkelan-
jutan. Supervisi direncanakan dengan matang artinya
bahwa pelaksanaan supervisi bukanlah secara kebe-
tulan namun direncanakan, dilaksanakan dalam
ruang lingkup yang jelas dan menggunakan instru-
men. Supervisi dilaksanakan secara teratur artinya
bahwa dalam melaksanakan supervisi seorang kepala

22
sekolah harus terjadwal. Sedangkan supervisi berke-
lanjutan artinya bahwa kegiatan supervisi dilaksana-
kan terus menerus sehingga saling terkait antara satu
kegiatan supervisi dengan kegiatan supervisi yang lain
sehingga akan memberikan pemecahan masalah yang
dihadapi guru dalam melaksanakan tugasnya.

Sergiovanni yang dikutip Pidarta (1999) menye-


butkan tujuan supervisi yaitu:

(1) tujuan akhir adalah mencapai pertumbuhan


dan perkembangan para siswa yang bersifat total;
(2) tujuan kedua adalah membantu kepala sekolah
dalam menyesuaikan program pendidikan dari
waktu ke waktu secara berkelanjutan dalam
rangka menghadapi tantangan perubahan jaman;
(3) tujuan dekat adalah bekerjasama mengem-
bangkan proses belajar mengajar yang tepat;
(4) tujuan perantaraan adalah membina guru guru
agar dapat mendidik para siswa dengan baik, atau
menegakkan disiplin kerja secara manusiawi.

Mulyasa (2007) mengatakan bahwa keberhasilan


kepala sekolah sebagai supervisor pembelajaran anta-
ra lain dapat ditunjukkan oleh: (1) meningkatnya ke-
sadaran tenaga kependidikan (guru) untuk meningkat-
kan kinerjanya; (2) meningkatnya keterampilan tenaga
kependidikan (guru) dalam melaksanakan tugasnya.
Supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat
meningkatkan motivasi guru dalam melaksanakan
tugasnya bilamana supervisi dilaksanakan sesuai
prosedur. Jadi supervisi kepala sekolah adalah usaha
yang dilakukan kepala sekolah dalam memimpin, me-
motivasi dan membantu para guru untuk memperbaiki

23
pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan
guru untuk mencapai tujuan pendidikan ke arah yang
lebih maju.

Sejalan dengan uraian di atas maka Bupati


Temanggung menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 35
tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan
Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK.
Sedangkan dalam petunjuk pelaksanaan tersebut
dijelaskan bahwa sebagai supervisor kepala sekolah
memiliki kuwajiban: (1) menyusun program supervisi,
(2) melaksanakan program supervisi dan (3) melaksa-
nakan tindak lanjut hasil supervisi. Uraian lebih lanjut
tentang kuwajiban kepala sekolah tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Menyusun Program Supervisi

Program supervisi disusun untuk menentukan


sasaran dalam kegiatan supervisi yang akan dilaksa-
nakan oleh kepala sekolah. Adapun program supervisi
meliputi supervisi manajerial (administrasi guru) dan
supervisi terhadap akademik (kegiatan pembelajaran).
Adapun penyusunan program supervisi meliputi:
(1) penyusunan program supervisi terhadap adminis-
trasi guru; (2) penyusunan program supervisi terhadap
kegiatan belajar mengajar; (3) penyusunan program
supervisi bimbingan dan konseling; (4) penyusunan
program supervisi terhadap ulangan semester/ulangan
kenaikan kelas; dan (5) penyusunan program supervisi
terhadap ujian sekolahdan ujian nasional.

24
2. Melaksanakan Supervisi

Setelah program supervisi disusun maka sebagai


seorang supervisor kepala sekolah melaksanakan ke-
giatan supervisi sesuai yang telah direncanakan terse-
but. Sasaran dalam pelaksanaan supervisi meliputi
supervisi manajerial dan supervisi akademik yaitu
antara lain meliputi: (1) administrasi guru, (2) kegiatan
belajar mengajar, (3) kegiatan bimbingan dan kon-
seling, (4) kegiatan ulangan semester dan ulangan
kenaikan kelas, (5) kegiatan ujian sekolah dan ujian
nasional. Semua kegiatan yang dilaksanakan kepala
sekolah dalam supervisi dicatat dalam instrumen
supervisi dimana catatan tersebut akan dijadikan
bahan untuk melaksanakan tindak lanjut.

