PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dosen Pengampu: Hendra Saputra, SE., M.SI.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. Cipta Kurnia
2. Rizky Nur Ramadhan Sitorus
3. Della Agaveni Butarbutar
4. Suci Destiyani
5. Farel Akbar Aditya Saragih
6. Kevin Valensius Siahan
7. Cristine NatasiaSihaloho
8. Sondang Lamsarina Hutagalung
9. Leny Kartika Saragih
10.Atika Zahra
Bismillahirahmanirrahim
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang...................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................
C. Tujuan makalah.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran...
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar perencanaan dalam Manajemen?
2. Bagaimana cara memprosedur perencanaan?
3. Bagaimana cara melakukan perencanaan?
4. Apa saja kendala-kendal dalam perencanaan?
5. bagaimana cara menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan?
6. Apa saja proses pengambilan keputusan?
7. Apa saja jenis-jenis keputusan?
8. Apa saja dasar-dasar pengambilan keputusan?
9. Bagaimana cara mempertanggung jaawabkan membuat keputusan?
10. bagaimana kondisi pembuatan keputusan?
11. bagaimana cara pengambilan keputusan kelompok?
12. Apa saja teknik pengambilan keputusan kelompok?
13. Bagaimana etika dalam pengambilan keputusan?
C Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1.KONSEP DASAR DALAM PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan. perencanaan adalah proses di mana
manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. perbedaan pelaksanaan adalah tingkat
perencanaan yang berbeda pula. perencanaan dalam organisasi adalah mensial karena dalam
kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen
lainnya Fungsi perorganisasian pengawasan, pengarahan adalah sebenarnya melaksanakan
keputusan-keputusan perencananaa dan coulter dalam Sule dan Kurniawan (2015)
mendefinisikan perencanaan Sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi, untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh serta
merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikanSeluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi hampir
setiap orang maupun organisasi memiliki perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan rencana harus diimplementasikan setiap saat selama proses implementasi dan
pengawasan rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
perencanaan kembali kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Oleh
karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. salah satu aspek penting
perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan
Penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan sesuatu masalah tertentu. keputusan-
keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan.
George R.Terry Menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah perencanaan itu baik
atau tidak pola dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai sebuah
perencanaan yaitu WHAT(apa), WHY(mengapa), WHERE(dimana),WHEN(kapan),
WHO(siapa), dan HOW(bagaimana) pertanyaan seputar What terkait dengan misalnya apa
yang sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. pertanyaan seputar Why terkait dengan pertanyaan seputar Mengapa
tujuan tersebut harus dicapai dan Mengapa kegiatan yang terumuskan dalam jawaban atas
pertanyaan What perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pertanyaan seputar When
adalah kapan kegiatan tersebut akan dilaksana kan dan kapan kegiatan tersebut harus dimulai
dan diakhiri. Pertanyaan seputar Who terkait dengan siapa yang akan melaksanakannya.
Pertanyaan ini terkait misalnya dengan kualifikasi orang yang akan melakukannya dari sisi
latar belakang personal dan keahliannya. Pertanyaan terakhir, yaitu di seputar How terkait
dengan bagaimana cara yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut.
2.PROSEDUR PERENCANAAAN
Meskipun datangnya lebih dahulu daripada apa yang biasanya dianggap sebagai
perencanaan yang sebenarnya kesadaran akan suatu kesempatan adalah titik awal yang
sebenarnya untuk perencanaan. hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan kepada
kemungkinan adanya kesempatan-kesempatan di hari depan dan kemampuan untuk melihatnya
dengan jelas dan lengkap,Suatu pengetahuan tentang di mana Kita berdiri pada sudut kelemahan
dan kekuatan kita, dan suatu penglihatan apa yang menurut Harapan Kita akan kita dapatkan.
menetapkan tujuan-tujuan yang realistis tergantung dari kesadaran itu. perencanaan memerlukan
diagnosa yang realistis terhadap situasi kesempatan itu.
Suatu langkah legis kedua dalam perencanaan adalah menetapkan mendapat persetujuan
untuk memanfaatkan, dan menyebarkan dasar pikiran perencanaan kritis. hal ini adalah data
ramalan dari sifat sesungguhnya kebijaksanaan pokok yang biasa diaplikasikan, dan rencana-
rencana kelompok atau tim yang ada. dengan demikian, dasar pikiran adalah asumsi-asumsi
perencanaan, dengan kata lain lingkungan yang diharapkan dari rencana-rencana yang sedang
dilaksanakan. langkah penentuan dasar pikiran membawa kepada salah satu prinsip utama
dalam perencanaan, yaitu semakin banyak individu yang diserahi perencanaan itu mengerti dan
menyetujui Untuk memanfaatkan premis-premis mengenai perencanaan yang konsekuensi dan
semakin terkoordinir perencanaan itu.
