Anda di halaman 1dari 13

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENCEGAHAN STUNTING

OLEH DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG


KABUPATEN CIAMIS

Sinta Nuramalia1, Agus Dedi2, Dini Yuliani3

Universitas Galuh, Ciamis, Indonesia 1,2,3

E-mail : SintaNuramalia@gmail.com

ABSTRAK

Hasil observasi penulis menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan pencegahan


stunting di Desa Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis belum
optimal. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi
kebijakan pencegahan stunting oleh Desa Saguling Kecamatan Baregbeg
Kabupaten Ciamis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analisis. Informan sebanyak 11 orang. Teknik pengumpulan data
adalah studi kepustakaan, studi lapangan (observasi dan wawancara) dan
dokumentasi. Penulis mengunakan teknik analisis data kualitatif melalui
pengolahan data hasil wawancara dan observasi untuk ditarik kesimpulan
sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa Implementasi kebijakan pencegahan stunting oleh Desa
Saguling Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis belum dilaksanakan secara
optimal sesuai dengan empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan menurut Agustino (2016:137), hal ini dikarenakan
masih adanya beberapa status stunting seperti masih adanya balita kurang gizi
yang disebabkan kurangnya pemerintah desa dalam memberikan perhatian
dengan memberikan dukungan anggaran dan kebijakan yang jelas kepada
petugas pelaksana dalam melakukan pencegahan stunting sehingga petugas
kesulitan dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Begitupula dengan
observasi yang dilakukan diketahui bahwa Implementasi kebijakan pencegahan
stunting belum optimal mengingat kurangnya program yang jelas dari pemerintah
desa mengenai pencegahan stunting dan kurangnya dukungan anggaran yang
diberikan kepada masyarakat serta jarangnya kegiatan penyuluhan yang
dilakukan oleh petugas dalam hal ini kader kepada masyarakat untuk
menyampaikan informasi terkait dengan pencegahan stunting.

Kata Kunci : Implementasi, Kebijakan, Pencegahan Stunting

PENDAHULUAN mencetak anak di Indonesia yang sehat


Stunting menjadi permasalahan dan cerdas, langkah awal yang paling
yang menghantui pada pertumbuhan penting untuk dilakukan adalah
anak di Indonesia. Sehingga untuk pemenuhan gizi pada anak sejak usia

2091
dini. Pada hakekatnya penyebab dasar Menteri Desa, Pembangunan Daerah
terjadinya masalah kurang gizi adalah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik
masalah ekonomi yang ditandai dengan Indonesia Nomor 13 Tahun 2020
rendahnya daya beli masyarakat Tentang Prioritas Penggunaan Dana
sehingga menyebabkan rendahnya Desa Tahun 2021 dinyatakan bahwa
ketersediaan pangan di tingkat rumah penguatan ketahanan pangan dan
tangga yang dapat menyebabkan pencegahan stunting di Desa untuk
rendahnya asupan zat gizi. Selain mewujudkan Desa tanpa kelaparan.
disebabkan rendah asupan zat gizi Selanjutnya dalam pedoman
maka pola pengasuhan Balita yang umum penggunaan dana desa tahun
kurang baik dan buruknya kondisi 2021 dinyatakan bahwa Penggunaan
sanitasi lingkungan dan kurang Dana Desa Tahun 2021 tetap diarahkan
tersedianya sarana air bersih serta pada jaring pengaman sosial, Desa
kurangnya akses terhadap pelayanan Aman Covid-19 dan pemulihan
kesehatan, juga memberikan kontribusi ekonomi nasional yang mencakup
terhadap terjadinya infeksi yang sektor strategis nasional. Sektor
berulang yang pada akhirnya strategis nasional salah satunya
menyebabkan terjadinya masalah meliputi pencegahan stunting.
masalah kurang gizi. Berdasarkan data Dinas
Mengingat penyebab masalah Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun
gizi adalah multifaktor maka upaya 2020 diketahui bahwa kasus stunting di
yang harus dilakukan dalam mengatasi Kabupaten Ciamis sebanyak 4.579
masalah kurang gizi harus melalui orang. Selanjutnya berdasarkan data
pendekatan multisektor. Artinya bahwa Puskesmas di Kecamatan Baregbeg
penanggulangan masalah kurang gizi Kabupaten Ciamis tahun 2020
tidak hanya dilakukan oleh sektor diketahui angka stunting di Desa
kesehatan saja tetapi juga dilakukan Saguling sebanyak 14 kasus (4 balita
bersama-sama dengan sektor diluar sangat pendek dan 10 balita pendek),
bidang kesehatan. Sektor lain diluar giji kurang sebanyak 12 kasus bawah
kesehatan yang memiliki peranan garis merah sebanyak 1 kasus dan
penting dalam penanggulangan balita kurus sebanyak 3 kasus.
masalah gizi antara lain adalah sektor Permasalahan-permasalahan
ekonomi, pekerjaan umum, pertanian, tersebut jika dibiarkan maka akan
ketahanan pangan, perikanan, meningkatkan angka morbiditas dan
pendidikan dan sektor terkait lainnya mortalitas pada balita, hal ini sejalan
Oleh karena itu dalam dengan pendapat Supariasa (2012:87)
pencegahan stunting dilibatkan bahwa : “Balita yang terganggu
berbagai pihak terkait seperti pertumbuhannya rentan terkena
pemerintah desa yang tertuang dalam penyakit baik dalam jangka pendek
pasal 6 ayat 2 hurup c Peraturan seperti penyakit diare dan penyakit

