Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN PADA PEREMPUAN DENGAN

STATUS SOSIAL DAN EKONOMI YANG


RENDAH

Machria Rachman, SST., M.Kes

MK. Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks


Prodi Sarjana Kebidanan dan Pendidikan Profesi Bidan
STIKes Banyuwangi
Preface
• Status Sosial Ekonomi menggambarkan level sosial dari seorang individu,atau populasi,
sehubungan dengan akses orang atau populasi tersebut ke uang dan sumber daya
• Status Sosial Ekonomi adalah ukuran gabungan status ekonomi dan sosial seseorang
dan cenderung berhubungan positif dengan kesehatan yang lebih baik.
• Ukuran Status sosial ekonomi : Pendidikan, pekerjaan, pendapatan atau variasi tiga
indikator tersebut

Status
Kemampuan untuk membeli sumber daya dan
Ekonomi perawatan yang mempromosikan Kesehatan

Sosialisasi kebiasaan kesehatan dini dan


health kebiasaan kesehatan berkelanjutan
status
Klasifikasi SES (Nielsen) :

• Upper 1/SES A

• Upper 2/SES B

• Middle 1/SES C1

• Middle 2/SES C2

• Lower 1/SES D

• Lower 2/SES E
GAMBARAN STATUS SOSIAL EKONOMI PEREMPUAN DI INDONESIA
Survei Status Sosial Ekonomi Perempuan Indonesia (Riskesdas, 2018 & SDKI 2017)
INDEKS KEMISKINAN PEKERJAAN

18% 20% 12%


Sangat miskin
Tidak bekerja
Miskin 25%
21% 21%
56% Petani
Menengah
7% Buruh
20% Kaya
Pegawai
Sangat Kaya

PENDIDIKAN
Tidak bersekolah (tidak
lulus pendidikan dasar)
16% 7%
18% Pendidikan dasar (lulus)

31%
Pendidikan menengah
28% (tidak lulus)
Pendidikan menengah
(lulus)
Pendidikan tinggi
PENDAPATAN (SDKI, 2017)
Gambaran perempuan dengan status sosial ekonomi
rendah di Indonesia (SDKI 2017)

Perempuan yang bekerja (15-49 th) : 48% (menengah bawah), 52% (terbawah)

Persentase tertinggi wanita bekerja adalah wanita yang tidak sekolah (68%)

Lebih dari separuh wanita (57%) pada kuintil kekayaan terbawah bekerja di sektor
pertanian.

Di sektor pertanian, lebih dari separuh (51%) wanita yang bekerja di sektor pertanian tidak
dibayar, karena sebagian besar (56%) adalah pekerja keluarga. Di sektor pertanian, 30
persen wanita bekerja musiman
SDKI, 2017
Evidence Based
SES terhadap kesehatan
◦ SES rendah cenderung memiliki hasil kesehatan yang buruk,
◦ SES menengah populasi cenderung memiliki hasil kesehatan rata-rata,
◦ populasi SES tinggi cenderung memiliki hasil kesehatan terbaik.
HAMBATAN PEMBERIAN ASUHAN PADA PEREMPUAN DENGAN
STATUS SOSIAL DAN EKONOMI YANG RENDAH
How low socioeconomic status can affect
women’s health?

Risiko Masalah Kesehatan

Pengetahuan/
informasi Kesehatan •Pemukiman sehat
•Sanitasi •Risiko penyakit •Akses pelayanan
•Pekerjaan menular
lingkungan Kesehatan <<
•Pendidikan •Kemampuan •Risiko KEK, Anemia,
•Sumber air minum •3 Terlambat
•Pendapatan membaca menulis BBLR, stunting
•Asupan nutrisi • Pemanfaatan
(literasi) •Risiko kekerasan pelayanan
•Paparan media •PHBS << seksual (KDRT) kesehatan
massa •Risiko tinggi maternal kurang
Perempuan dengan •Penggunaan optimal
komplikasi kehamilan,
status sosial ekonomi internet Perilaku Kesehatan persalinan, nifas
rendah
•Unmet need
•Unwanted
pregnancy
•Unsafe abortion

Status Kesehatan
Perempuan <<
Hambatan pemberian asuhan pada perempuan dengan status
sosial ekonomi rendah

Status Sosek rendah Komunikasi Pengetahuan minim

•Pendidikan rendah •Sumber informasi: •Literasi Kesehatan <<


•Pendapatan kurang word of mouth •belief, persepsi,
•Tidak bekerja •Kesulitan memahami pengetahuan, sikap,
pesan/informasi perilaku terkait
Kesehatan kesehatan
•miskonsepsi

Perilaku Kurangnya akses daya beli sumber


daya kesehatan

•Lack of awareness •Pemukiman kumuh/padat


•Kemampuan dalam penduduk
memecahkan masalah •Kurang akses air bersih dan sanitasi
•Pengambilan keputusan •Jaminan Kesehatan
kesehatan
•Kurang akses makanan bergizi
seimbang
•Akses pelayanan Kesehatan tidak
merata
ASUHAN KEBIDANAN DAN UPAYA LAYANAN KESEHATAN
(INTERPROFESIONAL) PADA PEREMPUAN DENGAN STATUS SOSIAL
DAN EKONOMI YANG RENDAH
Midwifery care for people of low SES

Informed choice, pilihan tempat persalinan

Continuity of care

Community based care yang fleksibel, termasuk home visit

Pendekatan promosi kesehatan

Pemberdayaan perempuan dan keluarga

Pengentasan kemiskinan
Continuity of Care

Pregnancy

Intrapartum
Postpartum
and Childbirth
Pemberdayaan Perempuan
(Empowering women)