Langkah ketiga dalam perencanaan ialah mencari dan memeriksa arah-arah alternatif dalam
tindakan rumah khususnya yang tidak nampak dengan segera. jarang ada rencana yang tidak
alternatifnya yang masuk akal, dan seringkali suatu alternatif yang tidak jelas terbukti adalah
yang paling baik.
Setelah menemukan arah-arah tindakan alternatif dan memeriksa titik- titik kuat dan
lemahnya, langkah keempat adalah mengevaluasi arah tindakan itu dengan menimbang
berbagai faktornya dari sudut premis- premis serta tujuan. Satu arah tindakan mungkin
kelihatan paling menguntungkan tetapi memerlukan biaya yang besar dan keuntungan yang
lambani arah lain mungkin kurang menguntungkan tetapi mengandung resiko yang kurang
besar arah tindakan lain lagi mungkin lebih sesuai dengan tujuan-tujuan jangka panjang dari
suatu kegiatan proyek.
3.1 Peran Tujuan (Goals) dan Rencana (Plan) dalam Proses Perencanaan
Tujuan (goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat diraih atau
dicapai oleh individu, kelompok atau seluruh organisasi. Dalam pengertian bahasa Inggris,
kadangkala dibedakan antara objectives dan goals. Objectives acapkali diartikan sebagi tujuan
dan goals seringkali diartikan sebagai target. Bahkan lebih
jauh lagi kadangkala kedua istilah juga digantikan dengan istilah seperti purposes, aims,
destination, yang ketiganya memiliki arti yang kurang lebih juga sama. Rencana (plans) adalah
segala bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai
dan bagaimana sumber daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari proses
pencapaian tujuan, hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan. Sebagai seorang
manajer perencanaan, tujuan dan rencana adalah sesuatu yang harus dirumuskan olehnya.
Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu tujuan strategis (strategis goals), tujuan taktis (tactical goals), dan tujuan operasional
(operational goals).
a. Tujuan strategis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka
waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga 5 tahun, atau juga lebih. Sebagai contoh
tujuan strategis adalah "untuk menjadi market leader dalam bisnis makanan siap saji".
Pencapaian tujuan ini jelas tidak dapat dicapai dalam hitungan hari, akan tetapi memerlukan
waktu yang cukup lama.
b. Tujuan taktis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu
yang menengah, relatif lebih singkat dari tujuan strategis. Biasanya pencapaian tujuan ini
antara 1 hingga 3 tahun.
c. Tujuan operasional adalah tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan
perusahaan biasanya antara 6 bulan hingga 1 tahun. Kadangkala juga dapat hingga mencapai 2
tahun. Tujuan operasional ini, dalam evaluasinya terkait dengan masa pelaporan keuangan
perusahaan yang biasanya juga antara 6 bulan hingga 1 tahun. Tujuan operasional akan
mendukung tercapainya tujuan taktis, dan tujuan taktis akan mendukung tercapainya tujuan
strategis.
Dari segi keluasan dan waktu ,rencana dapat dibedakan menjadi rencana strategis
atau rencana jangka panjang (strategic plans or long-term plans), rencana taktis atau jangka
menengah (tactical plans or mid-term plans) dan rencana operasional atau jangka pendek
(operational plans or short-term plans). Rencana strategis atau jangka panjang adalah rencana
yang akan dijalankan oleh seluruh komponen dalam organisasi atau perusahaan, dan dibuat
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan (strategic goals or
organizational objectives). Bagaimana agar perusahaan bisa menjadi market leader dalam
makanan siap saji disusun dalam rencana strategis ini. Adapun rencana taktis atau jangka
menengah adalah rencana yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka menengah dan
sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka panjang. Bagaimana peningkatan pangsa pasar
sebesar 30 persen dirumuskan dalam perencanaan taktis atau jangka menengah ini.
Rencana operasional atau jangka pendek adalah rencana yang dijalankan untuk
mencapai tujuan jangka pendek, dan sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka
menengah. Bagaimana peningkatan penjualan makanan siap saji di setiap outlet yang dimiliki
perusahaan dirumuskan dalam rencana ini.