2092
infeksi lainnya maupun dalam jangka 1. Pemerintah desa belum optimal
panjang seperti nilai IQ anak berkurang dalam memberikan dukungan
5-10 poin, menurunkan produktivitas anggaran yang memadai bagi Kader
pada usia dewasa bahkan beresiko Pembangunan Manusia (KPM) dan
terkena penyakit tidak menular kader posyandu. Contohnya :
(Diabetes tipe 2, Jantung, stroke, dan Kader yang ada di tiap RT kesulitan
sebagainya)”. dalam pemberian makan bayi dan
Berdasarkan pendapat tersebut anak (PMBA) secara rutin karena
maka perlu adanya kebijakan yang keterbatasan anggaran yang
jelas dalam mengatasi permasalahan dimiliki hal ini karena dalam
tersebut sehingga petugas dapat RKPdesa telah ditentukan anggaran
mengimplementasikan kebijakan untuk pencegahan stunting hanya
tersebut secara optimal. sebesar Rp. 1.750.000 untuk satu
Menurut Gafar (2013:56) tahun sedangkan dalam rencana
menyatakan bahwa : ”Implementasi kader setiap satu minggu sekali
kebijakan merupakan suatu rangkaian melakukan kegiatan pemberian
aktifitas dalam rangka menghantarkan makanan tambahan bagi balita
kebijakan kepada masyarakat sehingga sehingga total yang dibutuhkan
kebijakan tersebut dapat membawa kader sebetulnya sebesar Rp.
hasil sebagaimana yang diharapkan”. 7.500.000.
Namun demikian implementasi 2. Pemerintah desa belum optimal
kebijakan pencegahan stunting di Desa dalam memberikan asupan
Saguling belum diimplementasikan makanan bergiji kepada anak balita
dengan baik karena kurangnya yang kekurangan gizi. Contohnya :
anggaran yang disediakan bagi Pemerintah desa belum
pencegahan stunting sehingga kader memberikan bantuan pangan non
kesehatan yang ada di tiap RT kesulitan tunai dalam mengatasi
dalam pemberian makanan tambahan permasalahan gizi anak balita.
bagi bayi selain itu bayi balita yang 3. Pemerintah desa kurang
terganggu pertumbuhannya kurang memberikan akses dan kualitas
mendapatkan bantuan pangan non pelayanan gizi dan kesehatan bagi
tunai. bayi atau balita yang kekurangan
Begitupula dengan hasil gizi. Contohnya : kurangnya
observasi penulis, terlihat bahwa kejelasan program dari pemerintah
implementasi kebijakan pencegahan desa dalam memberikan bantuan
stunting di Desa Saguling Kecamatan uang tunai bagi keluarga kurang
Baregbeg Kabupaten Ciamis belum mampu dalam mengatasi masalah
optimal, seperti ditunjukan dari kekurangan gizi.
indikator-indikator sebagai berikut : Berdasarkan uraian permasalahan
diatas, maka peneliti tertarik untuk