3. Melaksanakan Tindak Lanjut Hasil Supervisi

Setelah pelaksanaan supervisi sebagai super-


visor kepala sekolah menindaklanjuti catatan atau
hasil supervisi yang ditemukan dalam pelaksanaan
supervisi tersebut. Catatan hasil supervisi dimanfaat-
kan oleh kepala sekolah sebagai bahan untuk melak-
sanakan tindak lanjut terhadap kegiatan supervisi
yang dilakukan. Tindak lanjut hasil supersvisi
dilakukan oleh kepala sekolah dengan kegiatan-
kegiatan antara lain sebagai berikut: (1) menyediakan
waktu untuk mengevaluasi hasil supervisi, (2) me-
nyampaikan kelebihan dan kekurangan guru dalam
melaksanakan tugasnya melalui rapat dewan guru,
(3) memberikan bimbingan dan arahan kepada guru

25
untuk memperbaiki kekurangannya dan mengembang-
kan kelebihannya berdasar hasil supervisi, (4) meman-
faatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja
guru, dan (5) memanfaatkan hasil supervisi untuk
mengembangkan sekolah.

2.3.2 Kepala Sekolah sebagai Motivator

Motivator adalah seseorang yang memberikan


motivasi. Motivasi merupakan dorongan yang timbul
pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Motivasi atau motivation menurut arti kata
berarti pemberian motif, penimbulan motif atau hal
yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang
menimbulkan dorongan (Manullang & Manullang,
2008). Sementara itu Hamalik (2001) memberikan
definisi tentang motivasi sebagai berikut:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri


(pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbul-
nya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Pengertian ini mengandung tiga unsur yang saling
berkaitan yaitu: (a) motivasi dimulai dari adanya
perubahan energi dalam diri seseorang (pribadi);
(b) motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan
effective arousal (dorongan efektif yang secara
subjektif keadaan ini dapat diuraikan sebagai
emosi); (c) motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi
mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan
yang ditimbulkan oleh perubahan energi dalam
dirinya.

Sejalan dengan definisi dari Hamalik, Sudrajad


(2008) memberikan batasan motivasi sebagai kekuatan

26
(energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri
individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari
luar individu (motivasi ekstrinsik).

Sementara itu Uno (2007) memberikan batasan


tentang motivasi yaitu:

Motivasi merupakan dorongan yang timbul oleh


adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar
sehingga seseorang berkeinginan untuk mengada-
kan perubahan tingkah laku/aktivitas tertentu
lebih dari sebelumnya, dengan sasaran sebagai
berikut: (1) mendorong manusia untuk melakukan
suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan
kebutuhan, dalam hal ini motivasi merupakan
motor penggerak dari setiap kebutuhan yang akan
dipenuhi; (2) merupakan arah tujuan yang akan
dicapai, dan (3) menentukan perbuatan yang
harus dilakukan.

Sependapat dengan Uno (2007), Soemanto


(2006) menyatakan bahwa pada dasarnya motivasi
memiliki dua elemen yaitu:

a. Elemen dalam (inner componenet) yaitu peru-


bahan yang terjadi pada diri seseorang berupa
keadaan tidak puas atau ketegangan psiko-
logis. Rasa ini timbul karena keinginan untuk
memperoleh penghargaan, pengakuan, dan
berbagai kebutuhan lainnya.
b. Elemen luar (outer component) yaitu tujuan
yang ingin dicapai oleh seseorang. Tujuan itu
sendiri berada di luar diri seseorang. Namun
mengarahkan tingkah laku orang itu untuk
mencapai tujuan.

27
Di dalam motivasi ada peristiwa yang terjadi
secara berurutan, elemen dalam mendahului elemen
luar, namun bisa juga elemen luar mendahului elemen
dalam. Hal terakhir ini terjadi di dalam motivasi
ekstrinsik meskipun pada mulanya elemen luar hanya
berfungsi sebagai perangsang timbulnya elemen dalam
(Soemanto, 2006).

