Anda di halaman 1dari 21

FUNGSI PERENCANAAN DAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Dosen Pengampu: Hendra Saputra, SE., M.SI.

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
1. Cipta Kurnia
2. Rizky Nur Ramadhan Sitorus
3. Della Agaveni Butarbutar
4. Suci Destiyani
5. Farel Akbar Aditya Saragih
6. Kevin Valensius Siahan
7. Cristine NatasiaSihaloho
8. Sondang Lamsarina Hutagalung
9. Leny Kartika Saragih
10.Atika Zahra

PROGRAM STUDI MANAJEMEN,FAKULTAS


EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN AJARAN 2023/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur atas kehadirat Allah yang maha ghafur, dimana nikmatnya selalu tercurah
baik kepada hamba-Nya yang selalu bersyukur maupun yang kufur, yang telah melimpahkan
taufik, rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Dengan izin dan petunjuknya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul (Fungsi Perencanaan dan Pengambilan Keputusan)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Manajemen. Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Hendra Saputra,S.E,M.SI. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan dalam segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk makalah ini. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga
dapat menambah wawasan dan manfaat untuk kita semua.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan,10 September 2023

Kelompok 5

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar belakang...................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................
C. Tujuan makalah.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Konsep dasar perencanaan dalam manajemen........................................................


2. Prosedur perencanaan..............................................................................................
3. Melakukan perencanaan..........................................................................................
4. Kendala kendala dalam perencanaan.......................................................................
5. Penyelesain masalah dan pengambilan keputusan..................................................
6. Proses pengambilan keputusan................................................................................
7. Jenis-jenis keputusan...............................................................................................
8. Dasar-dasar pengambilan keputusan......................................................................
9. Pertanggungjawaban bagi pembuat keputusan........................................................
10. Kondisi pembuatan keputusan.................................................................................
11. Pengambilan keputusan kelompok..........................................................................
12. Teknik pengambilan keputusan kelompok..............................................................
13. Etika dalam pengambilan keputusan.......................................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................................................................
B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

` Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab


perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan
tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik itu kegiatan oranisasi, perusahaan
maupun kegiatan di masyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen,
karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutma dalam menghadapi lingkungan eksternal yangberubah dinamis. Dalam era globalisasi
ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan
hanya pada intuisi dan firasat (dugaan).
Kehidupan sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan
keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah mengevaluasi
berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur situasi dasar, peluang munculnya
situasi dasar, dan aktifitas pencapaian keputusan. Lantas pertanyaannya, apakah setelah
evaluasi alternatif serta merta begitu saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan
tersirat dalam premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai
literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata keputusan di
dalam modelnya.

B Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar perencanaan dalam Manajemen?
2. Bagaimana cara memprosedur perencanaan?
3. Bagaimana cara melakukan perencanaan?
4. Apa saja kendala-kendal dalam perencanaan?
5. bagaimana cara menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan?
6. Apa saja proses pengambilan keputusan?
7. Apa saja jenis-jenis keputusan?
8. Apa saja dasar-dasar pengambilan keputusan?
9. Bagaimana cara mempertanggung jaawabkan membuat keputusan?
10. bagaimana kondisi pembuatan keputusan?
11. bagaimana cara pengambilan keputusan kelompok?
12. Apa saja teknik pengambilan keputusan kelompok?
13. Bagaimana etika dalam pengambilan keputusan?

C Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar perencanaan dalam Manajemen


2. Untuk mengetahui prosedur perencanaan
3. Untuk mengetahui cara melakukan perencanaan
4. Untuk mengetahui kendala-kendalaan dalam perencanaan
5. Untuk mengetahui penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
6. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan
7. Untuk mengetahui jenis-jenis keputusan
8. Untuk mengetahui dasar-dasar pengambilan keputusan
9. Untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban bagi pembuat keputusan
10. Untuk mengetahui kondisi pembuatan keputusan
11. Untuk mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan kelompok
12. Untuk mengetahui teknik pengambilan keputusan kelompok
13. Untuk mengetahui etika dalam pengambilan keputusan

BAB II
PEMBAHASAN
1.KONSEP DASAR DALAM PERENCANAAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan terjadi di semua tipe kegiatan. perencanaan adalah proses di mana
manajemen memutuskan tujuan dan cara mencapainya. perbedaan pelaksanaan adalah tingkat
perencanaan yang berbeda pula. perencanaan dalam organisasi adalah mensial karena dalam
kenyataannya perencanaan memegang peranan lebih dibanding fungsi-fungsi manajemen
lainnya Fungsi perorganisasian pengawasan, pengarahan adalah sebenarnya melaksanakan
keputusan-keputusan perencananaa dan coulter dalam Sule dan Kurniawan (2015)
mendefinisikan perencanaan Sebuah proses yang dimulai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi, untuk pencapaian tujuan organisasi tersebut secara menyeluruh serta
merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikanSeluruh pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi hampir
setiap orang maupun organisasi memiliki perencanaan.
Perencanaan adalah suatu proses yang tidak berakhir bila rencana tersebut telah
ditetapkan rencana harus diimplementasikan setiap saat selama proses implementasi dan
pengawasan rencana-rencana mungkin memerlukan modifikasi agar tetap berguna.
perencanaan kembali kadang-kadang dapat menjadi faktor kunci pencapaian sukses akhir. Oleh
karena itu perencanaan harus mempertimbangkan kebutuhan fleksibilitas agar mampu
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi baru secepat mungkin. salah satu aspek penting
perencanaan adalah pembuatan keputusan (decision making), proses pengembangan dan
Penyeleksian sekumpulan kegiatan untuk memecahkan sesuatu masalah tertentu. keputusan-
keputusan harus dibuat pada berbagai tahap dalam proses perencanaan.
George R.Terry Menyatakan bahwa untuk mengetahui apakah perencanaan itu baik
atau tidak pola dapat dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar mengenai sebuah
perencanaan yaitu WHAT(apa), WHY(mengapa), WHERE(dimana),WHEN(kapan),
WHO(siapa), dan HOW(bagaimana) pertanyaan seputar What terkait dengan misalnya apa
yang sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. pertanyaan seputar Why terkait dengan pertanyaan seputar Mengapa
tujuan tersebut harus dicapai dan Mengapa kegiatan yang terumuskan dalam jawaban atas
pertanyaan What perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pertanyaan seputar When
adalah kapan kegiatan tersebut akan dilaksana kan dan kapan kegiatan tersebut harus dimulai
dan diakhiri. Pertanyaan seputar Who terkait dengan siapa yang akan melaksanakannya.
Pertanyaan ini terkait misalnya dengan kualifikasi orang yang akan melakukannya dari sisi
latar belakang personal dan keahliannya. Pertanyaan terakhir, yaitu di seputar How terkait
dengan bagaimana cara yang harus dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut.