2093
melakukan penelitian lebih lanjut dan implementasi kebijakan sebagai:
kemudian penulis tuangkan dalam “Tindakan-tindakan yang dilakukan
bentuk skripsi dengan judul : baik oleh individu-individu atau
"Implementasi kebijakan pencegahan pejabat-pejabat atau kelompok-
stunting oleh Desa Saguling kelompok pemerintah atau swasta yang
Kecamatan Baregbeg Kabupaten diarahkan pada tercapainya tujuan-
Ciamis”. tujuan yang telah digariskan dalam
keputusan kebijaksanaan”.
KAJIAN PUSTAKA Selanjutnya menurut Agustino
Dalam penelitian ini peneliti (2016:137) menyatakan terdapat empat
melihat adanya suatu permasalahan variabel yang sangat menentukan
terkait Implementasi kebijakan keberhasilan implementasi kebijakan,
pencegahan stunting di Desa Saguling yaitu :
Kecamatan Baregbeg Kabupaten 1. Komunikasi
Ciamis yang belum optimal. Adapun Implementasi kebijakan akan
kaitan masalah Implementasi kebijakan berjalan dengan baik bila komunikasi
pencegahan stunting dengan bidang berjalan dengan baik karena dengan
kajian ilmu pemerintahan antara lain dilakukannya komunikasi yang baik
dikemukakan oleh Syafiie (2011:21) maka implementator akan dapat secara
mendefnisikan bahwa : “Ilmu konsisten melaksanakan setiap
Pemerintahan sebagai ilmu yang kebijakan. Untuk mengukur
mempelajari bagaimana melaksanakan keberhasilan komunikasi antara lain :
pengurusan (eksekutif), pengaturan a. Transmisi/penyaluran informasi
(legislatif), kepemimpinan dan b. Kejelasan dalam menyampaikan
koordinasi pemerintahan (baik pusat informasi
dengan daerah maupun rakyat dengan c. Konsistensi dalam memberikan
pemerintahnya) dalam berbagai perintah
peristiwa dan gejala pemerin tahan, 2. Sumber daya
secara baik dan benar”. Keberhasilan suatu implementasi
Dengan demikian Implementasi kebijakan adalah adanya dukungan
kebijakan pencegahan stunting sumber daya dalam organisasi. Adapun
merupakan salah satu kajian ilmu indikator sumber daya meliputi :
pemerintahan karena implementasi a. Adanya dukungan pegawai yang
kebijakan pencegahan stunting memadai serta memiliki sejumlah
merupakan kewajiban pemerintah kompetensi yang dibutuhkan.
terhadap warganya untuk b. Adanya informasi terkait cara
meningkatkan derajat kesehatan melaksanakan kebijakan
masyarakat. c. Adanya wewenang yang jelas
Menurut Edward III dalam kepada pelaksana kebijakan
Agustino, (2016:139), mendefinisikan

2094
d. Adanya dukungan fasilitas yang Kecamatan Baregbeg Kabupaten
memadai bagi pelaksana dalam Ciamis.
mengimplementasikan kebijakan.
3. Disposisi METODE
Disposisi adalah sikap pelaksana Metode penelitian dalam
dalam melaksanakan kebijakan berupa penelitian ini adalah metode kualitatif
tanggungjawab untuk melaksanakan dengan pendekatan deskriptif
kebijakan. Sikap pelaksana dalam analisis.Lamanya penelitian selama 7
melaksanakan kebijakan antara lain : bulan.Teknik pengumpulan data
a. Adanya kesesuaian dalam melalui studi kepustakaan, studi
penentuan pegawai yang lapangan (observasi, wawancara dan
melaksanakan kebijakan dokumentasi).Jumlah informan dalam
b. adanya pembagian kerja sesuai penelitian ini sebanyak 11 orang.
dengan kemampuan pegawai Teknik analisa data dengan dengan
c. adanya pemberian insentif sebagai cara deskriptif, yaitu mengumpulkan
motivasi bagi pelaksana kebijakan data, mengolah data, menganaalisa data
4. Struktur birokrasi serta menginterpretasikannya pada data
Keberhasilan implementasi kualitatif.
kebijakan dipengaruhi oleh adanya
struktur birokrasi yang dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatkan kerjasama dan suasana Untuk mengetahui implementasi
kondusif di dalam lingkungan kerja. kebijakan pencegahan stunting oleh
a. Adanya SOP sebagai pedoman Desa Saguling Kecamatan Baregbeg
dalam melaksanakan kebijakan Kabupaten Ciamis berikut ini penulis
b. adanya standar kerja bagi sajikan hasil penelitian sebagai berikut:
pelaksana kebijakan sebagai dasar 1. Komunikasi
dalam pelaksanaan tugasnya Komunikasi merupakan salah
sehari-hari satu faktor penting yang menentukan
c. Adanya pembagian tanggungjawab keberhasilan implementasi suatu
kepada masing-masing petugas kebijakan publik. Kegiatan komunikasi
pelaksana untuk memudahkan untuk memastikan apakah
implementasi kebijakan implementasi sudah sesuai dengan isi
Keempat variabel yang sangat kebijakan publiknya. Komunikasi
menentukan keberhasilan implementasi memang memainkan peran penting
kebijakan dijadikan pedoman bagi bagi berlangsungnya koordinasi dan
penulis dalam melakukan analisis implementasi pada umumnya. Namun,
terkait dengan implementasi kebijakan komunikasi yang benar-benar
pencegahan stunting oleh Dinas sempurna sebetulnya merupakan
Kesehatan di Desa Saguling kondisi yang sulit untuk bisa
diwujudkan.