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut,


dapat ditarik suatu simpulan bahwa motivasi merupa-
kan segala sesuatu yang mampu mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu tindakan untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, dorongan tersebut bisa berasal
dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya.
Dengan demikian motivasi dapat dikatakan sebagai
suatu aktivitas atau suatu upaya melaksanakan
pekerjaan untuk lebih baik, lebih maju, dalam rangka
memenuhi keinginannya mencapai suatu tujuan.

Kepala Sekolah sebagai seorang motivator harus


dapat membangkitkan dan menubuhkan motivasi
pada diri bawahan. Sebagai pembangkit minat
(motivator) kepala sekolah bertugas menyihir lingkung-
an kerja, suasana kerja, membangun prinsip peng-
hargaan dan hukuman (reward and punishment) yang
sistemik (Sutomo, 2007). Karena pada dasarnya semua
orang termasuk guru serta personel lain di sekolah
sangat memerlukan motivasi untuk dapat mengem-
bangkan dirinya ke arah terpenuhinya kebutuhan diri
yang lebih baik.

28
Dalam Peraturan Bupati Temanggung Nomor 35
tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian Kinerja dan
Periodisasi Kepala TK, SD, SMP, SMA dan SMK serta
petunjuk pelaksanaannya yang ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten
Temanggung Nomor 800/105/2009 menyebutkan
bahwa kepala sekolah sebagai motivator terhadap guru
atau karyawan di sekolah antara lain dilakukan mela-
lui: (1) pengaturan lingkungan kerja (fisik), (2) penga-
turan suasana kerja, (3) penerapan prinsip penghar-
gaan dan hukuman. Adapun secara rinci dalam
petunjuk pelaksanaan peraturan tersebut dijelaskan
sebagai berikut:

1. Pengaturan Lingkungan Kerja (fisik)

Pengaturan ruang kerja fisik antara lain dila-


kukan kepala sekolah melalui kegiatan sebagai
berikut: (1) mengatur ruang kerjanya secara kondusif
untuk bekerja, (2) mengatur ruang kelas secara kon-
dusif untuk kegiatan belajar mengajar serta bimbingan
dan konseling, (3) mengatur laboratorium sekolah
secara kondusif untuk kegiatan praktikum, (4) menga-
tur perpustakaan sekolah secara kondusif untuk
kegiatan belajar, dan (5) mengatur halaman/lingkung-
an sekolah dengan sejuk, nyaman dan teratur. Sebagai
seorang motivator kepala sekolah berperan untuk
menciptakan kondisi yang dapat merangsang guru
untuk bekerja lebih baik.

29
2. Pengaturan Suasana Kerja

Pengaturan suasana kerja yang harmonis antara


warga sekolah maupun dengan mitra kerja sekolah
sangat diperlukan untuk menumbuhkan motivasi
guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah
sebagai motivator mengatur suasana kerja dapat dila-
kukan antara lain melalui : (1) menciptakan hubungan
kerja yang harmonis antara sesama guru, (2) mencip-
takan hubungan kerja yang harmonis antara sesama
karyawan, (3) menciptakan hubungan kerja yang
harmonis antara guru dan karyawan, (4) menciptakan
rasa aman di lingkungan sekolah, dan (5) menciptakan
hubungan kerja yang harmonis antara warga sekolah
dengan komite sekolah. Suasana kerja yang kondusif
serta hubungan yang harmonis antara swarga sekolah
dengan mitra kerja sekolah akan menumbuhkan
motivasi bagi guru dan karyawan dalam melaksana-
kan tugas dan tanggungjawabnya.

