ACCT6182
Management Control System
Week 2
2. Peserta diharapkan mengerti fungsi manajemen pengendalian tindakan, personal dan budaya
organisasi.
OUTLINE MATERI :
1. Action Controls
3. Personnel Controls
4. Cultural Controls
Action Control
Action Control merupakan jenis pengawasan yang langsung dari management control karena
pengawasan jenis ini meliputi langkah-langkah untuk menjamin bahwa karyawan melakukan
sesuai dengan keingan terbaik yang diharapkan oleh perusahaan. Ada empat bentuk dasar action
control meliputi: behavioral constraints, pre action review, action accountability dan
redundancy.
Behavioral constraints merupakan jenis action control yang yang membatasi ruang gerak
karyawan untuk melakukakan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Pembatasan ruang gerak
karyawan dapat berupa pembatasan fisik maupun administrasi. Contoh pembatasan fisik meliputi
password computer, pembatasan akses pada wilayah terntu seperti pada tempat penyimpanan
barang perusahaan yang bernilai. Adapun pembatasan administrasi meliputi larangan untuk
mengambil keputusan. Contoh pembatasan admnistrasi adalah pembatasan wewenang manager
kelas menengah dalam pengambilan keputusan untuk investasi dengan nilai di atas 500 juta
Rupiah.
Pre action review merupakan penelitian yang cermat atas action plan dari karyawan yang
dikontrol dalam bentuk persetujuan atau ketidaksetujuan atas proposal yang diajukan. Bentuk
umum dari pre action review adalah pada saat perencanaan dan proses budget yang
karakteristiknya meliputi bermacam-macam level dari budget dan kegiatan yang direncanakan.
Action accountability merupakan pengendalian atas pertanggung jawaban karyawan terhadap
kegiatan yang mereka lakukan. Implementasi action accountability membutuhkan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Mendefinisikan kegiatan apa yang dapat diterima.
2. Mengkomunikasikan kepada para karyawan apa yang didefinisikan
3. Mengamati apa yang terjadi
4. Memberi penghargaan atas kegiatan yang baik atau hukuman atas kegiatan yang
menyimpang dari yang dapat diterima.
Redundancy meliputi penugasan lebih banyak karyawan atas tugas dari yang seharusnya
dibutuhkan. Contoh penempatan beberapa karyawan pada tugas yang sama dapat menimbulkan
rasa frustasi, konflik dan rasa bosan.
Behavioral constraint sebagai bagian dari action control efektik dalam mengeliminasi
motivational problem karena karyawan yang tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak
seharusnya dapat dicegah untuk melakukan hal tersebut.
Selanjutnya, preaction review merupakan pengawasan yang bermanfaat dalam mengatasi tiga
problem pengawasan yakni persoalan motivasi, lack of direction dan personal limitation. Dalam
pre action review adanya komunikasi dengan karyawan tentang apa yang diharapkan dapat
menghindari perintah yang kurang dipahami. Hal ini juga bermanfaat dalam memotivasi
karyawan dalam review atas implementasi rencana kegiatan karyawan supaya berhati-hati dalam
pengajuan proposal pengeluaran dan budget. Disamping itu, pre action review bermanfaat dalam
mencegah munculnya biaya yang tidak diharapkan karena keterbatasan pribadi pegawai.
Action accountability juga dapat mengatasi persoalan control seperti pre action review yaitu
dengan menyediakan petunjuk yang dapat mengatasi personal limitation serta lack of direction.
Disamping itu dengan adanya reward dan punishment dapat mengatasi masalah motivasi.
Personnel Controls
Personnel control adalah kecenderungan alamiah karyawan untuk mengontrol atau memotivasi
diri sendiri. Tujuan personnel controls:
1. Untuk meyakinkan bahwa setiap pegawai memahami apa yang perusahaan inginkan.
2. Untuk meyakinkan bahwa setiap pegawai dapat mengerjakan sebuah pekerjaan yang
baik.
3. Untuk meningkatkan kemungkinan bahwa setiap pegawai akan terlibat dalam self-
monitoring.
Implementasi personnel control dilakukan melalui; selection and placement, training dan job
designing and resourcing. Penjelasannya sebagai berikut:
Dapat disimpulkan bahwa, menemukan orang yang tepat untuk mengerjakan perkerjaan khusus
serta melatih dan menyediakan lingkungan kerja yang baik untuk orang tersebut meningkatkan
kemungkinan pekerjaan dikerjakan secara pantas.