2095
Berdasarkan hasil penelitian, Dengan demikian perlu adanya
bahwa selama ini sosialisasi tentang kejelasan program untuk melaksanaka
pencegahan stunting terhadap suatu program agar dapat dilaksanakan
masyarakat di desa sangat penting secara optimal selaitn itu suatu
karena hal ini menyangkut dengan programpun harus di tunjang dengan
kesehatan masyarakat, namun memang keaktifan pelaksana dalam
selama ini masih kurangnya program melaksanakan suat kebijakan agar
yang jelas dari pemerintah desa dan kebijakan suatu program dapat
para kader kesehatan di desa untuk tersampaikan secara merata dan
mensosialisasikan tentang pencegahan meyeluruh terhadap masyarakat yang
stunting terhadap masyarakat desa, membutuhkannya.
selain itu masih kurangnya keaktipan 2. Sumber daya
dari kader kesehatan di desa sehingga Bagaimanapun jelas dan
informasi tentang pencegahan stunting konsintennya ketentuan-ketentuan atau
terhadap masyarakat desa kurang aturan-aturan serta bagaimanapun
tersampaikan secara jelas dan akuratnya penyampaian ketentuan dan
terperinci, serta keseriusan dan atura-aturan tersebut, jika para
komitmen dari pemerintah desa dan pelaksana kebijakan yang bertanggung
kader kesehatan di desa sangat penting jawab untuk melaksanakan kebijakan
agar dapat konsisten dalam mendukung kurang mempunyai sumber-sumber
dan melaksanakan kebijakan tentang daya untuk melaksanakan kebijakan
pencegahan stunting terhadap yang kurang mempunyai sumber-
masyarakat desa, namun memang sumber daya untuk melakukan pekrjaan
karena masih kurangnya dukungan secara efektif maka implementasi
sehingga terkadang kurang konsisten kebijakan tersebut tidak akan efektif.
dalam melaksanakan kebijakan tentang Sumber daya merupakan faktor kedua
pencegahan stunting terhadap setelah komunikasi yang akan turut
masyarakat desa. mempengaruhi terhadap keberhasilan
Dari uraian di atas sesuai dengan implementasi kebijakan. Sumber daya
pendapat Handayaningrat (2013:114) kebijakan merupakan segala sesuatu
menyatakan bahwa kebijakan adalah : yang digunakan guna mendukung
“Pernyataan-pernyataan atau terhadap berhasilnya kebijakan yang
pengertian-pengertian umum yang diimplementasikan.
memberikan bimbingan berfikir dalam Berdasarkan hasil penelitian,
menentukan keputusan yang fungsinya bahwa selama ini memang kader
adalah menandai lingkungan sekitar kesehatan yang aktif masih sangat
yang dibuat sehingga memberikan terbatas sehingga perlu adanya
jaminan bahwa keputusan-keputusan dukungan dari kader di tingkat Rt/Rw
itu akan sesuai dengan tercapainya agar pro aktif untuk membantu dalam
tujuan”. melaksanakan kebijakan tentang

