Anda di halaman 1dari 15

NNN

MMM

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ANALISIS PRODUK NITRASI PHENOL DENGAN KLT

Disusun oleh :

Damara Tamisha Zarika / 22010322130024

Tanggal Praktikum :

Selasa, 21 Maret 2023

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2023
NNN
MMM

ANALISIS PRODUK NITRASI PHENOL DENGAN KLT

I. Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat mengaplikasikan pengaruh


substituen terhadap substitusi elektrofilik pada senyawa aromatik. Selain itu, mahasiswa
diharapkan dapat mengimplementasikan teknik dan prinsip dasar KLT.

II. Dasar Teori

2.1 Kromatografi

Kromatografi merupakan suatu proses dipisahkannya komponen-


komponen di dalam suatu campuran. Prinsip dasarnya didasarkan pada
kesetimbangan konsentrasi komponen-komponen yang dituju, antara 2 fase
yang tidak saling campur. Fase pertama disebut dengan fase diam karena tidak
bergerak di dalam suatu kolom atau diikatkan dalam suatu pendukung,
sedangkan fase yang kedua disebut dengan fase gerak karena fase gerak
didorong melalui fase diam. Fase-fase ini dipilih secara teliti sehingga
komponen-komponen sampel mempunyai kelarutan/afinitas yang berbeda pada
tiap fase1.

Perbedaan migrasi senyawa-senyawa berperan pada pemisahannya.


Prosedur kromatografi menjadi salah satu metode yang penggunaannya paling
luas di antara teknik-teknik analisis instrumental. Semua laboratorium yang
terlibat dalam analisis sediaan farmasetik dapat melakukan kromatografi.
Kromatografi merupakan metode analisis yang sangat andal (powerful) karena
kromatografi dapat memainkan 3 peran sekaligus dalam waktu yang sama,
yakni untuk (1) pemisahan dan dalam banyak kasus untuk pemurnian, (2)
analisis kualitatif (ada atau tidaknya suatu analit dalam sampel), serta (3) untuk
analisis kuantitatif (berapa konsentrasi analit dalam sampel)1.

2.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah yang metode kromatografi


paling sederhana yang banyak digunakan. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
NNN
MMM

suatu metode yang cepat dan mudah untuk mengetahui derajat kemurnian
suatu sampel maupun identifikasi sampel dengan menggunakan standar baku.
Prosedur kerja KLT berupa ditotolkan suatu senyawa pada plat KLT yang
berisi fase diam, dikeringkan, dicelupkan ke dalam eluen di chamber, akan
membentuk spot noda, kemudian dideteksi secara langsung (visual) atau di
bawah sinar ultraviolet (UV) baik dengan atau tanpa penambahan pereaksi
penampak noda yang cocok dan dibandingkan dengan baku standar atau
jumlah puncak pada kromatogram KLT2,3.

Prinsip dari KLT adalah bergeraknya analit melintasi lapisan fase diam
di bawah pengaruh fase gerak melalui fase diam. Semakin polar suatu senyawa
fase gerak, semakin besar partisi ke dalam fase diam gel silika, sehingga
semakin sedikit waktu yang dibutuhkan fase gerak untuk bergerak menyusuri
plat. Lempengan terdiri dari bahan dasar padat, seperti gelas, plastik atau
alumunium yang dilapisi dengan suatu lapisan adsorbent atau biasa disebut
fase diam (stationary phase), yang khusus dipilih untuk memberikan efek pada
pemisahannya. Fase gerak adalah pelarut cair yang cocok atau campuran
pelarut. Kekuatan eluen dapat diartikan sebagai kemampuan suatu pelarut
dalam memindahkan solute (sampel) dari suatu adsorben secara efektif4.

2.3 Fenol

Fenol adalah sekelompok senyawa organik yang gugus hidroksilnya (-


OH) langsung melekat pada karbon cincin benzena. Aktivator kuat dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik terletak pada gugus -OH-nya karena
ikatan karbon sp lebih kuat dari pada ikatan oleh karbon sp' makan ikan C-O
dalam fenol tidak mudah diputuskan. Fenol sendiri tahan terhadap oksidasi
karena pembentukan suatu gugus karbonil mengakibatkan dikorbankannya
penstabilan aromatik. Fenol umumnya diberi nama menurut senyawa
induknya5.

