PENGENDALIAN
TINDAKAN,
PERSONEL, DAN
BUDAYA
Dosen Pengampu :
Mudrika Alamsya Hasan, SE., M.Si., Ak
KELOMPOK 3 :
Alifia Setiono 2102113077
Fidela Inaya Putri Y. 2102113073
Henky Ronega 2102134708
M. Farhan Zamril 2102135148
M. Taufik Kurniawan 2102134463
Pingki Dwi Ananta 2102111166
Yani Nurlita 2102110311
Yolanda Pramesti 2102113078
PEMBAHASAN
Pengendalian Tindakan
Pengendalian Tindakan dan Masalah Pengendalian
Pencegahan Versus Deteksi
kondisi menentukan efektivitas pengendalian tindakan
Pengendalian Personel
Pengendalian Budaya
Pengendalian Personel/Budaya dan Masalah
Pengendalian dan Efektivitas Pengendalian Personel
Studi Kasus
Pengendalian tindakan adalah bentuk paling langsung dari pengendalian
manajemen karena meliputi pengambilan langkah-langkah tertentu untuk
memastikan karyawan bertindak sesuai dengan keinginan perusahaan dengan
membuat tindakan karyawan sendiri sebagai fokus pengendalian.
2.Penilaian Pratindakan
Penilaian pratindakan mencakup adanya penyelidikan kritis terhadap
rencana tindakan dari para karyawan yang dikendalikan.
Penilai dapat menyetujui atau tidak menyetujui tindakan yang diajukan,
meminta dilakukannya modifikasi atau perubahan, maupun meminta agar
perencanaannya dirancang lebih seksama lagi sebelum memberikan
persetujuan akhir.
3.Akuntabilitas Tindakan
Akuntabilitas tindakan ialah meminta karyawan untuk bertanggung jawab atas
tindakan yang mereka lakukan. Agar bisa diterapkan dengan baik,
pengendalian akuntabilitas tindakan membutuhkan hal- hal berikut, yaitu (1)
mendefinisikan tindakan apa yang dapat diterima maupun yang tidak dapat
diterima; (2) mengomunikasikan definisinya kepada karyawan;
(3) mengobservasi atau, jika tidak, melacak apa yang terjadi; dan
(4) memberikan imbalan kepada tindakan yang baik atau memberikan hukuman
kepada tindakan yang menyimpang dari norma.
4.Redundansi
Redundansi, yang meliputi penugasan lebih banyak karyawan (atau peralatan)
untuk melakukan suatu tugas dibandingkan jumlah yang sesungguhnya
dibutuhkan, atau setidaknya menyediakan karyawan (atau peralatan)
cadangan, juga dapat dikatakan sebagai pengendalian tindakan sebab hal ini
dapat meningkatkan kemungkinan akan terselesaikannya tugas dengan
memuaskan.
Pengendalian Tindakan dan
Masalah Pengendalian
Pembatasan perilaku mulanya efektif untuk
menghilangkan masalah motivasional
Penilaian pratindakan dapat berhubungan
dengan tiga masalah pengendalian
perusahaan perusahaan
dapat dapat
menentukan memastikan
tindakan apa bahwa tindakan
yang diinginkan yang diinginkan
(tidak diinginkan) (tidak diinginkan)
terjadi (tidak
terjadi).
Pemahaman mengenai perilaku yang diinginkan dapat
dicari atau dipelajari dengan dua cara.
Pertama dengan menganalisis pola tindakan
dalam situasi khusus atau situasi yang mirip
sepanjang waktu untuk mengetahui
tindakan apa yang memberikan hasil yang
terbaik.
Kedua Cara lain perusahaan untuk dapat
mengetahui tindakan apa yang diinginkan
ialah dengan mendapatkan informasi dari
orang lain, khususnya untuk keputusan
strategis.
Efektivitas dari pembatasan perilaku dan penilaian
pratindakan bervariasi secara langsung dengan
reabilitas alat fisik atau prosedur administratif yang
dimiliki perusahaan untuk memastikan bahwa tindakan
yang diinginkan (tidak diinginkan) sudah dilakukan (tidak
dilakukan). Dalam banyak kasus, alat dan prosedur ini
tidak bekerja efektif.
Pelacakan tindakan sering memberikan tantangan
signifikan yang harus dihadapi dalam membuat
pengendalian akuntabilitas berjalan efektif. Biasanya
beberapa tindakan dapat dilacak meskipun ketika tindakan
karyawan tidak dapat diobservasi langsung.
Tetapi, pelacakan ini tidak selalu efektif Kriteria yang
harus dipakai untuk menilai apakah pelacakan tindakan
sudah berlangsung efektif terdiri atas ketepatan,
objektivitas, ketepatan waktu, dan kemampuan untuk
memahami (seperti halnya yang kita diskusikan di Bab 2
dalam konteks pengendalian hasil)
Jika pelacakan tindakan mencakup penelitian mendalam
terhadap catatan transaksi, bisakah catatan tersebut secara
reliabel mengetahui apakah tindakan yang tepat telah dilakukan?
Sebagai contoh. jika terdapat sebuah gagasan yang bertujuan
untuk melacak apakah tenaga penjualan menghabiskan waktu
yang cukup pada aktivitas pengembangan pasar, berkebalikan
dari aktivitas penjualan langsung maka dipastikan gagasan
tersebut akan gagal sampai definisi yang tepat dapat
dikembangkan sementars tindakan-tindakannya dikelompokkan
ke dalam dua area itu.
Kegagalan ketepatan yang mirip dari pengendalian
tindakan terwujud dalam konteks di US Foreign Corrupt
Practices Act. Undang-undang ini dimaksudkan untuk
pejabat asing ilegal, tapi undang-undang ini mengizinkan
adanya "facilitating payments" kepada pejabat yang
berlevel lebih rendah. Perbedaan antara suap dan
facilitating tidaklah akurat, tapi hal ini memusingkan
karyawan perusahaan yang tidak yakin bahwa
interpretasi terkini mereka akan tindakan yang dilakukan
oleh personel perusahaan di negara asing akan sesuai
dengan apa yang dibuat oleh pengobservasi independen
(seperti juri) di kemudian hari
Dalam penuntutan perkara atas dugaan
pemberian suap. Objektivitas, atau terbebas
dari bias, turut menjadi masalah sebab laporan
tindakan yang dibuat oleh mimeka yang
tindakannya sedang dikendalikan belum tentu
bisa diandalkan.
Ketepatan waktu dalam melacak tindakan juga penting lika pelacakan tidak
tepat waktu, intervensi tidak mungkin dilakukan sebelum terjadinya kerugian.
Terlebih, banyak dampak motivasional dari umpan balik yang hilang ketika
pelacakan secara signifikan tertunda.
Pelatihan