2096
pencegahan stunting terhadap perlu di dukung oleh sumber daya yang
masyarakat desa di wilayahnya masing- mumpuni agar dapat membantu dan
masing, dan dalam melaksanakan melaksanakan kebijakan suatu progam
kebijakan tentang pencegahan stunting secara optimal dan hal ini perlu di
terhadap masyarakat desa sudah adanya dukung dengan fasilitas dan sarana
aturan dan mekanisme yang jelas dari prasarana yang dapat mendukung
mulai tingkat desa sampai dengan kebijakan tersebut sehingga dapat
pelaksanaan di tingkat Rt/Rw, namun dilaksanakan secara optimal.
karena kurang fokus sehingga masih 3. Disposisi
ada sebagaian kader yang kurang Kecenderungan-kecenderungan
memahaminya, selain itu kewenangan atau disposisi merupakan salah satu
dalam melaksanakan kebijakan faktor mempunyai konsekuensi penting
pencegahan stunting terhadap bagi implementasi kebijakan yang
masyarakat di desa merupakan efektif. Oleh karena itu jika para
kebijakan dari pemerintah desa dengan pelaksana mempunyai kecenderungan
di bantu oleh kader kesehatan desa atau sikap positif atau adanya
sebagai pelaksana dilapangan, namun dukungan terhadap implementasi
memang selama ini komunikasi yang kebijakan maka terdapat kemungkinan
kurang baik sehingga kesulitan untuk yang besar implementasi kebijakan
melaksanakan kebijakan di lapangan, akan terlaksana sesuai dengan
serta fasilitas pendukung memang keputusan awal. Demikian sebaliknya,
belum lengkap tetapi minimal para jika para pelaksana bersikap negatif
kader dapat memaksimalkan kebutuhan atau menolak terhadap implementasi
untuk melaksanakan kebijakan kebijakan karena konflik kepentingan
pencegahan stunting dengan maka implementasi kebijakan akan
memanfaatkan fasilitas yang ada di menghadapi kendala yang serius.
desa, seperti memaksimalkan Berdasarkan hasil penelitian,
Poskesdes yang ada di desa. bahwa selama ini untuk penentuan
Dari uraian di atas sesuai dengan petugas memang di ambil dari kader
pendapat Agustino (2017:128) kesehatan yang aktif di desa, namun
menyatakan bahwa : “Tindakan- memang masih kurang sesuai dengan
tindakan yang dilakukan baik oleh keilmuannya, tetapi minimal para kader
individu-individu/pejabat-pejabat atau dapat aktif dan memiliki keinginan
kelompok-kelompok pemerintah atau untuk memahami tentang pencegahan
swasta yang diarahkan pada stunting terhadap masyarakat desa,
tercapainya tujuan-tujuan yang telah selain itu pada dasarnya memang perlu
digariskan dalam keputusan adanya pembagia tugas terhadap para
kebijaksanaan”. kader kesehatan di desa karena tidak
Dengan demikian dalam semua kader memiliki pengetahuan dan
melaksanakan suatu kebijakan program pemahaman yang mumpuni sehingga

2097
kesulitan untuk melakukan pembagian Struktur birokrasi merupakan
kerja dalam melaksanakan kebijakan faktor yang fundamental untuk
tentang stunting di desa, serta adanya mengkaji implementasi kebijakan
anggaran uuntuk insentif para kader publik. Implemetnasi kebijakan publik
kesehatan di desa sudah ditetapkan adalah serangkaian tindakan yang
dalam APBDes yang bersumber dari dilakukan pemerintah oleh pelaku atau
Dana Desa yang di bagikan per periode sekelompok pelaku guna memecahkan
walaupun memang tidak besar. masalah, guna mencapai tujuan serta
Dari uraian di atas sesuai dengan sasaran tertentu yang diinginkan
pendapat Budiarjo, (2015:12) berdasarkan pada peraturan
memberikan pengertian mengenai perundangan tertentu. Faktor birokrasi
kebijaksanaan (policy) yaitu: pembagian kerja dalam implementasi
“Kebijaksanaan (policy) adalah suatu kebijakan publik, menunjukkan pelaku-
kumpulan keputusan yang diambil oleh pelaku ahli dan profesional dalam
seorang pelaku atau oleh kelompok tindakan-tindakan mengimplementasi-
politik dalam usaha memilih tujuan- kan kebijakan publik.
tujuan dan cara-cara untuk mencapai Berdasarkan hasil penelitian,
tujuan-tujuan itu. Pada prinsipnya bahwa selama ini SOP dalam
pihak yang membuat kebijaksanaan- melaksanakan kebijakan pencegahan
kebijaksanaan itu mempunyai stunting sangat penting agar dapat
kekuasaan untuk melaksanakannya meminimalisir kesalahana dalam
Dengan demikian dalam pelaksanaan di lapangan dan hal itu
melaksanakan kebijakan suatu program perlu di pahami oleh semua kader
kegiatan perlu di dukung dengan kesehatan di desa, namun memang
keinginan dan kesadaran dari pelaksana masih ada beberapa kader yag kurang
untuk meningkatkan ilmu dan mempelajarinya sehingga kurang
pengetahuannya agar dapat saling memahami secara jelas dan terperinci,
menunjang dan dapat dilakukan selain itu dalam pelaksanaan kebijakan
pembagian kerja secara merata pencegahan stunting terhadap
sehingga memiliki tanggung jawab masyarakat desa perlu adanya standar
yang jelas dalam melaksanakan kerja yang jelas agar dapat
kebijakan suatu progam kegiatan, melaksanakannya secara optimal,
selain itu perlu adanya alokasi namun memang terkadang belum
anggaran yang jelas untuk para terlalu dipahami secara jelas dan
pelaksana agar dapat memberikan terperinci, hal ini akan mempersulit
semangat dan motivasi dalam dalam melaksanakannya di lapangan,
melaksanakan kebijakan suatu serta perlu adanya pembagian tanggung
program. jawab terhadap para kader kesehatan di
4. Struktur birokrasi desa sehingga dapat lebih terpokus dan
dapat memaksimalkan kebijakan