Berlawanan dengan alkohol, fenol-fenol memiliki sifat lebih asam


dibandingkan alkohol dan air, karena ion fenoksida dimantapkan oleh
resonansi. Muatan negatif pada hidroksida atau alkoksida tetap tinggal pada
atom hidrogen sedangkan pada ion fenoksida muatan ini dapat didelokasikan
pada posisi-posisi orto dan pada pada cincin benzena melalui resonansi 6. Fenol
NNN
MMM

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H dari
gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida
C.H.O yang dapat dilarutkan dalam air. Fenol atau asam karbolat atau
benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki bau khas. Fenol
memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram 100 ml7.

2.4 Rx. Substitusi Elektrofilik Aromatik

Suatu elektrofilik biasa dilambangkan dengan E+, yang akan bereaksi


dengan cincin aromatik kemudian akan menggantikan satu atom hidrogen.
Benzena merupakan senyawa yang mudah mendapat serangan elektrofil karena
benzena kaya elektron π. Struktur benzena sangat menyerupai alkena yang juga
memiliki elektron π, akan tetapi sebenarnya keduanya berbeda. Perbedaan itu
terletak pada keenam elektron π pada benzena yang terkonjugasi dan
mempunyai jarak lebih dekat dibandingkan alkena. Oleh karena itulah,
benzena lebih stabil dibandingkan alkena. Benzena lebih mudah mengalami
reaksi substitusi dari pada adisi8.

Substitusi elektrofilik terjadi dalam beberapa tahapan9 :

2.4.1 Subtitusi pertama

Pada reaksi substitusi pertama digunakan asam lewis sebagai


katalis, asam lewis bereaksi dengan reagensia (HNO3) untuk
menghasilkan suatu elektrofil, yang merupakan zat pensubstitusi yang
sebenarnya. Elektrofil akan menyerang elektron π benzena sehingga
dihasilkan ion benzoinum (merupakan karbokation). Selanjutnya ion
H+ dibuang untuk menghasilkan produk substitusi. Berikut contoh
mekanisme reaksinya :

2.4.2 Subtitusi kedua


NNN
MMM

Gugus hidroksil merupakan gugus yang dapat mengaktivasi inti


benzena dan penunjuk orto para. Contohnya fenol dapat menyebabkan
kereaktifannya menjadi 1000 kali lebih reaktif daripada benzena. Gugus OH
(substituen) yang memiliki elektron bebas cenderung memberikan elektron
yang akan didelokalisasi pada cincin aromatis menyebabkan kerapatan
elektron fenol tinggi sehingga disukai oleh elektrofil. Gugus OH merupakan
pengarah orto para sehingga dikelompokkan sebagai gugus aktivasi, semua
pengarah orto para kecuali gugus aril dan alkil memiliki elektron bebas pada
atomnya, sedangkan gugus pengarah meta dikelompokkan sebagai gugus
deaktivasi. Contoh NO2,Cl,dll tak satupun pengarah meta memiliki pasangan
elektron bebas pada atom yang terikat pada cincin.

2.4.3 Subtitusi Ketiga

Fenol juga mengalami substitusi ketiga, substitusi ini terjadi jika sebuah cincin
benzena mempunyai dua subtituen ada 3 kaidah yang dipakai:

a) Jika pengaruh pengaruh kedua gugus saling memperkuat satu dengan yang
lainnya, tidak menjadi masalah.
b) Jika dua gugus bertentangan dalam efek-efek pengarah mereka, maka
activator mempunyai pengaruh lebih dominan
c) Jika dua gugus deaktivasi berada pada cincin, dapat menyukarkan
subtitusi ketiga.

2.5 Reaksi Nitrasi Fenol

Nitrasi fenol adalah salah satu reaksi substitusi elektrofilik dimana


prinsip reaksinya terjadi reaksi substitusi atom hidrogen pada benzena dengan
gugus nitro. Pada fenol mengandung gugus -OH yang menjadi pengarah orto
para. Nitrasi fenol dapat terjadi ketika bereaksi dengan asam pekat panas
menggunakan katalis pekat kemudian dihasilkan o-nitrofenol dan p-nitrofenol.
Sebagai contoh, nitrasi fenol dengan asam nitrat pekat, dihasilkan campuran
yang terdiri dari o-nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenol terdiri dari o-
nitrofenol sebagai hasil utama,p-nitrofenol dalam jumlah yang lebih sedikit
dan sedikit 2.4-dinitrofenol setra 2,4,6-trinitrofenol. Campuran hasil nitrasi
yang masih kotor dapat dimasukkan ke dalam kolom yang berisi alumina
(ALO) dan dielusi dengan metilen klorida jika masih kotor. Melalui cara ini,
NNN
MMM

fraksi-fraksi eluen dapat dikumpulkan, dimana masing-masing fraksi


mengandung satu komponen yang identitasnya ditentukan dengan
kromatografi lapis tipis8.