1.2 Alasan Pentingnya Perencanaan


Para perencana tidak akan dapat mengendalikan waktu masa yang akan datang, tetapi
mereka seharusnya berusaha untuk mengidentifikasikan dan menghindarkan kegiatan kegiatan
sekarang dan hasil-hasilnya yang dapat diperkirakan akan mempengaruhi waktu yang akan
datang. Salah satu maksud utama perencana adalah melihat bahwa program- program dan
penemuan-penemuan sekarang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kemungkinan
pencapaian tujuan di waktu yang akan datang, yaitu meningkatkan pembuatan keputusan yang
lebih baik. Perencanaan organisasi/pembangunan harus aktif, dinamis, berkesinambungan dan
kreatif, agar manajemen tidak akan bereaksi terhadap lingkungannya, akan tetapi lebih menjadi
peserta aktif dalam dunia usaha pembangunan ataupun di bidang lain.
Ada dua alasan mendasar akan perlunya perencanaan. Perencanaan dilakukan untuk mencapai:
1. Protective benefit, dihasilkan dari pengurangan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
pembuatan keputusan;
2. Positive benefit, ini dalam bentuk meningkatnya sukses pencapaian tujuan organisasi.

1.3 Fungsi dari Perencanaan


1. Perencanaan sebagai Pengarah
Perencanaan akan menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang
terkoordinasi. Perusahaan yang tidak menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk
mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya dan ketidakberhasilan dalam
pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari organisasi bekerja secara sendiri sendiri tanpa
ada koordinasi yang jelas dan terarah. Perncanaan dalam hal ini meme gang fungsi
pengarahan dari apa yang harus dicapai oleh organisasi.

2. Perencanaan sebagai Minimalisasi Ketidakpastian


Pada dasarnya segala sesuatu di dunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ada yang
tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan seringkali sesuai dengan apa yang kita
perkirakan, akan tetapi tidak jarang pula malah di luar perkiraan kita sehingga menimbulkan
ketidakpastian bagi perusahaan. Ketidakpastian inilah yang
coba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan. Dengan adanya perencanaan, di harapkan
ketidakpastian yang mungkin akan terjad di masa yang akan datang dapat di antisipasi jauh-
jauh hari.
3. Perencanaan sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
Perencanaan juga berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya organisasi yang
digunakan. Jika perencanaan dilakukan dengan baik, maka jumlah sumber daya yang
diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaannya, dan untuk penggunaan apa saja dengan
lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan demikian, pemborosan yang
terkait dengan penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan akan bisa diminimalkan
sehingga tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat.

4. Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas


Perencanaan berfungsi sebagai penetapan standar kualitas yang harus dicapai oleh
perusahaan dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam
perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tersebut.
1.4 Tipe dan Klasifikasi Perencanaan
Perencanaan dan rencana dapat diklasifikasikan dalam beberapa cara yang berbeda.
Cara pengklasifikasian perencanaan akan menentukan isi rencana dan bagaimana perencanaan
itu dilakukan. Meskipun proses dasar perencanaan adalah sama bagi setiap pimpinan manajer,
dalam praktek perencanaan dapat mengambil berbagai bentuk. Ini disebabkan beberapa alasan :

1. Perbedaan tipe negara organisasi mempunyai perbedaan missi (maksud), dimana,


pendekatan perencanaan yang digunakan berbeda pula;
2. Bahkan dalam suatu negara organisasi yang sama dibutuhkan tipe-tipe
perencanaanyang berbeda untuk waktu-waktu yang berbeda, dan;
3. Pimpinan manajer yang berlainan akan mempunyai gaya perencanaan yang berbeda.
4. Ada paling sedikit lima dasar pengklasifikasian rencana-rencana sebagai berikut :
1. Bidang Fungsional
2. Tingkat Organisasional
3. Karakteristik-Karakteristik (sifat) Rencana
4. Waktu
5. Unsur-Unsur Rencana

2.PROSEDUR PERENCANAAAN

2.1 Tahap dasar perencanaan


Semua kegiatan perencanaan pada dasarnya melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah
(jaleluddin Daud,2004):

Tahap 1: menyadari kesempatan

Meskipun datangnya lebih dahulu daripada apa yang biasanya dianggap sebagai
perencanaan yang sebenarnya kesadaran akan suatu kesempatan adalah titik awal yang
sebenarnya untuk perencanaan. hal ini meliputi suatu pandangan pendahuluan kepada
kemungkinan adanya kesempatan-kesempatan di hari depan dan kemampuan untuk melihatnya
dengan jelas dan lengkap,Suatu pengetahuan tentang di mana Kita berdiri pada sudut kelemahan
dan kekuatan kita, dan suatu penglihatan apa yang menurut Harapan Kita akan kita dapatkan.
menetapkan tujuan-tujuan yang realistis tergantung dari kesadaran itu. perencanaan memerlukan
diagnosa yang realistis terhadap situasi kesempatan itu.