2098
pencegahan stunting terhadap keberhasilan implementasi suatu
masyarakat desa, namun karena tidak kebijakan menurut Agustino
meratanya tingkat pemahaman dari (2016:137), hal ini dikarenakan masih
para kader sehingga kesulitan dalam kurangnya dilakukan komunikasi
melakukan pembagian tanggung jawab secara rutin kepada masyarakat,
terhadap para kader. kurangnya dukungan sumber daya
Dari uraian di atas sesuai dengan manusia dalam melaksanakan
pendapat Friedrich (Winarno, 2012:16) kebijakan pencegahan stunting,
memberikan pengertiannya sebagai kurangnya sikap pelaksana dalam
berikut: “Kebijaksanaan sebagai suatu melaksanakan pencegahan stunting dan
arah tindakan yang diusulkan oleh kurangnya dukungan struktur birokrasi
seseorang, kelompok atau pemerintah dalam melaksanakan kebijakan
dalam suatu lingkungan tertentu, yang pencegahan stunting.
memberikan hambatan-hambatan dan Begitupula dengan hasil
kesempatan-kesempatan terhadap observasi diketahui adanya hambatan-
kebijakan yang diusulkan untuk hambatan dalam Implementasi
menggunakan dan mengatasi dalam kebijakan pencegahan stunting oleh
rangka mencapai suatu tujuan, atau Desa Saguling Kecamatan Baregbeg
merealisasikan suatu sasaran atau suatu Kabupaten Ciamis, yang antara lain :
maksud tertentu”. 1. Kurangnya dukungan dari
Dengan demikian dalam pemerintah desa dalam melakukan
melaksanakan kebijakan program perlu sosialisasi tentang pencegahan
di dukung dengan SOP dan standar stunting di desa sehingga informasi
kerja yang jelas agar dapat tidak tersampaikan secara jelas dan
mempermudah dan dapat teperinci desa, hal ini dikarenakan
meminimalisir kesalahan dalam adanya berbagai kesibukan dari
melaksanakan kebijakan program paparatur pemerintah desa
kegiatan yang akan dilaksanakan, 2. Kurangnya program yang jelas dari
selain itu perlu adanya tanggung jawab pemerintah desa untuk
moral dari para pelaksana dilapangan menyampaikan informasi tentang
agar dapat optimal dalam pencegahan stunting terhadap
melaksanakan kebijakan program masyarakat desa secara rutin dan
kegiatan. berkelanjutan.
Berdasarkan hasil penelitian 3. Masih adanya perubahan kebijakan
tersebut diketahui bahwa Implementasi dalam melaksanakan kebijakan
kebijakan pencegahan stunting oleh tentang pencegahan stunting
Desa Saguling Kecamatan Baregbeg tehadap masyarakat, hal ini
Kabupaten Ciamis belum dilaksanakan dikarenakan pemerintah desapun
dengan baik sesuai dengan empat masih kurang memahami untuk
variabel yang sangat menentukan