3. Penerapan Prinsip Penghargaan dan Hukuman

Motivasi guru maupun karyawan akan muncul


bilamana kepala sekolah mampu menerapkan prinsip
penghargaan dan hukuman terhadap warga sekolah.
Kepala sekolah sebagai motivator dalam menerapkan
prinsip penghargaan dan hukuman dapat dilakukan
melalui kegiatan antara lain: (1) memberikan penghar-
gaan atau pengakuan kepada guru dan karyawan yang
mengerjakan tugas tepat waktu, (2) memberi penghar-
gaan kepada guru dan karyawan yang berprestasi,

30
(3) memberikan teguran lisan/tertulis kepada guru
dan karyawan yang tidak melaksanakan tugas dengan
baik, (4) memberikan hukuman kepada guru dan
karyawan yang melanggar aturan, dan (5) melakukan
pemeriksaan secara teratur terhadap daftar hadir guru
dan karyawan. Pemberian motivasi kepada guru dan
karyawan dengan menerapkan prinsip penghargaan
dan hukuman diyakini mampu menumbuhkan dan
meningkatkan motivasi pada guru dan karyawan
dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.

2.3.3 Kepala Sekolah sebagai Inspirator

Inspirasi dalam kamus diartikan ilham. Meng-


inspirasi artinya menimbulkan inspirasi, terinspirasi
artinya mendapatkan inspirasi (Depdikbud 1996).
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin mempunyai
peran sebagai inspirator terhadap guru atau karyawan
di sekolah yang dipimpinnya. Sebagai seorang inspi-
rator kepala sekolah harus dapat memberikan inspira-
si atau ilham kepada tenaga kependidikan (guru) dan
personel lain di sekolah. Dengan munculnya inspirasi
maka dalam melaksanakan tugasnya mereka tidak
akan sepenuhnya tergantung pada instruksi dari
kepala sekolah.

Untuk mencapai tingkat keberhasilan yang


diharapkan inspirasi haruslah menjadi bagian dari
proses dalam satu organisasi, sekali inspirasi dikait-
kan sebagai bagian dari proses, maka inspirasi itu

31
akan memberikan pengaruh luas dalam organisasi
(http://kadnet.org/web/index.php/option=com).

Keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai


inspirator dalam memberikan inspirasi kepada bawah-
an ditunjukkan dengan munculnya gagasan atau ide
baru dari para bawahan dalam melaksanakan tugas-
nya. Mereka tidak hanya bergantung pada instruksi
yang diberikan oleh kepala sekolah namun ide terse-
but muncul pada masing-masing pribadi guru, karya-
wan atau personel lain di sekolah dalam memberikan
layanan yang berkualitas pada peserta didik ataupun
stakeholders.

Gagasan baru atau ide-ide baru pada guru


maupun karyawan di sekolah dapat muncul bilamana
kepala sekolah mampu berperan sebagai inspirator
dengan baik. Kepala sekolah dalam memberikan
inspirasi terhadap bawahan diperlukan pendekatan-
pendekatan tertentu yang harus dilakukan. Folkman
(2013) menyebutkan 6 pendekatan yang dilakukan
cenderung digunakan oleh kebanyakan pemimpin.
Keemam pendekatan tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Visioner: memberikan gambaran yang jelas me-


ngenai kondisi untuk masa depan dan mampu
berkomunikasi dengan baik kepada tim; (2) En-
hancing: menciptakan hubungan yang baik antar
individu dengan menjadi pendengar yang baik dan
bisa merangkul mereka (bawahan) secara emosio-
nal; (3) Pendorong: menunjukkan kepada bawahan
(karyawan) aarah target yang terfokus dengan
detail angka perhitungan dan target waktu yang
jelas. Dan biasanya (pemimpin) selalu bertanggung
jawab atas kinerja pribadi dan kelompok; (4) Ber-

32
prinsip: menjadi role model yang kuat dengan
melkukan hal dengan prinsip yang benar dan cara
yang baik; (5) Antusias: memancarkan passion dan
energi yang kuat kepada organisasi dan untuk
dirinya sendiri; (6) Seorang Pakar: memberikan
arahan teknis yang jelas yang berasal dari keah-
lian yang mendalam. (http://www.portalhr.com).