Tahap 2: menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan

Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan


organisasi atau kegiatan suatu pembangunan atau proyek. tanpa rumusan tujuan yang jelas tim
organisasi akan menggunakan sumber daya sumber daya secara tidak efektif.

Tahap 3: menentukan dasar pikiran atau premis

Suatu langkah legis kedua dalam perencanaan adalah menetapkan mendapat persetujuan
untuk memanfaatkan, dan menyebarkan dasar pikiran perencanaan kritis. hal ini adalah data
ramalan dari sifat sesungguhnya kebijaksanaan pokok yang biasa diaplikasikan, dan rencana-
rencana kelompok atau tim yang ada. dengan demikian, dasar pikiran adalah asumsi-asumsi
perencanaan, dengan kata lain lingkungan yang diharapkan dari rencana-rencana yang sedang
dilaksanakan. langkah penentuan dasar pikiran membawa kepada salah satu prinsip utama
dalam perencanaan, yaitu semakin banyak individu yang diserahi perencanaan itu mengerti dan
menyetujui Untuk memanfaatkan premis-premis mengenai perencanaan yang konsekuensi dan
semakin terkoordinir perencanaan itu.

Tahap 4: menentukan arah-arah tindakan alternatif

Langkah ketiga dalam perencanaan ialah mencari dan memeriksa arah-arah alternatif dalam
tindakan rumah khususnya yang tidak nampak dengan segera. jarang ada rencana yang tidak
alternatifnya yang masuk akal, dan seringkali suatu alternatif yang tidak jelas terbukti adalah
yang paling baik.

Tahap 5 : Mengevaluasi Arah-arah Tindakan Alternatif

Setelah menemukan arah-arah tindakan alternatif dan memeriksa titik- titik kuat dan
lemahnya, langkah keempat adalah mengevaluasi arah tindakan itu dengan menimbang
berbagai faktornya dari sudut premis- premis serta tujuan. Satu arah tindakan mungkin
kelihatan paling menguntungkan tetapi memerlukan biaya yang besar dan keuntungan yang
lambani arah lain mungkin kurang menguntungkan tetapi mengandung resiko yang kurang
besar arah tindakan lain lagi mungkin lebih sesuai dengan tujuan-tujuan jangka panjang dari
suatu kegiatan proyek.

Tahap 6 : Memilih suatu Arah Tindakan Alternatif


Langkah perencanaan yang kelima adalah memilih arah tindakan, yakni merupakan titik
di mana suatu rencana diterima, titik sesungguhnya mengenai pengambilan keputusan.
Kadang-kadang suatu analisa dan evaluasi arah-arah tindakan alternatif akan memperlihatkan
bahwa dua atau lebih dari arah-arah tindakan itu dianjurkan, lalu pimpinan manajer bisa
mengambil keputusan untuk mengikuti beberapa arah tindakan dan bukannya hanya satu arah
tindakan saja.
Tahap 7 : Merumuskan Rencana-rencana Turunan
Pada titik di mana suatu keputusan di ambil, perencanaannya jarang lengkap,dan langkah
keenam diusulkan. Biasanya selalu diperlukan rencana-rencana yang diturunkan untuk
mendukung rencana pokok.
Tahap 8 : Mengurutkan Rencana-rencana Berdasarkan Anggaran
Setelah keputusan-keputusan di ambil dan rencana-rencana telah ditentukan, langkah terakhir
untuk memberikan arti kepada rencana- rencana itu, sebagaimana telah digambarkan dalam
pembicaraan di atas mengenai jenis-jenis rencana ialah memberi nomor kepada rencana-
rencana itu dengan merubah rencana-rencana itu menjadi anggaran. Bila dilakukan dengan
baik, anggaran menjadi sarana untuk mengumpulkan berbagai rencana dan starndar yang
penting terhadap mana proses perencanaan dapat diukur.
3.MELAKUKAN PERENCANAAN (PLANNING PROCESS)

3.1 Peran Tujuan (Goals) dan Rencana (Plan) dalam Proses Perencanaan

a. Pengertian Tujuan ( Goals) dan Rencana (Plan)

Tujuan (goals) pada dasarnya adalah hasil akhir yang diharapkan dapat diraih atau
dicapai oleh individu, kelompok atau seluruh organisasi. Dalam pengertian bahasa Inggris,
kadangkala dibedakan antara objectives dan goals. Objectives acapkali diartikan sebagi tujuan
dan goals seringkali diartikan sebagai target. Bahkan lebih
jauh lagi kadangkala kedua istilah juga digantikan dengan istilah seperti purposes, aims,
destination, yang ketiganya memiliki arti yang kurang lebih juga sama. Rencana (plans) adalah
segala bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai
dan bagaimana sumber daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari proses
pencapaian tujuan, hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan. Sebagai seorang
manajer perencanaan, tujuan dan rencana adalah sesuatu yang harus dirumuskan olehnya.

b. Beberapa Jenis Tujuan (Types of Goals)

Dari segi keluasan dan waktu pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu tujuan strategis (strategis goals), tujuan taktis (tactical goals), dan tujuan operasional
(operational goals).
a. Tujuan strategis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka
waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga 5 tahun, atau juga lebih. Sebagai contoh
tujuan strategis adalah "untuk menjadi market leader dalam bisnis makanan siap saji".
Pencapaian tujuan ini jelas tidak dapat dicapai dalam hitungan hari, akan tetapi memerlukan
waktu yang cukup lama.
b. Tujuan taktis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu
yang menengah, relatif lebih singkat dari tujuan strategis. Biasanya pencapaian tujuan ini
antara 1 hingga 3 tahun.
c. Tujuan operasional adalah tujuan yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan
perusahaan biasanya antara 6 bulan hingga 1 tahun. Kadangkala juga dapat hingga mencapai 2
tahun. Tujuan operasional ini, dalam evaluasinya terkait dengan masa pelaporan keuangan
perusahaan yang biasanya juga antara 6 bulan hingga 1 tahun. Tujuan operasional akan
mendukung tercapainya tujuan taktis, dan tujuan taktis akan mendukung tercapainya tujuan
strategis.