2099
melaksanakan kebijakan tentng kesulitan untuk memberikan tugas
pencegahan stunting di desa. yang sesuai dengan keahliannya.
4. Kurangnya pemahaman dan 9. Kurang meratanya kemampuan dan
pengetahuan dari para kader pemahaman dari para kader
kesehatan di desa terhadap kesehatan di desa sehingga
pengetahuan tentang stunting, hal kesulitan untuk memberikan
ini dikarenakan kurangnya pembagian kerja yang sesuai
dilakukan penyuluhan dan dengan kemampuannya, hal ini
bimbingan terhadap para kader dikarenakan kurangnya kader
kesehatan di desa. mengikuti pengarahan dan
5. Kurangnya arahan dan penyuluhan penyuluhan tentang pencegahan
terhadap para kader kesehatan di stunting.
desa terkait dengan aturan dan 10. Sebenarnya untuk insentif terhadap
mekanisme dalam melasanakan para kader kesehatan di desa tidak
kebijakan pencegahan stunting di ada masalah karena sudah di
desa, hal ini dikarenakan adanya tetapkan dalam APBDes yang
kesiukan dari masing-masing bersumber dari Dana Desa, tinggal
sehingga terkadang terlupakan. pembagiannya terhadap para kader
6. Kurangnya koordinasi dari kader yang terkadang memang suka ada
kesehatan di desa dalam keterlambatan.
melaksanakan kebijakan tentang 11. Kurang fokusnya kader kesahatan
pencegahan stunting sehingga desa dalam melaksanakan
kurang mengetahui kewenangan kebijakan pencegahan stunting di
dalam melaksanakannya di desa sehingga terkadang kurang
lapangan. memahami SOP dalam pelaksanaan
7. Selama ini para kader kesehatan di pekerjaannya, hal ini akan
desa kurang mampu menghambat dalam
memaksimalkan fasilitas dan sarana melaksanakannya di lapangan.
prasarana yang ada di desa 12. Sebagian kader kesehatan di desa
sehingga dapat menghambat dalam kurang mempelajari standar kerja
melaksanakan kebijakan tentang dalam pelaksanaan pekerjaannya
pencegahan stunting terhadap sehingga dapat mempesulit untuk
masyarakat desa seperti kurang melaksantakan kebtijakan tentang
memanfaatkan gedung bidan desa pencegahan stunting di desa.
untuk memberikan penyuluhan 13. Kurangnya komunikasi dari
terhadap masyarakat. pemerintah desa terhadap para
8. Kurangnya keinginan dari para kader kesehatan di desa sehingga
kader kesehatan untuk mempelajari terkadang kurang memahami
pengetahuan tentang pencegahan tanggug jawab dari masing-masing
stunting sehingga terkadang kader dalam melaksanakan

2100
kebijakan pencegahan stuning di pemahaman dan pengetahuannya
desa dan hal ini akan mempersulit tentang pencegahan stunting
untuk memberikan tanggung sehingga dapat mempermudah
jawabb pekerjaan terhadap para untuk melaksanakannya di
kader kesehatan di desa. lapangan
Oleh karena itu, untuk mengatasi 5. Pemerintah desa sudah memberikan
hambatan-hambatan tersebut perhatian untuk memberikan
diperlukan upaya-upaya yang penyuluhan dan arahan terhadap
dilakukan dalam pencegahan stunting para kader kesehatan di desa terkait
antara lain : dengan aturan dan mekanisme
1. Melakukan komunikasi dengan dalam melasanakan kebijakan
pemerintah desa maka sudah ada pencegahan stunting di desa
dukungan secara penuh untuk 6. Para kader kesehatan sudah
melakukan sosialisasi tentang melakukan koordinasi dengan baik
pencegahan stunting di desa dengan sehingga dapat mengetahui batas
berbagai cara, baik itu secara kewenangan dalam melaksanakan
langsung maupun dengan kebijakan stunting di lapangan
membagikan bantuan kesehatan 7. Melakukan pertemuan dengan
terhadap masyarakat desa kader kesehatan di desa untuk
2. Pemerintah desa sudah melakukan musyawarah tentang
memprioritaskan pelaksanaan penggunaan fasilitas dan sarana
program kebijakan pencegahan prasarana yang ada di desa untuk
stunting terhadap masyarakat desa, melaksanakan kebijakan
yaitu salah satunya dengan pencegahan stunting di desa
menggiatkan program posyandu di sehingga fasilitas yang ada di desa
sekitar desa dapat dioptimalkan
3. Melakukan diskusi dengan 8. Melakukan pendekatan terhadap
pemerintah desa tentang kebijakan para kader kesehatan di desa
stunting sehingga dapat memiliki keinginan untuk
menyamakan pendapat dalam mempelajari pengetahuan tentang
melaksanakan kebijakan pencegahan stunting sehingga dapat
pencegahan stunting di desa mempermudah untuk memberikan
sehingga tidaka ada perubahan tugas yang sesuai dengan
kebijakan dan hal ini akan keahliannya
meningkatkan konsistensi bagi 9. Melakukan penyuluhan dan arahan
kader kesehatan di desa dalam dari pemerintah desa terhadap para
pelaksanaan di lapangan kader kesehatan agar dapat
4. Memberikan arahan dan bimbingan meningkatkan kemampuan dan
terhadap para kader kesehatan di pemahamannya sehingga dapat
desa agar dapat meningkatkan mempermudah untuk melakukan