Untuk menjadi seorang pemimpin yang inspiratif


memang tidaklah mudah maka seorang kepala sekolah
sebagai seorang inspirator dituntut memiliki kemam-
puan dan keterampilan personal antara lain:

(1) Kualitas diri: seorang pemimpin harus memiliki


kualitas diri yang baik dan memiliki sikap yang
baik, mampu melihat dan mendengarkan orang
lain; (2) Skill dan Prestasi: seorang pemimpin se-
lain menguasai bidang pekerjaanya juga dituntut
memiliki prestasi pada bidang pekerjaan yang
digeluti; (3) Integritas: seorang pemimpin harus
memiliki integritas tinggi terhadap pekerjaan yang
menjadi bidangnya; (4) Peduli dan ucapan terima
kasih: seorang pemimpin harus memiliki rasa
kepedulian terdadap bawahan (karyawan) serta
memberikan penghargaan berupaa ucapan terima
kasih kepada bawahan; dan (5) Belajar mencintai:
kesuksesan diawali dari rasa cinta terhadap apa
yang dilakukan maka sebagai seorang pemimpin
harus belajar mencintai terhadap pekerjaan yang
dilakukan, karyawan serta rekan kerjanya.
(http://www.jobsdb.com).

Dari uraian di atas maka seorang kepala sekolah


sebagai inspirator memiliki peran sangat penting
sebagai inspirasi dalam menumbuhkan gagasan atau
ide-ide baru pada guru, karyawan, siswa yang dipim-
pinya serta dapat menumbuhkan inspirasi bagi komite
sekolah sebagai mitra kerja sekolah dalam pening-

33
katan layanan pembelajaran di sekolah yang menjadi
tanggungjawabnya.

2.4 Kinerja Mengajar Guru


Kinerja berasal dari kata Job Performance atau
actual performance adalah prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang dalam melaksa-
nakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
Kinerja diartikan juga sebagai tingkat atau derajat
pelaksanaan tugas seseorang atas dasar kompetensi
yang dimiliki. Istilah kinerja tidak bisa dipisahkan
dengan bekerja karena kinerja merupakan hasil dari
proses bekerja. Kinerja dapat dimaknai sebagai
ekspresi potensi seseorang berupa perilaku atau cara
seseorang melaksanakan tugas, sehingga menghasil-
kan suatu produk (hasil kerja) yang merupakan wujud
dari semua tugas serta tanggungjawab pekerjaan yang
diberikan kepadanya.

Para ahli memberikan definisi kinerja antara


lain: Mangkunegara dalam Listanto dan Setiaji (2002)
menyatakan bahwa, kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pega-
wai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung
jawab yang diberikan. Dessler (2005) menyatakan
bahwa kinerja merupakan perbandingan antara hasil
kerja yang secara nyata dengan standar kerja yang
ditetapkan. Dalam jurnal yang sama Winardi (2005)
menyatakan bahwa kinerja merupakan konsep yang

34
berupa universal yang merupakan efektivitas operasio-
nal suatu organisasi, bagian organisasi dan bagian
karyawanya berdasarkan standar dan kriteria yang
ditetapkan sebelumnya, karena organisasi pada dasar-
nya dijalankan oleh manusia, maka kinerja sesung-
guhnya merupakan perilaku yang telah ditetapkan
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diingin-
kanya.

Melihat beberapa pengertian tersebut di atas


yang dimaksud dengan kinerja guru adalah hasil kerja
yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya serta tanggung jawab sebagai
guru. Hasil kerja tersebut merupakan refleksi dari
kompetensi yang dimilikinya. Pengertian tersebut
menunjukkan bahwa kinerja guru ditunjukkan dalam
bentuk konkret, dan dapat diamati, serta dapat diukur
baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Kinerja
guru dapat diwujudkan antara lain melalui perilaku
guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu dalam
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran, serta bagaimana guru mengevaluasi
proses belajar mengajar di kelas.

Karena kinerja adalah tindakan yang membuah-


kan hasil yang diinginkan, maka perlu adanya suatu
penilaian kinerja. Dessler (2005) mengatakan bahwa
penilaian kinerja adalah memberikan umpan balik
kepada karyawan dengan tujuan memberikan motivasi
orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan
kinerja atau kinerja lebih tinggi lagi. Sedangkan

35
menurut Notoatmojo (2003) penilaian kinerja meme-
gang peranan penting dalam mencapai tujuan organi-
sasi. Dengan demikian penilaian kinerja bermanfaat
untuk:
(1) peningkatan prestasi kerja; (2) memperoleh
kesempatan kerja yang adil; (3) memperoleh ke-
butuhan kebutuhan untuk pelatihan pengembang-
an; (4) penyesuaian pemberian kompensasi;
(5) pengambilan keputusan promosi dan demosi;
(6) mendiagnosa kesalahan kesalahan desain
pekerjaan; (7) mengetahui penyimpangan penyim-
pangan dalam proses rekruitmen dan seleksi.