c. Beberapa Jenis Rencana (Types of Plans)

Dari segi keluasan dan waktu ,rencana dapat dibedakan menjadi rencana strategis
atau rencana jangka panjang (strategic plans or long-term plans), rencana taktis atau jangka
menengah (tactical plans or mid-term plans) dan rencana operasional atau jangka pendek
(operational plans or short-term plans). Rencana strategis atau jangka panjang adalah rencana
yang akan dijalankan oleh seluruh komponen dalam organisasi atau perusahaan, dan dibuat
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan (strategic goals or
organizational objectives). Bagaimana agar perusahaan bisa menjadi market leader dalam
makanan siap saji disusun dalam rencana strategis ini. Adapun rencana taktis atau jangka
menengah adalah rencana yang dijalankan untuk mencapai tujuan jangka menengah dan
sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka panjang. Bagaimana peningkatan pangsa pasar
sebesar 30 persen dirumuskan dalam perencanaan taktis atau jangka menengah ini.
Rencana operasional atau jangka pendek adalah rencana yang dijalankan untuk
mencapai tujuan jangka pendek, dan sebagai dorongan tercapainya tujuan jangka
menengah. Bagaimana peningkatan penjualan makanan siap saji di setiap outlet yang dimiliki
perusahaan dirumuskan dalam rencana ini.
Dari segi kejelasan, rencana dapat dibagi dua, yaitu: rencana spesifik (specific
plans), dan rencana direktif (directional plans). Rencana spesifik adalah rencana yang
rumusannya sudah jelas dan tidak memerlukan interpretasi. Sebagai contoh, manajer yang
menetapkan adanya peningkatan pangsa pasar sebesar 30 persen barangkali akan
membuat rencana yang sangat jelas seperti prosedur kerja yang spesifik, alokasi anggaran yang
ketat, dan penjadwalan yang sudah jelas dan ketat. Rencana direktif adalah rencana yang
dirumuskan untuk mencapai tujuan tertentu, akan tetapi pad pencapaiannya dapat
memberikan keleluasaan atau fleksibilitas untuk pencapaiannya Bagaimana peningkatan
pangsa pasar sebesar 30 persen dapat dicapai barangkali tida memerlukan rencana yang begitu
spesifik. Manajer dapat menyerahkan sepenuftinga pada pimpinan dibawahnya untuk secara
kreatif melakukan perencanaan dengan targe yang sudah disepakati, yaitu peningkatan pangsa
pasar sebesar 30 persen. Dari segi frekuensi penggunaan, rencana dapat dibagi menjadi
rencana sekal pakai (single-use plan) dan rencana yang penggunaannya secara terus-
menerus (standing plans). Rencana sekali pakai biasanya dilakukan untuk organisasi yang sia
kegiatannya temporal, seperti kepanitiaan. Contoh rencana sekali pakai adalah rencata
kepanitiaan seminar, lokakarya, dan lain-lain. Adapun rencana yang penggunaannya terus-
menerus biasanya digunakan oleh sebuah organisasi yang kegiatannya terus ber kelanjutan
dari waktu ke waktu. Contoh rencana untuk standing plans, misalnya kebijakan,
prosedur, dan aturan kerja yang digunakan secara berkelanjutan oleh seluruh anggota
organisasi, apakah kegiatan yang terkait single-use plans maupum multiple use plans
berjalan maupun tidak.

4.KENDALA-KENDALA DALAM PERENCANAAN

Agar rencana yang telah dibuat berjalan dengan efektif, manajer harus mampu
mengidentifikasikan beberapa kendala potensial dalam perencanaan dan berusaha
mengatasinya. Kendala-kendala tersebut umumnya adalah:
1. Ketidakmampuan membuat rencana/rencana yang tidak cukup baik.
Tentu saja tidak semua manajer otomatis memiliki kemampuan membuat perencanaan.
Faktor penyebabnya adalah kurangnya pengalaman, pendidikan atau bahkan karena diajari atau
tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana membuat rencana yang benar.
2. Kurangnya Komitmen dalam Proses Pembuatan Rencana
Mengembangkan sebuah rencana adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran yang
cukup banyak dan menyita waktu. Kebanyakan manajer beralasan mereka tidak cukup punya
waktu untuk mengikuti proses pembuatan rencana yang cukup panjang, atau bahkan mereka
tidak membuat rencana yang memadai karena sebenarnya mereka takut gagal tidak mencapai
yang mereka targetkan dalam rencana tersebut.
3. Lemahnya Informasi
Karena yang menjadi dasar dari sebuah rencana adalah informasi, maka bagaimanapun
canggihnya seorang manajer dalam teknik pembuatan rencana, namun apabila infor masi yang
digunakan dalam penyusunan rencana tersebut kurang memadai (informasi kurang akurat,
kurang lengkap), maka rencana tersebut juga akan kurang bermutu atau bahkan rencana yang
gagal
4. Terlalu Fokus Pada Masa Kini
Kegagalan mempertimbangkan efek jangka panjang sebuah rencana karena terlalu
menekankan pada penanganan persoalan-persoalan jangka pendek, justru dapat menye babkan
kegagalan organisasi mempersiapkan masadepan. Seorang manajer seharusnya memiliki
gambaran besar dalam benaknya tentang masa depan dan sasaran-sasaran jangka panjang yang
ingin diraih saat menyusun sebuah rencana.
5. Terlalu Mengandalkan Diri Pada Unit/Bagian Perencanaan
Banyak organisasi/perusahaan yang memiliki bagian perencanaan atau bagian peren canaan
dan pengembangan tersendiri. Bagian ini yang melakukan penelitian, studi, membangun suatu
model, percobaan, dll, tetapi sesungguhnya tidak mengembangkan perencanaan itu sendiri.
Hasil dari bagian ini hanyalah merupakan alat bantu yang dapat dimanfaatkan oleh manajer
dalam membuat rencana, apalagi menyusun sebuah rencana organisasi tetaplah tanggung-
jawab manajer.
6. Memusatkan Perhatian Pada Faktor-Faktor Yang Dapat Dikuasainya
Kebanyakan manajer hanya berkonsentrasi pada hal-hal yang paling dikuasai dan
menghindarkan diri dari hal-hal yang kurang dikuasai karena khawatir dianggap kurang
mampu. Misalnya memusatkan perhatian pada pembuatan gagasan-gagasan dan ide-ide baru,
namun mengabaikan bagaimana cara menjadikan ide tersebut teraplikasi kan karena kurang
menguasai operasional organisasinya.