◦ Suatu upaya untuk membantu klien memperoleh daya untuk


mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan
terkait dirinya
◦ Mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan
tindakan
◦ Melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri
(menggunakan daya yang dimiliki : transfer daya dari lingkungan)
◦ Menekankan pada kualitas “proses” bukan tindakan
◦ Bidan → KIE & konseling→ pemberdayaan dan pengambilan
keputusan
◦ Pengambilan keputusan : tanggung jawab bersama antara
perempuan, keluarga dan pemberi asuhan
◦ Bidan mengoptimalkan perannya agar perempuan dapat lebih
berdaya/ mempunyai kekuatan untuk mengambil keputusan untuk
dirinya terutama terkait hak-hak reproduksi.
◦ Penguatan peran bidan dilakukan melalui pengetahuan dan
ketrampilan yang baik mengenai situasi masyarakat sekitar
Pendekatan Empowerment
◦ Individu
◦ Usaha peningkatan sumber daya → pengetahuan,
kemampuan untuk memahami, kompetensi kesehatan dan
kemampuan-kepercayaan untuk memilih gaya hidup sehat
◦ Kelompok atau komunitas
◦ Menerapkan ketrampilan dan bersama-sama menemukan
kebutuhan bersama, termasuk perubahan struktur lingkungan
untuk mengembangkan akses sumber daya politik, ekonomi
dan sosial
Proses empowerment yang benar
Interaksi dan
informasi yang tepat
dari Nakes

Menganalisis
Hak memilih dan
informasi (sesuai
Pengambilan
kondisi diri dan
keputusan
pengalaman hidup

Menggali solusi Perencanaan terkait


terhadap masalah apa yang harus
kesehatan yang ada dilakukan
IPC in midwifery care
◦ Kemitraan bidan dengan tenaga kesehatan yang memiliki disiplin
ilmu berbeda untuk menyelesaikan masalah ibu → sesuai kasus
kebidanan (kebutuhan klien) dan setting tempat pelayanan (PMB,
Puskesmas, klinik, RS, komunitas)
◦ Butuh kerjasama dan keterlibatan berbagai profesional kesehatan
dengan klien, keluarga dan komunitas
◦ Asuhan Kolaborasi maupun rujukan, misalnya kerjasama antara
bidan dengan:
◦ tenaga medis (dokter obgyn, anastesi), tenaga keperawatan,
tenaga psikologi klinis, tenaga gizi (nutrisionist), tenaga teknisi
medis dan teknik biomedika, tenaga kefarmasian, tenaga
radiologi, tenaga keterapian fisik (fisioterapis), dll
Interprofessional Collaboration
Midwifery care
Tenaga
- Mandiri
professional
- Kolaborasi
lain
- Rujukan

Lintas
sektoral Klien
(stakeholder)

Keluarga
Masyarakat
• Baker, E. 2014. Socioeconomic Status, Definition.
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1002/9781118410868.wbehibs395
• Darling, Elizabeth K., et.al. 2019. Access to midwifery care for people of low
socio-economic status: a qualitative descriptive study. BMC Pregnancy and
Childbirth (2019) 19:416. https://doi.org/10.1186/s12884-019-2577-z
• Handayani, F. 2017. Penguatan Peran Bidan Dalam Pemberdayaan
Perempuan untuk Mendukung Program Sustainable Development Goal’s. REFERENCES
Jurnal Ilmiah Bidan, Vol.II, No.2, 2017
• Morgan, S., Pullon, et.al. 2015. Observation of interprofessional collaborative
practice in primary care teams: an integrate literature review. Int. J. Nurs.
Stud. 52 (7), 1217-1230
• Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.
• Rosidah, Lely, dkk. 2021. Socio-Economic Impact on the Maternal Health
Services Selection. Jurnal Kebidanan Vol.10 No. 2 Oktober 202. https://akbid-
dharmahusada-kediri.e-journal.id/JKDH/index
• Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017.
• King, T. L., Brucker, M. C., Jevitt, C., & Osborne, K. (. (2019). Varney's
midwifery. Sixth edition. Burlington, Massachusetts, Jones & Bartlett Learning.
• WHO. 2018. WHO recommendations: Intrapartum Care for A Childbirth
Positive Experiences. World Health Organization
• WHO. 2016. WHO recommendations on antenatal care for a positive
pregnancy experience (Hal. 85-104). World Health Organization
Case Study
KASUS
◦ Seorang perempuan, umur 19 tahun, G3P2A0 hamil 8 minggu
datang ke PMB dengan keluhan terlambat haid. Hasil anamnesis
lupa minum pil KB, anak terkecil berumur 1 tahun masih menyusu,
ibu tidak menginginkan kehamilannya. Pendidikan ibu tidak
tamat SD, bekerja sebagai IRT, pekerjaan suami kuli bangunan.
Keluarga tinggal di lingkungan kumuh, untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dari upah harian suami.
◦ Hasil pemeriksaan: Lila 21,5 cm, TFU teraba ballotement, TD
120/80 mmHg, N 82x/menit, S 36,5°C, pemeriksaan laboratorium
Hb 11 g/dl, plano test (+).
PERTANYAAN
1. Apakah diagnosis kebidanan yang tepat pada kasus tersebut?
2. Apakah risiko yang dapat terjadi pada kasus tersebut?
3. Apakah tindakan yang tepat dilakukan bidan pada kasus
tersebut?
4. Apakah Interprofesional Collaboration yang tepat dilakukan
bidan pada kasus tersebut?

Anda mungkin juga menyukai