Dari segi kejelasan, rencana dapat dibagi dua, yaitu: rencana spesifik (specific
plans), dan rencana direktif (directional plans). Rencana spesifik adalah rencana yang
rumusannya sudah jelas dan tidak memerlukan interpretasi. Sebagai contoh, manajer yang
menetapkan adanya peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen barangkali akan
membuat rencana yang sangat jelas seperti prosedur kerja yang spesifik, alokasi anggaran yang
ketat, dan penjadwalan yang sudah jelas dan ketat. Rencana direktif adalah rencana yang
dirumuskan untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi pad pencapaiannya dapat
memberikan keleluasaan atau fleksibilitas untuk pencapaiannya Bagaimana peningkatan
pangsa pasar sebesar 30 persen dapat dicapai barangkali tida memerlukan rencana yang begitu
spesifik. Manajer dapat menyerahkan sepenuftinga pada pimpinan dibawahnya untuk secara
kreatif melakukan perencanaan dengan targe yang sudah disepakati, yaitu peningkatan pangsa
pasar sebesar 30 persen. Dari segi frekuensi penggunaan, rencana dapat dibagi menjadi
rencana sekal pakai (single-use plan) dan rencana yang penggunaannya secara terus-
menerus (standing plans). Rencana sekali pakai biasanya dilakukan untuk organisasi yang sia
kegiatannya temporal, seperti kepanitiaan. Contoh rencana sekali pakai adalah rencata
kepanitiaan seminar, lokakarya, dan lain-lain. Adapun rencana yang penggunaannya terus-
menerus biasanya digunakan oleh sebuah organisasi yang kegiatannya terus ber kelanjutan
dari waktu ke waktu. Contoh rencana untuk standing plans, misalnya kebijakan,
prosedur, dan aturan kerja yang digunakan secara berkelanjutan oleh seluruh anggota
organisasi, apakah kegiatan yang terkait single-use plans maupum multiple use plans
berjalan maupun tidak.
Agar rencana yang telah dibuat berjalan dengan efektif, manajer harus mampu
mengidentifikasikan beberapa kendala potensial dalam perencanaan dan berusaha
mengatasinya. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah:
1. Ketidakmampuan membuat rencana/rencana yang tidak cukup baik.
Tentu saja tidak semua manajer otomatis memiliki kemampuan membuat perencanaan.
Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengalaman, pendidikan atau bahkan karena diajari atau
tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membuat rencana yang benar.
2. Kurangnya Komitmen dalam Proses Pembuatan Rencana
Mengembangkan sebuah rencana adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang
cukup banyak dan menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak cukup punya
waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana yang cukup panjang, atau bahkan mereka
tidak membuat rencana yang memadai karena sebenarnya mereka takut gagal tidak mencapai
yang mereka targetkan dalam rencana tersebut.
3. Lemahnya Informasi
Karena yang menjadi dasar dari sebuah rencana adalah informasi, maka bagaimanapun
canggihnya seorang manajer dalam teknik pembuatan rencana, namun apabila infor masi yang
digunakan dalam penyusunan rencana tersebut kurang memadai (informasi kurang akurat,
kurang lengkap), maka rencana tersebut juga akan kurang bermutu atau bahkan rencana yang
gagal
4. Terlalu Fokus Pada Masa Kini
Kegagalan mempertimbangkan efek jangka panjang sebuah rencana karena terlalu
menekankan pada penanganan persoalan-persoalan jangka pendek, justru dapat menye babkan
kegagalan organisasi mempersiapkan masadepan. Seorang manajer seharusnya memiliki
gambaran besar dalam benaknya tentang masa depan dan sasaran-sasaran jangka panjang yang
ingin diraih saat menyusun sebuah rencana.
5. Terlalu Mengandalkan Diri Pada Unit/Bagian Perencanaan
Banyak organisasi/perusahaan yang memiliki bagian perencanaan atau bagian peren canaan
dan pengembangan tersendiri. Bagian ini yang melakukan penelitian, studi, membangun suatu
model, percobaan, dll, tetapi sesungguhnya tidak mengembangkan perencanaan itu sendiri.
Hasil dari bagian ini hanyalah merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh manajer
dalam membuat rencana, apalagi menyusun sebuah rencana organisasi tetaplah tanggung-
jawab manajer.
6. Memusatkan Perhatian Pada Faktor-Faktor Yang Dapat Dikuasainya
Kebanyakan manajer hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang paling dikuasai dan
menghindarkan diri dari hal-hal yang kurang dikuasai karena khawatir dianggap kurang
mampu. Misalnya memusatkan perhatian pada pembuatan gagasan-gagasan dan ide-ide baru,
namun mengabaikan bagaimana cara menjadikan ide tersebut teraplikasi kan karena kurang
menguasai operasional organisasinya.