Kegiatan penilaian kinerja tidak lepas dari


kegiatan pelaksanaan tugas pokok guru seperti telah
disebutkan di depan yaitu: (a) Menyusun Rencana
Pembelajaran (RPP); (b) melaksanakan Kegiatan Bela-
jar Mengajar (PBM); dan (c) melaksanakan Evaluasi
hasil Proses Belajar Mengajar. Jadi penilaian kinerja
guru dapat diukur dari tiga aspek tersebut.

Penilain kinerja memiliki tujuan antara lain bagi


guru yang bersangkutan dapat memberikan bahan
informasi terhadap kekurangan dan kelebihanya
dalam pelaksanaan tugasnya sehingga akan memberi-
kan umpan balik terhadap pelaksanaan tugasnya.
Bagi kepentingan organisasi atau lembaga pendidikan
dapat dijadikan sebagai alat ukur atau alat bantu
sebagai bahan pertimbanganpengambilan keputusan
dan kebijakan.

Kinerja seseorang sangat dipengaruhi oleh


motivasi dari orang bersangkutan, semakin tinggi

36
motivasi yang dimiliki oleh seseorang akan memiliki
kinerja yang tinggi demikian juga sebaliknya. Selain
itu kinerja juga dipengaruhi oleh kemampuan dan
penguasan terhadap kompetensi yang dimilikinya.

2.5 Kerangka Berpikir

Melaksanakan
Supervisi

Peningkatan Kinerja
Kepala Memabangkitkan Guru dan layanan
Sekolah Motivasi pembelajaran yang
p berkualitas

Menumbuhkan
p Inspirasi
p
p

Seperti terlihat pada kerangka di atas dapat


p
dijelaskan, seorang kepala sekolah mempunyai peran
sebagai supervisor, sebagai motivator (membangkitkan
motivasi) dan sebagai inspirator (mampu menumbuh
kan inspirasi) terhadap guru di sekolah yang dipim-
pinya. Kepala sekolah dalam melaksanakan tupoksi
nya, akan dapat berperan sebagai supervisor, motiva-
tor maupun inspirator dengan baik dan mampu men-
sinergikan ketiga peran tersebut bilamana seorang
kepala sekolah memiliki komitmen serta motivasi yang
tinggi pada dirinya.

37
Pelaksanaan supervisi yang terencana, terus
menerus dan berkesinambungan oleh kepala sekolah
akan membangkitkan motivasi yang tinggi pada guru
di sekolah dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab yang diembannya. Motivasi pada diri guru akan
menumbuhkan dan membangkitkan semangat pada
diri guru untuk mencapai hasil pembelajaran atau
output pada siswa yang berkualitas. Demikian juga
inspirasi positif yang diberikan seorang kepala sekolah
terhadap guru sangat diperlukan agar mereka dapat
menemukan gagasan dan ide-ide baru dalam melaksa-
nakan tugasnya tanpa harus tergantung pada instruk-
si dari kepala sekolah.

Bila seorang kepala sekolah mampu melaksana-


kan supervisi dengan baik, mampu membangkitkan
motivasi, mampu menumbuhkan inspirasi serta
mampu mensinergikan perannya sebagai supervisor,
motivator dan inspirator dengan baik terhadap guru di
sekolah yang dipimpinnya, maka diyakini kinerja
mereka akan meningkat. Dengan peningkatan kinerja
guru diyakini pula dapat memperoleh hasil kerja mak-
simal sehingga para guru akan memberikan layanan
pembelajaran yang berkualitas. Layanan pembelajaran
yang berkualitas akan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa yang menjadi tanggungjawabnya.

38

Anda mungkin juga menyukai