5.PENYELESAIAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

5.1Pengertian Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan memiliki beberapa definisi dari para ahli: Menurut Eisenfuhr
(dalam Lunenburg, 2010) pengambilan keputusan adalah proses membuat pilihan dari
sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini memiliki tiga kunci
elemen. Pertama, pengambilan keputusan melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan.
Kedua, pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekedar pilihan
akhir dari antara alternatif. Ketiga, "hasil yang diinginkan" yang disebutkan dalam definisi
melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa pembuat keputusan
terlibat dalam mencapai keputusan akhir (dalam Lunenburg, 2010).
Selain itu, menurut Terry (1994) pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada. Sementara Wang dan Ruhe (2007)
berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah proses yang memilih pilihan yang lebih
disukai atau suatu tindakan dari antara alternatif atas dasar kriteria atau strategi yang
diberikan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, pengambilan keputusan bisa disimpulkan
bahwa suatu proses pemilihan dari antara alternatif untuk mencapai suatu hasil.
6.PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

6.1 Penemuan Masalah

Tahap ini merupakan tahap mendefinisikan masalah dengan jelas, sehingga perbedaan
antara masalah dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas. Pada proses diagnosa
penyebab masalah, pengambilan keputusan menentukan secara pasti apa yang menjadi sebab
dan apa yang menjadi akibat. Misalnya, rendahnya produktivitas pekerja bisa jadi disebabkan
oleh masalah komunikasi atau rendahnya kemampuan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
Sehingga sebagai solusi nantinya, bisa jadi rekreasi antara pimpinan dan bawahan merupakan
salah satu langkah solusi yang dapat ditawarkan. Proses terakhir dari tahapan investigasi
siatuasi adalah identifikasi tujuan dari keputu san yang akan diambil.

6.2 Pemecahan Masalah


Tahap ini merupakan tahap penyelesaian terhadap masalah yang sudah atau jelas. Langkah
langkah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah,
2. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau diluar
jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-peristiwa dimasa dating (state of nature)
3. Pembuatan alat (sarana) untuk mengavaluasi atau mengukur hasil,biasanya berbentuk
table hasil (pay of table)
4. Pemilihan dan pengambilan keputusan.

6.3 Pengambilan Keputusan


Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi
yang ada, seperti kondisi pasti, kondisi berisiko, kondisi tidak pasti, dan kondisi kontlik. Pada
tahap ini, pengambilan keputusan melakukan evaluasi dan penilaian terhadap berbagai
alternatif yang muncul untuk kemudian diambil satu atau lebih alternatif yang dianggap
terbaik. Untuk dapat menentukan alternatif solusi yang terbaik, maka pendekatan bagan alur
(flow chart) dapat dipergunakan untuk mendapatkan alternatif alternatif yang
memungkinkan.

6.4 Implementasi dan Pengawasan


Jika keputusan sudah diambil, maka langkah berikutnya adalah
mengimplementasikan alternatif yang telah diputuskan untuk dijalankan. Sebelum
dijalankan maka tentunya perlu direncanakan akan seperti apa dan bagaimana alternatif
tersebut dijalankan. Proses ini dilakukan pada proses perencanaan implementasi. Pada
tahap ini ditentukan siapa, apa saja, dan bagaimana alternatif tersebut akan dijalankan.
Setelah direncanakan, maka implementasi dilakukan, sehingga proses berikutnya adalah
implementasi dari rencana alternatif yang akan dijalankan. Pada proses ini, apa yang telah
direncana kan dari alternatif yang akan dijalankan kemudian di implementasikan. Untuk
memas tikan langkah implementasi tersebut berjalan dengan baik dan mencapai tujuan
yang telah dirumuskan, maka perlu dilakukan proses pengawasan terhadap implemen tasi
alternatif. Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa apa yang telah dijalankan sesuai
dengan apa yang telah direncanakan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
6.5 Proses pengambilan keputusan
1. Perumusan masalah
2. Pemecahan masalah
Langkah-langkahnya:
 Identifikasi alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
 Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau
diluar jangkauan manusia, identifikasi peristiwa-peristiwa dimasa datang (state of
nature);
 Pembuatan alat (sarana) untuk mengevaluasi atau mengukur hasil, biasanya
berbentuk tabel hasil (pay off table);
 Pemilihan dan penggunaan model pengambilan keputusan.
3. Pengambilan keputusan
4. Implementasi dan pengawasan

7.JENIS-JENIS KEPUTUSAN

Keputusan dikategorikan dengan berapa banyak waktu yang diperlukan oleh


wirausahawan untuk membuatnya, bagian organisasi mana yang harus dilibatkan ulang
bagi suatu organisasi, dan keputusan pengaturan standar biasanya di buat menurut garis
pedoman organisasi yang sudah ditetapkan. Keputusan tidak terprogram biasanya merupakan
keputusan yang dikeluarkan sekali dan umumnya tidak terstruktur dibanding keputusan yang
terprogram. Suatu keputusan yang tidak terprogram mungkin melibatkan apakah toko grosir
tersebut sebaiknya menjual jenis roti yang lain. Keputusan ini lebih merupakan keputusan
sekali pakai dan tentu saja tidak begitu mendetail. Wirausahawan harus mempertimbangkan
apakah roti baru tersebut akan menstabilkan penjualan roti dengan bersaing dengan merk
yang sudah ada pada toko tersebut atau meningkatkan penjualan dengan mena warkan pilihan
bagi pelanggan yang sebelumnya tidak pernah membelinya.