2.6 Nilai Rf

Nilai Rf merupakan jarak noda yang ditempuh noda sampel / jarak


yang ditempuh pelarut7. Retention / retardation factor (Rf) adalah sebuah nilai
atau ukuran yang mana didapat berdasarkan posisi noda setiap zat terlarut pada
plat kromatografi lapis tipis. Nilai Rf didapatkan dengan cara membagi nilai
antara jarak dari awal penotolan suatu senyawa hingga noda senyawa tersebut
berhenti ketika proses eluasi selesai (a) dibagi dengan jarak eluasi (b )8. Untuk
senyawa yang tidak berwarna maka diuapkan dengan iod atau dengan lampu
UV agar noda lebih jelas terlihat. Nilai Rf memiliki rentang nilai dari 0.0
hingga 1.0, nilai ini dapat bervariasi karena disebabkan oleh berbagai faktor,
seperti kualitas sorben, kelembaban, ketebalan plat, jarak eluasi, dan suhu
lingkungan7,8.

Gambar 2.3 Cara pengukuran nilai Rf9


NNN
MMM

2.7 Analisa bahan

2.7.1 Asam nitrat pekat11

Sifat Fisika Sifat Kimia


Bentuk: cair Korosif pada logam (Kategori 1), H290
Warna: tidak berwarna Toksisitas akut, Penghirupan (Kategori 3),
H331
Bau : pedih Korosi kulit (Subkategori 1A), H314
Titik lebur: kira-kira -28 °C Kerusakan mata serius (Kategori 1), H318
Titik didih: kira-kira120 °C @1.013 hPa pH < 1 pada 20 °C
Densitas: 1,38 g/cm3 pada 20 °C Reaktifitas: zat pengoksidasi kuat
Kelarutan dalam air pada 20 °C larut
2.7.2 Kloroform12

Sifat Fisika Sifat Kimia


Titik didih : 61 °C (1013 hPa) H302: Berbahaya jika tertelan.
H351: Diduga menyebabkan kanker, merusak
janin.

Densitas : 1.49 g/cm3 (25 °C) H315: Menyebabkan iritasi kulit.


Titih leleh : -64 ° C H319: Menyebabkan iritasi mata yang serius.
Tekanan uap : 210 hPa (20 °C) H331: Toksik jika terhirup.
Solubilitas : 8.7 g/l H336: Dapat menyebabkan mengantuk dan
pusing.
Bentuk : Cair H372: Menyebabkan kerusakan pada organ
melalui paparan yang lama atau berulang jika
tertelan.
Warna : Jernih

2.7.3 Na2SO4 anhidrat12,13

Sifat Fisika Sifat Kimia


Bentuk: solid, kristalin Tidak mudah terbakar
Warna: putih Toksisitas terhadap kehidupan bawah laut
Bau : tidak berbau Beresiko meledak dengan: melebur, dengan,
NNN
MMM

Aluminium
Massa molekuler : 142.04 g/mol Toksisitas oral akut
Solubility : Soluble in water. Water: 20 LD50 Tikus: > 2.000 mg/kg
g/100ml Pedoman Tes OECD 423 (ECHA)
Tanda-tanda: Kerusakan yang mungkin :, Mual,
Muntah
Titik didih: 884°C pH : 5.2 - 9.2 5% solution
Kelarutan dalam : 445,5 g/l pada 20 °C - Stabil pada suhu kamar
Pedoman Tes OECD 105- larut Reaktifitas: zat pengoksidasi kuat
sepenuhnya
Densitas : 2,70 g/cm3 pada 20 °C Sensitisasi saluran pernafasan atau pada kulit

2.7.4 I214

Sifat Fisika Sifat Kimia


Keadaan fisik : padat Toksisitas akut, Oral (Kategori 4), H302
Warna ungu tua Toksisitas akut, Penghirupan (Kategori 4),
H332
Bau menyengat Toksisitas akut, Kulit (Kategori 4), H312
Titik lebur/titik beku : 113,5 °C Iritasi kulit (Kategori 2), H315
Titik didih awal/rentang didih 184,4 °C Iritasi mata (Kategori 2), H319
pada 1.013 hPa
Flamabilitas (padatan, gas) : Produk ini tidak
mudah-menyala

2.7.5 Fenol15

Sifat Fisika Sifat Kimia


Keadaan fisik : Padatan, kristalin Toksisitas akut
Perkiraan toksisitas akut Oral - 100,1 mg/kg
Tanda-tanda: Iritasi, Edema paru
Warna tidak berwarna sampai merah Korosi/iritasi kulit kulit - Hasil: mengakibatkan
jambu muda luka bakar.
Bau pedih Menyebabkan kerusakan mata yang serius.
NNN
MMM