2101
pembagian kerja yang sesuai Desa Saguling Kecamatan Baregbeg
dengan kemapuannya Kabupaten Ciamis belum dilaksanakan
10. Mengupayakan untuk membagikan secara optimal sesuai dengan empat
insentif terhadap kader kesehatant variabel yang sangat menentukan
tepat pada waktunya karena untuk keberhasilan implementasi suatu
untuk insentif terhadap para kader kebijakan menurut Agustino
kesehatan di desa tidak ada masalah (2016:137), hal ini dikarenakan
karena sudah di tetapkan dalam kurangnya komunikasi yang dilakukan
APBDes yang bersumber dari Dana pemerintah desa dengan masyarakat
Desa dalam melakukan pencegahan stunting
11. Melakukan komunikasi dan karena kurangnya sosialisasi dan
pendekatan terhadap para kader penjelasan kepada masyarakat terkait
kesehatan di desa untuk selalu aktif kebijakan pencegahan stunting
untuk memahami SOP dalam sehingga belum konsisten dalam
pelaksanaan pekerjaannya sehingga memberikan perintah dalam
dapat mempermudah untuk pencegahan stunting, selain itu
melaksanakannya di lapangan keterbatasan sumber daya yang ada
12. Membuat kesepakatan dengan para dalam melaksanakan pencegahan
kader di desa untuk bersama-sama stunting di desa karena kurang
mempelajari dan memahami didukung dengan sejumlah kompetensi
standar kerja dalam pelaksanaan petugas pelaksana dan pemahaman
pekerjaannya sehingga dapat terhadap mekanisme yang kurang
mempermudah untuk sehingga petugas kesulitan dalam
melaksantakan kebtijakan tentang melaksanakan kewenangannya selain
pencegahan stunting di desa itu kurangnya dukungan fasilitas yang
13. Membangun komunikasi yang baik diberikan kepada petugas serta sikap
dengan pemerintah desa agar dapat pelaksana atau disposisi yang kurang
memahami tanggung jawab dalam baik karena ketidaksesuaian dalam
melaksanakan tanggung jawab menentukan petugas pelaksana dan
untuk melaksanakan kebijakan kurangnya kesesuaian dalam
tenang pencegaha stunting di desa. pembagian kerja sehingga
menyebabkan motivasi petugas masih
KESIMPULAN kurang, selain itu secara struktur
Berdasarkan hasil penelitian organisasi petugas masih kurang
terkait dengan Implementasi kebijakan memahami SOP sebagai pedoman
pencegahan stunting oleh Desa dalam mengimplementasikan kebijakan
Saguling Kecamatan Baregbeg dan kurangnya pemahaman terhadap
Kabupaten Ciamis, dapat penulis standar kerja bagi pelaksana dalam
simpulkan bahwa implementasi melaksanakan kebijakan pencegahan
kebijakan pencegahan stunting oleh stunting serta kurangnya dilakukan

2102
pembagian kerja bagi petugas dalam Kementerian Desa,
melaksanakan pencegahan stunting. Pembangunan Daerah
Begitupula dengan observasi yang Tertinggal, dan Transmigrasi;
2017
dilakukan diketahui bahwa
Implementasi kebijakan pencegahan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
stunting belum optimal mengingat Daerah Tertinggal, dan
kurangnya program yang jelas dari Transmigrasi Republik
pemerintah desa mengenai pencegahan Indonesia Nomor 13 Tahun
2020 Tentang Prioritas
stunting dan kurangnya dukungan
Penggunaan Dana Desa Tahun
anggaran yang diberikan kepada 2021
masyarakat serta jarangnya kegiatan
penyuluhan yang dilakukan oleh Santoso, (2015). Analisis
petugas dalam hal ini kader kepada Kebijakan Publik: Suatu
Pengantar. Jakarta: Gramedia.
masyarakat untuk menyampaikan
informasi terkait dengan pencegahan Supariasa dkk. (2012). Penilaian Status
stunting. Gizi. EGC. Jakarta.
Surbakti, Ramlan (2013), Memahami
DAFTAR PUSTAKA Ilmu Politik, Jakarta: PT
Abdul Wahab, Solichin. (2014). Gramedia Widiasarana.
Analisis Kebijaksanaan dari
Formulasi ke. Implementasi Syafiie, inu kencana, (2011). Sistem
Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Pemerintahan Indonesia, Edisi
Bumi Aksara. Revisi (CV. Mandar. Maju:
Bandung.
Agustino, Leo. (2017). Dasar-dasar
Kebijakan Publik. Bandung : Winarno, Budi . (2012). Kebijakan
Alfabeta. Publik: Teori, Proses, dan Studi
Kasus. Yogyakarta: CAPS
Kementerian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi. Buku Saku
Stunting Desa dalam
Penanganan Stunting. Jakarta:

2103

Anda mungkin juga menyukai