8.DASAR-DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan teknik serta didukung oleh
informasi yang tepat (accurate), benar (reliable) dan tepat waktu (timeliness). Ada beberapa
landasan yang digunakan dalam pengambilan keputusan yang sangat ber gantung dari
permasalahan itu sendiri. Menurut George R dan Brinckloe di sebutkan dasar-dasar pendekatan
dari pengambilan keputusan yang dapat digunakan yaitu:

1. Intuisi
Intuisi adalah istilah untuk kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional
dan intelektualitas. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain dan di
luar kesadaran. Misalnya saja, seseorang tiba-tiba saja terdorong untuk membaca sebuah buku.
Ternyata, di dalam buku itu ditemukan keterangan yang dicari carinya selama bertahun-tahun.
Atau misalnya, merasa bahwa ia harus pergi ke sebuah tempat, ternyata di sana ia menemukan
penemuan besar yang mengubah hidupnya.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis.
karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik buruknya keputusan yang diambil.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan
yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan
dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan
lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan
memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan
dengan praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan
sehingga dapat menimbulkan kekaburan.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam
batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa
yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional in berlaku sepenuhnya dalam keadaan
yang ideal.

9. PERTANGGUNGJAWABAN BAGI PEMBUAT KEPUTUSAN


Konsep Pertanggungjawaban bagi pembuat keputusan
Seorang pengambil keputusan yang bertanggung jawab akan mempertimbangkan semua
aspek, alternatif pilihan, konsekuensinya, sebelum kemudian mengambil keputusan. Untuk
dapat melakukan hal tersebut seseorang perlu belajar bagaimana:

 Mengevaluasi situasi
 Menganalisis alternatif pilihan mereka, dan
 Mempertimbangkan konsekuensi dari masing-masing pilihan itu terhadap diri mereka
sendiri dan orang lain

Apa yang terjadi apabila tidak ada pertanggungjawaban pada pengambil Keputusan?

 Dampak terhadap Finansial Negatif


 Kerugian Reputasi
 Perpecahan Tim
 Ketidakpuasan Karyawan
 Risiko lebih Tinggi

Banyak keputusan yang berbeda harus dibuat dalam organisasi, seperti bagaimana membuat
suatu produk, bagaimana memelihara mesin, bagaimana menjamin kualitas produk, dan
bagaimana membentuk hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. Dengan keputusan
yang berbeda ini, beberapa tipe dasar pemikiran harus dikembang kan yang menetapkan siapa-
siapa dalam organisasi yang mempunyai tanggungjawab untuk membuat keputusan yang
bagaimana. Salah satu dasar dari pemikiran tersebut didasarkan dua faktor:
1. Jangkauan dari keputusan tersebut yang dibuat, dan
2. Tingkatan manajemen.

Jangkauan dari keputusan tersebut menunjuk pada proporsi dari sistim manajemen total
yang akan dipengaruhi oleh keputusan tersebut. Semakin besar proporsi tersebut semakin luas
jangkauan dari keputusan tersebut. Tingkatan manajemen menun uk pada manajemen tingkat
bawah, manajemen tingkat menengah dan manajemen tingkat atas. Dasar pemikiran untuk
pendesainan, siapa membuat keputusan yang mana adalah: semakin luas jangkauan keputusan
tersebut, semakin tinggi tingkat manajer yang bertanggungjawab bagi pembuat keputusan
tersebut.

10. KONDISI PEMBUATAN KEPUTUSAN


Ketika membuat keputusan, manajer mungkin menghadapi tiga kondisi yang berbeda:
kepastian, risiko dan ketidakpastian. Mari kita lihat karakteristik masing-masing kondisi
tersebut.
1. Kepastian
Situasi yang ideal untuk membuat keputusan adalah situasi dengan adanya kepastian,
yangmerupakan situasi di mana seorang manajer dapat membuat keputusan yang akurat
karena hasil darisetiap alternatif diketahui secara pasti. Misalnya, ketika bendahara
negara bagian Dakota Utaramemutuskan dimana tempat untuk mendepositokan dana
negara yang berlebihan, dia tahu persistingkat suku bunga yang ditawarkan oleh masing-
masing bank dan jumlah yang akan diperoleh padadana tersebut. Dia mengetahui
secara pasti tentang hasil dari setiap alternatif yang ada. Seperti yangAnda duga,
kebanyakan keputusan manajerial tidak mengalami situasi yang seperti ini.

2.Risiko
Sebuah situasi yang jauh lebih umum adalah situasi dengan adanya risiko, yakni
kondisi di manapembuat keputusan mampu memperkirakan kemungkinan adanya hasil
tertentu. Melalui risiko, manajer memiliki data historis/masa lalu dari pengalaman
pribadi masa lalu atau informasi sekunderyang memungkinkan mereka menetapkan
probabilitas untuk berbagai alternatif.

3. Ketidakpastian
Apa yang terjadi jika Anda menghadapi keputusan di mana Anda tidak yakin tentang
hasil danbahkan tidak bisa membuat perkiraan mengenai probabilitas/kemungkinan yang
wajar? Kondisi inimerupakan ketidakpastian. Manajer dapat mengalami situasi pengambilan
keputusan denganketidakpastian ini. Dalam kondisi tersebut, pilihan terhadap alternative-
alternatif yang ada dipengaruhioleh jumlah informasi tersedia yang terbatas dan oleh
orientasi psikologis dari pembuat keputusan.

11. PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK

11.1Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok


Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan meng
gabungkan sumber daya beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan dalam
proses pengambilan keputusan. Kelompok dapat membawa peningkatan keraga man
pandangan terhadap proses pengambilan keputusan, dan dengan demikian, kesempatan untuk
mempertimbangkan pendekatan dan alternatif yang lebih. Dalam hal hasil keputusan, bukti-
bukti menunjukkan bahwa kelompok akan hampir selalu me ngungguli bahkan individu
terbaik. Jadi, kelompok menghasilkan keputusan kualitas yang lebih tinggi.

11.2 Kelemahan Pengambilan Keputusan Kelompok


Kelemahan pengambilan keputusan dari kelompok antara lain disebabkan, pertama,
kelompok menggunakan waktu. Biasanya kelompok mengambil lebih banyak waktu untuk
mendapatkan penyelesaian dari seorang individu. Jadi, keputusan kelompok tidak selalu
efisien. Kedua, ada tekanan dalam kelompok. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan
dianggap sebagai aktiva bagi kelompok dapat melahirkan ketidaksepaka tan. Ketiga, diskusi
kelompok didominasi oleh satu atau beberapa anggota. Jika koalisi ini cenderung melibatkan
kemampuan anggota rendah dan menengah, seluruh efekti vitas kelompok akan berkurang.
Akhirnya, keputusan kelompok mengalami ambiguitas tanggung-jawab. Pada keputusan
individu, jelas yang dipertanggungjawabkan adalah hasil akhir. Pada keputusan kelompok,
tanggungjawab dari setiap anggota di permuda.

11.3 Fase Pengambilan Keputusan


1. Fase pengambilan keputusan
 fase orientasi
Sebuah keputusan dimulai dengan munculnya problema yang
membutuhkan solusi.
 fase diskusi
Selama fase diskusi, anggota kelompok berkumpul dan memproses
informasi yang diperlukan dalam mengambil keputusan. Anggota
kelompok juga berbagi informasi, mengekspresikan persetujuan atau
ketidaksetujuan, dan mencari informasi.
 fase keputusan
Berdasarkan kelompok menerima alternatif yang disukai oleh
masukan anggota paling kuat dalam satu keputusan kelompok.
 fase implementasi
Apabila keputusan dibuat, dua pekerjaan penting tetap harus
dilakukan. Pertama, keputusan harus dilaksanakan. Kedua, kualitas
keputusan harus dievaluasi

2. Kekuatan Pengambilan Keputusan Kelompok


Kelompok menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap. Dengan
menggabungkan sumber daya.beberapa individu, kelompok membawa lebih banyak masukan
dalam proses pengambilan keputusan.

3. Kelemahan Pengambilan Keputusan Kelompok


Kelemahan pengambilan keputusan dari kelompok antara lain disebabkan, pertama, kelompok
menggunakan waktu. Biasanya kelompok mengambil lebih banyak waktu untuk mendapatkan
penyelesaian dari seorang individu. Jadi, keputusan kelompok tidak selalu efisien. Kedua, ada
tekanan dalam kelompok. Keinginan anggota kelompok untuk diterima dan dianggap.

12. TEKNIK PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK


Kelompok dapat menggunakan berbagai model teknik untuk merangsang pengambilan
keputusan. Masing-masing interaksi tersebut meliputi beberapa hal-hal berikut:
1. Interaksi Kelompok Bentuk paling umum dari pengambilan keputusan kelompok terjadi
dalam interaksi kelompok. Pada kelompok ini, anggota bertatap muka dan mengandalkan
interaksi verbal dan nonverbal untuk berkomunikasi satu sama lain. Semua jenis kelompok
sering menggunakan teknik ini, dari kelompok yang terorganisir untuk mengembang kan
sebuah proyek kelas, ke tim kerja, ke manajemen tim senior. Tetapi seperti pembahasan
tentang group think, interaksi kelompok sering menunjukkan sensor diri mereka sendiri
dan tekanan anggota individu terhadap kesesuaian pendapat. Brainstorming , teknik
kelompok nominal, dan pertemuan elektronik tersebut telah
diusulkan sebagai cara untuk mengurangi banyak masalah yang melekat dalam interaksi
tradisional kelompok.
2. Brainstorming Brainstorming dimaksudkan untuk mengatasi tekanan agar sesuai dalam
berinteraksi dengan kelompok yang mencegah pengembangan alternatif kreatif. Ini dapat
dicapai dengan menggunakan proses gagasan generasi yang secara khusus mendorong
setiap dan semua alternatif memotong setiap kritik dari alternatif-alternatif. Anda tidak
meragukan keterlibatan dalam brainstorming ketika Anda mencoba untuk datang dengan
ide tentang bagaimana mempresentasikan untuk sebuah proyek kelas. Sebuah varian baru
dari brainstorming adalah brainstorming elektronik, yang dilakukan oleh orang yang
berinteraksi dengan komputer untuk menghasilkan ide-ide. Misalnya perusahaan
menggunakan brainstorming elektronik untuk membantu desain ruang kerja klien mereka
melalui perangkat lunak yang telah disesuaikan untuk desain ruang kantor.

3. Teknik Kelompok Nominal dimaksudkan membatasi diskusi atau komunikasi


interpersonal selama proses pengambilan keputusan, sehingga istilah nominal (hanya
nama). Semua anggota kelompok hadir secara fisik, seperti dalam pertemuan komite
tradisional, tetapi anggota beroperasi secara independen. Lebih khususnya, masalah
disajikan dan kemudian langkah-langkah berikut terjadi:
 Pertemuan anggota sebagai kelompok, sebelum diskusi berlangsung, setiap anggota
bebas menuliskan idenya tentang masalah ini.
 Setelah periode ini diam/silent, setiap anggota menyajikan sebuah ide ke kelompok.
 Anggota kelompok bergiliran mempresentasikan ide pribadi sampai semua ide-ide di
sajikan dan di catat. Tidak ada diskusi yang berlangsung sampai semua ide telah dicatat.
 Kelompok ini kemudian membahas ide untuk kejelasan dan mengevaluasi mereka.
 Setiap anggota kelompok diam dan mandiri memperingkat ide-ide. Gagasan
dengankeseluruhan peringkat tertinggi menentukan keputusan akhir.

13. ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pembahasan kontemporer pengambilan keputusan tidak akan lengkap tanpa dimasuk


kannya etika, karena pertimbangan etis seharusnya menjadi kriteria penting dalam pengambilan
keputusan organisasi. Etika adalah studi tentang nilai-nilai moral atau prinsip yang menuntun
perilaku kita dan memberitahu kita apakah tindakan telah benar atau salah. Prinsip-prinsip etis
membantu kita melakukan hal yang benar. Pada bagian akhir, kita akan menyajikan 3 cara
untuk membingkai keputusan etis dan menguji factor-faktor yang membentuk perilaku etika
pengambilan keputusan individu.
13.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etika Perilaku
Pengambilan Keputusan
Perilaku tidak etis apa yang menyumbang bagi organisasi? Apakah itu moral
individu atau lingkungan kerja yang menunjukkan aktivitas tidak etis? Jawabannya
adalah ya! Bukti-bukti menunjukkan bahwa tindakan etis atau tidak etis sebagian besar
merupa kan fungsi karakteristik individu dan lingkungan dimana dia bekerja.
1. Tahap Pengembangan Moral.
Tahap pengembangan moral menilai kapasitas sese orang untuk menilai apa yang benar
secara moral. Penelitian menunjukkan bahwa ada tiga tingkat perkembangan moral, dan
masing-masing tingkat memiliki dua tahap. Perkembangan moral yang semakin tinggi,
semakin sedikit bergantung pada pengaruh dari luar dan dengan demikian, dia semakin
cenderung berperilaku etis.
2. Pengendalian Lokus.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan lokus kontrol eksternal (yaitu, mereka
percaya hidup mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekua tan luar, seperti keberuntungan
atau kesempatan) cenderung tidak bertanggung jawab terhadap konsekuensi dari
perilaku mereka dan cenderung mengandalkan pengaruh eksternal untuk menentukan
perilaku mereka. Mereka yang memiliki lokus kontrol internal di sisi lain lebih
mungkin mengandalkan standar internalnya sendiri untuk membimbing perilaku benar
dan salah mereka.
3. Lingkungan Organisasi.
Lingkungan organisasional mengacu pada persepsi dari harapan seorang karyawan
organisasi. Apakah budaya organisasi mendorong dan mendukung perilaku etis yang
menguntungkan atau mengecilkan perilaku yang tidak etis dengan pertimbangan?
Karakteristik lingkungan suatu organisasi mungkin untuk mendorong pengambilan
keputusan etis termasuk kode etik yang tinggi, perilaku moral yang tinggi oleh
manajemen senior, ekspektasi realistis, artinya penilaian kinerja yang dievaluasi
sebagai tujuan, pengakuan dan promosi untuk individu yang terlihat menampilkan
perilaku moral yang tinggi dan terlihat hukuman bagi mereka yang bertindak tidak
etis.

13.2 Pengambilan Keputusan Etis


Meskipun tidak ada cara yang jelas untuk membedakan etis dari pembuatan
keputusan etis, ada beberapa pertanyaan yang harus Anda pertimbangkan. Pertanyaan pertama
yang perlu Anda jawab yaitu kepentingan diri sendiri vs tujuan organisasi. Pertanyaan
kedua menyangkut hak-hak pihak lain. Jika keputusan itu melanggar hak orang lain
(misalnya hak untuk privasi), maka keputusan itu tidak etis
Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu:
 Utilitarian, keputusan-keputusan yang diambil semata-mata atas dasar hasil atau
konsekuensi mereka.
 Universalisme (duty), menekankan pada baik buruknya perilaku tergantung pada niat
(intention) dari keputusan atau perilaku.
 Moral rights, menekankan pada hak asasi manusia dan kebebasan individu.
 Justice, menekankan pada keadilan dan kesetaraan dalam memperlakukan orang lain.
 Relativisme (self-interest), menekankan pada kepentingan individu dan kelompok.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen,
terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era
globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan
sistematis, bukan hanya pada intuisi 8 dugaan. Dalam perencanaan terdiri dari macam-
macam perencanaan, yaitu perencanaan organisasi dan perencanaan kontijensi.
Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3 yaitu perencanaan strategis, taktis dan
operasional. Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan.
Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang tidak
tepat, penolakan terhadap perubahan dan keterbatasan.
Terdapat beberapa teori pengambilan keputusan yang dianggap paling sering
dibicarakan dalam pelbagai kepustakaan kebijakan negara diantaranya ; Teori Rasional
Komprehensif, Teori Inkremental, Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory).
Menurut konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku
para pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori.
B.Saran
Terkait uraian diatas tentang penjelasan Dasar-dasar Manajemen menyarankan
agar pembaca makalah untuk memahami Dasar-dasar Manajemenmaupun yang terdapat
didalamnya dikarenakan sejarah peeradaban islam merupakan suatu hal yang perlu untuk
Berkaitan dengan tugas kita sebagai seorang mahasiwa. Dan mungkin banyak
kekurangan dari makalah yang kami buat. Kami meyarankan untuk para pembaca dan Bapak
Dosen dapat mengoreksi dan memberikan kritik maupun saran yang membangun agar
kami terus bersemangat dalam menambah pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA

Indartono, Setyabudi. Pengantar Manajemen:Character Inside. Fakultas Ekonomi


Universitas Negeri Yogyakarta.

Lubis, Syaifuddin, dkk. 2019 . Pengantar Manajemen edisi 2 . Medan: Madenatera


Qualifiedpublisher.

http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1824/5/128600032_File5.pdf

Anda mungkin juga menyukai