Resiko kebutaan.
Titik lebur/titik beku : 38-43°C Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
Titik didih awal/rentang didih 181,8 °C Sensitisasi saluran pernafasan atau pada kulit
pada 1.013 hPa
Titik nyala 81 °C pada kira-kira 1.013 stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan
hPa - cawan tertutup - DIN 51758 standar (suhu kamar)
Suhu dapat membakar sendiri (auto- pH kira-kira5 pada 50 g/l pada 20 °C
ignition temperature) : 715 °C pada
1.013 hPa
Kerapatan (densitas) uap relatif 3,2 pada Tegangan permukaan 38,2 mN/m pada 50,0 °C
20 °C - (Udara = 1.0)

2.7.6 Benzena16

Sifat Fisika Sifat Kimia


Keadaan fisik : Liquid Toksisitas akut
Perkiraan toksisitas akut Oral - 2000 mg/kg
Warna: tidak berwarna Korosi/iritasi kulit kulit - Hasil: mengakibatkan
kulita kasar, pecah-pecah
Bau pedih Sensitisasi saluran pernafasan atau pada kulit
Titik lebur/titik beku : > 5.5 °C Diduga menyebabkan kerusakan genetik.
Titik didih awal/rentang didih > 80°C Kerusakan pada organ akibat paparan lama
Titik nyala -11.0 °C Stabil secara kimiawi di bawah kondisi ruangan
standar (suhu kamar)
Tekanan uap : 100 hPa at 20 °C
Densitas Relatif: 0,874 g/cm3 at 25 °C
Kelarutan dalam air: ca.1,88 g/l at 23,5
°C - larut

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

1. Termometer 6. penangas air


NNN
MMM

2. Erlenmeyer 50 mL, 100 mL 7. pipet tetes

3. plat KLT 8. corong pisah 100 ml

4. gelas ukur 10 ml 9. chamber KLT

5. gelas beker 250 ml

3.2 Bahan

1. Asam nitrat pekat


2. Kloroform
NNN
MMM

3. Na2SO4 anhidrat
4. I2
5. Fenol
6. Benzena

IV. Cara Kerja


NNN
MMM

V. Mekanisme Reaksi
NNN
MMM

VI. Hasil Pengamatan

No Aktivitas Hasil Pengamatan


NNN
MMM

Daftar Pustaka

1. Rohman A. Analisis Farmasi dengan Kromatografi Cair. Yogyakarta: Gadjah Mada


Press; 2020.
2. Handayani, S., et al. Kromatografi Lapis Tipis untuk Penentuan Kadar Hesperidin
dalam Kulit Buah Jeruk. [Internet]. 2005. [cited 2023 March 20]. Available from:
Jurnal Penelitian Saintek, 10 (1): 37 – 52.
3. Wulandari, Lstyo. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT Taman Kampus Presindo;
2011.
4. Rosamah E. Kromatografi Lapis Tipis. Malang: Maulawarman University Press;
2019.
5. Schmidt, Lanny D. The Engineering of Chemical Reaction. Oxford University Press
Inc., New York; 1998.
6. Achmadi, Suminar. Kimia Organik dan Hayati, Bandung: ITB; 1992.
7. Wage JR. LG. Organic Chemistry Third Edition. Prentice-hall Inc., New Jersey; 1995.
8. Sanusi I & Marham S. Teknik Laboratorium Kimia Organik. Jakarta : Graha Ilmu;
2013.
9. Srivastava, M. High-Performance Thin-Layer Chromatography (HPTLC).
Heidelberg: Springer; 2011.
10. Prabawati dan Wijayanto. Penerapan Green Chemistry dalam Praktikum Kimia
Organik (Reaksi Nitrasi pada Benzena). [Internet]. 2015. [cited 2023 March 13].
Integrated Laboratory, 3(2): 1-8.
NNN
MMM

11. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-100630
12. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-107024
13. MSDS. [Internet]. 2019. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_SODIUM_SULPHATE_ANHYDROU
S(INDO).pdf
14. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-106649
15. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-104761
16. MSDS. [Internet]. 2006. Rev. 2023. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.merckmilipore.com/ID/id/product/msds/MDA_CHEM-100201
17. MSDS. [Internet]. 2021. [Cited 2023 March 21]. Diambil dari
https://www.smartlab.co.id/assets/pdf/MSDS_BENZENE.pdf

Anda mungkin juga menyukai