Tahap ini merupakan tahap mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga perbedaan
antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas. Pada proses diagnosa
penyebab masalah, pengambilan keputusan menentukan secara pasti apa yang menjadi sebab
dan apa yang menjadi akibat. Misalnya, rendahnya produktivitas pekerja bisa jadi disebabkan
oleh masalah komunikasi atau rendahnya kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sehingga sebagai solusi nantinya, bisa jadi rekreasi antara pimpinan dan bawahan merupakan
salah satu langkah solusi yang dapat ditawarkan. Proses terakhir dari tahapan investigasi
siatuasi adalah identifikasi tujuan dari keputu san yang akan diambil.
7.JENIS-JENIS KEPUTUSAN
Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh
informasi yang tepat (accurate), benar (reliable) dan tepat waktu (timeliness). Ada beberapa
landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang sangat ber gantung dari
permasalahan itu sendiri. Menurut George R dan Brinckloe di sebutkan dasar-dasar pendekatan
dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu:
1. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional
dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di
luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku.
Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari carinya selama bertahun-tahun.
Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan
penemuan besar yang mengubah hidupnya.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.
karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik buruknya keputusan yang diambil.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan
dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan
dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan
sehingga dapat menimbulkan kekaburan.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam
batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa
yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional in berlaku sepenuhnya dalam keadaan
yang ideal.
Mengevaluasi situasi
Menganalisis alternatif pilihan mereka, dan
Mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka
sendiri dan orang lain
Apa yang terjadi apabila tidak ada pertanggungjawaban pada pengambil Keputusan?
Banyak keputusan yang berbeda harus dibuat dalam organisasi, seperti bagaimana membuat
suatu produk, bagaimana memelihara mesin, bagaimana menjamin kualitas produk, dan
bagaimana membentuk hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. Dengan keputusan
yang berbeda ini, beberapa tipe dasar pemikiran harus dikembang kan yang menetapkan siapa-
siapa dalam organisasi yang mempunyai tanggungjawab untuk membuat keputusan yang
bagaimana. Salah satu dasar dari pemikiran tersebut didasarkan dua faktor:
1. Jangkauan dari keputusan tersebut yang dibuat, dan
2. Tingkatan manajemen.
Jangkauan dari keputusan tersebut menunjuk pada proporsi dari sistim manajemen total
yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Semakin besar proporsi tersebut semakin luas
jangkauan dari keputusan tersebut. Tingkatan manajemen menun uk pada manajemen tingkat
bawah, manajemen tingkat menengah dan manajemen tingkat atas. Dasar pemikiran untuk
pendesainan, siapa membuat keputusan yang mana adalah: semakin luas jangkauan keputusan
tersebut, semakin tinggi tingkat manajer yang bertanggungjawab bagi pembuat keputusan
tersebut.
2.Risiko
Sebuah situasi yang jauh lebih umum adalah situasi dengan adanya risiko, yakni
kondisi di manapembuat keputusan mampu memperkirakan kemungkinan adanya hasil
tertentu. Melalui risiko, manajer memiliki data historis/masa lalu dari pengalaman
pribadi masa lalu atau informasi sekunderyang memungkinkan mereka menetapkan
probabilitas untuk berbagai alternatif.
3. Ketidakpastian
Apa yang terjadi jika Anda menghadapi keputusan di mana Anda tidak yakin tentang
hasil danbahkan tidak bisa membuat perkiraan mengenai probabilitas/kemungkinan yang
wajar? Kondisi inimerupakan ketidakpastian. Manajer dapat mengalami situasi pengambilan
keputusan denganketidakpastian ini. Dalam kondisi tersebut, pilihan terhadap alternative-
alternatif yang ada dipengaruhioleh jumlah informasi tersedia yang terbatas dan oleh
orientasi psikologis dari pembuat keputusan.
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era
globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan
sistematis, bukan hanya pada intuisi 8 dugaan. Dalam perencanaan terdiri dari macam-
macam perencanaan, yaitu perencanaan organisasi dan perencanaan kontijensi.
Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3 yaitu perencanaan strategis, taktis dan
operasional. Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan.
Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang tidak
tepat, penolakan terhadap perubahan dan keterbatasan.
Terdapat beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering
dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya ; Teori Rasional
Komprehensif, Teori Inkremental, Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory).
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku
para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori.
B.Saran
Terkait uraian diatas tentang penjelasan Dasar-dasar Manajemen menyarankan
agar pembaca makalah untuk memahami Dasar-dasar Manajemenmaupun yang terdapat
didalamnya dikarenakan sejarah peeradaban islam merupakan suatu hal yang perlu untuk
Berkaitan dengan tugas kita sebagai seorang mahasiwa. Dan mungkin banyak
kekurangan dari makalah yang kami buat. Kami meyarankan untuk para pembaca dan Bapak
Dosen dapat mengoreksi dan memberikan kritik maupun saran yang membangun agar
kami terus bersemangat dalam menambah pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1824/5/128600032_File5.pdf