Sistem pengendalian personal dianggap ketat jika besar kemungkinan karyawan untuk terus
menerus terlibat dalam semua tindakan yang penting utnuk keberhasilan operasi dan tidak akan
terlibat tindakan yang merugikan. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pembatasan perilaku
3. Akuntabilitas tindakan
Jumlah pengendalian yang ditimbulkan dari pengendalian akuntabilitas tindakan
tergantung pada:
a. Definisi tindakan
Untuk mencapai pengendalian yang ketat, definisi tindakan harus sesuai, spesifik,
dikomunikasikan dengan baik dan lengkap.
b. Pelacakan tindakan
c. Penguatan tindakan
Pengendalian dapat dibuat lebih ketat dengan membuat imbalan atau hukuman
menjadi lebih signifikan terhadap karyawan yang terlibat. Hukuman merupakan hal
umum dalam penetapan pengendalian tindakan karena hukuman sering melibatkan
pelanggaran karyawan terhadap peraturan/prosedur.
Cultural Controls
Cultural control bertujuan untuk saling memantau atas individu-individu yang menyimpang dari
norma maupun nilai kelompok. Budaya (culture) dibentuk dari tradisi, norma, keyakinan, nilai-
1. Codes of conduct
Dokumen tertulis yang mengatur mengenai bagaimana tata cara atau prilaku perusahaan
terhadap para pemangku kepentingannya dan juga mengatur bagaimana prilaku karyawan
dalam berinteraksi dengan sesama karyawan dan juga bagaimana prilaku karyawan diatur
dalam rangka memenuhi tanggung jawab perusahaan terhadap para pemangku
kepentingannya.
2. Group Rewards
Reward yang diberikan kepada karyawan berdasarkan standar dari masing – masing
kelompok atau grup. Hal tersebut diberikan karena setiap grup mempunyai standar yang
berbeda-beda. Misalnya sales atau marketing diukur berdasarkan target penjualan,
sedangkan accounting diukur berdasarkan ketepatan waktu pelaporan keuangan.
3. Intra-organizational transfer
Transfer yang dilakukan antar karyawan atau anggota organisasi dalam suatu perusahaan
atau organisasi. Transfer biasanya dilakukan antar divisi atau bagian dalam perusahaan.
Tujuan dari transfer tersebut adalah agar karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari
skill dan knowledge di bagian atau divisi yang berbeda
Untuk lebih ketatnya pengendalian personel/kultural perlu kepastian dan stabilitas pengetahuan
yang menghubungkan karakteristik personel/kultural dengan tindakan yang diinginkan. Dalam
organisasi sosial dan volunter, pengendalian personel biasanya menyediakan pengendalian yang
signifikan, karena kebanyakan volunter puas hanya dengan melakukan pekerjaan yang baik
sehingga mudah dalam memotivasi mereka. Pengendalian personel/kultural juga dapat ada di
bisnis beorientasi laba, biasanya ada dalam perusahaan yang dijalankan keluarga karena adanya
rasa saling melengkapi atau kesesuaian antara keinginan organisasi dengan individu.
Action control adalah bentuk pengawasan yang paling langsung yang terdiri dari behavioral
constraints, preaction review, action accountability dan redundancy. Adapun personnel atau
cultural control bermanfaat dalam mendorong salah satu atau dua kekuatan positip dalam
perusahaan yaitu pengawasan diri sendiri maupun pengawasan yang bersifat mutual monitoring.
Kekuatan pengawasan ini meliputi selection dan placement yang efektif, training, job design,
codes of conduct, group rewards, intra-organizational transfer, physical and social
arrangements dan tone at the top.
Pengendalian akan lebih baik bila (reward atau punishment) terhadap karyawan secara langsung
dihubungkan dengan (pencapaian atau tidak tercapainya) hasil yang diinginkan. Hubungan
langsung/direct link berarti pencapaian hasil secara otomatis diterjemahkan secara eksplisit dan
jelas menjadi imbalan.
1. Merchant, K.A., & Van der Stede, W.A. (2017). Management Control Systems:
Performance Measurement, Evaluation, and Incentives. 4th Edition. Prentice Hall.
Harlow, UK. ISBN: 9781292110554.
2. Bastian (2014). Sistem Pengendalian Manajemen Sektor Publik: Mempertahankan
Kepentingan Masyarakat. Salemba Empat. Jakarta. ISBN: 9789790614055